Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“SUSUR GUA”

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Atlas dan Peta Navigasi

ABKA523

Dosen pengampu:

Muhammad Muhaimin, S.Pd., M.Sc.

Sidharta Adiyatma, M.Sc.

Di susun oleh :

NAMA : HALIMATUS SADIAH

NIM : 1910115220013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

rahmat dan karunia – Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini

sesuai waktunya. Saya mencoba berusaha menyusun makalah ini sedemikian rupa

dengan harapan dapat membantu pembaca dalam memahami pelajaran ATLAS

dan PETA NAVIGASI yang merupakan judul dari makalah saya, yaitu “ SUSUR

GUA”

Disamping itu, saya berharap bahwa makalah ini dapat dijadikan bekal

pengetahuan untuk melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Saya

menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini masih ada kekurangan

sehingga saya berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian khususnya dari

dosen mata kuliah atlas dan peta navigasi agar dapat meningkatkan mutu dalam

penyajian. berikutnya.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Banjarmasi, 21 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Batasan Masalah...........................................................................................2
D. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
E. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Penjelasan Divisi Penelusuran Gua...............................................................4
B. Jenis Jenis Gua..............................................................................................4
C. Karakteristik Gua..........................................................................................6
D. Bahaya penelusuran gua dan penanggulangannya......................................10
E. Standar operasional penelusuran gua..........................................................11
BAB IV PENUTUP...............................................................................................21
A. Kesimpulan.................................................................................................21
B. Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 SRT Set............................................................................................13


Gambar 3. 2 peralatan caving...............................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, kegiatan di alam bebas semakin berkembang. Mendaki
gunung sudah sangat dikenal, meniti tebing terjal, bahkan menginjak
puncak gunung es atau salju sudah banyak dikenal orang. Kegiatan lain di
alam bebas yang mulai berkembang dan dapat menjadi alternatif adalah
telusur gua. Jika bentuk kegiatan di alam bebas kebanyakan dilakukan di
alam terbuka, tidak demikian halnya dengan telusur gua, kegiatan ini justru
dilakukan di dalam tanah.

Telusur Gua atau Caving berasal dari kata “cave” yang artinya gua.
Menurut Mc Clurg, cave atau gua bearti “ruang alamiah di dalam bumi”,
yang biasanya terdiri dari ruangan-ruangan dan lorong-lorong. Setiap
aktivitas penelusuran gua, tidak lepas dari keadaan gelap total. Justru
keadaan seperti ini yang menjadi daya tarik bagi seorang caver, sebutan
untuk seorang penelusur gua. Petualangan di lorong gelap bawah tanah
menghasilkan pengalaman tersendiri. Perasaan ingin tahu yang besar
bercampur dengan perasaan cemas karena gelap total.

Beberapa pertanyaan timbul apa yang sebenarnya ada di ruang


gelap tersebut. Pertanyaan yang timbul kemudian berkembang menjadi
pengetahuan tentang gua dan aspeknya, termasuk misteri yang
dikandungnya. Maka dikenal istilah “speleologi”.Speleologi yaitu ilmu
yang mempelajari gua-gua. Kalau sebagian orang merasa enggan untuk
mendekati “lubang gelap mengangga”, maka para penelusur gua justru
masuk kedalamnya, sampai berkilo-kilometer jauhnya. Lubang sekecil
apapun tak luput dari perhatiannya, jika perlu akan ditelusuri sampai
tempat yang paling dalam sekalipun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud divisi penelusuran gua?
2. Apa saja jenis-jenis gua?
3. Apa saja karakteristik yang dimiliki oleh gua?
4. Apa bahaya dalam menyusuri gua?
5. Bagaimana standar operasional penelusuran gua?

C. Batasan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka batasan masalah yang di
lampirkan, yaitu hanya berkaitan dengan gua. Baik itu penjelasan
mengenai gua dan peralatan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan
susur gua.

D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud divisi penelusuran gua
2. Untuk mengetahui apa saja jenis0jenis gua
3. Untuk mengetahui karakteristik gua
4. Untuk mengetahui bahaya dalam menyusuri gua
5. Untuk mengetahui standar operasional penelusuran gua

E. Manfaat Penulisan
Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang
kegiatan susur gua dan dapat digunakan sebagai bahan belajar untuk mata
kuliah Atlas dan Peta Navigasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Susur gua atau jelajah gua (caving) adalah olahraga rekreasi menjelajah
gua. Tantangan dari olahraga ini tergantung dari gua yang dikunjungi, tapi
seringkali termasuk negosiasi lubang, kelebaran, dan air. Pemanjatan atau
perangkakan sering dilakukan dan tali juga digunakan di banyak tempat.

Caving kadang kala dilakukan hanya untuk kenikmatan melakukan


aktivitas tersebut atau untuk latihan fisik, tetap awal penjelajahan, atau ilmu fisik
dan biologi juga memegang peranan penting. Sistem gua yang belum dijelajahi
terdiri dari beberapa daerah di bumi dan banyak usaha dilakukan untuk mencari
dan menjelajahi mereka.

