Anda di halaman 1dari 35

BENTUK PENYAJIAN TARI SELODANG MAYANG DI KERATON

KESULTANAN KADRIYAH PONTIANAK


KALIMANTAN BARAT

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Diseminarkan Dalam Rangka Penyusunan Skripsi


Pada Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

OLEH:

NURUL OKY AZMADANTY

F1111171031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI DAN MUSIK


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
RENCANA PENELITIAN

A. Judul Penelitian

Bentuk Penyajian Tari Selodang Mayang di Keraton Kesultanan

Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat.

B. Latar Belakang Masalah

Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di

Pulau Kalimantan dengan ibu kota Provinsi Kota Pontianak. Kota Pontianak

merupakan ibu kota Kalimantan Barat yang di dirikan pada tahun 1771 oleh

Syarif Abdurrahman Alkadrie dengan membuka hutan di persimpangan

Sungai Landak dan Sungai Kapuas untuk mendirikan balai dan rumah

sebagai tempat tinggal pada tahun 1778.

Syarif Abdurrahman Alkadrie dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak.

Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Jami’ dan Istana

Kadriyah (Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak). Keraton Kesultanan

Kadriyah atau disebut Istana Kadriyah ini merupakan kerajaan kesultanan

melayu yang memiliki keanekaragaman adat-istiadat, budaya dan kesenian,

salah satu kesenian, khususnya seni tari yang pernah ada dan tercipta di

Keraton Kesultanan Kadriyah adalah Tari Selodang Mayang.

Keraton Kesultanan Kadriyah mempunyai tari klasik yang hanya

ditarikan di Keraton saja. Tari klasik di Keraton Kesultanan Kadriyah ini

adalah tari Selodang Mayang yang memilki berbagai ciri yang khas di

antaranya berpegang teguh terhadap paham tertentu, mempunyai nilai estetis

yang tinggi dan makna yang dalam serta juga di hadirkan dalam penampilan

1
baik dari gerakan, riasan sampai dengan kostum yang di gunakan. Tari klasik

merupakan tari tradisional yang lahir di lingkungan keraton, kemudian hidup

dan berkembang dan di wariskan secara turun temurun pada kalangan

bangsawan.

Tari Selodang Mayang merupakan tari tradisi melayu yang pernah ada

di Keraton Kesultanan Kadriyah. Menurut Narasumber yaitu Syarifah Fadlon

Alkadrie merupakan sepupu dari pencipta tari sekaligus sebagai penari dari

Tari Selodang Mayang. Tari ini tidak dipelajari secara umum oleh

masyarakat sekitar keraton, namun hanya para keturunan keluarga keraton

saja yang di ajarkan secara khusus mengenai tarian tersebut.

Tari Selodang Mayang adalah suatu rangkaian adat perkawinan di

Keraton yaitu adat mandi-mandi. Tari Selodang Mayang menceritakan

tentang acara mandi-mandi setelah sehari selesai prosesi pernikahan yakni

merupakan salah satu adat di Keraton Kadriyah tersebut. Tarian ini

menggambarkan kegembiraan, rasa syukur setelah acara pernikahan

dilaksanakan.

Pencipta tari sekaligus menjadi pemusik Selodang Mayang alm. Syarif

Salim Alkadrie terinspirasi dari kegiatan rangkaian adat pernikahan tersebut,

maka dari itu tercipta lah tari Selodang Mayang pada tahun 1985 pada masa

kejayaan Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak. Pada masa kejayaan

tersebut, selain terciptanya Tari Selodang Mayang tercipta juga tari Keriang

Bandong, tari Timang Banjar dan tari Dandeng keempat tarian ini

2
ditampilkan bersamaan diacara Festival Bujang Dare Pontianak dan Festival

Seni Budaya Istana Kadriyah pada tahun 1985.

Tari Selodang Mayang tergolong dalam bentuk tari kelompok. Gerak

merupakan bagian unsur utama dalam tari yang sangat berperan, gerak

tangan, kaki, badan dan kepala sehingga dapat menjadi satu tari yang utuh

untuk dinikmati oleh penonton yang melihatnya. Tari Selodang Mayang

terdapat gerak awal, gerak tengah dan gerak penutup.

Tari Selodang Mayang tidak ada mengalami perubahan pada ragam

gerak dari awal terciptanya tari, hanya terdiri dari tiga ragam gerak. Tari

Selodang Mayang tidak pernah ditampilkan ulang kembali, tidak ada

pelestarian dan tidak pernah dilatihkan atau dibina untuk generasi

selanjutnya.

Prosesi adat mandi-mandi ini tidak harus di laksanakan di Keraton

tetapi bisa juga dilaksanakan dirumah mempelai wanita. Tari Selodang

Mayang sampai saat ini belum pernah ditarikan selain di Keraton Kesultanan

Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat.

Alasan penulis memilih tari Selodang Mayang ini, belum ada

pendokumentasian yang akurat berupa tulisan tentang sgerak tari Selodang

Mayang. Alasan penulis tertarik untuk menganalisis bentuk penyajian dari

tari Selodang Mayang ini karena satu diantara penerusya masih hafal gerakan

tari Selodang Mayang dari awal sampai akhir. Maka dari itu, menurut penulis

dengan meneliti atau menjadikan sub fokus ke bentuk penyajian tari

Selodang Mayang bisa mendokumentasikan secara tertulis.

3
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber yang akurat

berupa tulisan atau pendokumentasian tentang tari Selodang Mayang di

Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat khususnya bentuk

penyajian tari dan dapat dijadikan referensi untuk generasi yang akan datang.

