“SUSUR GUA”
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Atlas dan Peta Navigasi
ABKA523
Dosen pengampu:
Di susun oleh :
NIM : 1910115220013
BANJARMASIN
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia – Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai waktunya. Saya mencoba berusaha menyusun makalah ini sedemikian rupa
dan PETA NAVIGASI yang merupakan judul dari makalah saya, yaitu “ SUSUR
GUA”
Disamping itu, saya berharap bahwa makalah ini dapat dijadikan bekal
pengetahuan untuk melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Saya
sehingga saya berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian khususnya dari
dosen mata kuliah atlas dan peta navigasi agar dapat meningkatkan mutu dalam
penyajian. berikutnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Batasan Masalah...........................................................................................2
D. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
E. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Penjelasan Divisi Penelusuran Gua...............................................................4
B. Jenis Jenis Gua..............................................................................................4
C. Karakteristik Gua..........................................................................................6
D. Bahaya penelusuran gua dan penanggulangannya......................................10
E. Standar operasional penelusuran gua..........................................................11
BAB IV PENUTUP...............................................................................................21
A. Kesimpulan.................................................................................................21
B. Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, kegiatan di alam bebas semakin berkembang. Mendaki
gunung sudah sangat dikenal, meniti tebing terjal, bahkan menginjak
puncak gunung es atau salju sudah banyak dikenal orang. Kegiatan lain di
alam bebas yang mulai berkembang dan dapat menjadi alternatif adalah
telusur gua. Jika bentuk kegiatan di alam bebas kebanyakan dilakukan di
alam terbuka, tidak demikian halnya dengan telusur gua, kegiatan ini justru
dilakukan di dalam tanah.
Telusur Gua atau Caving berasal dari kata “cave” yang artinya gua.
Menurut Mc Clurg, cave atau gua bearti “ruang alamiah di dalam bumi”,
yang biasanya terdiri dari ruangan-ruangan dan lorong-lorong. Setiap
aktivitas penelusuran gua, tidak lepas dari keadaan gelap total. Justru
keadaan seperti ini yang menjadi daya tarik bagi seorang caver, sebutan
untuk seorang penelusur gua. Petualangan di lorong gelap bawah tanah
menghasilkan pengalaman tersendiri. Perasaan ingin tahu yang besar
bercampur dengan perasaan cemas karena gelap total.
C. Batasan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka batasan masalah yang di
lampirkan, yaitu hanya berkaitan dengan gua. Baik itu penjelasan
mengenai gua dan peralatan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan
susur gua.
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud divisi penelusuran gua
2. Untuk mengetahui apa saja jenis0jenis gua
3. Untuk mengetahui karakteristik gua
4. Untuk mengetahui bahaya dalam menyusuri gua
5. Untuk mengetahui standar operasional penelusuran gua
E. Manfaat Penulisan
Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang
kegiatan susur gua dan dapat digunakan sebagai bahan belajar untuk mata
kuliah Atlas dan Peta Navigasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Susur gua atau jelajah gua (caving) adalah olahraga rekreasi menjelajah
gua. Tantangan dari olahraga ini tergantung dari gua yang dikunjungi, tapi
seringkali termasuk negosiasi lubang, kelebaran, dan air. Pemanjatan atau
perangkakan sering dilakukan dan tali juga digunakan di banyak tempat.
Gua telah dijelajahi karena kebutuhan manusia untuk beberapa ribu tahun,
namun hanya dalam beberapa abad terakhir aktivitas ini menjadi sebuah olahraga.
Dalam decade terakhir caving telah berubah karena adanya perlatan dan baju
perlindungan modern. Banyak keahlian dalam caving dapat digunakan di olahraga
lain seperti penjelajahan tambang dan penjelajah perkotaan.
3
BAB III
PEMBAHASAN
Gua adalah ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki orang. Gua
memeliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara yang di dalamnya,
yaitu pada saat udara diluar panas maka didalamya akan terasa sejuk
begitu juga sebaliknya. Sifat tersebut yang menyebabkan gua di gunakan
sebagai tempat berlindung. Bentukan alam yang berada di gua terbentuk
dalam kurun waktu ribuan tahun, sehingga diperlukan kesadaran untuk
tidak merusak dan memindahkan hal-hal yang berada di gua tanpa tujuan
yang jelas dan tidak dapat dipertanggung jawabkan. Wajib bagi penelusur
gua untuk mengetahui dan mempelajari gua sehingga tidak menimbulkan
kerusakan pada gua itu sendiri. Sebagai penelusur gua untuk menjaga
lingkungan yang berada di gua untuk tidak menggangu habitat yang ada di
dalamnya.
