Anda di halaman 1dari 24

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi dan Perbankan Syari’ah

Dosen Pengampu : Mustafa Kamal, SE. Sy. MSi

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3.


1. RIO MAYUSRI
2. DENY ADITIA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN IV B

FAKULTAS ILMU EKONOMI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

BANGKINANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari dosen Mustafa Kamal, SE. Sy. MSi pada bidang studi Ekonomi dan
Perbankan Syari’ah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Penjelasan Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mustafa Kamal, SE. Sy.
MSi selaku dosen bidang studi Ekonomi dan Perbankan Syari’ah yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bangkinang, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Perekonomian dimasa Rasulullah SAW (571-632 M)..................................3

B. Perekonomian Pada Masa Khulafaur Rasyidin.............................................5

C. Pemikiran Ekonomi Islam: Kilasan Tokoh dan Pemikirannya.....................9

BAB III..................................................................................................................19

PENUTUP.............................................................................................................19

A. Kesimpulan.................................................................................................19

B. Saran............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini kehidupan ekonomi telah menjadi standar
kehidupan individu dan kolektif suatu negara-bangsa.
Keunggulan suatu negara diukur berdasarkan tingkat
kemajuan ekonominya. Ukuran derajat keberhasilan menjadi
sangat materialistk. Oleh karena itu, ilmu ekonomi menjadi
amat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Namun
demikian, pakar ilmu ekonomi sekaliber Masrhal menyatakan
bahwa kehdiupan dunia ini dikendalikan oleh dua kekuatan
besar; ekonomi dan keimanan (agama), hanya saja kekuatan
ekonomi lebih kuat pengaruhnya daripada agama.
Menampilkan pemikiran ekonomi para cendikiawan
muslim terkemuka akan memberikan kontribusi positif bagi
umat Islam, setidaknya ada dua hal. Pertama, membantu
menemukan berbagai sumber pemikiran ekonomi Islam abad
klasik dan pertengahan, dan kedua, memberikan
kemungkinan kepada kita untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang perjalanan pemikiran ekonomi Islam
selama ini.
Kedua hal tersebut akan memperkaya ekonomi Islam
abad klasik dan pertengahan dan membuka jangkauan lebih
luas bagi penyusunan konseptualisasi dan aplikasinya. Kajian
terhadap perkembangan sejarah ekonomi Islam merupakan
ujian empirik yang diperlukan bagi setiap gagasan ekonomi.
Yang khas dari pemikiran para cendikiawan Muslim yang
dikemukakan oleh Chapra adalah bahwa mereka
menganggap kesejahteraan umat manusia merupakan hasil
akhir dari interaksi panjang sejumlah faktor ekonomi dengan

1
faktor-faktor lain seperti moral, sosial, demografi dan politik.
Semua faktor tersebut berpadu menjadi satu, sehingga tidak
ada satu faktor pun yang dapat memberikan kontribusi
optimal tanpa dukungan faktor yang lain.

2
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, Kami akan membahas mengenai “Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam” dengan rumusan masalah meliputi:
1. Bagaimana perkembangan pemikiran ekonomi Islam di
dunia?
2. Bagaimana perekonomian di masa Rasulullah SAW (571-
632M)?
3. Bagaimana perekonomian di masa Khulafa Rasyidin?
4. Bagaimana pemikiran ekonomi Islam : Kilasan tokoh dan
pemikirannya?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah:
1. Agar mampu menelusuri perkembangan ekonomi Islam
2. Agar mampu menelusuri sejarah dan praktek ekonomi
pada masa Rasulullah SAW (571-632)
3. Agar mampu menelusuri sejarah dan praktek ekonomi
pada masa Khulafaturrasyidin
4. Agar mampu menelusuri pemikiran ekonomi Islam :
Kilasan tokoh dan pemikirannya

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perekonomian dimasa Rasulullah SAW (571-632 M)


Rasulullah SAW adalah suri tauladan yang paling baik dalam
implementasi islam termasuk dalam bidang ekonomi. Meskipun pada masa
sebelum kenabian Nabi Muhammad SAW adalah seorang pebisnis, tetapi
yang dimaksud perekonomian Rasulullah SAW disini adalah pada periode
Madinah. 
Pada periode Makkah masyarakat muslim belum sempat membangun
perekonomian, sebab masa itu penuh dengan perjuangan untuk
mempertahankan diri dari intimidasi orang-orang Quraisy. Kemudian Pada
periode Madinah Rasulullah SAW baru memimpin dan membangun
masyarakat Madinah sehingga menjadi masyarakat yang sejahtera dan
beradab. 
Meskipun sebenarnya perekonomian pada masa beliau relatif masih
sederhana (Konsepsi masyarakat sejahtera dan beradab sering disebut
masayarakat madani (civilized society),dan konsep ini mengacu pada
masyarakat Madinah di masa Rasulullah SAW), tetapi beliau telah
menunjukkan prinsip-prinsip dasar bagi pengelolaan ekonomi. 
Karakter umum dari perekonomian pada masa itu adalah komitmen
yang tinggi terhadap etika dan norma, serta perhatian yang besar terhadap
keadilan dan pemerataan kekayaan. Sebagaimana pada masyarakat Arab
lainnya mata pencaharian mayoritas penduduk Madinah adalah berdagang,
sebagian yang lain bertani, beeternak dan berkebun. Berbeda dengan tanah
Makkah yang gersang ,sebagiant tanah Madinah relatif subur. Sehingga
pertanian, peternakan, dan perkebunan dapat dilakukan dikota ini.
Kegiatan ekonomi pasar relatif menonjol pada masa itu, dimana untuk
menjaga mekanisme pasar tetap berada dalam bingkai etika moralitas islam,
Rasululah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mendirirkan Al-Hisbah. 