Gua telah dijelajahi karena kebutuhan manusia untuk beberapa ribu tahun,
namun hanya dalam beberapa abad terakhir aktivitas ini menjadi sebuah olahraga.
Dalam decade terakhir caving telah berubah karena adanya perlatan dan baju
perlindungan modern. Banyak keahlian dalam caving dapat digunakan di olahraga
lain seperti penjelajahan tambang dan penjelajah perkotaan.

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Penjelasan Divisi Penelusuran Gua


Menelusur gua dapat dikerjakan untuk olahraga maupun untuk
tujuan ilmiah. Namun kedua kategori penelusur gua wajib menjunjung
tinggi etika dan kewajiban kegiatan penelusur gua ini agar lingkungan
tidak rusak, agar para penelusur sadar akan bahaya-bahaya kegiatan ini
dan mampu mencegah terjadinya musibah dan agar si penelusur sadar akan
kewajibannya terhadap sesama penelusur dan masyarakat disekitar lokasi
gua-gua.

Gua adalah ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki orang. Gua
memeliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara yang di dalamnya,
yaitu pada saat udara diluar panas maka didalamya akan terasa sejuk
begitu juga sebaliknya. Sifat tersebut yang menyebabkan gua di gunakan
sebagai tempat berlindung. Bentukan alam yang berada di gua terbentuk
dalam kurun waktu ribuan tahun, sehingga diperlukan kesadaran untuk
tidak merusak dan memindahkan hal-hal yang berada di gua tanpa tujuan
yang jelas dan tidak dapat dipertanggung jawabkan. Wajib bagi penelusur
gua untuk mengetahui dan mempelajari gua sehingga tidak menimbulkan
kerusakan pada gua itu sendiri. Sebagai penelusur gua untuk menjaga
lingkungan yang berada di gua untuk tidak menggangu habitat yang ada di
dalamnya.

B. Jenis Jenis Gua


Dengan mengenali dan mengerti jenis-jenis gua tersebut maka kita
akan mendapatkan pengetahuan dan peralatan apa yang kita butuhkan
dalam aktivitas caving tersebut, karena beda karakter terkadang
membutuhkan peralatan khusus yang berbeda pula.

4
1. Jenis gua Menurut bentuknya:
 Gua Vertikal. Yakni gua yang mempuyai lorong berbentuk
vertikal mirip sumur yang biasa disebut dengan gua potholing
 Gua Horizontal. Yakni gua yang mempunyai lorong berbentuk
horizontal namun demikian bukan lurus saja tetapi mempunyai
kelokan dan lorong yang naik turun
2. Jenis Gua Berdasar Batuan Pembentuknya :
 Gua Karst. Gua jenis ini merupakan bagian terbesar dari jenis
gua yang ada di dunia.Gua yang terbentuk pada kawasan yang
telah mengalami Karstifikasi atau pelarutan. Sekitar 70 % gua
yang ada didunia terbentuk pada Kawasan Karst. Indonesia
memiliki kawasan karst yang luasnya sekitar 15,4 juta hektare
dan tersebar hampir di seluruh Indonesia. Keberadaan kawasan
ini menunjukkan bahwa pulau-pulau Indonesia banyak yang
pernah menjadi dasar laut, namun kemudian terangkat dan
mengalami pengerasan. Wilayah karst biasanya berbukit-bukit
dengan banyak gua.
 Gua Litoral. Gua ini terbentuk akibat adanya proses erosi dan
pengikisan dari air laut terhadap batuan di pantai seperti pada
tebing-tebing pantai yang curam dan berlangsung dalam proses
yang lama. Gua ini terdapat di daerah pantai, palung laut, atau
pada tebbing muara sungai. Terbentuk akibat terpaan ombak
pantai sehingga membentuk lorong-lorong yang akhirnya
menjadi sebuah gua. Namun untuk menelusuri gua ini, kita
harus berhati-hati karena gua biasanya akan terendam oleh air
pasang laut.
 Gua Es. Gua es adalah jenis gua alam yang terbentuk dari es
dalam jumlah besar dan memiliki suhu yang sangat rendah.
 Gua Pasir. Gua yang terbentuk dari material pasir. Gua es dan
gua pasir adalah jenis gua yang termasuk sulit untuk dijumpai

5
karena jumlahnya kurang dari 5% dari jumlah gua yang ada
didunia.
 Gua lava. Terbentuk karena kejadian yakni gejala aktivitas
vulkanologi yang biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari
batuan muda (endapan lahar)

C. Karakteristik Gua
Apabila kita melakukan penelusuran dalam gua, kita tidak asing
lagi dengn bentukan khas dan mempunyai daya tarik tersendiri karena
bentuknya yang bermacam-macam dan unik. Biasanya adanya rekahan-
rekahan yang terbuka menyebabkan air mudah meresap ke dalam lapisan
batugamping, kemudian muncul pada langit-langit, dinding, serta lantai
gua membentuk ornamen gua (speleothem) yang paling terkenal adalah
stalactite dan stalagmite.