Bisa menjadi literasi atau pengemasan sebuah produk dalam bentuk dokumen

dan menjadi salah satu tawaran bagi guru-guru untuk mengemas dalam media

pembelajaran atau materi ajar.

Penulis berharap dengan adanya pelestarian ini dapat menjadi motivasi

agar generasi muda penerus bangsa dapat mengenal kesenian-kesenian

tradisional serta mengenal tari Selodang Mayang sebagai identitas di Keraton

Kesultanan Kadriyah Pontianak. Merupakan satu diantara kesenian tradisi

yang sampai saat ini masih sangat kurang dikenal masyarakat sekitar, maka

dari itu kesenian seperti ini harus tetap dilestarikan agar tidak tenggelam oleh

zaman.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis mengangkat

judul penelitian, yaitu “Bentuk Penyajian Tari Selodang Mayang di Keraton

Kesultanan Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat”

C. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di bahas pada uraian di

atas, di dapatkan masalah penelitian “Bagaimana Bentuk Penyajian Tari

Selodang Mayang di Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak Kalimantan

Barat?”

4
D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas dapat

dirumuskan “Mendeskripsikan Bentuk Penyajian Tari Selodang Mayang di

Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat.”

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu:

1) Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk

menambah wawasan pengetahuan dan perkembangan mengetahui terkait

teori tari Selodang Mayang di Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak

Kalimantan Barat.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penulis belajar mengkaji atau belajar menganalisis data-data

serta menjadi sarana pewarisan budaya dalam bentuk

pendokumentasian secara tertulis.

b. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

referensi serta data secara langsung bagi pembaca mengenai bentuk

penyajian tari Selodang Mayang di Keraton Kesultanan Kadriyah

5
Pontianak Kalimantan Barat dan dapat menjadi acuan khususnya

untuk masyarakat kota Pontianak dan Kalimantan Barat sebagai satu

di antara identitas daerah agar tarian ini tidak hilang seiring

perkembangan zaman.

c. Balai Kajian Sejarah & Dinas Pariwisata

Menambah referensi dokumen kebudayaan mengenai tari

Melayu khususnya tari Selodang Mayang di Keraton Kesultanan

Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat dan ini merupakan aset menjadi

salah satu objek wisata yang ada di Kalimantan Barat khususnya

Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak.

d. Praktisi Seni

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat melestarikan keberadaan

kesenian tradisi sehingga tidak hilang dimakan zaman dan punah.

2) Hasil penelitian ini diharapkan tarian ini dapat diperhatikan agar

dapat berkembang dan berkarya lebih baik lagi khususnya di

dalam tari tradisi dan bertolak ukur pada kesenian tradisi agar

menciptakan identitas dalam berkarya.

3) Hasil penelitian ini diharapkan kelompok-kelompok antara tokoh

seni tari suku Melayu di kota Pontianak teruatama di Keraton

Kesultanan Kadriyah dapat bekerja sama dengan baik.

e. Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Universitas

Tanjungpura

6
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi bagi mahasiswa

dalam pengerjaan tugas kuliah dan mahasiswa juga dapat membantu

melestarikan budaya mengenai tari yang pernah ada dan tercipta di

Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat, agar

menjadi referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

f. Bagi Guru Seni Budaya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar bagi guru seni

budaya dan juga dapat menambah wawasan pengetahuan bagi siswa

berkaitan dengan tari tradisi daerah setempat yaitu tari Selodang

Mayang di Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, masalah yang dikaji dalam penelitian ini

adalah bagaimana analisis bentuk penyajian tari Selodang Mayang di Keraton

Kesultanan Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat.

G. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman

yang mungkin terjadi antara penulis dengan pembaca dalam menafsirkan

istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini.

Adapun istilah-istilah yang dimaksud sebagai berikut:

1) Bentuk Penyajian

Bentuk Penyajian adalah penjelasan dan pengamatan pada suatu

bentuk proses menyajikan pertunjukan atau pagelaran tari dari awal

sampain akhir yang selaras dengan unsur-unsur pendukungnya.

7
Memperoleh pengertian yang tepat dan sesuai dengan proses penyajian

serta selaras dengan unsur yang di teliti. Alasan peneliti memilih bentuk

penyajian karena peneliti ingin mendokumentasikan secara lengkap.

Bentuk penyajian tari Selodang Mayang di zaman dahulumya sama

dengan sekarang sehingga peneliti memilih bentuk penyajian tari.

a. Tari Selodang Mayang

Tari Selodang Mayang merupakan tari tradisional Melayu yang

berkembang di ruang lingkup Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak

Kalimantan Barat. Tari Selodang Mayang merupakan tari yang

menceritakan suatu rangkaian adat perkawinan di Keraton yaitu adat

mandi-mandi setelah sehari selesai prosesi pernikahan, dan makna gerak

tari Selodang Mayang ini menggambarkan rasa syukur dan kegembiraan

kedua mempelai tersebut maka tarian ini bersifat tari hiburan.

b. Keraton Kesultanan Kadriyah

Keraton Kesultanan Kadriyah dalam penelitian ini merujuk pada

nama sebuah istana kerajaan kesultanan yang didirikan oleh Sultan Syarif

Abdurrahman Alkadrie pada tanggal 23 Oktober 1771 yang terdapat di

Kota Pontianak Kalimantan Barat.

H. Landasan Teori

1) Tari

Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan

berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Peranan tari

sangat penting dalam kehidupan manusia, berbagai acara yang diadakan

8
manusia menggunakan tarian sebagai media pendukung proses acara

sesuai dengan kepentingannya. Menurut Soedarsono (1972;4). ”tari adalah

ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak ritmis yang indah”. Gerak-

gerak ritmis bukanlah gerak sehari-hari melainkan gerak yang harus distilir

supaya indah. Gerak-gerak ritmis yang indah itu sebenarnya merupakan

pancaran jiwa itu berupa akal, kehendakan dan emosi (Soedarsono,

1972;5). Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan

diberi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta

(Haukins, 1990;2).

Menurut Sumaryono (2006:2) “Tari adalah jenis kesenian yang

terkait langsung dengan gerak tubuh manusia. Tubuh menjadi alat utama,

dan gerak tubuh merupakan media dasar untuk mengungkapkan ekspresi

sni tari”.

Jika dilihat dari garapan tari Selodang Mayang termasuk dalam jenis

pola garapan tari tradisi. Menurut Endraswara (dalam Siti Fathimatus

Zahro, 2011: 18) menjelaskan bahwa florklore atau tradisi berasal dari kata

kolektif (fold) dan tradisi (lore). Tradisi yang bersifat turun temurun

sehingga menjadi sebuah adat kebiasaan tertentu bagi pendukungnya. Pada

suatu tradisi dapat dilihat dalam rangkaian kesenian misalnya gerak yang

indah misalnya pada tari tradisional.

Tari tradisional merupakan tari yang berkembang dalam masyarakat

yang diwariskan secara turun menurun secara terus menerus dan generasi

ke generasi dan masih sesuai dan masih diakui oleh masyarakat

9
pendukungnya. Menurut Soedarsono (1982:12) tari tradisional ialah semua

tari yang mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, yang selalu

bertumpu pada pola-pola tradisi yang ada”.

2) Tari Tradisional

Menurut Soedarsono (1978:12) tari tradisional berdasarkan atas nilai

artistik garapannya menjadi tiga, yaitu tari primitif (sederhana), tari rakyat

dan tari klasik yang dahulu juga disebut sebagai tari istana. Tari primitif

mempunyai sikap sakral dan suci karena hanya diselenggarakan pada

upacara-upacara agama dan adat saja. Tari klasik adalah tari yang

berkembang dikalangan raja dan bangsawan yang telah mencapai

kristalisasi artistik tinggi dan telah pula menempuh jalan sejarah yang

cukup panjang sehingga memiliki nilai tradisional.

Menurut Soedarsono (1978:6) tari memiliki tiga fungsi yakni : Tari

berfungsi sebagai sarana dalam upacara adat, tari dapat berfungsi sebagai

sarana untuk mengungkapkan kegembiraan atau pergaulan, dan yang

terakhir tari dapat berfungsi sebagai tontonan. Tari yang berfungsi sebagai

sarana dalam upacara adat digunakan dalam suatu agama atau

kepercayaan, tarian ini masih banyak ditarikan di daerah-daerah bertradisi

kuat dan memiliki sistem kepercayaan yang kuat pula.

Tari bergembira atau tari pergaulan yang digunakan sebagai sarana

mengungkapkan rasa gembira atau untuk pergaulan antar wanita dan laki-

10
laki. Tari tontonan merupakan garapannya khusus diadakan ditempat

pertunjukan khusus misalnya, gedung pertunjukan, panggung maupun

arena terbuka.

Berdasarkan koreografinya menurut Soedarsono (1978:16) tari dapat

dibedakan menjadi tiga yaitu tari tunggal, tari berpasangan dan tari

kelompok. Pembagian semacam ini berdasarkan atas jumlah penarinya.

Tari tunggal ialah tari yang dilakukan oleh satu orang penari dengan

sifat tari yang sesuai dengan penampilan penari yang sendirian baik dari

segi gerak, susunan koreografi, pola lantai dan iramanya. Tari berpasangan

ialah tari yang dibawakan oleh dua orang, baik laki-laki dan laki-laki

maupun perempuan dan laki-laki maupun perempuan dan perempuan. Tari

berkelompok ialah tari yang dilakukan lebih dari dua orang. Berbagai teori

tersebut sangat membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini agar

data yang dihasilkan akurat.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka tari Selodang Mayang

merupakan tari rakyat di Keraton Kesultanan Kadriyah di Kota Pontianak.

Tari Selodang Mayang disajikan secara berkelompok dengan penari

berjumlah genap, dengan penari yang harus berasal dari kalangan keraton.

2 penari yang memegang pinang yang sudah di celurkan dengan air

kembang atau air bunga lalu disapukan kepada pengantin di atas selendang

tersebut.

3) Unsur-Unsur Tari

11
Menurut Murgiyanto (1992 : 26-31 ) terdapat 3 unsur pokok dalam

tari. Unsur pokok tersebut adalah Ruang, Waktu, dan Tenaga. Adapun

penjelasannya sebagai berikut:

a. Ruang

Menurut Murgiyanto (1992:26-27) gerak penari selalu berinteraksi

dengan ruang dan didalam gerak memiliki garis, volume, level dan arah.

Ruang merupakan elemen dasar pada gerak tari, yang menentukan

wujudnya gerak, level gerak dan volume gerak.

b. Waktu

Waktu menurut Murgiyanto (1992:28) adalah elemen lain yang

menyangkut kehidupan kita setiap hari. Unsur waktu terdiri dari elemen-

elemen waktu seperti tempo, meter (hitungan) dan ritme. Waktu dalam

tari merupakan lamanya proses dalam gerak tari, dilihat dalam hitungan

serta musik iringan.

c. Tenaga

Menurut Murgiyanto (1992:31) ada beberapa faktor yang

berhubungan dengan penggunaan tenaga adalah intensitas, tekanan, dan

kualitas. Tenaga dalam gerak tari merupakan kuat atau lemahnya pada

saat bergerak, yang dimana terdapat tekanan, lembutnya dan lincah,

sehingga munculnya kualitas dalam menari.

Berdasarkan pemaparan teori di atas, dapat di simpulkan bahwa

dalam setiap karya tari terdapat 3 unsur pokok yaitu ruang, waktu,

12
tenaga. Begitu juga pada tari Selodang Mayang terdapat 3 unsur pokok

dalam tarinya yaitu, ruang, waktu, dan tenaga.

4) Bentuk Penyajian

a. Bentuk

Bentuk merupakan suatu wujud, wujud yang dimaksud merupakan

segala unsur-unsur yang ada di dalam tari. Harold Rugg (dalam

Soedarsono 1978:45) menyatakan bahwa bentuk adalah organisasi yang

paling cocok dari kekuatan-kekuatan, di hubungan hubungan yang

dirasakan oleh seniman, hingga ia dapat meletakannya dengan suatu

obyektif. Dalam analisis bentuk, Martin dan Pesovar mengumpamakan

(Dalam Y.SumandiyoHadi, 2007:82) berkaitan dengan bentuk, yaitu

menunjuk pada perwujudaanya dan klasifikasi bagian-bagianya.

Menurut Y.Sumandiyo Hadi (2007:81) analisis bentuk yang

sesungguhnya masih termasuk dalam pemahaman konsep koreografis,

dikenal pula dengan “istilah struktural“. Bentuk juga dapat dikatakan

sebagai media komunikasi atau pun penyampaian pesan yang terkandung

dalam bentuk itu sendiri dari pencipta kepada masyarakat yang

menyaksikan.

b. Penyajian

Penyajian Menurut Djelantik (1999:73) “penyajian yaitu bagaiman

kesenian itu disungguhkan kepada yang menyaksikannya, penonton, para

pengamat, pembaca, pendengar dan khlayak ramai”. Penyajian tari

13
merupakan suatu sajian yang sudah ditata sedemikian rupa secara

keseluruhan sehingga dapat dinikmati, diamati dan dipertontonkan.

Berdasarkan penjabaran di atas peneliti menyimpulkan bahwa

bentuk penyajian merupakan proses penataan atau penyusuan elemen

yang terdapat fungsi, tata cara, dalam pelaksanan suatu karya tari.

Elemen-elemen tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lain karena saling melengkapi, kemudian ditata dan diatur sedemikian

rupa sehingga memiliki nilai estetis dan fungsi yang tinggi. Dalam tari

Selodang Mayang dapat ditata atau diproses elemen yang terdapat fungsi,

tata cara, dalam pelaksanan tari tersebut.

c. Struktur Tari

Martin dan Pesovar (dalam Y.Sumandiyono Hadi, 2007:82)

mengatakan bahwa “Struktur” mengacu pada tata-hubungan atau sistem

kolerasi diantara bagian-bagian dari sebuah keseluruhan dalam kontruksi

organik bentuk tari. Sumaryono dan Suanda (2006:84) menyatakan

struktur pada dasarnya berarti suatu susunan dari berbagai material atau

komponen, sehingga membentuk suatu kesatuan. Struktur berbentuk dari

dua perspektif yaitu horizontal dan vertikal. Struktur horizontal

melihatnya dari pendekataan ruang pada suatu saat, sedangkan struktur

vertikal melihatnya dari pendekatan waktu atau urutannya. Dalam tari,

untuk mengenali batas antar bagian yang satu dengan yang lain agak

sulit, karena tarian itu terus berjalan secara bersambungan dari awal

sampai akhir. Meskipun demikian, aspek-aspek yang akan kita amati

14
adalah mengenai pengulangan-pengulangan gerak, perpindahan-

perpindahan posisi, perubahan-perubahan karakter dan suasananya

(Sumaryono dan Suanda 2006:86-87). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa struktur tari adalah hubungan unsur utama dengan

unsur pendukung dalam tari yang artinya di dalam karya seni terdapat

suatu pengorganisasian dan penataan.

Berdasarkan pemaparan teori di atas dapat di simpulkan bahwa

struktur tari adalah hubungan unsur utama dengan unsur pendukung

dalam tari yang artinya di dalam karya seni terdapat suatu

pengorganisasian dan penataan. Dalam tari Selodang Mayang terdapat

hubungan unsur utama dengan unsur pendukung dalam tari yang artinya

di dalam karya seni terdapat suatu pengorganisasian dan penataan.

5) Elemen Penyajian Tari

Soedarsono (1978:21-36) ada yang cukup banyak elemen-elemen

komposisi tari yang harus diketahui, yaitu gerak tari, desain lantai, desain

musik, desain dramatik, dinamika, koreografi kelompok, tema, tata rias,

dan kostum, properti dan tempat pertunjukan. Sebuah pertunjukan seni

tidak terlepas dari unsur utama dan unsur pendukung yang memiliki

hubungan timbal balik yang satu dengan yang lain sehingga menjadi satu

kesatuan yang utuh.

Sebuah pertunjukan tari mempunyai elemen-elemen yang digunakan

untuk mendukung pertunjukan tari tersebut. Elemen-elemen tersebut akan

diuraikan secara singkat, yaitu sebagai berikut:

15
a. Gerak Tari

Gerak adalah unsur yang paling penting dalam tari. Menurut John

Martin (dalam soedarsono 1978:1) gerak tidak hanya terdapat pada

denyutan-denyutan diseluruh tubuh manusia untuk memungkinkan

manusia hidup, tetapi gerak juga terdapat eksprsi dari segala pengalaman

emosional manusia. Gerak merupakan gejala yang paling primer dari

manusia dan gerak merupakan media yang paling tua dari manusia untuk

menyatakan keinginan-kenginannya atau merupakan bentuk refleksi

spontan dari gerak batin manusia.

