Abstrak
Abstracts
48
Pola Penalaran Penggalan Teks Materi Ajar Bahasa Indonesia ... (Liza Tri Handayani dan Laili Etika Rahmawati)
tween causal phenomenon, due to the cause, and causal-effect 1 2. The new pat-
tern appears that the causal relationship 1-induced second-result 3, and causal
relationship-effects
Keywords: textbooks, curriculum 2013, reasoning.
49
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Juni 2016, 48-60
Salah satu dari 5M adalah menalar, hal ini bahwa ketiga subjek (siswa yang memiliki
menunjukkan bahwa siswa dituntut untuk nilai tinggi, sedang, dan rendah) menun-
menalar dengan tepat dalam menentukan jukkan langkah memahami masalah, men-
kebenaran. Berdasarkan pemikiran tersebut, gelola data dan mencari pola dalam materi
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian barisan bilangan bulat, namun cenderung
dengan judul “Pola Penalaran Penggalan tidak melakukan validasi dugaan. Untuk
Teks Materi Ajar Bahasa Indonesia dalam langkah menduga rumus dan generalisasi,
Buku Siswa Kelas VII Kurikulum 2013.” ketiga siswa menunjukkan hasil yang ber-
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diru- beda. Siswa dengan nilai tinggi mampu me-
muskan masalah: bagaimana pola penalaran nemukan hubungan yang ada pada barisan
berdasarkan pendekatan saintifik penggalan dan dapat menjelaskannya dengan menggu-
teks materi ajar bahasa Indonesia dalam nakan gambar dan dapat membuat general-
buku siswa kelas VII kurikulum 2013? Se- isasi untuk masalah 1. Siswa dengan nilai
suai dengan rumusan masalah, maka tujuan sedang mampu menunjukkan hubungan
penelitian ini adalah untuk memaparkan yang berlaku namun tidak dapat menjelas-
pola penalaran berdasarkan pendekatan kan dengan gambar dan tidak melakukan
saintifik penggalan teks materi ajar bahasa generalisasi. Siswa dengan nilai rendah ti-
Indonesia dalam buku siswa kelas VII kuri- dak dapat menemukan pola yang berlaku
kulum 2013. untuk masalah 1 dan tidak melakukan gen-
Penelitian ini menganalisis tentang eralisasi.
pola penalaran penggalan teks materi ajar Penelitian berikutnya adalah peneli-
bahasa Indonesia dalam buku siswa kelas tian yang dilakukan oleh Waldi, dkk. (2014)
VII. Beberapa penelitian menjadi dasar un- dengan judul “Analisis Penalaran Induktif
tuk melakukan penelitian, hal ini menunjuk- dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas
kan bahwa penelitian yang akan dilakukan X SMA Negeri 1 Linggo Sari Baganti Ka-
memiliki kesinambungan dengan penelitian bupaten Pesisir Selatan”. Kesimpulan pe-
sebelumnya. Hanya saja penelitian ini ter- nelitian ini adalah jumlah semua data yang
fokus pada pola penalaran yang digunakan menggunakan penalaran secara induktif se-
dalam penggalan teks materi ajar buku banyak 53 data. Setelah dilakukan analisis,
siswa. data yang paling banyak ditemukan adalah
data mengenai penalaran induktif dengan
Soleymanpour dan Kiadaliri (2014)
bentuk hubungan kausal sebanyak 34 para-
dengan judul “Analysis Of Social Scienc-
graf, data dengan bentuk generalisasi seban-
es Textbook in Fourth and Fifth Grade of
yak 18 paragraf, sedangkan data yang pal-
Elementary Schools Based on Integrated
ing sedikit ditemukan adalah data dengan
Thinking Skills”. Kesimpulan penelitian
bentuk analogi sebanyak 1 paragraf. Dari
ini menunjukkan bahwa semua pelajaran
analisis data tersebut dapat diketahui pe-
yang bersifat sosial di dalam buku teks
mahaman siswa mengenai pengembangan
ilmu sosial kelas empat dan lima sekolah
paragraf secara induktif agak kurang, dari
dasar, terdapat tingkat penerapan dan mua-
semua data yang dianalisis lebih banyak
tan komponen keterampilan berpikir untuk
menggunakan pola pengembangan induktif
memperoleh informasi dan memusatkannya
dengan bentuk hubungan kausal dan gener-
lebih banyak daripada keterampilan lainn-
alisasi, sedangkan pola pengembangan den-
ya. Beberapa keterampilan lain menunjuk-
gan bentuk analogi masih jarang ditemukan.