4
Al-Hisbah adalah institusi yang bertugas sebagai pengawas pasar
(Market controller). Rasulullah SAW juga mendirikan Baitul Maal, yang
bertindak sebagai pengelola keuangan Negara. Kemudian beliau mengawali
pembangunan Madinah tanpa sumber keuangan yang pasti, sementara
distribusi kekayaan juga timpang, kaum muhajirin tidak memiliki kekayaan
karena mereka telah meninggalkan seluruh hartanya di Makkah. Oleh karena
itulah Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirindan kaum Al-anshor,
sehingga dengan sendirinya terjadi redistribusi kekayaan. Kebijakan ini
sangat penting sebagai strategi awal pembangunan perekonomian Madinah.
Beginilah strategi Rasulullah SAW yang metodenya memakai metode
ukhuwah (persaudaraaan). Kemudian setelah itu untuk memutar roda
perekonomian, Rasulullah mendorong kerja sama uasaha diantara anggota
masyarakat (misalnya muzaraah, mudharabah, musaqah dan lain-lain),
sehingga terjadi peningkatan produktivitas dan peneriman negara juga
semakin meningkat. 
Sumber pemasukan Negara berasal dari beberapa sumber, tetapi yang
paling kokoh adalah dari zakat dan ushr (pajak khusus yang dikenakan atas
barang niaga yang masuk kenegara islam/ impor) . Secara garis besar
pemasukan Negara ini bersumber dari umat Muslim sendiri, Non-muslim,
dan masyarakat umum. Sebagaimana dalam tabel berikut:
1. Sumber-sumber pendapatan pada masa Rasulullah SAW
 Dari kaum muslimin yaitu Zakat, ushr, wakaf, zakat fitrah, amwal
fadila, nawaib & khumus serta shadaqah yang lain
 Dari Non muslim: Jizyah, kharaj, Ushr, ghanimah, fay, uang tebusan
 Dari masyarakat umum: Pinjaman dari muslim/non muslim & hadiah
dari pemimpin atau dari Negara lain.
2. Sumber-sumber pengeluaran Negara pada masa Rasulullah
a) Primer
Biaya pertahanan seperti, persenjataan, unta, kuda, dan
persediaan, Penyaluran zakat dan ushr kepada yang berhaq
menerimanya sesuai ketentuan Al-Qur'an, Pemberian gaji untuk

5
qadi, guru, imam, muadzin, dan pejabat Negara lainnya. Pembayaran
upah para relawan, Pembayaran utang Negara dan Bantuan untik
musafir
b) Sekunder
Bantuan untuk orang yang belajar di Madinah, Hiburan untuk
para delegasi keamanan dan Hiburan untuk para utusan suku dan
Negara serta biaya perjalanan mereka, Pengeluran untuk duta-duta
dan hadiah untuk pemerintah Negara lain, Pembayaran untuk
pembebasan kaum muslimin yang menjadi budak, Pembayaran
denda atas mereka yang terbunuh secara tidak sengaja oleh pasukan
muslim dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya jelaskan di
artikel saya ini. (bisa dilihat di buku-buku ekonomi islam)

B. Perekonomian Pada Masa Khulafaur Rasyidin


1. Abu Bakar As Shidiq (51 SH - 13 H / 537 - 634 M)
Khulafaur rasyidin yang pertama adalah Abu bakar As Shidiq -
Setelah Rasulullah wafat Abu bakar as shidiq atau yang bernama lengkap
Abdullah Ibn Abu Quhafah Al Tamimi terpilih sebagai khalifah islam
yang pertama.
Abu Bakar adalah sahabat yang terpercaya dan dikagumi oleh
Rasulullah SAW. ia merupakan pemuda yang pertama kali menerima
seruan Rasulullah tanpa banyak pertimbangan. Beliau merupakan
pemimpin agama sekaligus kepala negara bagi kaum Muslim.
Pada masa pemerintahan yang hanya berlangsung selama 2 tahun,
beliau banyak menemui permasalahan dalam negri yang berasal dari :
 Kelompok nabi palsu
 Kelompok murtad
 Dam pembangkan zakat (tidak mau membayar zakat)
Beliau membangun Baitul mal kembali dan meneruskan system
pendistribusian harta untuk rakyat sebagaimana yang telah diterapkan