Dalam sebuah garapan terkandung dua jenis gerak, yaitu gerak

maknawi atau gesture dan gerak murni atau pure movement. Gerak

maknawi adalah gerak yang mengandung arti yang jelas, sedangkan

gerak murni adalah gerak yang dianggap sekedar untuk mendapatkan

bentuk yang artistik dan tidak dimaksud untuk menggambarkan sesuatu.

Ada dua jenis gerak tari yang berhubungan dengan maknanya, yaitu

gerak abstrak dan gerak representatif. Gerak abstrak adalah gerak yang

semata-mata menekankan pada kualitas gerak itu sendiri. Gerak

representatif adalah gerak yang menggambarkan suatu benda atau

perilaku manusia maupun binatang. Gerak abstrak bisa juga disebut

gerak murni, karena seolah-olah murni untuk tujuan gerak itu sendiri.

Gerak representatif bisa juga disebut dengan gerak maknawi karena

secara langsung dapat menunjukan arti (Sumaryono dan Suanda 2006:82)

Sestri Indah Pebrianti (2013:122) menyatakan bahwa suatu bentuk

16
penyajian tari tradisi biasanya akan terdiri atas beberapa rangkaian ragam

gerak yang saling berkesinambungan akhir.

Gerak merupakan gerak unsur tari yang paling besar perannya.

Menurut Meri (1975:63) bahwa tari adalah gerak. Tanpa gerak tidak ada

yang namanya tari. Gerak adalah proses perpindahan dari posisi satu ke

posisi berikutnya yang tampak utuh. Soedarsono menyatakan bahwa

“Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang di ungkapkan dengan gerak-

gerak ritmis yang indah”. Gerak juga merupakan pengalaman yang

paling kuat dalam hidup serta merupakan eksperesi hidup yang pertama

dan terakhir.

Menurut Sumaryono (dalam Yudhi Alan Setiawan, 2016:15) gerak

tari adalah gerak yang berirama, yaitu gerak yang dilakukan dalam suatu

kerangka atau pola waktu seperti panjang pendeknya, cepat-lambatnya,

pengulangannya dan sebagian. Menurut Sumaryono dan suanda

(2006:82) ada dua jenis gerak yang berhubungan dengan maknanya,

yaitu: gerak maknawi dan gerak murni.

Peneliti menyimpulkan bahwa gerak merupakan perpindahan

sesuatu benda atau anggota tubuh yang perubahan kedudukannya dari

tempat asalnya yang dapat menjadi bahasa komunikasi yang luas. Gerak

merupakan unsur utama dalam sebuah tarian, gerak pada tari memiliki

pengertian yang berbeda dari gerak-gerak yang biasa kita lakukan.

b. Desain Lantai

17
Menurut Soedarsono (1978:23) desain lantai atau floor desain

adalah garis-garis yang dilalui seorang penari atau garis-garis lantai yang

dibuat oleh formasi penari kelompok. Secara garis besar ada dua pola

garis dasar yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis lengkung memberi

kesan lembut, tetapi juga lemah, garis lurus memberikan kesan tegas

tetapi juga kuat. Peneliti menyimpulkan bahwa pola lantai merupakan

garis yang di lewati oleh penari sehingga peneliti menggunakan pola

lantai lurus atau horizontal.

c. Desain Atas

Menurut Soedarsono (1978:23) “Desain atas atau air desain adalah

desain yang berada di atas lantai yang dilihat dari penonton, yang tempat

terlukis pada ruang yang berada di atas lantai”. Ada sembilan belas

desain lantai atas yan masing-masing memiliki sentuhan emosional

tertentu terhadap penonton, sebagai berikut:

1) Desain datar yaitu desain yang jika dilihat dari arah penonton,

badan penari nampak dalam postur semua anggota badan tanpa

mengarah ke samping.

2) Desain dalam yaitu desain yang jika dilihat dari arah penonton,

badan tampak seperti kaki dan lengan diarahkan ke belakang, ke

depan atau serong.

3) Desain vertikal yaitu desain yang memakai anggota badan pokok

yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas dan ke bawah, desain

ini memberi kesan egosentris dan menyerah.

18
4) Desain Horizontal yaitu desain yang tanpak sebagian besar

anggota badan tanpak ke garis horizontal.

5) Desain Kontras yaitu desain yang menggunakaan garis-garis

silang dari anggota badan atau garis-garis yang akan bertemu bila

dilanjutkan.

6) Desain Murni yaitu desain yang timbul oleh postur penari yang

sama sekali tidak menggunakan garis kontras.

7) Desain Statis yaitu desain yang menggunakan pose yang sama

dari anggota badan walaupun bagian badan yang lain bergerak.

8) Desain Lurus yaitu desain yang menggunakan garis-garis lurus

pada anggota badan seperti tungkai, torso, dan lengan.

9) Desain Lengkung yaitu desain dari badan dan anggota badan

lainnya yang menggunakan garis-garis lengkung.

10) j. Desain bersudut yaitu desain yang banyak menggunakan

tekanan –tekanan tajam pada sendi-sendi seperti lutut,

pergelangan kaki, siku dan pergelangan tangan.

11) Desain spiral yaitu desain yang menggunakan lebih dari satu garis

lingkaran yang searah pada badan dan anggota badan.