kan bahwa tidak ada kecocokan dalam men-
Jadi, pengembangan Penalaran Induktif da-
erapkan kemampuan berpikir sesuai konten.
lam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X
Febriani dan Rosyidi (2013) yang SMA Negeri 1 Linggo Sari Baganti Kabu-
meneliti tentang “Identifikasi Penalaran In- paten Pesisir Selatan didominasi oleh pola
duktif Siswa dalam Memecahkan Masalah pengembangan dengan bentuk hubungan
Matematika”. Kesimpulan penelitian ini kausal.
50
Pola Penalaran Penggalan Teks Materi Ajar Bahasa Indonesia ... (Liza Tri Handayani dan Laili Etika Rahmawati)
Penelitian terakhir yaitu penelitian teks dan buku siswa, materi ajar, dan pros-
yang dilakukan oleh Rizam (2015) dengan es penalaran. Sitepu (2012:17) menyatakan
judul “Penalaran dalam Artikel Rubrik Opi- bahwa buku teks pelajaran yang kemudian
ni Surat Kabar Harian Jawa Pos”. Kesimpu- disebut sebagai buku teks merupakan buku
lan penelitian ini adalah penalaran dalam ar- acuan wajib untuk digunakan di satuan pen-
tikel rubrik opini Surat Kabar Harian Jawa didikan dasar dan menengah atau perguruan
Pos dilakukan dalam dua varian penalaran tinggi yang memuat materi pembelajaran
yaitu penalaran induktif dan deduktif. Pe- dalam rangka peningkatan keimanan, ke-
nalaran induktif terdiri dari generalisasi, takwaan, akhlak mulia, dan kepribadian,
analogi, dan hubungan kausal. Generalisasi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknolo-
dalam artikel rubrik opini tersebut berupa gi, peningkatan kepekaan dan kemampuan
generalisasi dengan loncatan induktif dan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis
tanpa loncatan induktif. Hubungan kausal dan kesehatan yang disusun berdasarkan
berlangsung dalam tiga varian yakni se- standar nasional pendidikan.
bab-akibat, akibat-sebab, dan akibat-aki- Kemendikbud (2013:ii) menyatakan
bat. Penalaran deduktif dalam artikel rubrik bahwa buku siswa merupakan buku yang
opini Surat Kabar Harian Jawa Pos tidak dipersiapkan Pemerintah dalam rangka im-
dilakukan dalam bentuk silogisme lengkap, plementasi kurikulum 2013. Buku siswa
namun dilakukan dalam bentuk entimem. disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di
Silogisme tidak digunakan dalam artikel bawah koordinasi Kementerian Pendidikan
rubrik opini Surat Kabar Harian Jawa Pos dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam
ini disebabkan entimem dinilai lebih prak- tahap awal penerapan kurikulum 2013. Buku
tis, yakni hal yang dianggap telah dipahami siswa menjabarkan usaha minimal yang ha-
tidak perlu dikemukakan lagi. rus dilakukan siswa untuk mencapai kom-
Penelitian-penelitian relevan di atas petensi yang diharapkan (Kemendikbud,
merupakan penelitian terdahulu yang per- 2013:iv). Buku teks maupun buku siswa
nah dilakukan oleh para ahli. Terdapat be- memuat materi ajar. Menurut Ibrahim dan
berapa persamaan dan perbedaan dalam Sukmadinata (2003:100) materi pelajaran
penelitian yang akan dilakukan. Persamaan merupakan suatu yang disajikan oleh guru
penelitian-penelitian sebelumnya dengan untuk diolah kemudian dipahami oleh siswa
penelitian yang akan dilakukan terlihat dari dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan in-
sumber data yang digunakan yaitu teks yang struksional yang telah ditetapkan. Dengan
ada dalam buku teks, tetapi ada juga pene- kata lain, materi pelajaran merupakan salah
litian yang menganalisis penalaran yang satu unsur atau komponen yang penting art-
digunakan dalam koran. Perbedaannya ter- inya untuk mencapai tujuan-tujuan pengaja-
lihat pada kekhususan pola penalaran yang ran. Materi pelajaran terdiri dari fakta-fak-
dicari dalam data, banyak penelitian yang ta, generalisasi, konsep, hukum atau aturan,
mencari kekhususan penelitian dalam pe- dan sebagainya yang terkandung dalam
nalaran induktif maupun deduktif. Selain mata pelajaran. Gulo (2008:9) menyatakan
itu terdapat penelitian relevan yang meneliti bahwa materi pelajaran dapat dibedakan
identifikasi penalaran induktif dalam me- antara materi formal dan materi informal.
