Anda di halaman 1dari 4

BAB 5 (Pertemuan 5)

INDIA SELATAN: DEKKAN, TAMIL, PALLAVA DAN SRI LANGKA

India selatan merupakan daerah yang berada di selatan benua India. Daerah India selatan
memiliki kawasan yang dikenal oleh bangsa luar sebagai daerah yang subur, tempat
berlimpahnya mutiara dan perdagangan Internasional yang sangat ramai. Bahka India selatan
menjadi tempat impian dan incaran para raja dari India Utara seperti dari Dinasti Gupta
(Suwarno, 2018: 60). Namun dibalik subur dan terkenal akan perdagangan mutiaranya, India
Selatan juga dikenal akan permasalahan internal mengenai etnis dan agama (Erwin, 1990:96).
India selatan pada masa pernah didirikan kerajaan besar seperti Chola, Dekkan, Tamil,
Pallava dan Sri Langka. Dimana kerajaan tersebut berdiri sejak mulai mundurnya Dinasti
Gupta yang ada di India Utara, dari kemunduran dinasti inilah mulai muncullah kekuasaan
yang besar di daerah-daerah yang ada di India Selatan.

A. Kerajaan Dekkan

Secara etimologis Dekkan diartikan sebagai negeri di India Selatan, yang dari hal ini dapat
diartikan bahwa arti nama Dekan Negeri Selatan berasal dari letak geografis kerajaan ini
sendiri yang terletak di seberang pegunungan Vindhya. Di katakan bahwa kerajaan ini berdiri
sejak kemunduran masa Dinasti Gupta yang beragama Hindu di India Utara sehingga dari
kerajaan ini mengangkat kembali eksistensi ajaran agama Hindu di India pada saat itu (Su’ud,
2006: 127). Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Dekkan adalah percampuran antara
budaya Dekkan dengan kebudayaan Dravida. Dekkan sendiri pada masanya berdiri dibawah
kerajaan Chola yang besar. Sehingga membuat kebudayaan di India Selatan terbagi menjadi
dua yaitu di daerah barat terdapat orang-orang Dekkan dan di daerah pantai Koromantel
terdapat kerajaan Chola. Kedua kerajaan ini slaing bersaing satu sama lain demi
mendominasi dibidang politik. Raja yang berkuasa di kerajaan Dekkan adalah Raja Pulakesi
II, yang kedudukan raja yang ada di kerajaan Dekkan ini tidak terlalu menonjol, sehingga
mudah di kuasa oleh kerajaan lainnya. Kerajaan Dekkan kemudian dikuasai oleh Kerajaan
Pallava.

B. Tamil, Negeri Orang Dravida

Tamil merupakan suatu daerah yang berada di semenanjung India Selatan sungai
Tangabhadra. Kebudayaan bangsa Tamil ini sama seperti orang Dravida yang masih
menyembah roh nenek moyang. Kawasan negeri orang India ini terbagi menjadi 3 kerajaan
yaitu Pandhya di semenanjung, Madurai di Tinnivelly dan Keralla yang disebut dengan Chola
(karena dikuasai oleh kerajaan Chola). Daerah India Selatan yang diduduki oleh bangsa
Tamil ini merupakan daerah yang sangat subur (Suwarno, 2018: 10). Sehingga kesuburan dan
kekayaan yang ada disana menjadikan tempat ini sebagai tempat yang diimpikan oleh raja-
raja yang berkuasa.

Bangsa Tamil ini lebih dominan di kekuasaan kerajaan Pandhya. Raja Pandhya selalu
melakukan perang dengan kerajaan-kerajaan tetang seperti Chola, Pallava dan Sri Langka,
hal ini guna untuk memperluas daerah kekuasaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pasukan
imigran suku Tamil yang datang ke Sri Langka untuk menetap dan merebut daerah
kekuasaan, perebutan ini berlangsung kurang lebih 1000 tahun (Erwin, 1990: 135). Suku
Tamil datang dan merebut daerah sebelah utara Sri Langka yaitu suku sinhala, yang
kemudian suku Sinhala dari Sri Langka tersebut berlari kearah selatan Sri Langka. Suku
Sinhala tersebut ada yang mengungsi ke pegunungan namun ada pula yang mendirikan
kerajaan merdeka.

