Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Sejarah Batu Hitam ini tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bangkinang, 08 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

C. Tujuan Masalah.................................................................................................1

BAB II..........................................................................................................................2

PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Sejarah Tugu Batu Hitam..................................................................................2

B. Lokasi Tugu Batu Hitam...................................................................................4

C. Peranan dan Fungsi............................................................................................4

BAB III.........................................................................................................................6

PENUTUP....................................................................................................................6

A. Kesimpulan........................................................................................................6

B. Saran..................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tugu Bukit Candika Bangkinang merupakan pusat acara Pekan


Penghijauan Nasional ke-XX tahun 1980 yang diresmikan oleh presiden ke-2
Republik Indonesia yaitu Soeharto. Salah satu destinasi wisata alam
Bangkinang ini dijadikan bumi perkemahan dan penanaman pohon pinus
yang sekarang ini masih dapat kita rasakan ketika berkunjung ke Bangkinang.
Tugu Bukit Candika Bangkinang ini sering disebut dengan nama “Batu
Hitam” dikalangan masyarakat Bangkinang, karena tugu tersebut berbentuk
batu dan memiliki warna yang hitam. Masyarakat Bangkinang dan sekitarnya
sering berkunjung ke area tugu tersebut untuk menghabiskan waktu libur
bersama keluarga atau bahkan bertamasya di area sekitar tugu yang masih
terjaga keasriannya. Alamnya yang hijau dan masih terjaga keasriannya
menjadi salah satu daya tarik supaya pengunjung tidak jenuh dan dapat
dimanjakan dengan pemandangan melihat kota bangkinang dari atas bukit.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Tugu Batu Hitam?


2. Dimana Lokasi Tugu Batu Hitam?
3. Apa Peranan Dan Fungsi Batu Hitam?
C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui Sejarah Tugu Batu Hitam


2. Mengetahui lokasi Tugu Batu Hitam
3. Mengetahui Peranan Dan Fungsi Batu Hitam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Tugu Batu Hitam

Tugu Bukit Candika Bangkinang merupakan pusat acara Pekan


Penghijauan Nasional ke-XX tahun 1980 yang diresmikan oleh presiden ke-2
Republik Indonesia yaitu Soeharto. Pekan Penghijauan Nasional ke-20 yang
berpusat di Bangkinang diresmikan pada tanggal 23 desember 1980 oleh
presiden Soeharto. Acara ini dilakukan demi tercapainya program kerja
presiden Soeharto yaitu Repelita. Melalui Gerakan Penghiauan yang
dicanangkan sejak tahun 1961 itu telah banyak areal tanah kritis yang telah
dihijaukan kembali di seluruh Indonesia. Selama Repelita I penghijauan dan

2
reboisasi sudah dilakukan di atas areal seluas 510.324 hektar; areal ini
meningkat dengan tajam selama Repelita II, yaitu 2.449.253 hektar. Dan
dalam dua tahun pertama Repelita III ini usaha penghijauan dan reboisasi
telah mencapai 1.899.195 hektar.

Salah satu destinasi wisata alam Bangkinang ini dijadikan bumi


perkemahan dan penanaman pohon pinus yang sekarang ini masih dapat kita
rasakan ketika berkunjung ke Bangkinang. Tugu Bukit Candika Bangkinang
ini sering disebut dengan nama “Batu Hitam” dikalangan masyarakat
Bangkinang, karena tugu tersebut berbentuk batu dan memiliki warna yang
hitam. Masyarakat Bangkinang dan sekitarnya sering berkunjung ke area tugu
tersebut untuk menghabiskan waktu libur bersama keluarga atau bahkan
bertamasya di area sekitar tugu yang masih terjaga keasriannya. Alamnya
yang hijau dan masih terjaga keasriannya menjadi salah satu daya tarik
supaya pengunjung tidak jenuh dan dapat dimanjakan dengan pemandangan
melihat kota bangkinang dari atas bukit.