mecahkan masalah, hal ini menunjukkan Materi formal adalah isi pelajaran yang ter-
bahwa penalaran dapat memecahkan mas- dapat dalam buku teks resmi (buku paket)
alah untuk menemukan kebenaran. di sekolah, sedangkan materi informal ialah
Pengkajian dalam penelitian ini bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari
menggunakan beberapa teori yang saling lingkungan sekolah yang bersangkutan. Ba-
berkaitan untuk dijadikan landasan dalam han-bahan yang bersifat informal ini dibu-
analisis dan pembahasan. Beberapa teori tuhkan agar pengajaran itu lebih relevan dan
erat hubungannya dengan penelitian yang aktual.
akan dilakukan, seperti teori mengenai buku Jalaluddin (2013:109) menyatakan
51
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Juni 2016, 48-60
bahwa penalaran berarti berpikir dengan Menurut Jalaluddin (2013:115) analisis in-
menggunakan nalar atau rasio. Sebagaima- duktif merupakan perumusan umum men-
na dinyatakan oleh Suriasumantri (2010:42) genai suatu gejala dengan cara mempelajari
bahwa penalaran merupakan suatu proses kejadian-kejadian khusus yang berhubungan
berpikir dalam menarik sesuatu kesimpu- dengan hal itu. Analisis deduktif dinyatakan
lan yang berupa pengetahuan, sehingga pe- sebagai analisis yang digunakan untuk men-
nalaran merupakan kegiatan berpikir yang etapkan kebenaran suatu pernyataan dengan
mempunyai karakteristik tertentu dalam menunjuk bahwa pernyataan lain yang telah
menemukan kebenaran. Menurut Kurniasih ditetapkan kebenarannya. Penalaran juga
dan Sani (2014:35) ada beberapa proses dapat dilakukan melalui proses hubungan
menalar, yaitu: proses menalar induktif yang antar fenomena, sebagaimana yang dinya-
merupakan cara menalar dengan menarik takan oleh Kurniasih dan Sani (2014:39-40)
simpulan dari fenomena atau atribut-atribut terdiri dari hubungan sebab-akibat, hubun-
khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. gan akibat-sebab, dan hubungan sebab-aki-
Menalar induktif adalah proses penarikan bat 1 – akibat 2.