6
pada masa Rasulullah. Beliau juga mempelopori sistem penggajian bagi
aparat negara.
Dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan umat islam,
khalifah Abu bakar as shidiq melaksanakan berbagai kebijakan ekonomi
seperti yang telah di praktikan oleh Rasulullah :
1. Perhatian yang besar terhadap keakuratan penghitungan zakat.
2. Melaksanakan kebijakan pembagian tanah hasil taklukan.
3. Mengambil alih tanah-tanah dari orang murtad untuk dimanfaatkan
demi kepentingan umat Islam.
4. Distribusi harta Baitul Mal menerapkan prinsip kesamarataan,
dengan begitu selama pemerintahan Abu bakar As Shidiq harta di
Baitul mal tidak pernah menumpuk dalam jangka waktu lama karena
langsung di distribusikan kepada kaum muslim.

2. Umar bin Khattab (40 SH - 23 H / 584 - 644 M)


Perekonomian pada masa khulafaur rasyidin - Untuk mencegah
terjadinya perselisihan di kalangan umat islam, Abu bakar
bermusyawarah dengan para pemuka sahabat untuk mencari calon
penggantinya, berdasarkan hasil musyawarah Abu bakar menunjuk Umar
bin Khattab sebagai khalifah islam yang kedua.
Pada masa pemerintahannya yang berlangsung selama sepuluh
tahun, Umar ibn Al-Khattab banyak melakukan ekspansi hingga wilayah
Islam meliputi Jazirah Arab, sebagian wilayah kekuasaan Romawi
(Syria, Palestina, dan Mesir), serta seluruh wilayah kerajaan Persia,
termasuk Irak.
Perluasan wilayah islam yang sangat cepat Umar segera mengatur
administrasi negara. Administrasi pemerintah diatur menjadi delapan
wilayah provinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah,
Palestina, dan Mesir. la juga membentuk jawatan kepolisian dan jawatan
tenaga kerja.

7
Umar bin khattab juga termasuk khalifah yang paling banyak
berlerasi dan berinovasi. Umar bin khattab adalah tokoh yang dengan
pemberani Membukukan Al-Qur'an > Kodifikasi Al-Qur'an karena waktu
itu banyak hafidz dan hafidzah yang gugur di medan perang sehingga
ditakutkanlah Al-Qur'an akan punah.
Umar bin khattab melakukan langkah-langkah besar
pengembangan dalam bidang pertanian. Antara lain :
1. Menghadiahkan tanah pertanian kepada Masy yang bersedia
menggarapnya namun siapa yang gagal mengelola selama 1 tahun
maka dia akan kehilangan kepemilikan tanah tersebut.
2. Pada masa kekhalifahan Umar banyak dibangun irigasi, waduk,
tangki kanal dan pintu air serba guna untuk mendistribusikan air di
ladang pertanian.
Hukum perdagangan mengalami penyempurnaan guna
menciptakan perekonomian secara sehat, yaitu dengan cara :
1. Umar mengurangi beban pajak terhadap beberapa barang, pajak
perdagangan nabati, dan kurma syria sebesar 50%
2. Membangun pasar termasuk di wilayah pedalaman
(Ubulla,Yaman,Damaskus,Mekkah dan Bahrain)
Umar juga memberlakukan mekanisme gaji kepada para anggota
Militer. Lembaga yang menangani tugas ini dinamakan Al-Diwan, ini
merupaka Al-Diwan islam yang pertama.

3. Utsman Bin Affan ( 47 SH - 35 H / 577 - 656 M )


Perekonomian pada masa khulafaur rasyidin - Pada masa
pemerintahannya yang berlangsung 12 tahun, khalifah usman bin Affan
berhasil melakukan ekspensi kewilayaan armenia, tunesia, cyprus,
rhodes, dan bagian tersisa dari persia, transoxania dan tabristan. Ia juga
berhasil menumpas pemberontakan didaerah khurusan dan iskandariah.
Beliau merupakan khalifah yang kaya. Pada Perang Tabuk
(Perang besar) beliau menyumbangkan 100 ekor unta agar tentara perang

8
muslim tidak lelah karena jaraknya yang jauh. Pada enam tahun masa
pemerintahannya, Usman banyak mengikuti kebijakan ekonomi Umar
bin khattab.
Pada enam tahun pertama Baikh, Khabul, Gazni, Kerman dan
Sistan di taklukan. Kemudian tindakan efektif dilakukan untuk
pengembangan Sumber daya alam. Aliran air digali, jalan-jalan
dibangun, pohon-pohon ditanam untuk diambil buah dan hasilnya.
Seiring luasnya daerah kekuasaan Islam, Usman membentuk
lembaga pengamanan guna menjamin stabilitas keamanan di daerah
perekonomian.

4. Ali bin Abi Thalib ( 23 SH - 40 H / 600 - 661 M )


Perekonomian pada masa khulafaur rasyidin - Setelah diangkat
sebagai khalifah keempat oleh segenap kaum muslimin, Ali Bin Abi
Thalib langsung mengambil tindakan seperti membuka kembali lahan
perkebunan yang telah diberikan kepada orang-orang kesayangan
Usman, dan mendistribusikan pendapatan pajak tahunan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan umar bin khattab.
Kebijakan Ali bin Abi Thalib, adalah :
1. Mengedepankan prinsip pemerataan dalam pendistribusian
kekayaan negara kepada masyarakat.
2. Menetapkan pajak terhadap para pemilik kebun dan mengijinkan
pemungutan zakat terhadap sayuran segar.
3. Melakukan kontrol pasar dan pemberantas pedagang licik,
penimbunan barang , dan pasar gelap.
4. Membentuk petugas keamanan yang disebut dengan ''Syurthah''
(Polisi). Yang dipimpin oleh Shahibus-Syurthah.
5. Ketat dalam menangani keuangan negara dan Melanjutkan
kebijakan umar.

9
C. Pemikiran Ekonomi Islam: Kilasan Tokoh dan Pemikirannya
Seperti yang telah disinggung sebelumnya (pada pembahasan
pertama), perekembangan pemikiran ekonomi Islam terbagi menjadi tiga fase,
berikut tokoh-tokoh yang ada dalam tiga fase tersebut :
1. Fase Pertama
a. Abu Hanifah (80-150 H/699-767 M)
Abu Hanifah Al-Nu’man ibn Sabit bi Zauti, ahli hukum
agama Islam dilahirkan di Kufah pada 699 M semasa pemerintahan
Abdul Malik bin Marwan. Abu hanifah juga merupakan pedagang di
Kufah yang ketika itu merupakan pusat aktivitas perdagangan dan
perekonomian yang sedang melaju dan berkembang. Pada masa itu,
salah satu transaksi yang terkenal adalah salam, yaitu suatu transaksi
jual beli dimana barang dikirim setelah pembeli melakukan
pembayaran pada saat akad disepakati. Namun Abu Hanifa
mengkritisi kontrak transaksi tersebut karena dapat menimbulkan
perselisihan antara pemesan barang dengan yang membelikan
barang. Ia mencoba menghilangkan perselisihan tersebut dengan
persyaratan untuk melakukan transaksi akad salam itu dengan cara
menyertakan kejelasan-kejelasan lainnya yaitu, jenis barang yang
dipesan, kualitas barang seperti apa, kuantitasnya, waktu pengiriman
dan tempat pengiriman barang, kesemuanya itu harus jelas. Ia
memberikan persyaratan bahwa komoditas tersebut harus tersedia di
pasar selama waktu kontrak dan waktu pengiriman.
Pengalaman dan pengetahyan tentang dunia perdagangan
yang didapat langsung oleh Abu Hanifah sangat membantunya
dalam menganalisis masalah tersebut. Salah satu kebijakan Abu
Hanifah adalah menghilangkan ambiguitas dan perselisihan dalam
masalah transaksi. Hal ini merupakan salah satu tujuan syarriah
dalam hubungannya dengan jual beli. Pengalamannya di bidang

10
perdagangan memungkinkan Abu Hanifah dapat menetukan aturan-
aturan yang adil dalam transaksi ini dan transaksi sejenis.
Di samping itu, Abu Hanifah mempunyai perhatian yang
besar tehadap orang-orang yang lemah. Ia tidak akan membebaskan
kewajiban zakat terhadap perhiasan, dan sebaliknya membebaskan
pemilik harta yang dililit utang dan tidak sanggup menebusnya dari
kewajiban membayar zakat. Ia juga tidak memperkenankan
pembagian hasil panen (muzara’ah) dalam kasus tanah yang tidak
menghasilkan apa pun. Hal ini dilakukan untuk melindungi para
penggarap yang umumnya adalah orang-orang lemah.
b. Abu Yusuf (113-182 H/731-798 M)
Nama lengkap dari Abu Yusuf adalah Ya’qub ibn Ibrahim
ibn Sa’ad ibn Husein al-Anshori. Beliau lahir di Kufah pada tahub
113 H dan wafat pada tahun 182 H. Abu Yusuf berasal dari suku
Bujailah, salah satu suku bangsa Arab. Menurut Euis Amalia yang
dia kutip dari Abdul Aziz Dahlan, Keluarganya disebut Anshori
karena dari pihak ibu masih mempunyai hubungan dengan kaum
Anshar..
Abu Yusuf tertarik untuk mendalami ilmu fiqh. Ia mulai
belajar fiqh pada Muhammad ibn Abdurrahman ibn Abi Laila (w.
148 H; seorang ulama dan pejabat hakim di Kufah. Selanjutnya ia
belajar pada Imam Abu Hanifah, pendiri mazhab Hanafi. Beliau
belajar pada Imam Abu Hanifah selama 17 tahun
Pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid ia memangku
jabatan sebagai Qadi al Qudah (hakim) dan dimintai untuk menlis
buku umum yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam
administrasi keuangan. Buku tersebut kemudian dikenal dengan
nama kitab al-Kharaj.
Dalam mukaddimahnya, Abu Yusuf menulis: “telah saya
tulis apa yang telah menjadi permintaan tuan, saya pun telah
menjelaskan secara rinci. Oleh karena itu pelajarilah. Say telah

