MAKALAH
Oleh :
TRIYATMINI
NIM. 19013288
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
PRODI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
1442 H/2020 M
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.3. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar terlebih dahulu kita akan ditanya
kenapa manusia itu melakukan proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan tujuan
dari orang atau manusia itu sendiri dalam mengikuti proses pembelajaran. Atau dapat
dikatakan ini adalah sebuah kebutuhan yang secara lahiriah maupun batiniah harus
tercapai. Dalam proses pembelajaran peserta didik juga memiliki kebutuhan agar dalam
proses pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang direncanakan. Tujuan
dari peserta didik untuk belajar tentunya untuk menjadi lebih baik sehingga kelak ilmu
yang mereka peroleh melalui proses belajar mengajar dapat diterapkan dalam
kehidupannya. Belajar diartikan sebagi proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu
menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil
dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan
maupun individu itu sendiri (Trianto, 2009: 16).
1
2
kebutuhan mana yang dimiliki peserta didik yang akan menjadi potensial dan pada
akhirnya menjadi kebutuhannya.
Dalam upaya untuk mencapai proses pembelajaran yang diinginkan oleh peserta
didik, maka peran pendidik (guru) dalam mengajar akan menjadikan suatu faktor
penentu keberhasilan tercapai atau tidaknya suatu tujuan pembelajaran. Seorang
pendidik perlu melakukan identifikasi terlebih dahulu kepada masing-masing peserta
didiknya, hal ini berguna untuk apa yang telah disampaikan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Menurut Sanjaya (2009:
96-97) dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting.
Guru menentukan segalanya. Mau diapakan siswanya? apa yang harus dikuasai siswa?
bagaimana cara melihat keberhasilan belajar? semua tergantung guru. Oleh karena itu
pentingnya peran guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlansung
manakala ada guru, dan tak mungkin ada proses pembelajaran tanpa guru.
Dari latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjawab rumusan
masalah sebagai beikut:
1
Suharsini Arikunto. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2014.
2
Ibid
4
Sebagai suatu proses, need assessment terdiri atas rangkaian kegiatan yang
diawali oleh kegiatan mengumpulkan informasi dan berakhir pada perumusan masalah.
1. Tahapan Pengumpulan Informasi
Dalam merancang pembelajaran pertama kali seorang desainer perlu memahami
terlebih dahulu informasi tentang siswa dapat mengerjakan apa, siapa memahami apa,
siapa yangakan belajar, kendala-kendala apa yang akan dihadapi, dan bagaimana
pengaruh keadaan tertentu terhadap karakteristik siswa. Berbagai informasi yang
dikumpulkan akan bermanfaat dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai beserta
skala prioritas dalam pemecahan suatu masalah.
2. Tahapan Identifikasi Kesenjangan
Dalam identifikasi kesenjangan Kaufman dan English (1979), menjelaskan
identifikasi kesenjangan melalui Organizational Elements Model (OEM). Dalam model
OEM, Kaufman menjelaskan adanya lima elemen yang saling berkaitan. Duaa elemen
pertama, yaitu input dan proses adalah bagaimana menggunakan setiap potensi dan
sumber yang ada; sedangkan elemen terakhir meliputi produk, output dan outcome
merupakan hasil akhir dari suatu proses.3
Komponen input, meliputi kondisi yang tersedia pada saat ini misalnya tentang
keuangan , waktu, bangunan, guru, pelajar, kebutuhan, problem, tujuan, materi
kurikulum yang ada. Komponen proses, meliputi pelaksanaan pendidikan yang berjalan
yang terdiri atas pola pembentukan staf, pendidikan yang berlangsung sesuai dengan
kompetensi, perencanaan, metode, pembelajaran individu, dan kurikulum yang berlaku.
Komponen produk, meliputi penyelesaian pendidikan, keterampilan, pengetahuan dan
sikap yang dimiliki, serta kelulusan tes kompetensi.
Komponen Output, meliputi ijazah kelulusan, keterampilan prasyarat, lisensi.
Komponen Outcome meliputi kecukupan dan kontribusi individu atau kelompok saat ini
dan masa depan.