4
1. Jenis gua Menurut bentuknya:
Gua Vertikal. Yakni gua yang mempuyai lorong berbentuk
vertikal mirip sumur yang biasa disebut dengan gua potholing
Gua Horizontal. Yakni gua yang mempunyai lorong berbentuk
horizontal namun demikian bukan lurus saja tetapi mempunyai
kelokan dan lorong yang naik turun
2. Jenis Gua Berdasar Batuan Pembentuknya :
Gua Karst. Gua jenis ini merupakan bagian terbesar dari jenis
gua yang ada di dunia.Gua yang terbentuk pada kawasan yang
telah mengalami Karstifikasi atau pelarutan. Sekitar 70 % gua
yang ada didunia terbentuk pada Kawasan Karst. Indonesia
memiliki kawasan karst yang luasnya sekitar 15,4 juta hektare
dan tersebar hampir di seluruh Indonesia. Keberadaan kawasan
ini menunjukkan bahwa pulau-pulau Indonesia banyak yang
pernah menjadi dasar laut, namun kemudian terangkat dan
mengalami pengerasan. Wilayah karst biasanya berbukit-bukit
dengan banyak gua.
Gua Litoral. Gua ini terbentuk akibat adanya proses erosi dan
pengikisan dari air laut terhadap batuan di pantai seperti pada
tebing-tebing pantai yang curam dan berlangsung dalam proses
yang lama. Gua ini terdapat di daerah pantai, palung laut, atau
pada tebbing muara sungai. Terbentuk akibat terpaan ombak
pantai sehingga membentuk lorong-lorong yang akhirnya
menjadi sebuah gua. Namun untuk menelusuri gua ini, kita
harus berhati-hati karena gua biasanya akan terendam oleh air
pasang laut.
Gua Es. Gua es adalah jenis gua alam yang terbentuk dari es
dalam jumlah besar dan memiliki suhu yang sangat rendah.
Gua Pasir. Gua yang terbentuk dari material pasir. Gua es dan
gua pasir adalah jenis gua yang termasuk sulit untuk dijumpai
5
karena jumlahnya kurang dari 5% dari jumlah gua yang ada
didunia.
Gua lava. Terbentuk karena kejadian yakni gejala aktivitas
vulkanologi yang biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari
batuan muda (endapan lahar)
C. Karakteristik Gua
Apabila kita melakukan penelusuran dalam gua, kita tidak asing
lagi dengn bentukan khas dan mempunyai daya tarik tersendiri karena
bentuknya yang bermacam-macam dan unik. Biasanya adanya rekahan-
rekahan yang terbuka menyebabkan air mudah meresap ke dalam lapisan
batugamping, kemudian muncul pada langit-langit, dinding, serta lantai
gua membentuk ornamen gua (speleothem) yang paling terkenal adalah
stalactite dan stalagmite.
6
perbedaan tekanan 1 atm antar unjungnya). Permeabilitas primer
adalah melalui pori dai batuan,sedangkan permeabilitas sekunder
melalui kekar, sesar, atai gua hasil pelarutan (solution cavity).
Porositas dan permeabilitas di daerah batugamping sangat besar
pengaruhnya terhadap pada proses bentukan gua. Untuk itu perlu
sekali dipahami.
4. Lapisan (Bed) dan Bidang Lapisan (Bedding Plane). Bentuk dan
keteabalan bed adalah faktor-faktor dalam speleogenesis. Lapisan tipis
dengan ketebalan tidak lebih dari 25-50 cm, mengadakan banyak
bidang perlapisan, sedikit konsentrasi aliran, sehingga pengembangan
gua menjadi terhalangi. Lapisan yang tebal memiliki bidang lapisan
lebih sedikit sehingga jumlah alirannya terbatas, dan bisa
menyebabkan perkembangan gua dengan ukuran lebih panjang.