11
bekerja keras untuk itu dan saya berharap agar tuan dan kaum
muslimin member masukan. Hal itu karena semata-mata mengharap
ridho Allah serta takut akan azab-Nya. Bila kitab ini sudah jelas,
saya berharap agar tuan tidak memungu pajak dengan caracara yang
zalim dan berbuat tidak baik terhadap rakyat tuan.”
Abu Yusuf lebih menyetujui bahwasannya Negara
mengambil dari hasil pertanian dari para penggarap dibandingkan
dengan sewa lahan kepada penggarap. Dalam pandangannya, hal ini
lebih adil jika diambil dari hasil panen dibandingkan dengan sewa,
karena jika dengan sistem sewa baik nantinya panen berhasil ataupun
tidak penggarap tetap wajib untuk membayar. Hal ini yang akan
merugikan penggarap.
Abu Yusuf menantang keras pajak pertanian. Ia menyarankan
agar petugas pajak diberi gaji dan mereka harus selalu diawasi untuk
mencegah korupsi dan praktik penindasan. Abu Yusuf menekankan
pentingnya prinsip keadilan, kewajaran, dan penyesuaian terhadap
kemampuan membayar perpajakan, serta perlunya akuntabilitas
dalam pengelolaan keuangan Negara. Kekuatan utama pemikiran
Abu Yusuf adalah dalam masalah keuangan publik.
c. Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani (132-189 H/750-804 M)
Abu Abdillah Muhammad bin Hasan bin Farqad Asy-
Syaibaninlahir pada tahun 132 H (750 M) di kota Wsith, ibukota Irak
pada masa akhir pemerintahan Bani Umawiyyah. Bersama
orangtuanaya, Imam asy-Syaibani pindah ke kota Kufah yamg ketika
itu merupakan salah satu pusat kegiatan ilmiah. Di kota terssebut, ia
belajar fiqh, sastra, bahasa, dan hadis kepada para ulama setempat.
Dalam mengungkapkan pemikiran ekonomi Imam asy-
Syaibani, para ekonom muslim banyak merujuk pada kitab al-Kasb,
sebuah kitab yang lahir pada abad kedua Hijriyah. Secara
keseluruhan, kitab ini mengemukakan kajian mikro ekonomi yang

12
berkisar pada teori kasb (pendapatan) dan sumber-sumbernya serta
pedoman perilaku produksi dan konsumsi.
Imam asy-Syaibani mendefinisikan al-kasb (kerja) sebagai
mencari perolehan harta melalui berbagai cara yang halal. Setelah
membahas kasb fokus perhatian Imam ay-Syaibani tertuju pada
permasalahan kaya dan fakir. Menurutnya sekalipn banyak dalil
yang menunjukan keuatamaan sifat-sifat kaya, sifat-sifat kafir
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Ia menyatakan apabila
manusia telah merasa cukup dari apa yang dibutuhkan kemudia
bergegas kepada kebajikan, sehingga mencurahkan kepada urusan
akhiratnya, adalah lebih baik dari mereka.
Asy-Syaibani menklasifikasikan jenis pekerjaan kedalam 4
hal: yakni ijarah (sewa-menyewa), tijarah (perdagangan). Zira’ah
(pertanian) dan shinaah (industry). Ia menilai pertanian sebagai
lapangan perkerjaan yang baik, padahal masyarakat arab pada saat
itu lebih tertarik untuk berdagang dan berniaga. Dalam suatu risalah
yang lain, yakni kitab al-asl, asy-syaibani telah membahas masalah
kerja sama usaha dan bagi hasil.
Secara umum, pandangan-pandang asy-syaibani yang
tercermin dari berbagai karya nya cenderung dengan perilaku
ekonomi seorang muslim sebagai individu.
d. Abu Ubayd Al-Qasim Ibn Sallam (w. 224 H/838 M)
Menurut Euis Amalia yang dia kutip dari Rifa’at Al-awdy,
Nama lengkap beliau adalah Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam bin
Miskin bin Zaid al-Azdhi. Hidup semasa daulah Abassiah mulai dari
khalifah al-Mahdi (158/775). Beliau dilahirkan di kota Bahra (harat)
diprovinsi Khurasan pada tahun 154 H dan wafat di Makkah 224 H.
Ayahnya keturunan Byzantium, maula dari suku Azd.
Pemikiran Abu Ubaid yang tertuang dalam kitab al-Amwal
dalam bahasan pertama adalah peranan Negara dalam perekonomian
yang mengulas tentang hak Negara atas rakyat dan hak rakyat atas