Suku Tamil yang imigran ke daerah Sri Langka tersebut sampai menetap namun menjadi
suku minoritas didaerah Sri Langka. Namun menetapnya suku Tamil di Sri Langka tersebut
menjadikan hubungan antara kedua suku ini tidak baik. hal ini dibuktikan dengan adanya
tindakan sparatisme suku Tamil di Sri Langka, yang ingin memisahkan diri kekuasaan
politiknya dengan suku Sinhala, sehingga kekuasaanpun dibagi dimana pemerintahan Sri
Langka berada di kerajaan selatan dan Tamil didaerah utara dan timur Sri Langka. Ketidak
akraban antara suku Sinhala dan suku Tamil di Sri langka ini berlanjut sampai pada
dimerdekakannya Sri langka.

C. Dinasti Pallava

Pada tahun 325 M, Dinasti Pallava mulai terkenal karena keberhasilan raja Narasimhavarman
berhasil menduduki Kota Kanchi dikawasan Kerajaan Dekkan. Kota Kanchi ini merupakan
kota yang penting sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan yang disana terdapat universitas
yang terkenal. Dinasti Pallava bukanlah dinasti tunggal, namun terdapat empat dinasti yang
terpisah yang menggunakan nama dinasti Pallava. Sekitar 36 orang raja Pallava yang dikenal,
namun raja yang terkenal adalah Raja Mahendravarman (600-625 M) dan Narasimhavarman
(625-645 M) (Suwarno, 2018: 61).

Puncak kejayaan Dinasti Pallava dicapai pada masa Raja Narasimhavarman yang bergelar
Mahamalla. Pada masa kekuasaannya Raja Narasimhavarman banyak melakukan penaklukan
di wilayah-wilayah tetangga termasuklah daerah Dekkan di negeri Chola, Chalukya dan
Ceylon. Penaklukan di Chalukya Raja Narasimhavarman berhasil mengalahkan raja
Puiekesin tahun 642 dan menduduki kota Vatapi. Sedangkan di daerah Ceylon ia menaklukan
hanya sebagai penyempurna terhadap invasi yang telah dilakukan oleh kakeknya terdahulu
yaitu Simharavishnu.

Kekuasaan Pallava menghasilkan banyak kemajuan di India terutama dibidang kebudayaan


dan pendidikan. Di bidang kebudayaan terutama dibidang seni yaitu seni bangunan. Dinasti
Pallava membangun banyak kuil monolith atau sebuah kuil diberi nama Rath atau Tujuh
Pagoda (Su’ud, 2006: 133). Monolith adalah sebuah bangunan yang dibuat dari batu besar
granit lalu batu tersebut di pahat dengan lukisan timbul bergaya naturalis misalnya lukisan
binatang. Tidak hanya kuil monolith hal ini juga dibuat pada kuil Tanjore (Suwarno, 2018:
62). Kerajaan Pallava yang sudah terkenal akan kebudayaannya dikenal juga akan Rajanya
yang juga seorang seniman, khususnya seorang penyair.

Kemudian dari bidang pendidikan Kerajaan Pallava memiliki pusat pendidikan ajaran agama
yaitu di Kota Kanchi. Disana tempat untuk belajar pelajaran agama Budha maupun
Brahmanical/Brahmanism/Hindu (Suwarno, 2018: 62).
D. Sri Langka