1. Litifikasi. Proses litifikasi adalah perubahan dari sedimen yang lentur


menjadi batuan, pada kasus ini adalah batugamping yang normalnya
dari kalsium karbonat terendapkan dalam ruang pori. Dan terbawa ke
tempat terjadinya sementasi oleh pelarutan baik oleh air connate, yaitu
air laut yang terjebak di sedimen awal, dan air tanah yang ada diwaktu
belakangan.Sementasi kalsium karbonat dapat diendapkan oleh salah
satu dari tiga bentuk ini: coarsely crystalline spar, elongate fibres, atau
sebagai micrite yang terbutirkan yang baik.
2. Diagenesis. Diagenesis memiliki arti yang lebih luas daripada litifikasi,
juga termasuk perubahannya yang mengambil tempat dalam batuan
yang menerima perpindahan magnesium dan silika, dll.
3. Porositas dan Permeabilitas. Porositas didefinisikan sebagai total
volume dari ruang udara antar partikel dalam massa; biasanya
dinyatakan dalam prosen. Permeabilitas adalah kemampuan batuan
untuk meluluskan air melalui batuan tersebut, biasanya dinyatakan
dalam darcy (1 darcy adalah 1 cc cairan dengan kecepatan 1 centipoise
melalui 1 cm2 luas bidang, sejauh 1 cm dalam 1 detik dengan

6
perbedaan tekanan 1 atm antar unjungnya). Permeabilitas primer
adalah melalui pori dai batuan,sedangkan permeabilitas sekunder
melalui kekar, sesar, atai gua hasil pelarutan (solution cavity).
Porositas dan permeabilitas di daerah batugamping sangat besar
pengaruhnya terhadap pada proses bentukan gua. Untuk itu perlu
sekali dipahami.
4. Lapisan (Bed) dan Bidang Lapisan (Bedding Plane). Bentuk dan
keteabalan bed adalah faktor-faktor dalam speleogenesis. Lapisan tipis
dengan ketebalan tidak lebih dari 25-50 cm, mengadakan banyak
bidang perlapisan, sedikit konsentrasi aliran, sehingga pengembangan
gua menjadi terhalangi. Lapisan yang tebal memiliki bidang lapisan
lebih sedikit sehingga jumlah alirannya terbatas, dan bisa
menyebabkan perkembangan gua dengan ukuran lebih panjang.
5. Stylolite. Banyak bedding plane pada batugamping yang
menampakkan ciri-ciri pelarutan tekanan yang dikenal sebagai
stylolite. Jika sebuah material yang tidak dapat terlarutkan tersebar
sepanjang bedding plane, pengaruh dari berat lapisan yang lebih muda
adalah menekan lapisan bersama-sama. Dibawah tekanan yang
demikian itu kalsium karbonat yang kontak dengan butiran kwarsa
dapat terlarutkan, dan pelarutan yang semacam itu secara istimewa
diatas puncak butiran dan dibawah satu sama lain. Hasil jaringan
adalah sebuah serupa dengan bentuk tiga dimensional zig-zag. Dilihat
dalam sebuah muka join, terlihat seperti jejak dari pen recorder,
sehingga disebut stylolite.
6. Struktur. Saat terlitifikasi, massa batu gamping mengalami tekanan dan
regangan dari apa yang disebut gaya tektonik, didalam Bumi. Tekanan
dapat menyebabkan mengalami kemiringan atau lipatan, sehingga
menyebabkan llapisan batu gamping terinklinasi dan bagian lemah dari
perlekatan terinklinasi kearah yang sama. Tekanan juga menyebabkan
terjadinya retakan pada batugamping, menyebabkan terjadinya kekar
dan sesar. Di banyak kejadian, seharusnya surveyor gua dapat mem-

7
plot disposisi dari kekar, sesar, dan dip dari kemiringan lapisan sesuai
dengan kemajuan survey. Hal ini akan sangat membantu interpretasi
dari asal muasal gua di kemudian hari dan dapat menghilangkan
beberapa rangkaian survai geologi yang diperlukan bahaya kesalahan
lokasi.
7. Kekar (Joint). Kekar dan sesar, keduanya adalah fracture (retakan),
namun kekar tidak ada displacement, sedangkan sesar, definisinya
adalah bidang displacement. Keduanya dihasilkan oleh kompresi,
tensi, dan torsi, dengan berbagai kemungkinan arah. Ada beberapa
jenis kekar (joint):
 conjugate joint, adalah joint yang hanya melalui satu bed saja,
atau paling banyak hanya dua atau tiga lapisan.
 master joint, adalah joint yang melalui bed yang lebih tebal
daripada joint yang lain.