13
Negara, dimana analisis yang digunakan beliau merujuk pada kaidah
hadits-hadits yang berkaitan dengan pemerintahan. Kitab al-Amwal
membahas pengumpulan dan penyaluran zakat, khums, kharaj, fay
dan berbagai sumber penerimaan lainnya. Kitab al-Amwal Abu
Ubaid secara khusus memusatkan perhatian sekitar keuangan publik,
analisis yang beliau titik beratkan adalah pada praktek yang
dilakukan Rasulullah, Khulafaurasyidin, terutama Umar bin Khattab
dan Umar bin Abdul Aziz sebagai contoh ideal dalam pengelolaan
keuangan publik. Institusi yang mengelola disebut Baitul Mal.
2. Fase kedua
a. Al-Ghazali (451-505 H/1055/1111M)
Beliau adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin
Ahmad ath-Thusi asy-Syafii al-Ghazali, lebih terkenal dengan Imam
al-Ghazali atau HUjjah al-Islam Beliau dilahirkan pada tanggal 14
Jumadil Akhir 50 H/18 Desember 1058 di Thus yang pada waktu itu
termasuk wilayah Khurasan, Persia atau Iran pada saat ini.
Al-Ghazali dikenal memiliki pemikiran yang luas dalam
berbagai bidang. Bahasaan nya tentang ekonomi dapat ditemukan
dalam karya monumental nya ihya ‘ulum al-Din. Dalam pandangan
al-Ghazali, kegiatan ekonomi merupaka amal kebajikan yang
dianjurkan dalam islam. Kegiatan ekonomi harus ditujukan
mencapai maslahah untuk memperkuat sifat kebijaksanaa,
kesederhanaa, dan keteguhan hati manusia. Lebih jauh al-Ghazali
membagi manusia kedalam 3 kategori, yaitu: pertama, orang yang
kegiatan hidupnya sedemikian rupa sehingga melupak tujua-tujuan
akhirat, golongan ini akan celaka, kedua, orang yang sangat
mementingkan tujuan akhirat dari pada tujuan duniawi, golongan ini
akan beruntung, ketiga, golongan pertengahan/kebanyakan orang,
yaitu mereka yang kegiatan duniawi nya sejalan dengan tujuan-
tujuan akhirat.

14
Bagi al-Ghazali pasar merupakan bagian dari “keteraturan
alami”. Dalam al-Ihya, ia menerangkan bagaimana evolusi
terciptanya pasar. Ia mengibaratkan uang sebagai cermin. Cermin
tidak punya warna namun dapat merefleksikan semua warna. Jadi,
uang tidak punya harga namun dapat merefleksikan semua harga.
Uang bukan komoditas sehingga tidak dapat diperjual belikan.
Memperjualbelikan uang ibarat memenjarakan uang, sebab hal ini
dapat akan mengurangi jumlah uang yang berfungsi sebagai alat
tukar. Uang dapat saja tidak terbuat dari emas atau perak, misalnya
uang kertas, tetapi pemerintah wjib menyatakannya sebagai alat
pembayaran yang resmi. Ia menyatakan bahwa pemalsuan uang
(maghsyusy) sangat berbahaya karna dampaknya berantai, bahkan
lebih berbahaya dari pada pencurian uang.
Al-Ghazali juga banya menyoroti kegiatan-kegiatan bisnis
yang dilarang atau diperbolehkan dalam pandangan Islam. Riba
merupakan praktik penyalahgunaan fungsi uang dan berbahaya,
sebagaimana juga penimbunan bahan-bahan pokok untuk
kepentingan individual. Ia juga menganggap bahwa korupsi dan
penindasan merupakn faktor yang dapat menyebabkan penurunan
ekonomi, karnanya pemerintah harus memberantasnya. Pemerintah
tidak diperbolehkan memungut pajak melebihi ketentuan syariat,
kecuali jika sangat terpaksa.
b. Ibn Taimiyah (661-728 H/1263-1328 M)
Nama lengkapnya adalah Taqi al-din Ahmad bin Abd. Al-
Halim bin Abd. Salam bin Taimiyah. Ia lahir di Harran 22 Januari
1263 M (10 Rabbiual Awal 661 H). Ayah nya Abdal-Halim, paman
nya Fakhruddin dan kakenya Maduddin merupakan ulama besar dari
mahzab Hambali. Ibnu Taimiyah adalah seorang fuqaha mempunyai
pemikiran dalam berbgai bidang ilmu yang luas, termasuk dalam
bidang ekonomi. Pemikiran nya yang revolusioner yakni gerakan