12) Desain Tinggi yaitu desain yang dibuat bagian dari dada penari ke

atas.

13) Desain Medium merupakan desain yang dibuat pada bagian dari

dada kebawah sampai pinggang penari.

19
14) Desain Rendah yaitu desain yang dipusatkan pada daerah yang

berkisaran antara pinggang penari sampai lantai.

15) Desain Terlukis yaitu desain yang bergerak yang hasilnya oleh

salah satu atau beberapa anggota badan yang bergerak untuk

melukis sesuatu.

16) Desain Lanjutan yaitu desain yang berupa garis lanjut yang

seolah-olah ada yang timbulkan oleh salah satu anggota badan.

17) Desain Tertunda merupakan desain terlukis diudara yang

ditimbulkan oleh ada yang timbulkan oleh rambut panjang,rok

panjang dan lebar, selendang panjang dan sebagainya.

18) Desain Simetris yaitu desain yang dibuat dengan menempatkan

garis-garis anggota yang kanan dan kiri berlawanan arah tetapi

sama. Desain ini memberikan kesan sederhan, kokoh, dan tenang.

Jika terlalu banyakdigunakan menjadi menjemukan.

19) Desain Asimetris yaitu desain yang dibuat dengan menepatkan

garis-garis anggota badan yang kiri berlebihan dan kanan.

Berdasarkan penjabaran di atas peneliti menyimpulkan bahwa

bentuk penyajian merupakan proses penataan dan penyusuanan desain

yang terdapat lengkung, lurus, dalam pelaksanaan suatu karya tari.

Desain-desain tersebut tidak dapat dipisah antar satu dengan yang lain

karena saling melengkapi, kemudian di tata dan di atur sedemikian rupa

sehingga peneliti memilih desain lengkung dan desain lurus.

d. Musik Iringan

20
Menurut David Ewen (dalam Syamsul Huda, 2015:17) musik ialah

“ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik nada-nada, baik

vokal maupun instrumen tari, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai

ekspresi dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan terutama aspek

emosional“. Pada umunya musik berfungsi sebagai pengiring suatu tarian

dan tari tidak perah bisa lepas dari musik. Keduanya berasal dari sumber

yang sama yaitu dorongan atau naluri ritmis manusia. Menurut

Murgiyanto (dalam Yusril Ehza Mahendra, 2015:24) jika ritme tari

terwujud dalam gerak, maka ritme musik adalah nada, ritme dan melodi.

Ritme adalah dengan dari musik, umumnya dengan aksen yang diulang-

ulang secara teratur. Melodis atau lagu yang didasari oleh tinggi dan

rendahnya nada serta kuat dan lembutnya alunan nada.

I. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut H. Arief Furchan, MA., Ph.D. (2011:447) penelitian deskriptif

dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian

dilakukan. Peneliti ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada

waktu penyelidikan itu dilakukan. Dalam penelitian deskriptif tidak ada

perlakuan yang diberikan atau dikendalikan seperti yang dapat ditemui dalam

penelitian eksperimen. Tujuan penelitian ini adalah melukiskan variable atau

kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi.

21
Berdasarkan paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode

deskriptif adalah suatu metode untuk memperoleh informasi tentang masalah

dengan cara memulai penelitian dengan pernyataan masalah yang jelas.

Metode deskriptif ini digunakan penulis karena untuk memaparkan,

menjelaskan dan mengungkapkan tentang analisis bentuk penyajian tari

Selodang Mayang di Kesultanan Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat.

J. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adala kualitatif.

Bentuk penelitian kualitatif yang digunakan penulis karena dalam penyajian

data serta langkah-langkah analisis penelitian berbentuk kata-kata atau

kalimat. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan

dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui

interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002:34).

Alasan penulis menggunakan bentuk penelitian kualitatif karena data

yang diperoleh disampaikan dalam bentuk hasil observasi, hasil wawancara,

hasil pemotretan, rekaman video yang kemudian dianalisis dan disampaikan

sehingga menjadi data yang relevan. Data yang didapat bisa digambarkan.

K. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan koreografi. Menurut Hadi (2017:1) proses perencanaan

penyeleksian, sampai kepada pembentukan (forming) gerak tari dengan

maksud tujuan tertentu.

22
Alasan penulis menggunakan pendekatan koreografi karena dalam

proses mengamati dan mendeskripsikan Bentuk Penyajian Tari Selodang

Mayang menggunakan teori-teori koreografi untuk memperkuatnya.

L. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Komplek Keraton Kadriyah kota

Pontianak Kalimantan Barat. Peneliti memilih lokasi tersebut karena peneliti

merasa di daerah tersebut memiliki tari-tari tradisi yang perlu di lestarikan

agar keberadaannya tidak dilupakan oleh masyarakat kota Pontianak,

terutama masyarakat yang tinggal di daerah Keraton atau pinggiran sungai

Kapuas. Keraton Kadriyah kota Pontianak berada di Jalan. Tanjung Raya I,

Kelurahan Kampung Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur. Keraton

Kesultanan Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat dapat ditempuh dengan

waktu kurang lebih 15 menit dari pusat kota Pontianak dengan menggunakan

kendaraan roda dua maupun empat dengan melewati Jembatan Kapuas I.

M. Sumber Data dan Data Penelitian

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil observasi langsung

dan wawancara terhadap narasumber yang mengetahui informasi

mengenai tari Selodang Mayang di Keraton Kadriyah kota Pontianak.

Sumber data dalam penelitian ini adalah informasi yang mengetahui dan

memahami tari Selodang Mayang di Keraton Kadriyah kota Pontianak.