Outcome merupakan hasil akhir yang diperoleh. Melalui analisis hasil, desainer
dapat menentukan sejauh mana hasil yang diperoleh dapat berkontribusi pada
pencapaian tujuan. Inilah proses yang pada hakikatnya menentukan kesenjangan antara
harapan dan apa yang terjadi. Berdasarkan analisis itulah, desainer dapat
3
Sanjaya, W. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana: Jakarta.
2009, h.95.
5
mendeskripsikan masalah dan kebutuhan pada setiap komponen yakni input, proses,
produk, dan output.
3. Analisis Performance
Tahap ketiga dalam proses need assessment, adalah tahap menganalisis
performance. Menganalisis performance dilakukan setelah desainer memahami
berbagai informasi dan mengidentifikasi kesenjangan yang ada. Ketika kita
menemukan adanya kesenjangan, selanjutnya kita identifikasi kesenjangan mana yang
dapat dipecahkan melalui perencanaan pembelajaran dan mana yang memerlukan
pemecahan dengan cara lain, seperti melalui kebijakan pengelolaan baru, penentuan
struktur organisasi yang lebih baik, atau mungkin melalui pengembangan bahan dan alat
– alat. Untuk mennetukan semua itu kita perlu memahami faktor – faktor penyebab
terjadinya kesenjangan dan pemahaman tersebut dapat dilakukan pada saat need
assessment berlangsung.4
4. Mengidentifikasi Kendala Beserta Sumber-Sumbernya
Tahap keempat dalam need assessment adalah mengidentifikasi berbagai
kendala yang muncul beserta sumber-sumbernya. Dalam pelaksanaan suatu program
berbagai kendala bias muncul sehingga dapat berpengaruh terhadap kelancaran suatu
program. Berbagakendala dapat meliputi, waktu fasilitas, bahan, pengelompokan dan
komposisinyapilosofi, personal, dan organisasi. Sumber-sumber kendala bisa berasal
dari pertamaorang yang terlibat dalam suatu program pembelajaran, misalnya guru-
kepala sekolah,dan siswa itu sendiri. Termasuk juga dalam unsure orang ini adalah
unsure filsafat atau pandangan yang terhadap pekerjaannya, motivasi kerja, dan
kemampuan yang dimilikinya. Kedua, fasilitas yang ada, di dalamnyameliputi
ketersediaan dan kelengkapan fasilitas serta kondisi fasilitas. Ketiga, berkaitan dengan
jumlah pendanaan beserta pengaturannya.5
5. Identifikasi karakteristik siswa
Tahap kelima dalam need assessment adalah mengidentifikasi siswa. Tujuan
utama dalam desain pembelajaran adalah memecahkan berbagai problema yang
dihadapi siswa, oleh karena itu hal-hal yang berkaitan dengan siswa adalah bagian dari
need assessment. Identifikasi yang berkaitan dengan siswa di antaranya adalah tentang
usia, jenis kelamin, level pendidikan, tingkat social ekonomi, latar belakang, gaya
4
Ibid,h.96
5
Ibid,h.98
6
belajar, pengalaman dan sikap. Karakteristik siswa seperti di atas, akan bermanfaat
ketika kita menentukan tujuan yang harus dicapai, pemilihan dan penggunaan strategi
pembelajaran yang di anggap cocok, serta untuk menentukan teknik evaluasi yang
relevan.
6. Identifikasi Tujuan
Kaufman (1983) mendefinisikan need assessment sebagai suatu proses
mengidentifikasi, mendokumentasi dan menjustifikasi kesenjangan antara apa yang
terjadi dan apa yang akan dihasilkan melalui penentuan skala prioritas dari setiap
kebutuhan.6 Definisi yang dikemukakan oleh Kaufman berhubungan erat dengan tujuan
yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai
merupakan salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan dalam proses need assessment.
Tidak semua kebutuhan menjadi tujuan dalam desain intruksional. Seorang
desainer perlu menetapkan kebutuhan-kebutuhan apa yang dianggap mendesak untuk
dipecahkan sesuai dengan kondisi. Ini hakikatnya menentukan skala prioritas dalam
need assessment. Terdapat beberapa teknik dalam menentukan skala prioritas dari data
yang telah terkumpul. Misalnya teknik perangkingan meliputi Teknik Delphi, Fokus
Group Discussion, Q-Sort, dan Storyboarding. Teknik-teknik ini digunakan untuk
menjaring berbagai tujuan yang dianggap perlu melalui penilaian para ahli yang terlibat
pada diskusi. Dengan demikian, rumusan tujuan benar-benar hasil suatu studi yang
dibutuhkan dan diperlukan untuk dipecahkan.