15
tajdid (pembaharu) dan ijtihadnya dalam bidang muamalah,
membuat namanya terkenal di seluruh dunia.
Fokus perhatian Ibnu Taimiyah terletak pada masyarakat,
fondasi moral dan bagaimana mereka harus membawakan diri nya
sesuai dengan syariah. Ia juga mendiskusikan tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan perilaku ekonomi individu dalam kontek
hidup bermasyarakat, seperti akad dan upaya menaatinya, arga yang
wajar dan adil, pengawasan pasar, keuangan Negara dan peranan
Negara dalam pemenuhan kebutuhan hidup rakyatnya. Dan transaksi
ekonomi focus perhatian ibnu Taimiyah tertuju pada keadilan yang
hanya dapat terwujud jika semua akad berdasarkan kepada kesediaan
menyepakati dari semua pihak. Agar lebih bermakna kesepakatan ini
harus didasarkan kepada informasi yang memadai.
Pandangan Ibnu Taimiyah tentang kebijakan pubik juga
meliputi pembahasan tentang pengaturan uang, peraturan tentang
timbangan dan ukuran, pengawasan harga serta pertimbangan
pengenaan pajak yang tinggi dalam keadaan darurat. Secara umum,
pandang-pandangan ekonomi Ibnu Taimiyah cenderung bersifat
normatif. Namun demikian terdapat beberapa wawasan ekonominya
yang dapat di katagorikan sebagai pandangan ekonomi positif.
c. Ibnu Khaldun (732-808 H/1322-1404 M)
Ibnu khaldun di lahirkan di Tunisia pada awal bulan
Ramadhan 732 H/ 27 Mei 1332 M. Ia mempunyai nama lengkap
Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin Ibn Khadun. Waliudin adalah
gelar yang diberikan kepadanya sewaktu ia menjabat sebagai qadhi
di mesir. Ibnu Khaldun merupakan ekonom Muslim yang terkenal
karna sedemikian cemerlang dan luas bahasan nya tentang ekonomi.
Ia menulis buku muqadimah. Dalam bukunya muqadimah ibnu
Khaldun memberikan bahasan yang luas terhadap teori nilai,
pembagian kerja dan perdagangan internasional, hokum permintaan

16
dan penawaran, konsumsi, produksi, uang, siklus perdagangan,
keuangan publik, dan beberapa bahasan makroekonomi lainnya.
Secara umum Ibnu Khaldun sangat menekankan pentingnya
suatu sistem pasar yang bebas. Ia menentang intervensi Negara
terhadap masalah ekonomi dan percaya akan efisiensi sitem pasar
bebas. Ia juga telah membahas tahap pertumbuhan dan penurunan
perekonomian dimana dapat saja berbeda antara satu Negara dengan
Negara lain nya.
Analisis Ibnu Khaldun dalam teori perdagang Internasional
dan hubunngan harga Internasional juga sangat cemerlang, ia
menghubungkan perbedaan tingkat harga antar Negara dengan
ketersediaan faktor-faktor produksi sebagaimana dalam teori
perdagangan Internasional modern. Pandangan Ibnu Khaldun
dilengkapi dengan analisis tentang pertukaran di antara Negara
miskin dengan kaya, hasrat untuk eksport impor, dampak struktur
perekonomian terhadap pembangunan dan pentingnya kekayaan
intelektual bagi proses pertumbuhan.
Dalam pandangan Ibnu Khaldun emas dan perak memiliki
fungsi penting dalam perekonomian, sebagaimana ia nyatakan
“Tuhan telah menciptakan dua logam mulia, emas dan perak, yang
dapat digunakan untuk mengukur nilai dari berbagai komoditas.
Logam-logam ini juga biasa digunakan oleh manusia untuk alat
menyimpan kekayaan atau benda berharga. Meskipun manusia
kadang menyimpan benda-benda lain, tetapi biasanya juga
dimaksudkan untuk memperoleh emas atau perak”.
Ibnu Khaldun menekankan pentingnya ide-ide baru dalam
praktek industry dan kerajinan, serta menganggap bahwa ekspansi
pasar merupakan masalah krusial dalam hal ini. Dalam hal
penawaran tenaga kerja ia berpendapat bahwa jika tingkat upah
berada diatas titik tertentu maka penawaran tenaga kerja justru akan
menurun, sebagaimana dikenal sebagai backward sloping supply

17
curve dalam teori ekonomi modern, sedangkan pembahasannya
tentang siklus perdagangan telah jauh mendahului teori Hicks.

3. Fase Ketiga
a. Shah Waliullah (1114-1176 H/11703-1762 M)
Pemikiran ekonomi Shah Waliullah dapat ditemukan dalam
karyanya yang terkenal berjudul, Hujjatullah al-Baligha, dimana ia
banyak menjelaskan rasionalitas dari aturan-aturan syariat bagi
perilaku manusia dan pembangunan masyarakat. Menurutnya,
manusia secara alamiah adalah makhluk sosial, sehingga harus
melakukan kerjasama antara satu orang dengan lainnya. Islam
melarang kegiatan-kegiatan yang merusak semangat kerja.
Shah Waliullah menekankan perlunya pembagian faktor-
faktor ekonomi yang bersifat alamiah secara lebih merata,
“Sesungguhnya, semua tanah sebagaimana masjid atau tempat-
tempat peristirahatan diberikan kepada wayfarers. Benda-benda
tersebut terbagi berdasarkan prinsip siapa yang pertama datang dapat
memanfaatkannya (first come first served). Kepemilikan terhadap
tanah akan berarti hanya jika orang lebih dapat memanfaatkannya
daripada orang lain.”
Berdasarkan pengamatannya terhadap perekonomian di
Kekaisaran Mughal India, Waliullah mengemukakan dua
faktorutama yang menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi.
Dua faktor tersebut yaitu: pertama,keuangan negara dibebani dengan
berbagai pengeluaran yang tidak produktif; kedua, pajak yang
dibebankan kepada pelaku ekonomi terlalu berat sehingga
menurunkan semangat berekonomi. Menurutnya, perekonomian
dapat tumbuh jika terdapat tingkat pajak yang ringan yang didukumg
oleh administrasi yang efisien.