5. Stylolite. Banyak bedding plane pada batugamping yang
menampakkan ciri-ciri pelarutan tekanan yang dikenal sebagai
stylolite. Jika sebuah material yang tidak dapat terlarutkan tersebar
sepanjang bedding plane, pengaruh dari berat lapisan yang lebih muda
adalah menekan lapisan bersama-sama. Dibawah tekanan yang
demikian itu kalsium karbonat yang kontak dengan butiran kwarsa
dapat terlarutkan, dan pelarutan yang semacam itu secara istimewa
diatas puncak butiran dan dibawah satu sama lain. Hasil jaringan
adalah sebuah serupa dengan bentuk tiga dimensional zig-zag. Dilihat
dalam sebuah muka join, terlihat seperti jejak dari pen recorder,
sehingga disebut stylolite.
6. Struktur. Saat terlitifikasi, massa batu gamping mengalami tekanan dan
regangan dari apa yang disebut gaya tektonik, didalam Bumi. Tekanan
dapat menyebabkan mengalami kemiringan atau lipatan, sehingga
menyebabkan llapisan batu gamping terinklinasi dan bagian lemah dari
perlekatan terinklinasi kearah yang sama. Tekanan juga menyebabkan
terjadinya retakan pada batugamping, menyebabkan terjadinya kekar
dan sesar. Di banyak kejadian, seharusnya surveyor gua dapat mem-
7
plot disposisi dari kekar, sesar, dan dip dari kemiringan lapisan sesuai
dengan kemajuan survey. Hal ini akan sangat membantu interpretasi
dari asal muasal gua di kemudian hari dan dapat menghilangkan
beberapa rangkaian survai geologi yang diperlukan bahaya kesalahan
lokasi.
7. Kekar (Joint). Kekar dan sesar, keduanya adalah fracture (retakan),
namun kekar tidak ada displacement, sedangkan sesar, definisinya
adalah bidang displacement. Keduanya dihasilkan oleh kompresi,
tensi, dan torsi, dengan berbagai kemungkinan arah. Ada beberapa
jenis kekar (joint):
conjugate joint, adalah joint yang hanya melalui satu bed saja,
atau paling banyak hanya dua atau tiga lapisan.
master joint, adalah joint yang melalui bed yang lebih tebal
daripada joint yang lain.
8
memiliki lapisan yang merupakan kebalikannya. Ukurannya dapat
beberapa feet dan dapat pla luasnya berkilometer dan ribuan meter.
Inklinasi dari lapisan batugaping dapat memberikan sumbangan
distribusi beberapa joint dan sesar serta berbagai bentuk zona lemah
batuan lainnya.
9. Sesar. Sesar ada tiga jenis; normal, wrench atau tear, dan reverse atau
thrust. Sesar adalah fracture yang mengalami dislokasi. Hal ini juga
memungkinkan awal terjadinya spelegenesis sepanjang sesar. Salah
satu pengaruh utama dari sesar adalah displacement lapisan yang
memiliki karakter speleogenesis, berjauhan satu sama lain. Selain itu
sesar dapat menghasilkan bed yang berbeda, bersamaan dengan
karakter speleogenetik yang sama, posisi yang berlawanan; gua
hasilnya dapat ditandai dengan perubahan ukuran detail potongan dan
ciri-cirinya ditempat lintasan sesar.
Pergerakan sesar seringkali berkesudahan dalam sebuah fragmen
batuan yang ter-crush atau ter-grind membentuk sebuah zona atau
sebuah pita breksi daripada sebuah bidang sesar clean-cut. Breksi
semacam itu biasanya merupakan sementasi dari kalsit, tetapi cukup
permeable sehingga menjadi faktor yang cukup penting dalam
perkembangan gua.
Berbagai macam hipotesis tentang asal muasal gua telah dibuat
yang mana titik awalnya adalah sebuah masa homogen batugamping
yang kemudian terangkat dari muka air laut. Dengan asumsi bahwa
batugamping adalah homogen, maka variabel sedimen gamping dan
tekstur diagenesis menjadi diabaikan. Padahal tringkah laku dari;
ukuran butir dan pori, permeabilitas yang berbeda; sifat dasar bedding
plane, stylolite, kekar, sesar, lapisan mineral, karst yang terkubur,
semuanya memiliki arti yang sangat penting dalam mengontrol tempat,
waktu, dan tingkatan speleogenesis. Tidak ada sistem gua yang dapat
dipahami secara penuh jika faktor-faktor tersebut tidak dianalisa.
9
Pada teori awal, mulanya semua pathway dari speleogenetik adalah
dalam zona phreatic. Faktor geologi yang kemudian mengontrol
pathway berkembang menjadi gua. Studi yang mutakhir menunjukkan,
bahwa pathway dapat berkembang menjadi gua sistem vadose, dan
juga, gua ada juga yang berkembang langsung ketika pada zona
vadose.
10
6. Akal sehat, keterampilan, persiapan yang matang dan pengalaman
merupakan pegangan dalam penelusuran gua.
7. Naluri keselamatan yang ada dalam penelusuran gua harus di
kembangkan, karena naluri ini sering diandalkan sebagai faktor
pengamanan yang ambuh.
11
bagaian atas dan bawah yang tersambung menjadi satu dan
memiliki lengan panjang.
5. SARUNG TANGAN. Sarung tangan berguna untuk melindungi
tangan dari gesekan permukaan batu yang tajam, fungsi lainnya
yaitu melindungi tangan dari gesekan tali yang bisa menimbulkan
luka dan panas.
6. PELAMPUNG. Untuk perlengkapan ini bisa kita bawah jika
genangan air dalam gua cukup tinggi. Pelampung dapat
mengurangi resiko tenggelam saat melalukan penelusuran gua.
7. SINGLE ROPE TECHNIQUE(SRT). Peralatan ini menjadi
penglengkapan pribadi untuk menghemat tenaga dan efektivitas
penelusuran, beberapa alat yang disesuaikan dengan tubuh
pemakainya yaitu:
1. Harnes kursi. Digunakan untuk mengikat tubuh yang di pasang
pada pinggang dan paha, bentuk dan jenis kursi harnes yang
biasa dipakai adalah AVANTI, CROLL, RAPIDE, FRACTIO
2. Ascender. Digunakan untuk naik atau memanjat lintasan(tali),
ascender dibedakan menjadi dua bagian yaitu: hand ascender
(digunakan untuk dipengang di tangan) dan chest ascender
(digunakan untuk di ikatkan di dada). Jenisnya adalah HAND
JUMMAR, CROLL, BASIC JUMMAR, JUMMAR.
3. Descender. Digunakan untuk memuat lintasan(tali), jenis yang
sering digunakan yaitu:
Capstand: simple stop descender dan auto stop
descender.
Whaletail: biasa digunakan oleh caver di Australia.
Rack: open dan close rack.
4. Mailon Rapide(MR). Ada tiga macam mailon rapide yaitu:
Delta mr digunakan untuk menyambung(dua loop) seat
harness
12
Semi circular mr digunakan untuk
menyambungkan(dua loop) seat harness
Oval MR digunakan untuk menyambungkan chest
ascender dengan delta MR atau semi circular MR.
5. Chest Harness. Digunakan untuk mengikatkan seat harness
dengan dada.
6. Cows tail. Dibuat dengan tali dinamik yang di simpul dengan
salah satu talinya lebih pendek. Tali yang pendek digunakan
sebagai pengaman, tali yang panjang digunakan untuk
menghubungkan hand ascender dengan tubuh. Di kedua ujung
cows tail dipasang dua carbiner delta non screw.
7. Foot loop. Digunakan untuk pijakan kaki dan dihubungkan
dengan ascender.
B. Peralatan Tim
1. TALI. Tali yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik dan
memerlukan perawatan yang baik. Jenis tali dibagi menjadi dua
yaitu:
13
Hawsterlet. Jenis ini tidak digunakan dalam penelusuran
gua vertical.
Kernmantel. Tali jenis ini memiliki dua bagian yaitu kern
(bagian dalam/inti) dan mantel (bagian
luar/pembungkusnya) .
2. LADDERS. Ladders atau tangga tali biasanya terbuat dari kawat
baja atau dari tali dengan diameter tertentu (lebih kecil dari
diameter tali yang digunakan untuk vertical caving).
3. TALI PITA(WEBBING). Berbentuk tabung atau pipih (plate).
Sangat berguna untuk tambatan alam, deviasa maupun tambatan
lainnya. Disebut juga tape (pita) terbuat dari nilon. Digunakan
untuk membuat harness, anchor, dan lain-lain.
4. PADDING. Padding adalah pelindung tali dari gesekan. Biasanya
dibuat dari bahan terpal yang kuat menerima gesekan.