Dalam meresmikan Pekan Penghijauan Nasional ke-20 di Bangkinang,


Presiden menyerukan kepada seluruh petani Indonesia agar ikut aktif dalam
kegiatan penghijauan, karena pelestarian tanah dan air tidak lain adalah untuk
kepentingan para petani sendiri. Kepada seluruh lapisan masyarakat
diserukannya juga untuk ikut pula aktif dalam kegiatan penghijauan dalam
lingkungan masing-masing, karena kegiatan ini merupakan kunci bagi
keselamatan kita dan kunci bagi kebahagiaan anak cucu kita. Dalam
amanatnya, Presiden juga mengingatkan pentingnya semua pihak memahami
kegunaan dari berbagai tumbuhan dan satwa. Secara khusus dimintanya agar
perlindungan terhadap satwa terlindung seperti gajah, harimau, badak dan
lain-lain benar-benar dapat dilaksanakan. Pelanggaran terhadap perlindungan
ini harus ditindak tegas.

Menurut Presiden, gerakan penghijauan nasional ini merupakan salah


satu ikhtiar untuk memberi isi pada usaha melestarikan keseimbangan

3
kehidupan dalam lingkungan alam dengan mutu dan jumlah yang tak
berkurang

Sejak dibangun dari tahun 1980 hingga sekarang, Tugu Bukit Candika
Bangkinang masih terjaga dan terawatt. Namun, hanya saja masih terdapat
beberapa goresan-goresan tangan-tangan jahil yang merusak tugu tersebut.
Hendaknya pemerintah daerah Bangkinang lebih memperhatikan benda-
benda peninggalan sejarah dan jangan membiarkan oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab merusak keaslian benda itu. Lingkungan disekitar tugu
juga memiliki keindahan tersendiri, membuat orang-orang betah berlama-
lama hanya sekedar untuk jalan-jalan bersama karib kerabat atau bahkan
teman.

B. Lokasi Tugu Batu Hitam

Batu hitam berlokasi di bukit candika bangkinang lebih tepatnya


samping cabang pendidikan pramuka (candika), dimana lokasi ini dijadikan
tempat wisata dan bumi perkemahan.

C. Peranan dan Fungsi


1. Peranan
Pusat acara Pekan Penghijauan Nasional ke-XX tahun 1980 yang
diresmikan oleh presiden ke-2 Republik Indonesia yaitu Soeharto. Acara
ini dilakukan demi tercapainya program kerja presiden Soeharto yaitu

4
Repelita. Melalui Gerakan Penghiauan yang dicanangkan sejak tahun 1961
itu telah banyak areal tanah kritis yang telah dihijaukan kembali di seluruh
Indonesia.

2. Fungsi
Salah satu destinasi wisata alam Bangkinang ini dijadikan bumi
perkemahan dan penanaman Pohon Pinus yang sekarang ini masih dapat
kita rasakan ketika berkunjung ke Bangkinang.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tugu Bukit Candika Bangkinang merupakan pusat acara Pekan


Penghijauan Nasional ke-XX tahun 1980 yang diresmikan oleh presiden
ke-2 Republik Indonesia yaitu Soeharto, yang berlokasi di Bukit Candika.
2. Batu Hitam destinasi wisata alam Bangkinang yang dijadikan bumi
perkemahan dan penanaman pohon pinus yang sekarang ini masih dapat
kita rasakan ketika berkunjung ke Bangkinang.
3. Tugu Bukit Candika Bangkinang ini sering disebut dengan nama “Batu
Hitam” dikalangan masyarakat Bangkinang, karena tugu tersebut
berbentuk batu dan memiliki warna yang hitam.

B. Saran

Penulis menyarankan beberapa hal terkait dengan proses pembelajaran


diatas antaralain:
1. Hendaknya pemerintah daerah Bangkinang lebih memperhatikan benda-
benda peninggalan sejarah dan jangan membiarkan oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab merusak keaslian Batu Hitam.
2. Penulis juga mengharapkan kkritik dan saran dalam penulisan makalah
dikemudian hari.

C.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://ekanurtiana.wordpress.com/2017/05/08/tugu-bukit-candika-bangkinang/

Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret 1983”, hal 370. Buku ini
ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana &
Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda
Jakarta Tahun 2003.

Anda mungkin juga menyukai