18
b. Muhammad Iqbal (1289-1356 H/1872-1938 M)
Meskipun di dunia luas lebih dikenal sebagai filosof,
sastrawan atau juga pemikir politik, Muhammad Iqbal sebenarnya
juga memiliki pemikiran-pemikiran ekonomi yang brilian.
Pemikirannya memang tidak berkisar tentang hal-hal teknis dalam
ekonomi, tetapi lebih kepada konsep-konsep umum yamg mendasar.
Dalam karyanya, Puisi dari Timur, Ia menunjukkan tanggapan Islam
terhadap Kapitalisme Barat dan reaksi ekstrem dari komunisme.
Iqbal menganalisis dengan tajam kelemahan kapitalisme dan
komunisme dan menampilkan suatu pemikiran “poros tengah” yang
dibuka oleh Islam. Semangat kapitalisme, yaitu menumpuk
kapital/materi sebagai nilai dasar sistem ini, bertentangan dengan
semangat Islam. Demikian pula semangat komunisme yang banyak
melakukan paksaan kepada masyarakat juga bertentangan dengan
nilai-nilai Islam.
Keadilan sosial merupakan aspek yang mendapat perhatian
dari Iqbal, dan Ia menyatakan bahwa negara memiliki tugas yang
besar untuk mewujudkan keadilan sosial ini. Zakat, yang hukumnya
wajib dalam Islam, dipandang memiliki posisi yang strategis bagi
penciptaan masyarakat yang adil.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah pemikiran ekonomi islam berawal sejak adanya
Al-quran dan Hadits, yaitu pada kehidupan Nabi Muhammad
SAW. Sistem Ekonomi di masa Rosulullah sangat kompleks
dan sempurna , meskipun pada masa setelahnya tetap
dilakukan perbaikan. Jenis-jenis kebijakan, baik pendapatan
maupun pengeluaran keuangan di masa Rosulullah lebih
terfokus pada masa perang dan kesejahteraan rakyat, tidak
seperti sekarang bahwa kebijakan-kebijakan ekonomi lebih
difokuskan pada pencarian keuntungan.
Pada masa Khulafa Ar-rasyidun, sistem ekonomi islam
dikembangkan oleh Abu bakar, Umar, Utsman dan Ali bin Abi
Thalib. Adapun pada Masa-masa berikutnya, para ekonom
muslim mengembangkan konsep-konsep Ekonomi Islam
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. tentu,
dengan tetap bersandar pada Al-quran dan Hadits.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari
banyaknya kekurangan di dalam penyusunannya. Maka dari
pada itu kami meminta mmaf dan kami mengharapkan
kepada para pembaca, teman-teman dan bapak Dosen untuk
memberikan krtitik dan saran agar mekalah kami ini menjadi
lebih baik di masa yang akan dating. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.

C.

20
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Euis. (2005). Sejarah pemikiran Ekonomi Islam dari


Masa Klasik. Jakarta: Pustaka Asattrus, Cetakan
Pertama.

Amalia, Euis. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari


Masa Klasik Hingga Kontemporer. Depok: Gramata
Publishing.

Adityangga, Krishna. (2006). Membumikan Ekonomi Islam,


diakses dari
https://adityangga.wordpress.com/2010/02/11/sejarah-
pemikiran-ekonomi-islam-sebuah-kapita-selekta/,
01April 2015

Ghazanfar, S.M. (2003). Medieval Islamic Economic Thought:


Filling The “Great Gap” in European Economics,
Routledge Curzon.

Haneef, M. Aslam. (2010). Pemikiran Ekonomi Islam


Kontemporer: Analisis Komparatif Terpilih. Jakarta:
Rajawali Pers.

Hidayat, Mohamad. (2010). an Introduction to The Sharia


Economic, diakses dari
http://www.academia.edu/4659152/Sejarah_Pemikiran
_Ekonomi_Islam, 01April 2015

Karim, Adiwarman. (2004). Sejarah Pemikiran Ekonmi Islam,


Jakarta: Rajawali Pers, Edisi Ketiga.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam (P3EI) Universitas


Islam Indonesia Yogyakarta dan Bank Indonesia.
(2008). Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Press.

Sudarsono, Heri. (2004). Konsep Ekonomi Islam: Suatu


Pengantar. Jakarta: Ekonisia

21

Anda mungkin juga menyukai