5. CARBINER. Fungsi alat ini sebagai pengait, berdasarkan
pengamannya carbiner dibagi menjadi dua yaitu:
carbiner scew gate, jenis ini mempunyai pengunci pada
pintu atau gerbangnya
carbiner non scew gate, jenis ini tidak mempuyai pengunci
pada pintu atau gerbangnya. Berdasarkan bentuknya
carbiner dibagi menjadi lima yaitu:
oval carbiner, jenis ini dirancang jika mendapat
beban maka kedua sisinya mendapat beban yang
sama.
delta carbiner, jenis ini diranjang jika kedua sisinya
mendapat beban maka kedua sisinya mendapatkan
beban yang berbeda, sisi utuh mendapat beban yang
lebih besar dari pada sisi pintu.
D carbiner, jenis ini dirancang jika mendapat beban maka
kedua sisinya mendapat beban yang berbeda, sisi utuh
mendapat beban lebih kecil dari pada sisi pintu.
14
A carbiner, jenis ini dirancang jika mendapat beban maka
kedua sisinya mendapat beban yang berbeda, sisi utuh
mendapat beban lebih besar dari pada sisi pintu.
hart carbiner, jenis ini dirancang jika mendapat beban maka
kedua sisinya mendapat beban yang sama.
6. PENGAMAN SISIP. Pengaman sisip adalah peralatan tambahan
untuk membuat tambatan. Penggunanaan pengaman sisisp sangat
bergantung pada bentuk bawaan batuannya. Pengaman sisisp yang
sering digunakan yaitu:
chock stopper, jenis berbentuk piramida tumpul, bisa
digunakan untuk celah vertical maupun horizontal.
hexentrik, jenis ini digunakan untuk celah vertical maupun
horizontal.
friend, jenis ini digunakan untuk dibebani secara vertical.
chock stone, jenis ini bekerja seperti pengaman sisip
lainnya, bisa terpasang dengan sendirinya misalnya batu
yang terjatuh lalu terjepit pada celah, maupun dipasang
dengan segaja.
7. PAKU PITON. Adalah salah satu bentuk pengaman tambahan
yang berbentuk seperti paku yang ditanamkan pada celah vertical
maupun horizontal.
8. BOLTS. Pada penelusuran gua vertical , jika kita menemukan
natural anchor maupun pemasangan pengaman sisip lainnya, maka
satu-satunya pilihan adalah pemasangan bolts(bor tebing).
9. HANGER. Peralatan ini adalah pasangan dari bolts, hanger ini
digunakan untuk menambatkan tali. Macam-macam hanger
berdasarkan medan yang ada:
plate hanger, jenis ini digunakan untuk tebing yang tidak
overhang, carbiner yang digunakan adalah carbiner oval,
sisi carbiner harus selalu menempel pada dinding.
15
twiste hanger, jenis ini digunakan untuk dinding yang
overhang maupun untuk roof, carbiner yang biasa
digunakan adalah carbiner oval maupun carbiner delta.
ring hanger, jenis ini digunakan untuk dinding yang
overhang maupun dinding lurus, carbiner yang biasa
digunakan bisa carbiner oval, carbiner. Bisa juga tanpa
carbiner.
clown hanger, jenis ini digunakan untuk semua medan,
hanger ini tidak menggunakan carbiner.
8. DRIVER. Digunakan untuk mengebor dinding atau tebing.
9. HAMMER. Digunakan untuk mengetes batuan yang akan
digunakan untuk anchor juga untuk mengebor tebing.
10. TACKLE BAG. Tas khusus untuk penelusuran gua, terbuat
dari bahan terpal yang tahan gesek.
11. PULLEY. Berbentuk kerekan yang prinsip kerjanya untuk
memperingan penarikan beban, biasanya digunakan untuk
rescue.
12. Ascender. Digunakan untuk naik atau memanjat lintasan tali.
Dibedakan menjadi hand ascender (dipegang tangan) dan chest
ascender (diikatkan di dada). Macamnya :
Hand jummar
Croll
Basic jummar
Chest Harnest. Digunakan untuk mengikatkan seat
harness dengan dada.
13. Descender. Digunakan untuk menuruni lintasan tali. Macamnya
Capstand, terdiri dari dua jenis, yaitu ; simple stop (bobbin/non
auto stop) dan auto stop.
Mallion Rapid (MR), ada 3 macam, yaitu :
Delta MR, digunakan untuk menyambung seat harness.