7. Menentukan Permasalahan
Tahap akhir dalam proses analisis masalah adalah menuliskan pernyataan
masalah sebagai pedoman dalam penyusunan proses desain intruksional. Penulisan
masalah pada dasarnya merupakan rangkuman atau sari pati dari permasalahan yang
ditentukan. Pernyataan masalah harus ditulis secara singkat dan padat yang biasanya
tidak lebih dari satu-dua paragraf.
Salah satu format yang sederhana dikembangkan oleh Jung, Pino dan Emory
(1979), yang dinamakan dengan RUPS (Research Utilizing Problem Solving). Tujuan
RUP adalah merumuskan latar belakang dan konteks permasalahan, bagaimana tipe
permasalahan dan memberikan tujuan berdasarkan permasalahan untuk dikembangkan.
Teknik RUPS merupakan teknik yang dianggap paling baik ketika kita ingin menjawab
6
Ibid, h.99
7
permasalahan yang harus dipecahkan. Terdapat lima pokok pertanyaan yang harus
dijawab manakala kita menentukan permasalahan dengan menggunakan teknik RUPS,
yakni:7
a. Siapa yang menjadi sasaran permasalahan, apakah Anda sendiri, team
teaching, kelompok lain? Atau masyarakat?
b. Siapa dan apa factor-faktor penyebab permasalahan, apakah karena factor
organisasi? Lemahnya bahan dan alat pendukung?
c. Macam apa permasalahan yang dihadapi, apakah karena ketidaksepakatan
tentang tujuan? Apakah karena lemahnya kemampuan? Tidak adanya
sumber yang memadai? Lemahnya komunikasi? Adanya konflik dalam
membuat keputusan?
d. Apakah tujuan pengembangan itu, apa yang akan berbeda manakala tujuan
telah berhasil dicapai? Siapa dan akan mengerjakan apa? Apa target yang
harus dicapai?
7
Ibid, h.100.
8
Miarso Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2015, h.9
8
ketingkat yang paling tinggi. Teori ini disebut sebagai teori “jenjang kebutuhan
manusia”. Selanjutnya menurut M, Atwi Suparman (2001: 63), kebutuhan
belajar didefinisikan sebagai suatu kesenjangan keadaan saat ini dibandingkan
dengan keadaan yang seharusnya dalam redaksi yang berbeda tapi sama. Dengan
kata lain setiap keadaan yang kurang dari seharusnya menunjukkan adanya
“kebutuhan” apabila kesenjangan itu besar atau menimbulkan akibat lebih jauh
perlu ditempatkan sebagai prioritas yang harus diatasi. Jangan melompat ke
pemecahan masalah sebelum yakin apa masalahnya.9
9
Atwi Suparman. Desain Instructional, Proyek pengembangan Universitas Terbuka Ditjen Dikti
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. h.63
9
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu
yakni mengalami11 (Hamalik, 2010: 36). Ketika guru mulai melaksanakan
tugasnya untuk mengajar, seorang guru harus memusatkan perhatikan kearah
penyampaian tujuan lalu memperhatikan materi yang menunjang tujuan serta
menetukan cara penyampaiannya. Setelah terpilih materi yang akan diajarkan,
guru menelaah kembali materi terpilih untuk dicocokkan dengan kebutuhan
siswa. Setelah guru yakin dengan materi kemudian guru menentukan strategi
yang tepat untuk penyampaian materi tersebut.
1. Model induktif
11
Hamalik, O. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara : Bandung. 2010. h.36
11
a. Dimulai dari tujuan umum berupa pertanyaan hasil belajar yang diharapkan.
b. Kembangkan ukuran/kriteria untuk mengukur tingkah laku tertentu.
c. Kumpulan data untuk mengetahui adanya kesenjangan.
d. Dasar kesenjangan-kesenjangan tersebut disusun dengan tujuan khusus
secara detail.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan