Anda di halaman 1dari 4

1.

Prasasti Kedukan Bukit


 Alih Aksara Prasasti Kedukan Bukit :
(1) swasti śrī śakawaŕşātīta 605 ekādaśī śu

(2) klapakşa wulan waiśākha dapunta hiyam nāyik di

(3) sāmwau mańgalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa

(4) wulan jyeşţha dapunta hiyaŋ maŕlapas dari minānga

(5) tāmwan mamāwa yam wala dualakşa dangan ko-

(6) duaratus cāra di sāmwau dangan jālan sariwu

(7) tlurātus sapulu dua wañakña dātam di mukha upang

(8) sukhacitta di pañcamī śuklapakşa wulan

(9) laghu mudita dātam marwuat wanua…


(10) śrīwijaya jaya siddhayātra subhikşa…

 Alih Bahasa Prasasti Kedukan Bukit

Kemakmuran! Keberuntungan! Pada tahun Śaka 605, hari kesebelas paruh terang
bulan Waiśākha, Sri Baginda naik kapal untuk mencari kesaktian. Hari ketujuh paruh
terang, bulan Jyeşţha, raja membebaskan diri dari. Ia memimpin bala tentara yang terdiri
dari dua puluh ribu [orang]; pengikut sejumlah dua ratus orang menggunakan perahu,
pengikut yang berjalan kaki sejumlah seribu tiga ratus dua belas orang tiba di hadapan
[Raja], bersama-sama, dengan sukacitanya. Hari kelima paruh terang bulan, ringan,
gembira, datang dan membuat negeri Śrīwijaya, sakti, kaya (Seri Terjemahan Arkeologi
No.2, 1989: 53).

 Kelebihan Prasasti Kedukan Bukit

Pada isi prasasti terdapat pertanggalan, yaitu mengenai perjalanan yang


dilakukan oleh Dapunta Hyang pada tanggal 605 Śaka atau berarti 683 Masehi.
Disebutkan juga nama-nama bulan seperti bulan Waiśākha, Jyestha dan Asadha.
Isi dari prasasti ini adalah mengenai perjalanan yang dilakukan oleh Dapunta Hyang
yang diidentifikasikan sebagai raja dari Śrīwijaya pada masa tersebut. Perjalanan
tersebut dilakukan Dapunta Hyang pada tanggal 11 bulan Waisaka 605 Śaka (April
683 M). Sebulan kemudian, tanggal 7 bulan Jyestha (Mei 683 M), Dapunta Hyang
naik perahu untuk melakukan suatu perjalanan.
2. Prasasti Kota Kapur
 Alih Aksara Prasasti Kota Kapur :
1) Siddha titam hamba nvari i avai kandra kayet ni paihumpaan namuha ulu lavan tandrun luah
makamatai tandrun luah vinunu paihumpaan hakairum muah kayet ni humpa unai tunai.
2) Umentern bhakti ni ulun haraki. unai tunai kita savanakta devata mahardika sannidhana.
manraksa yan kadatuan çrivijaya. kita tuvi tandrun luah vanakta devata mulana yan
parsumpahan.
3) paravis. kadadhi yan uran didalanna bhami paravis hanun. Samavuddhi lavan drohaka,
manujari drohaka, niujari drohaka talu din drohaka. tida ya.
4) Marppadah tida ya bhakti. tida yan tatvarjjawa diy aku. dngan diiyan nigalarku sanyasa
datua. dhava vuathana uran inan nivunuh ya sumpah nisuruh tapik ya mulan parvvanda datu
çrivi-
5) jaya. Talu muah ya dnan gotrasantanana. tathapi savankna yan vuatna jahat. makalanit
uran. makasuit. makagila. mantra gada visaprayoga. udu tuwa. tamval.
6) Sarambat. kasihan. vacikarana.ityevamadi. janan muah ya sidha. pulan ka iya muah yan
dosana vuatna jahat inan tathapi nivunuh yan sumpah talu muah ya mulam yam manu-
7) ruh marjjahati. yan vatu nipratishta ini tuvi nivunuh ya sumpah talu, muah ya mulan.
saranbhana uran drohaka tida bhakti tatvarjjava diy aku, dhava vua-
8) tna niwunuh ya sumpah ini gran kadachi iya bhakti tatvjjava diy aku. dngan di yam nigalarku
sanyasa dattua. çanti muah kavuatana. dngan gotrasantanana.
9) Samrddha svasthi niroga nirupadrava subhiksa muah vanuana paravis chakravarsatita 608
din pratipada çuklapaksa vulan vaichaka. Tatkalana
10) Yan manman sumpah ini. nipahat di velana yan vala çrivijaya kalivat manapik yan bhumi
java tida bhakti ka çrivijaya.

 Alih Bahasa Prasasti Kota Kapur


1) Keberhasilan ! (disertai mantra persumpahan yang tidak dipahami artinya)
2) Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan melindungi Kadātuan
Śrīwijaya ini; kamu sekalian dewa-dewa yang mengawali permulaan segala sumpah !
3) Bilamana di pedalaman semua daerah yang berada di bawah Kadātuan ini akan ada orang
yang memberontak yang bersekongkol dengan para pemberontak, yang berbicara dengan
pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak;
4) yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang tidak
setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu; biar orang-orang yang
menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk biar sebuah ekspedisi untuk
melawannya seketika di bawah pimpinan datu atau beberapa datu Śrīwijaya, dan biar mereka
5) dihukum bersama marga dan keluarganya. Lagipula biar semua perbuatannya yang jahat;
seperti mengganggu :ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat orang gila,
menggunakan mantra, racun, memakai racun upas dan tuba, ganja,
6) saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya, semoga
perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan
perbuatan jahat itu; biar pula mereka mati kena kutuk. Tambahan pula biar mereka yang
menghasut orang
7) supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk; dan
dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak
setia pada saya, biar pelaku perbuatan tersebut
8) mati kena kutuk. Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya dan kepada mereka yang
oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan
keluarganya
9) dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan segalanya
untuk semua negeri mereka ! Tahun Śaka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha (28
Februari 686 Masehi), pada saat itulah
10) kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Śrīwijaya baru
berangkat untuk menyerang Bhumi Jawa yang tidak takluk kepada Śrīwijaya.

 Kelebihan Prasasti Kota Kapur


Isi pada prasasti Kota Kapur mengenai permintaan kepada para Dewa untuk menjaga
Kerajaan Sriwijaya. Selain itu juga menyatakan bahwa perbuatan yang jahat akan
mendapatkan hukuman. Sementara orang yang setia akan mendapatkan keberhasilan dan
kelimpahan. Dari tulisan pada prasasti ini, sejarawan mengungkap bahwa pada masa itu telah
terjadi pemberontakan di Sriwijaya. Para pemberontak mendapatkan hukuman, sementara
yang setia didoakan supaya hidup sentosa.
Sumber :

Safira Basaina, 2010. Perkembangan Pengaruh Kata – Kata Sanskerta dalam Prasasti – Prasasti
Berbagasa Melayu kuna di Sumatra Pada Abad Ke – 7 Hingga ke – 10 Masehi. Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai