Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR KERJA MAHASISWA

ANALISIS KETIMPANGAN SPASIAL REGIONAL


KUANTITATIF (INDEKS WILLIAMSON) DAN KUALITATIF (ANALISIS SPASIAL)

NIM NAMA KELAS


20041344053 ALYA LECI ARUMDANI 2020B

Aktivitas 1. Membaca Materi

Pertumbuhan Ekonomi
Menurut pandangan ekonom klasik, Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Straurt Mill, maupun ekonom neo
klasik, Robert Solow dan Trevor Swan, mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu
(1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang digunakan
(Sukirno,1985:275). Suatu perekonomian dikatakan mengalamipertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi
daripada apa yang dicapai pada masa sebelumnya.
Menurut Boediono (1985:1) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Penekanan pada proses
karena proses mengandung unsur dinamis. Para teoritisi ilmu ekonomi pembangunan masa kini, masih terus menyempurnakan makna, hakikat dan
konsep pertumbuhan ekonomi, Para teoritisi tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan
PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan dengan rasa aman dan tentram yang
dirasakan masyarakat luas (Arsyad, 1999:141).
Kuznets (1955) yang telah berjasa besar dalam memelopori analisis pola-pola pertumbuhan historis di negara-negara maju mengemukakan
pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap-tahap berikutnya hal itu akan membaik.
Observasi inilah yang kemudian dikenal secara luas sebagai konsep kurva Kuznets U terbalik (Todaro, 2000:207). Arsyad (1999: 147–148)
menyebutkan bahwa teori kutub pertumbuhan yang dipopulerkan oleh ekonom Perroux (1970) menyatakan bahwa pertumbuhan tidak muncul di
berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang merupakan pusat (kutub) pertumbuhan dengan
intensitas yang berbeda.
Untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah dapat digunakan tipologi Klassen sebagai alat analisis.
Sjafrizal (1997: 27-38) menjelaskan bahwa dengan menggunakan alat analisis ini dapat diperoleh empat klasifikasi pertumbuhan masing-masing
daerah yaitu daerah pertumbuhan cepat (rapid growth region), daerah tertekan (retarded region), daerah sedang bertumbuh (growing region) dan
daerah relatif tertinggal (relatively backward region). Kuncoro dan Aswandi (2002: 25-43) menggunakan alat analisis ini untuk mengklasifikasikan
wilayah Propinsi Sumatera menjadi ke dalam empat kelompok, yaitu (a) Low growth, high income, (b) high growth, high income, (c) high growth,
low income, dan (d) low growth, low income.

Ketimpangan Regional
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan
regional. Ketimpangan dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antara berbagai daerah pada suatu
wilayah yang akan menyebabkan pula ketimpangan tingkat pendapatan perkapita antar daerah (Mudrajad Kuncoro, 2004).
Berbagai penelitian tentang ketimpangan antar daerah telah banyak dilakukan Kuznets (1954) tercatat sebagai salah satu peneliti awal
dalam meneliti kesenjangan. Ia meneliti kesenjangan di berbagai negara secara cross-sectional dan menemukan pola U terbalik. Kuznets
menyimpulkan bahwa pendapatan rata-rata perkapita pada awal perkembangan negara masih rendah, dan tingkat kesenjangan juga rendah. Ketika
pendapatan rata-rata naik, maka kesenjangan juga meningkat. Kemudian ketika pendapatan rata-rata naik lebih tinggi, maka kesenjangan akan
turun kembali. (dalam Todaro, 2004)
Menurut Sjafrizal (2008), faktor-faktor penyebab ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah: (1) Perbedaan kandungan sumber daya
alam, (2) Perbedaan kondisi geografis, (3) Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa, (4) Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, (5) Alokasi
dana pembangunan antar wilayah.
Ketimpangan pembangunan yang terjadi antar wilayah di suatu daerah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi di
daerah tersebut. Menurut Sjafrizal (2008), ketimpangan yang terjadi antar wilayah disebabkan oleh perbedaan kandungan sumber daya alam dan
perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah, sehingga kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses
pembangunan menjadi berbeda. Perbedaan kekayaan daerah ini yang pada akhirnya menimbulkan adanya wilayah maju (developed region) dan
wilayah terbelakang (underdeveloped region).

Indeks Williamson
Williamson (1965) meneliti hubungan antar disparitas regional dengan tingkat pembangunan ekonomi, dengan menggunakan data ekonomi
yang sudah maju dan ekonomi yang sedang berkembang, ditemukan bahwa selama tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih
besar dan pembangunan terkonsentrasi di daerah – daerah tertentu. Pada tahap yang lebih matang dari pertumbuhan ekonomi tampak adanya
keseimbangan antar daerah dan disparitas berkurang dengan signifikan.
Untuk mengetahui ketimpangan pembangunan antar kecamatan yang terjadi di antar Propinsi Di Sumatera, 2011 - 2015 dapat dianalisis
dengan menggunakan indeks ketimpangan regional (regional in equality) yang dinamakan indeks ketimpangan Williamson (Sjafrizal, 1997: 31):
Indeks Williamson berkisar antara 0< IW < 1, di mana semakin mendekati nol artinya wilayah tersebut semakin tidak timpang. Sedangkan
bila mendekati satu maka semakin timpang wilayah yang diteliti (Sjafrizal, 2008).
Aktivitas 2. Mengetahui Ketimpangan Spasial Secara Kuantitatif

Petunjuk:
1. Tentukan dengan bebas kota/kabupaten di Jawa Timur yang akan dihitung Indeks Williamson-nya, dan tentukan wilayah regional yang akan jadi
pembandingnya.
(Contoh: Dipilih Sidoarjo, wilayah regional yaitu yang di sekitarnya: Kota Surabaya, Kab. Mojokerto, Kab. Pasuruan, Kab Gresik.
2. Carilah data yang terkait dengan rumus tersebut di JATIM DALAM ANGKA 2022 (Terlampir).
3. Hitung nilai Indeks Williamson-nya, dan jelaskan maksud dari angka yang didapat. (Tabel dan Perhitungan dituliskan pada Kolom Jawaban)
Jawaban:

Tabel 1. PDRB Wilayah yang akan di ukur

No Wilayah PRDB 2021

1 Kota Surabaya 554,509,460,000

2 Kab. Sidoarjo 197,240,690,000

3 Kab. Mojokerto 81,940,860,000

4 Kab. Gresik 145,592,092,000

Tabel 1. Jumlah Penduduk yang akan di ukur

No Wilayah Jumlah Penduduk


2021
1 Kota Surabaya 192,940

2 Kab. Sidoarjo 94,961

3 Kab. Mojokerto 73,227

4 Kab. Gresik 111,054


Perhitungan Indeks Williamson

Kuadrat
simpang nilai
Peluang tengaah
No. Kota/Kab Penduduk PDRB/Kapita(Yi) ((yi/y)^2)*(fi/n)
Penduduk (pi) penduduk/
kapita
(Yi-y)^2

1. Kota Surabaya 2,874,000 192,940 0,39 5,619,308,125 2,186,258,502

2. Kab. Sidoarjo 2,083,000 94,961 0,28 542,295,497 152,917,493

3. Kab. Mojokerto 1,119,000 73,227 0,15 2,002,657,136 303,367,177

4. Kab. Gresik 1,311,000 111,978 0,18 47,938,290 8,507,797

Jumlah 7,387,000 117,978 Jumlah 2,651,050,969

51,488

0,44

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, angka IW yang didaapt adalah 0,44 dimana angka tersebut menunjukkan indeks ketimpangan yang
berada di empat wilayah tersebut termasuk kedalam kategori ketimpangan sedang.
Aktivitas 2. Menganalisis Ketimpangan Spasial Secara Kualitatif
Petunjuk:
1. Setelah menghitung maka akan mendapatkan nilai indeks Williamson.
2. Selanjutnya analisis berdasarkan pengamatanmu sebagai peneliti Penyebab dari Ketimpangan di daerah yang dipilih?
3. Selanjutnya analisis berdasarkan pengamatanmu sebagai peneliti Dampak dari Ketimpangan tersebut bagaimana?
4. Analisis boleh disertai foto dan juga data dari JATIM dalam Angka.

Jawaban
- Penyebab :
Penyebab utama dalam terjadinya ketimpangan spasial merupakan adanya perbedaan dari sisi sumber daya alam, sisi demografi, dan kondisi geografis. Seperti
yang kita ketauhi sumber daya alam yang dihasilkan pada tiap daerah jelas berbeda maka dari itu susahnya untuk memeratakan seluruh kebutuhan per individu
pada tiap daerah, penyebab susahnya memeratakan pun tentu bukan tanpa sebab, hal itu dikarenakan efektivitas dalam hal mobilitas barang dan jasa masih belum
maksimal. Selain itu demografi wilayah sangat berpengaruh dalam penyebab ketimpangan, demografi mencakup banyak hal seperti pertumbuhan jumlah
penduduk yang mana melebar ke sisi presentase usia dimana dari presentase usia kita dapat mengetahui di umur berapa masyarakat tidak mampu melanjutkan
sekolah dan juga demografi mencakup perihal banyaknya infrastruktur kesehatan di daerah terkait. Lalu, untuk kondisi geografis tentu berbeda. Surabaya,
Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, mempunyai kondisi geografis yang berbeda. Seperti contoh Surabaya dan Mojokerto, Surabaya lebih memfokuskan sisi industri
dan menjadi pusat ekonomi, sedangkan Mojokerto sendiri memfokuskan pada sisi pariwisata yang dapat mereka manfaatkan dan maksimalkan sebaik mungkin.
Namun faktanya, terkait pemfokusan pada bidang apa yang cocok untuk wilayah itu bergerak nyatanya belum cukup efektif untuk saat ini. Ditambah lagi, alokasi
dana di tiap daerah jelas berbeda dan perbedaannya pun cukup signifikan.

- Dampak :
Dampak signifikan yang terlihat dari data diatas ada beberapa hal. Pertama, wilayah menjadi tertinggal atau lambat dalam hal modernisasi dikarenakan tidak
efektif dan maksimalnya dalam hal mobiitas serta infrastruktur. Dua hal tersebut menjadi hal yang sangat fundamental dalam masalah ketimpangan ini. Minimnya
pemanfaatan infrastruktur menyebabkan sedikitnya lapangan pekerjaan yang mana pasti berdampak pada kemiskinan. Lalu, dalam bidang kesehatan pun belum
mampu untuk menyamaratakan semua golongan atau minim memberikan hak yang layak kepada masyarakat kalangan bawah. Hal-hal tersebut lah yang membuat
ketimpangan selalu ada dan tidak akan hilang, maka dari itu perlu adanya pengembangan dalam sdm setempat agar memajukan daerah setempat dan pasti akan
berdampak pada daerah tersebut apabila pengembangan sdm itu berhasil.
Aktivitas 3. Menentukan Strategi Pengurangan Ketimpangan Spasial
Petunjuk:
1. Carilah strategi yang tepat untuk mengatasi ketimpangan spasial di daerah yang dipilih.
2. Buatlah strategi tersebut dalam diagram agar lebih cepat dipahami, dan jelaskan diagram tersebut.

Jawaban:
NAMA STRATEGI DAN DESKRIPSI SINGKAT

Fantastic Four, Pemberdayaan SDM, Mobilitas Geografis, Infrastruktur, dan Lapangan pekerjaan merupakan 4 hal fundamental dalam mengatasi ketimpangan serta
dapat meningkatkan kemajuan dalam suatu wilayah

DIAGRAM/MODEL STRATEGI
PENJELASAN

Peran pemerintah dalam hal ini sangat vital, dimana mereka menjadi titik sentrum untuk mengondisikan keempat hal tersebut agar berjalan secara efektif dan
maksimal. Pemberdayaan SDM, Mobilitas Geografis, Infrastruktur, dan Lapangan pekerjaan adalah hal hal yang dapat diakomodir oleh pemerintah daerah, dengan
adanya alokasi dana dari pemerintah pusat besar harapannya agar pemerintah daerah mampu untuk memaksimalkannya guna terwujudnya penignkatan kualitas SDM
yang nantinya dapat menunjang kualitas wilayah setempat.

Anda mungkin juga menyukai