Sri Langka atau Republik Sosialis Demokratik Sri Langka (saat ini) berasal dari penyebutan
bahasa Sinhala dan bahasa Tamil. Sejarah Sri langka disebutkan melalui syair-syair
Sansekerta, Sri Langka dahulunya disebut Langka Dvipa yang sangat tidak dapat dipisahkan
dengan sejarah panjang India (Su’ud, 2006: 135). Suku asli Sri Langka adalah Suku Veda,
suku-suku bangsa sederhana yang hidup di Uva dan provinsi Timur. Namun dengan
berjalannya waktu Sri Langka pada abad ke 14 direbut kekuasaannya oleh Suku Sinhala yang
kemudian mendominasi di Sri Langka. Sebelum datangnya suku Sinhala tersebut dahulunya
Sri Langka ini adalah sebuah pulau yang kekuasaannya berpindah-pindah antar kerajaan satu
dengan kerajaan lain serta antar suku satu dengan suku lain. Di gambarkan dari cerita musafir
dari Cina yaitu Fa Hien yang sempat mengunjungi pulau tersebut bahwa Sri Langka pada
abad ke 4 dan 5 telah dibangun sebuah bangunan istana yang sangat megah yiatu istana
Perunggu dan Istana Sagiri. Namun bangunan megah tersebut pada tahun 479-497 M
dikuasai oleh kaum perampas Kasasapa yang pada saat itu pada masa Raja Polonaruva. Pulau
Sri Langka ini awalnya telah ditemukan sangat lama oleh imigran bangsa India dari Orissa
maupun Gujarat. Pulau Sri Langka ini dikenal dengan pulau tanah bersinar ataupun permata
Samudra Hindia , dikarenakan tanah yang sangat subur, indah dan kaya, berlimpahnya
tanaman topi, batu permata, kelapa, karet dan kayu manis (Ibrahim, 2017: 143).

Sejarah Sri Langka diperkiran sangat panjang berkisar sampai 3000 tahun, yang dibuktikan
dengan adanya dokumen-dokumen yang menceritakan perjalanan sejarah Sri Langka.
Mendoninasinya suku Sinhala di Sri Langka ini berlangsung sejak abad ke 14 SM, namun
sebenarnya suku Sinhala sudah menetap sejak 550M. Suku Sinhala kemudian berhasil
mendirikan kerajaan setelah kekuasaan kerajaan Chola di Sri Langka yang terletak di bagian
selatan. Sri Langka kemudian pada perkembangannya diserbu oleh suku Tamil, suku Tamil
berkuasa dan mengambil alih Sri Langka Utara dan Timur selama kurang lebih 1000 tahun
sehingga membuat suku Sinhala makin keselatan (Erwin, 1990: 135).

Kehidupan suku Sinhala di Selatan Sri Langka dan suku Tamil di utara dan timur Sri Langka,
tidak berhubungan dengan baik, hal ini berlangsung sampai merdekanya Sri Langka tahun
1947 (Erwin, 1990: 136). Kemerdekaan Sri Langka atas suku Sinhala yang merupakan suku
yang mendominasi dalam pemerintahan membuat kaum Tamil yang minoritas merasa marah
dan ingin adanya perjanjian terhadap pusat pemerintahan Sri Langka. Hal ini dikarenakan
adanya ketakutan dari bangsa Tamil yang akan memberikan ketidak adilan kepada bangsa
Tamil. Setelah adanya perjanjian antara bangsa Tamil dan pusat pemerintahan Sri Langka,
dan adanya kemerdekaan Sri Langka tidak membuat antara kedua etnis ini berdamai, adanya
keinginan bangsa Tamil yang minoritas untuk memisahkan diri dengan pemerintahan hal ini
dikarenakan adanya penetapan ajaran agama Budha secara resmi di Sri Langka yang dianut
suku Sinhala hal ini membuat suku Tamil yang beragama Hindu merasa marah karena
pemerintahan lebih memperhatikan suku Sinhala, namun sejak tahun 2009 lalu konflik
antara kedua etnis tersebut telah berakhir dengan kemenangan pemerintahan pusat (Ibrahim,
2017: 144).
Kemajuan Sri Langka bisa dibilang dilihat dari segi bangunan yang sangat megah, hal ini
dikarenakan didukung juga dengan sumber alam yang ada di Sri Langka. Selain itu pula di
Sri Langka merupakan tempat pertama kali ditulisnya tulisan Budha.

Anda mungkin juga menyukai