23
Pelaku seni dan tokoh masyarakat yang ada di Keraton Kadriyah kota

Pontianak dan masyarakat, hingga sumber data yang di dapat lebih akurat

serta memudahkan peneliti dalam melakukan obeservasi ke lokasi

penelitian. Adapun informan yang menjadi narasumber dalam peneliti ini

adalah sebagai berikut:

a. Ibu Syarifah Zainab Asgaf 78 tahun, sebagai narasumber utama Tari

Selodang Mayang

b. Ibu Syarifah Fadlon Alkadrie 50 tahun, narasumber kedua yang

memberikan informasi gerak dan merupakan anak dari Ibu Syarifah

Zainab Asgaf yang juga pernah terlibat langsung sebagai penari tari

Selodang Mayang.

c. Ibu Syarifah Faizah Alkadrie 52 tahun, narasumber ketiga yang

memperagakan gerak bersama narasumber kedua dan memberikan

informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tari Selodang

Mayang.

2. Data Penelitian

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk

deskriptif yang berkaitan dengan bentuk penyajian tari Selodang Mayang

di Keraton Kadriyah kota Pontianak. Data tersebut diperoleh dari hasil

proses observasi, wawancara, foto dan video tari Selodang Mayang. Data

yang diperoleh berupa data mengenai penyajian tari tata rias dan tata

busana, desain lantai, dan iringan musik serta elemen yang berkaitan

24
dengan bentuk penyajian tari Selodang Mayang di Keraton Kadriyah

Pontianak Kalimantan Barat.

N. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam suatu penelitian, maka perlu dipilih

teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Jika

dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara),

observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya (dalam Sugiyono,

2010:194). Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan tiga teknik

dalam pengumpulan data yaitu, teknik observasi, teknik wawancara,

teknik dokumentasi.

a. Teknik Observasi

Menurut Sugiyono (2012:145) Teknik observasi merupakan

observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara

dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu

berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada

orang, tetapi juga obyek-obyek yang lain.

Dalam penelitian ini penulis akan mengamati langsung terkait

gerak tari Selodang Mayang di Keraton Kesultanan Kadriyah

Pontianak Kalimantan Barat. Observasi yang akan dilakukan oleh

25
peneliti yaitu dengan membuat pedoman observasi terlebih dahulu,

menentukan waktu, mendatangi langsung kediaman narasumber dan

mengamati elemen yang berkaitan dengan bentuk penyajian tari

Selodang mayang.

b. Teknik Wawancara

Menurut Sugiyono (2012:137) Wawancara digunakan sebagai

teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari respondennya

sedikit/kecil. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah

mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah

menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara

mendalam mengenai bentuk penyajian tari Selodang Mayang di

Keraton Kadriyah kota Pontianak Kalimantan Barat. Alasan penulis

memilih teknik wawancara terstruktur ini agar penulis mudah

bertanya dan mendengarkan semua informasi kepada narasumber

tentang tari Selodang Mayang di Keraton Kadriyah kota Pontianak

Kalimantan Barat.

c. Teknik Dokumentasi

26
Dokumen menurut Sugiyono (2008:82) adalah catatan-catatan

peristiwa yang telah lalu, yang berbentuk tulisan, gambar atau karya

monumental seseorang. Teknik dokumentasi yang dilakukan oleh

peneliti dapat dijadikan bukti bahwa penulis tidak merekayasa data.

Penulis melakukan penelitian mengenai bentuk penyajian tari

Selodang Mayang di Keraton Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat

dengan melihat atau mencari dokumen yang berkaitan dengan fokus

penelitian yang diambil. Dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen biasanya berupa tulisan, foto atau

video

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data utama dalam penelitian ini adalah

peneliti itu sendiri. Kedudukan peneliti adalah sebagai instrument

utama yang bertugas sebagai:

a. Perencanaan

Pada tahap awal ini mengumpulkan, mempelajari, serta

memahami data yang didapatkan dari beberapa narasumber saat

peneliti melakukan observasi ke lokasi penelitian.

b. Penyusunan Instrument Penelitian

Selanjutnya pedoman wawancara penelitian disusun dengan

maksud agar penelitian dapat berjalan dengan lancar pada saat

pelaksanaan pengumpulan data di lokasi penelitian.

27
c. Penentu Daerah Penelitian

Penentuan lokasi yang akan diambil datanya yaitu di Komplek

Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat.

d. Pemilihan informan

Pada pemilihan informan peneliti mengambil tokoh-tokoh

masyrakat dan pelaku seni yang mengerti serta memahami tentang

tari Selodang Mayang. Adapun syarat-syarat informan yaitu harus

mengetahui bentuk penyajian tari yang terdapat pada tari selodang

Mayang.

e. Pengumpul data

Data mengenai bentuk penyajian tari Selodang Mayang di

Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak diperoleh dari hasil

wawancara yang dilakukan pada saat observasi yang dimana data

tersebut diperolah dengan cara melakukan wawancara secara

langsung dengan harapan peneliti memperoleh informasi yang

sifatnya mendalam. Wawancara bersama narasumber dilakukan

melalui pedoman pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti

terlebih dahulu.

f. Pengolah data

Selanjutnya pada tahapan untuk melakukan klasifikasi setelah

data terkumpul peneliti mengelompokkan data yang didapat sesuai

dengan masalahnya. Bila terdapat istilah-istilah yang masih bisa

28
dijabarkan maka peneliti dituntut untuk menterjemahkannya ke

dalam Bahasa Indonesia dengan tidak merubah maknanya.

Selain itu peneliti juga mengumpulkan data melalui lembar

observasi, dokumentasi, pedoman wawancara dan buku catatan yang

merupakan instrument pendukung yang berfungsi sebagai alat bantu

dalam pengumpulan data agar data yang didapatkan menjadi lebih

valid. Instrument-instrument tersebut yaitu:

1) Lembar Observasi

Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi

untuk mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan atau

ketercapaian tujuan dalam penelitian bentuk penyajian tari

Selodang Mayang di Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak

Kalimantan Barat. Lembar observasi ini diajukan untuk lebih

fokus kepada masalah yang diteliti yaitu bentuk penyajian tari

Selodang Mayang.

2) Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah lembar kerja yang berisi

pokok-pokok pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti

kepada narasumber yang telah didapat. Isi dari pertanyaan

terserbut yaitu mengenai bentuk penyajian tari Selodang

Mayang.

3) Dokumentasi

29
Pada kegiatan dokumentasi ini peneliti memakai beberapa

alat yaitu kamera handphone yang digunakan untuk

mengabadikan data yang di dapat dalam bentuk gambar dan

video dianggap berhubungan dengan objek yang diteliti agar

memperkuat penelitian ini. Kegiatan atau peristiwa yang terjadi

pada saat peneliti berada di lokasi penelitian untuk kemudian di

analisis. Buku catatan penelitian berfungsi sebagai media untuk

mencatat hal-hal yang diamati. Buku catatan juga berfungsi

untuk mencatat hasil wawancara dengan narasumber dan

mencatat hal-hal atau peristiwa yang muncul saat meneliti.

O. Teknik Menguji Keabsahan Data

Teknik pengecekean keabsahan data diperlukan untuk mengetahui data

yang telah dikumpulkan penulis agar dapat dipastikan kebenarannya yang

merujuk pada kesahihan (validitas) dan keandalan (kredibilitas) data yang

diperoleh. Uji kredibilitas adalah data atau kepercayaan terhadap data hasil

penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan, pengamatan,

peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman

sejawat, analisis kasus negatif dan memberchecj (Sugiyono, 2010:210).

Adapun teknik pengujian keabsahan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik perpanjangan pengamatan dan triangulasi.

1. Perpanjang Pengamatan

30
Menurut Sugiyono (2012:270), perpanjangan pengamatan adalah

peneliti kembali ke lokasi penelitian, melakukan pengamatan, wawancara

lagi dengan informan-informan atau narasumber data yang pernah

ditemui maupun yang baru. Tujuan perpanjangan ini agar peneliti

memperoleh data yang lebih jelas serta mempererat hubungan antara

peneliti dan narasumber sehingga terjalin hubungan yang baik, terbuka

dan saling mempercayai agar tidak ada informasi-informasi yang

dirahasiakan oleh narasumber. Dengan adanya perpanjangan pengamatan

ini peneliti kembali ke lokasi penelitian untuk mengecek lagi dan

memastikan apakah data-data tentang struktur gerak tari Selodang

Mayang di Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat,

yang telah diberikan selama proses penelitian sudah benar atau tidak.

2. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini merupakan teknik

pengumpulan data dari berbagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan data dan sumber yang ada.

Menurut Sugiyono (2012:274), menyatakan "triangulasi sumber

untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. "Selanjutnya data-data

tersebut dianalisis oleh peneliti dan menghasilkan kesimpulan data dan

31
selanjutnya dimintai kesepakatan. Triangulasi sumber peneliti lakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Peneliti mengecek hasil wawancara dengan narasumber satu

dengan narasumber lainnya.

b. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang terkait

membahas tentang tari Selodang Mayang.

c. Membandingkan hasil data-data lain yang berhubungan dengan tari

Selodang Mayang.

d. Membandingkan pendapat antara narasumber utama dengan

narasumber lainnya yang ditemui pada saat penelitian.

N
1

Wawancara
N
2

32
Triangulasi “sumber” pengumpulan data. (satu data pada
bermacam-macam sumber data N1, N2, N3).

Pada langkah-langkah ini peneliti terus melakukan teknik

triangulasi supaya data yang didapat tidak hanya sekedar didapat semata,

akan tetapi dapat divalidkan lagi dengan data yang sebenarnya. Langkah-

langkah yang ditempuh peneliti diatas sangat memudahkan peneliti

dalam memproses data yang ada. Selanjutnya data-data tersebut

dianalisis oleh peneliti dan menghasilkan kesimpulan data dan

selanjutnya dimintai kesepakatan.

P. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian ini akan dilakukan secara deskriptif kualitatif

dan dengan menggunakan model interaktif. Analisis data model interaktif

merupakan teknik analisis data yang paling sering digunakan oleh penelitian

kualitatif. Menurut Miles dan Hubberman (dalam Ibrahim, 2015:108-109),

mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif yang

terdiri dari kegiatan reduksi data, display data dan klasifikasi data. Ada

beberapa langkah-langkah teknik analisis data yang digunakan sebagai

berikut:

1. Menganalisis dan menginterpretasi bentuk penyajian tari Selodang

Mayang di Keraton Kesultanan Kadriyah Pontianak Kalimantan Barat.

2. Melakukan konsultasi dengan pembimbing satu dan pembimbing dua

untuk melihat hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti.

33
3. Membuat kesimpulan berdasarkan fokus penelitian tentang bentuk

penyajian tari Selodang Mayang di Keraton Kesultanan Kadriyah

Pontianak Kalimantan Barat.

34

Anda mungkin juga menyukai