Conjugate joint yang melalui beberapa bed sehingga menjadi tempat


yang cocok untuk awal dari tapak jejak speleogenetik yang mengatur
arah vertikal, dan berkembang menjadi “pot” atau “pitch”.
Perkembangan sepanjang joint tunggal biasanya disebut “rift”. Joint
ini memungkin adanya perkembangan gua.

Batu gamping yang terlipat memiliki normal joint yang kemudian


menjadi bedding yang mana berkembang basik saat bed dalam posisi
horisontal, sehingga sampai dirotasikan dengan lapisan tertutup, atau
mungkin memiliki oblique joint yang ter impose oleh tegangan
berikutnya ke lipatan.

8. Lipatan. Lipatan di batu gamping, dan lapisan yang berdekatan, dapat


menghasilkan sebuah struktur yang sangat beragam; lipatan dapat
berupa arch yang mulus atau sebuha pembalikan lapisan yang sempit,
dapat simetris maupun asimetris; dapat isoclinal, dengan dua cabang
yang memiliki dip sama; atau tergulingkan, dengan satu cabang

8
memiliki lapisan yang merupakan kebalikannya. Ukurannya dapat
beberapa feet dan dapat pla luasnya berkilometer dan ribuan meter.
Inklinasi dari lapisan batugaping dapat memberikan sumbangan
distribusi beberapa joint dan sesar serta berbagai bentuk zona lemah
batuan lainnya.
9. Sesar. Sesar ada tiga jenis; normal, wrench atau tear, dan reverse atau
thrust. Sesar adalah fracture yang mengalami dislokasi. Hal ini juga
memungkinkan awal terjadinya spelegenesis sepanjang sesar. Salah
satu pengaruh utama dari sesar adalah displacement lapisan yang
memiliki karakter speleogenesis, berjauhan satu sama lain. Selain itu
sesar dapat menghasilkan bed yang berbeda, bersamaan dengan
karakter speleogenetik yang sama, posisi yang berlawanan; gua
hasilnya dapat ditandai dengan perubahan ukuran detail potongan dan
ciri-cirinya ditempat lintasan sesar.
Pergerakan sesar seringkali berkesudahan dalam sebuah fragmen
batuan yang ter-crush atau ter-grind membentuk sebuah zona atau
sebuah pita breksi daripada sebuah bidang sesar clean-cut. Breksi
semacam itu biasanya merupakan sementasi dari kalsit, tetapi cukup
permeable sehingga menjadi faktor yang cukup penting dalam
perkembangan gua.
Berbagai macam hipotesis tentang asal muasal gua telah dibuat
yang mana titik awalnya adalah sebuah masa homogen batugamping
yang kemudian terangkat dari muka air laut. Dengan asumsi bahwa
batugamping adalah homogen, maka variabel sedimen gamping dan
tekstur diagenesis menjadi diabaikan. Padahal tringkah laku dari;
ukuran butir dan pori, permeabilitas yang berbeda; sifat dasar bedding
plane, stylolite, kekar, sesar, lapisan mineral, karst yang terkubur,
semuanya memiliki arti yang sangat penting dalam mengontrol tempat,
waktu, dan tingkatan speleogenesis. Tidak ada sistem gua yang dapat
dipahami secara penuh jika faktor-faktor tersebut tidak dianalisa.

9
Pada teori awal, mulanya semua pathway dari speleogenetik adalah
dalam zona phreatic. Faktor geologi yang kemudian mengontrol
pathway berkembang menjadi gua. Studi yang mutakhir menunjukkan,
bahwa pathway dapat berkembang menjadi gua sistem vadose, dan
juga, gua ada juga yang berkembang langsung ketika pada zona
vadose.

D. Bahaya penelusuran gua dan penanggulangannya


Antroposentrisme adalah Manusia sebagai objek utama
pengunjung gua, sehingga perlu di perhatikan keamanan, dan kenyamanan
dalam penelusuran gua. Manusia sering merusak gua dengan alasan yang
sangat buruk yaitu demi keselamatan manusia dan gua pun menjadi
korbannya. Antrosentrisme terbagi tiga penyebab: dari manusia, peralatan
yang dipakaidan kondisi gua tersebut.

Keamanan telusur gua tergantung daripada sikap dan tanduk si


penelsur itu sendiri. Untuk memudahkan penelusur gua mengingat setiap
tindakan pengamanan, maka HIKESPI (HIMPUNAN KEGIATAN
SPELELOGI INDONESIA) menyusun ringkasan yang mudah di ingat:

Keamanan anda pergi memasuki gua beritahukan kepada teman


atau keluarga kapan perginya, dimana kita pergi, dan kapan kembalinya.

1. Empat orang adalah jumlah minimal dalam penelusuran gua, jika 1


orang celaka , 1 orang menemani dan 2 orang meminta pertolongan.
2. Alat-alat yang digunakan untuk penelusuran gua harus memadai dan
harus mengerti dalam pemakaiannya.
3. Minimal membawa 3 sumber cahaya dan cadangan peralatanya( karbit,
senter, lilin)
4. Ajak orang yang berpengalaman dalam teknik penelusuran gua dan
berwibawa.
5. Nafas sesak dan tersengal-sengal merupakan tanda bahwa gua penuh
dengan karbondioksida dan harus cepat ditinggalkan.

10
6. Akal sehat, keterampilan, persiapan yang matang dan pengalaman
merupakan pegangan dalam penelusuran gua.
7. Naluri keselamatan yang ada dalam penelusuran gua harus di
kembangkan, karena naluri ini sering diandalkan sebagai faktor
pengamanan yang ambuh.

E. Standar operasional penelusuran gua


A. peralatan individu
1. HELM SPELEO. Helm speleo merupakan hrlm khusus untuk
kegiatan penelusuran gua. Helm ini didesain khusus agar mampu
menahan benturan dan juga runtuhan batu. Helm speleo dilengkapi
dengan tali yang digunakan untuk mengikatkannya pada kepala.
Helm ini juga memiliki tempat khusus di depan untuk meletakkan
headlamp atau senter.
2. SEPATU. Sepatu yang sangat di sarankan saat melakukan susur
gua yaitu sepatu boot karet dikarenakan kebanyakan medan gua
berair. Sepatu ini selain melindungi dari genangan air juga akan
melindungi dari bebatuan.
3. ALAT PENERANGAN. Peralatan ini sangat wajib kamu bawah
saat melakukan susur gua berhubung kondisi gua sangat gelap. Ada
dua jenis alat penerangan yang digunakan saat melakukan susur
gua yaitu:
 penerangan elektrik( senter/headlamp)
 penerangan non elektrik(lilin/karbit)

Untuk saat ini kebanyakan yang digunakan adalah


penerangan elektrik dikarenakan lebih praktis dan mudah dibawah.

4. COVER ALL. Cover all merupakan pakaian khusus yang


digunakan saat melakukan susur gua yang berguna untuk
menghindari bangian tubuh dari gesekan dan mempertahankan
suhu tubuh ketika berada dalam gua berair.pakaian memiliki

11
bagaian atas dan bawah yang tersambung menjadi satu dan
memiliki lengan panjang.
5. SARUNG TANGAN. Sarung tangan berguna untuk melindungi
tangan dari gesekan permukaan batu yang tajam, fungsi lainnya
yaitu melindungi tangan dari gesekan tali yang bisa menimbulkan
luka dan panas.
6. PELAMPUNG. Untuk perlengkapan ini bisa kita bawah jika
genangan air dalam gua cukup tinggi. Pelampung dapat
mengurangi resiko tenggelam saat melalukan penelusuran gua.
7. SINGLE ROPE TECHNIQUE(SRT). Peralatan ini menjadi
penglengkapan pribadi untuk menghemat tenaga dan efektivitas
penelusuran, beberapa alat yang disesuaikan dengan tubuh
pemakainya yaitu:
1. Harnes kursi. Digunakan untuk mengikat tubuh yang di pasang
pada pinggang dan paha, bentuk dan jenis kursi harnes yang
biasa dipakai adalah AVANTI, CROLL, RAPIDE, FRACTIO
2. Ascender. Digunakan untuk naik atau memanjat lintasan(tali),
ascender dibedakan menjadi dua bagian yaitu: hand ascender
(digunakan untuk dipengang di tangan) dan chest ascender
(digunakan untuk di ikatkan di dada). Jenisnya adalah HAND
JUMMAR, CROLL, BASIC JUMMAR, JUMMAR.
3. Descender. Digunakan untuk memuat lintasan(tali), jenis yang
sering digunakan yaitu:
 Capstand: simple stop descender dan auto stop
descender.
 Whaletail: biasa digunakan oleh caver di Australia.
 Rack: open dan close rack.
4. Mailon Rapide(MR). Ada tiga macam mailon rapide yaitu:
 Delta mr digunakan untuk menyambung(dua loop) seat
harness

12
 Semi circular mr digunakan untuk
menyambungkan(dua loop) seat harness
 Oval MR digunakan untuk menyambungkan chest
ascender dengan delta MR atau semi circular MR.
5. Chest Harness. Digunakan untuk mengikatkan seat harness
dengan dada.
6. Cows tail. Dibuat dengan tali dinamik yang di simpul dengan
salah satu talinya lebih pendek. Tali yang pendek digunakan
sebagai pengaman, tali yang panjang digunakan untuk
menghubungkan hand ascender dengan tubuh. Di kedua ujung
cows tail dipasang dua carbiner delta non screw.
7. Foot loop. Digunakan untuk pijakan kaki dan dihubungkan
dengan ascender.

Gambar 3. 1 SRT Set

B. Peralatan Tim
1. TALI. Tali yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik dan
memerlukan perawatan yang baik. Jenis tali dibagi menjadi dua
yaitu:

13
 Hawsterlet. Jenis ini tidak digunakan dalam penelusuran
gua vertical.
 Kernmantel. Tali jenis ini memiliki dua bagian yaitu kern
(bagian dalam/inti) dan mantel (bagian
luar/pembungkusnya) .
2. LADDERS. Ladders atau tangga tali biasanya terbuat dari kawat
baja atau dari tali dengan diameter tertentu (lebih kecil dari
diameter tali yang digunakan untuk vertical caving).
3. TALI PITA(WEBBING). Berbentuk tabung atau pipih (plate).
Sangat berguna untuk tambatan alam, deviasa maupun tambatan
lainnya. Disebut juga tape (pita) terbuat dari nilon. Digunakan
untuk membuat harness, anchor, dan lain-lain.
4. PADDING. Padding adalah pelindung tali dari gesekan. Biasanya
dibuat dari bahan terpal yang kuat menerima gesekan.
5. CARBINER. Fungsi alat ini sebagai pengait, berdasarkan
pengamannya carbiner dibagi menjadi dua yaitu:
 carbiner scew gate, jenis ini mempunyai pengunci pada
pintu atau gerbangnya
 carbiner non scew gate, jenis ini tidak mempuyai pengunci
pada pintu atau gerbangnya. Berdasarkan bentuknya
carbiner dibagi menjadi lima yaitu:
 oval carbiner, jenis ini dirancang jika mendapat
beban maka kedua sisinya mendapat beban yang
sama.
 delta carbiner, jenis ini diranjang jika kedua sisinya
mendapat beban maka kedua sisinya mendapatkan
beban yang berbeda, sisi utuh mendapat beban yang
lebih besar dari pada sisi pintu.
 D carbiner, jenis ini dirancang jika mendapat beban maka
kedua sisinya mendapat beban yang berbeda, sisi utuh
mendapat beban lebih kecil dari pada sisi pintu.

14
 A carbiner, jenis ini dirancang jika mendapat beban maka
kedua sisinya mendapat beban yang berbeda, sisi utuh
mendapat beban lebih besar dari pada sisi pintu.
 hart carbiner, jenis ini dirancang jika mendapat beban maka
kedua sisinya mendapat beban yang sama.
6. PENGAMAN SISIP. Pengaman sisip adalah peralatan tambahan
untuk membuat tambatan. Penggunanaan pengaman sisisp sangat
bergantung pada bentuk bawaan batuannya. Pengaman sisisp yang
sering digunakan yaitu:
 chock stopper, jenis berbentuk piramida tumpul, bisa
digunakan untuk celah vertical maupun horizontal.
 hexentrik, jenis ini digunakan untuk celah vertical maupun
horizontal.
 friend, jenis ini digunakan untuk dibebani secara vertical.
 chock stone, jenis ini bekerja seperti pengaman sisip
lainnya, bisa terpasang dengan sendirinya misalnya batu
yang terjatuh lalu terjepit pada celah, maupun dipasang
dengan segaja.
7. PAKU PITON. Adalah salah satu bentuk pengaman tambahan
yang berbentuk seperti paku yang ditanamkan pada celah vertical
maupun horizontal.
8. BOLTS. Pada penelusuran gua vertical , jika kita menemukan
natural anchor maupun pemasangan pengaman sisip lainnya, maka
satu-satunya pilihan adalah pemasangan bolts(bor tebing).
9. HANGER. Peralatan ini adalah pasangan dari bolts, hanger ini
digunakan untuk menambatkan tali. Macam-macam hanger
berdasarkan medan yang ada:
 plate hanger, jenis ini digunakan untuk tebing yang tidak
overhang, carbiner yang digunakan adalah carbiner oval,
sisi carbiner harus selalu menempel pada dinding.

15
 twiste hanger, jenis ini digunakan untuk dinding yang
overhang maupun untuk roof, carbiner yang biasa
digunakan adalah carbiner oval maupun carbiner delta.
 ring hanger, jenis ini digunakan untuk dinding yang
overhang maupun dinding lurus, carbiner yang biasa
digunakan bisa carbiner oval, carbiner. Bisa juga tanpa
carbiner.
 clown hanger, jenis ini digunakan untuk semua medan,
hanger ini tidak menggunakan carbiner.
8. DRIVER. Digunakan untuk mengebor dinding atau tebing.
9. HAMMER. Digunakan untuk mengetes batuan yang akan
digunakan untuk anchor juga untuk mengebor tebing.
10. TACKLE BAG. Tas khusus untuk penelusuran gua, terbuat
dari bahan terpal yang tahan gesek.
11. PULLEY. Berbentuk kerekan yang prinsip kerjanya untuk
memperingan penarikan beban, biasanya digunakan untuk
rescue.
12. Ascender. Digunakan untuk naik atau memanjat lintasan tali.
Dibedakan menjadi hand ascender (dipegang tangan) dan chest
ascender (diikatkan di dada). Macamnya :
 Hand jummar
 Croll
 Basic jummar
 Chest Harnest. Digunakan untuk mengikatkan seat
harness dengan dada.
13. Descender. Digunakan untuk menuruni lintasan tali. Macamnya
Capstand, terdiri dari dua jenis, yaitu ; simple stop (bobbin/non
auto stop) dan auto stop.
 Mallion Rapid (MR), ada 3 macam, yaitu :
 Delta MR, digunakan untuk menyambung seat harness.

16
 Semi Circular MR/ halfmoon MR, digunakan untuk
menyambung seat harness.
 Oval MR, digunakan untuk menyambung chest
ascender dengan delta MR dan semi circular MR.
14. Cowstail. Dibuat dengan tali dinamis yang disimpul dengan
salah satu ujung tali lebih pendek. Tali yang pendek digunakan
sebagai pengaman/tambatan pengaman, sedangkan yang
panjang dihubungkan dengan Hand Ascender dengan tubuh.
15. Foot Loop. Digunakan sebagai pijakan kaki dan dihubungkan
dengan ascender.
Gambar 3. 2 peralatan caving

Teknik penelusuran gua vertikal

Pembuatan anchor. Anchor adalah tambatan point atau obyek yang


akan dijadikan tambatan. Anchor dapat dibuat di pohon, lubang tembus,
rekahan dan chock stone. Pembuatan anchor harus memperhatikan

17
beberapa hal, yaitu kuat, lintasan aman dilewati dan tidak merusak alat.
Anchor dibuat dengan menggunakan Carrabiner yang dipasangkan pada
webbing atau prusik yang dibentuk sling. Sling dililitkan pada obyek yang
akan dijadikan tambatan dan disambung dengan carabinner.

Anchor ada dua yaitu main-anchor dan back-up anchor. Main


anchor atau anchor utama adalah anchor yang secara langsung
mendapatkan beban saat lintasan digunakan. Back-up anchor berfungsi
sebagai pengaman cadangan jika main anchor terlepas atau jebol.
Penentuan posisi pemasangan antara main anchor dan backup anchor perlu
memperhitungkan fall factor, yaitu beban hentakan/ jatuh yang diterima
backup anchor saat main anchor terlepas atau jebol. Oleh karena itu,
kekuatan anchor harus benar-benar diperhitungkan, terutama backup
anchor. Karena backup dirancang untuk mendapatkan beban hentakan
maka point untuk backup harus benar-benar kuat.

Terdapat pula jenis anchor yang dinamakan Y anchor, dibuat


dengan tujuan untuk membagi beban yang diterima di kedua sisi dan
menempatkan lintasan di posisi tertentu. Bentuknya seperti hutuf Y. Sudut
yang digunakan tidak boleh melebihi 1200 karena akan membuat kedua
tali sama-sama tegang sehingga tujuan untuk membagi beban tidak
tercapai, bahkan sebaliknya beban yang diterima ditiap titik tambatan akan
lebih besar daripada beban sebenarnya. Untuk lintasan yang
memungkinkan terjadi friksi, maka diberikan pedding untuk menjaga agar
tali lintasan tidak terkena friksi.

Anchor dibuat dengan menggunakan Carrabiner yang dipasangkan pada


webbing atau prusik yang dibentuk sling. Sling dililitkan pada obyek yang
akan dijadikan tambatan dan disambung dengan carrabiner.

Manajemen penelusuran. Manajemen penelusuran adalah suatu


aturan/ langkah-langkah yang harus diikuti sebelum, dan dapat

18
dilaksanakan selama dan sesudah kegiatan. Pertama yaitu leader, bertugas
sebagai rigging man yaitu orang yang membuat jalur lintasan,
bertanggungjawab atas anggotanya, memastikan kemanan lintasan,
memastikan lintasan aman dilewati semua anggota. Kedua assisten rigging
man yaitu sebagai backup dari leader atau rigging man yang mengetahui
segala yang dibutuhkan leader atau rigging man. Ketiga ada anggota
penelusuran gua. Pakaian yang digunakan menutup seluruh tubuh dan
mudah kering atau pakaian yang tidak menyerap air. Wajib menggunakan
sepatu, lebih baik sepatu boot. Menggunakan senter yang terang, sebisa
mungkin menggunakan headlamp agar tangan dapat bergerak bebas.

Dalam penelusuran gua dibutuhkan minimal 4 orang dan


maksimum 6 orang, hal ini berkaitan dengan oksigen yang ada didalam
gua sangat minimum. Dibutuhkan minimal 1 orang yang berada diatas,
tugasnya mengawasi dan mengabarkan keadaan yang terjadi di atas.
Peralatan SRT set yang dibutuhkan dalam setiap penelusuran minimal
setengah dari keseluruhan yang ikut. Namun, sebisa mungkin setiap orang
satu SRT set karena ketika berada didalam gua maksimum 2 jam. Hal
tersebut disebabkan beberapa hal antara lain oksigen yang minimum dalam
gua dan cuaca yang tidak dapat diprediksikan.

Teknik penelusuran gua horizontal

Pada dasarnya setiap penelusur gua, harus memulai perjalanannya


dalam kondisi tubuh fit. Apabila badan terasa kurang fit, sebaiknya
perjalanan eksplorasi gua dibatalkan (etika penelusuran gua). Hal ini
disebabkan karena udara di dalam gua sangat buruk, penuh deposit kotoran
burung dan kelelawar, ditambah kelembaban yang sangat tinggi. Mudah
sekali dalam kondisi demikian seorang penelusur gua terserang penyakit
paru-paru, beberapa pioneer penelusur gua menghentikan kegiatan
eksplorasinya karena terserang penyakit ini.

19
Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua
sedikit banyak harus harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting
tidak cepat menjadi panik dalam keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh
juga mempengaruhi kecepatan gerak seorang penelusur gua. Penelusur
Gua ideal adalah yang memiliki badan relatif kecil meskipun belum tentu
menjadi jaminan akan menjadi penelusur handal.

Dalam penelusuran horisontal, kita lakukan gerak, jalan


membungkuk, merangkak, merayap, tengkurap, dan kadang terlentang,
menyelam serta berenang. Dengkul dan ujung siku merupakan sisi penting
buat seorang penelusur atau caver.

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menelusur gua dapat dikerjakan untuk olahraga maupun untuk
tujuan ilmiah. Namun kedua kategori penelusur gua wajib menjunjung
tinggi etika dan kewajiban kegiatan penelusur gua ini agar lingkungan
tidak rusak, agar para penelusur sadar akan bahaya-bahaya kegiatan ini
dan mampu mencegah terjadinya musibah dan agar si penelusur sadar
akan kewajibannya terhadap sesama penelusur dan masyarakat disekitar
lokasi gua-gua.

Dengan mengenali dan mengerti jenis-jenis gua tersebut maka kita


akan mendapatkan pengetahuan dan peralatan apa yang kita butuhkan
dalam aktivitas caving tersebut, karena beda karakter terkadang
membutuhkan peralatan khusus yang berbeda pula.

Apabila kita melakukan penelusuran dalam gua, kita tidak asing


lagi dengn bentukan khas dan mempunyai daya tarik tersendiri karena
bentuknya yang bermacam-macam dan unik. Biasanya adanya rekahan-
rekahan yang terbuka menyebabkan air mudah meresap ke dalam lapisan
batugamping, kemudian muncul pada langit-langit, dinding, serta lantai
gua membentuk ornamen gua (speleothem) yang paling terkenal adalah
stalactite dan stalagmite.

Antroposentrisme adalah Manusia sebagai objek utama


pengunjung gua, sehingga perlu di perhatikan keamanan, dan kenyamanan
dalam penelusuran gua. Manusia sering merusak gua dengan alasan yang
sangat buruk yaitu demi keselamatan manusia dan gua pun menjadi
korbannya. Antrosentrisme terbagi tiga penyebab: dari manusia, peralatan
yang dipakaidan kondisi gua tersebut.

21
Manajemen penelusuran adalah suatu aturan/ langkah-langkah
yang harus diikuti sebelum, dan dapat dilaksanakan selama dan sesudah
kegiatan. Pertama yaitu leader, bertugas sebagai rigging man yaitu orang
yang membuat jalur lintasan, bertanggungjawab atas anggotanya,
memastikan kemanan lintasan, memastikan lintasan aman dilewati semua
anggota. Kedua assisten rigging man yaitu sebagai backup dari leader atau
rigging man yang mengetahui segala yang dibutuhkan leader atau rigging
man. Ketiga ada anggota penelusuran gua. Pakaian yang digunakan
menutup seluruh tubuh dan mudah kering atau pakaian yang tidak
menyerap air. Wajib menggunakan sepatu, lebih baik sepatu boot.
Menggunakan senter yang terang, sebisa mungkin menggunakan headlamp
agar tangan dapat bergerak bebas.

B. Saran
Sebelum kita menyusuri gua banyak hal yang perlu diperhatikan dan
dipersiapkan. Karena dalam menyusuri gua banyak rintangan dan
hambatan yang akan dilewati. Banyak hal yang perlu kita pelajari sebelum
turun langsung ke lapangan. Banyak persiapan yang perlu di bawa, yaitu
peralatan khusus untuk menyusuri gua. Keselamatan adalah hal utama
dalam melakukan perjalanan susur gua. Gua mempunyai jenisnya masing-
masing. Sebelum kita menulusuri gua, kita harus tahu jenis gua yang akan
kita telusuri, karena itu akan berppengaruh dengan medan yang akan kita
lewati. Setiap jenis gua berbeda-beda medan dan cara menyusurinya.

22
DAFTAR PUSTAKA

GITAPALA. (2014). STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DIVISI


PENELUSURAN GOA. https://gitapala.tp.ugm.ac.id.

sandan, B. (2019). Peralatan Susur Gua (Caving). http://solatadomai.com/.

23

Anda mungkin juga menyukai