16
Semi Circular MR/ halfmoon MR, digunakan untuk
menyambung seat harness.
Oval MR, digunakan untuk menyambung chest
ascender dengan delta MR dan semi circular MR.
14. Cowstail. Dibuat dengan tali dinamis yang disimpul dengan
salah satu ujung tali lebih pendek. Tali yang pendek digunakan
sebagai pengaman/tambatan pengaman, sedangkan yang
panjang dihubungkan dengan Hand Ascender dengan tubuh.
15. Foot Loop. Digunakan sebagai pijakan kaki dan dihubungkan
dengan ascender.
Gambar 3. 2 peralatan caving
17
beberapa hal, yaitu kuat, lintasan aman dilewati dan tidak merusak alat.
Anchor dibuat dengan menggunakan Carrabiner yang dipasangkan pada
webbing atau prusik yang dibentuk sling. Sling dililitkan pada obyek yang
akan dijadikan tambatan dan disambung dengan carabinner.
18
dilaksanakan selama dan sesudah kegiatan. Pertama yaitu leader, bertugas
sebagai rigging man yaitu orang yang membuat jalur lintasan,
bertanggungjawab atas anggotanya, memastikan kemanan lintasan,
memastikan lintasan aman dilewati semua anggota. Kedua assisten rigging
man yaitu sebagai backup dari leader atau rigging man yang mengetahui
segala yang dibutuhkan leader atau rigging man. Ketiga ada anggota
penelusuran gua. Pakaian yang digunakan menutup seluruh tubuh dan
mudah kering atau pakaian yang tidak menyerap air. Wajib menggunakan
sepatu, lebih baik sepatu boot. Menggunakan senter yang terang, sebisa
mungkin menggunakan headlamp agar tangan dapat bergerak bebas.
19
Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua
sedikit banyak harus harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting
tidak cepat menjadi panik dalam keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh
juga mempengaruhi kecepatan gerak seorang penelusur gua. Penelusur
Gua ideal adalah yang memiliki badan relatif kecil meskipun belum tentu
menjadi jaminan akan menjadi penelusur handal.
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menelusur gua dapat dikerjakan untuk olahraga maupun untuk
tujuan ilmiah. Namun kedua kategori penelusur gua wajib menjunjung
tinggi etika dan kewajiban kegiatan penelusur gua ini agar lingkungan
tidak rusak, agar para penelusur sadar akan bahaya-bahaya kegiatan ini
dan mampu mencegah terjadinya musibah dan agar si penelusur sadar
akan kewajibannya terhadap sesama penelusur dan masyarakat disekitar
lokasi gua-gua.
21
Manajemen penelusuran adalah suatu aturan/ langkah-langkah
yang harus diikuti sebelum, dan dapat dilaksanakan selama dan sesudah
kegiatan. Pertama yaitu leader, bertugas sebagai rigging man yaitu orang
yang membuat jalur lintasan, bertanggungjawab atas anggotanya,
memastikan kemanan lintasan, memastikan lintasan aman dilewati semua
anggota. Kedua assisten rigging man yaitu sebagai backup dari leader atau
rigging man yang mengetahui segala yang dibutuhkan leader atau rigging
man. Ketiga ada anggota penelusuran gua. Pakaian yang digunakan
menutup seluruh tubuh dan mudah kering atau pakaian yang tidak
menyerap air. Wajib menggunakan sepatu, lebih baik sepatu boot.
Menggunakan senter yang terang, sebisa mungkin menggunakan headlamp
agar tangan dapat bergerak bebas.
B. Saran
Sebelum kita menyusuri gua banyak hal yang perlu diperhatikan dan
dipersiapkan. Karena dalam menyusuri gua banyak rintangan dan
hambatan yang akan dilewati. Banyak hal yang perlu kita pelajari sebelum
turun langsung ke lapangan. Banyak persiapan yang perlu di bawa, yaitu
peralatan khusus untuk menyusuri gua. Keselamatan adalah hal utama
dalam melakukan perjalanan susur gua. Gua mempunyai jenisnya masing-
masing. Sebelum kita menulusuri gua, kita harus tahu jenis gua yang akan
kita telusuri, karena itu akan berppengaruh dengan medan yang akan kita
lewati. Setiap jenis gua berbeda-beda medan dan cara menyusurinya.
22
DAFTAR PUSTAKA
23