simpulan dari kasus-kasus yang bersifat
nyata secara individual atau spesifik menja-
di simpulan yang bersifat umum. Kegiatan 2. Metode Penelitian
menalar secara induktif lebih banyak berpi- Jenis dan desain penelitian yang digu-
jak pada observasi inderawi atau pengala- nakan pada penelitian ini adalah penelitian
man empirik. Proses menalar deduktif yang deskriptif kualitatif yang bersifat eksplanatif
merupakan cara menalar dengan menarik yang bertujuan untuk menggambarkan dan
simpulan dari pernyataan-pernyataan atau menjelaskan (to describe and to explain)
fenomena yang bersifat umum menuju pada (Sukmadinata, 2015:60). Peneliti mem-
hal yang bersifat khusus. berikan deskripsi mengenai pola penalar-
Pola penalaran deduktif dikenal den- an penggalan teks materi ajar dalam buku
gan pola silogisme. Suriasumantri (2010:46) siswa kelas VII. Kemudian memberikan
menyatakan bahwa logika atau penalaran eksplanasi (kejelasan) tentang proses iden-
induktif erat hubungannya dengan penari- tifikasi wujud dan pola penalaran penggalan
kan kesimpulan dari kasus-kasus individu- teks materi ajar bahasa Indonesia dalam
al nyata menjadi kesimpulan yang bersifat buku siswa kelas VII kurikulum 2013. Data
umum. Sedangkan di pihak lain logika de- penelitian ini adalah semua materi ajar yai-
duktif membantu dalam menarik kesimpu- tu berupa penggalan teks materi ajar dalam
lan dari hal yang bersifat umum menjadi buku siswa kelas VII kurikulum 2013. Sum-
kasus yang bersifat individual (khusus). ber data yang digunakan untuk mendapat-
Penarikan kesimpulan secara deduktif bi- kan data-data tersebut adalah buku siswa
asanya mempergunakan pola berpikir yang kelas VII kurikulum 2013. Teknik peng-
dinamakan silogismus. Menurut Kurniasih umpulan data yang digunakan dalam pene-
dan Sani (2014:38-39) proses analogi terdi- litian ini adalah dokumentasi atau analisis
ri dari dua jenis, yaitu analogi induktif dan dokumen, yaitu dokumen buku siswa kelas
analogi deduktif. Analogi induktif disusun VII kurikulum 2013. Dokumen yang diteli-
berdasarkan persamaan yang ada pada dua ti pada penelitian ini merupakan dokumen
fenomena atau gejala. Analogi deduktif resmi yang dikeluarkan oleh Kemendikbud
merupakan suatu metode menalar untuk yaitu buku siswa kelas VII kurikulum 2013.
menjelaskan atau menegaskan suatu fenom- Analisis data menggunakan analisis
ena atau gejala yang belum dikenal atau ma- data mengalir model Miles dan Huberman.
sih samar, dengan sesuatu yang sudah dike- Menurut Sugiyono (2010:337) analisis
nal atau masih samar, dengan sesuatu yang data dalam penelitian kualitatif dilakukan
sudah dikenal. Lain halnya dengan Jalalud- pada saat pengumpulan data berlangsung
din yang menyebut analogi sebagai analisis. dan setelah selesai pengumpulan data da-
52
Pola Penalaran Penggalan Teks Materi Ajar Bahasa Indonesia ... (Liza Tri Handayani dan Laili Etika Rahmawati)
lam periode tertentu. Miles dan Huberman nai kebenaran data yang telah melalui tahap
(1994:10) dalam bukunya menyatakan bah- reduksi data dan penyajian data. Verifikasi
wa secara garis besar analisis data kualitatif yang dilakukan dengan memilih data yang
terdiri dari tiga aliran yang bersama-sama penting bahkan membuang data yang tidak
yaitu reduksi data, penyajian data, dan ver- dipakai, dan mengklasifikasikannya. Ketiga
ifikasi. Kemudian menggali tema lebih da- aliran tersebut dilakukan secara bersama-sa-
lam melalui buku dan memperoleh uraian ma dan berlangsung terus menerus.
secara keseluruhan. Aktivitas analisis data Untuk menguji validitas data, peneli-
kualitatif dilakukan secara mengalir dan tian ini menggunakan trianggulasi data dan
berlangsung terus menerus sampai tuntas, teori. Trianggulasi data atau sumber dilaku-
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas da- kan dengan peninjauan ulang terhadap data
lam analisis data, yaitu reduksi data, penya- atau sumber, yaitu meninjau ulang menge-
jian data, dan verifikasi. nai kesesuaian data yang digunakan yakni
Langkah analisis data yang dilaku- data materi ajar yang berupa teks dalam
kan pada penelitian ini yang pertama ber- buku siswa kelas VII kurikulum 2013. Pada
dasarkan model Miles dan Huberman ada- trianggulasi teori yaitu dengan peninjauan
lah (1) Reduksi data, mereduksi data pada ulang terhadap teori-teori relevan yang di-
materi ajar dalam buku siswa dilakukan gunakan dalam penelitian ini, sehingga ada
dengan memfokuskan hal-hal penting yai- kesesuaian antara teori dan data yang digu-
tu mencari penggalan teks materi ajar yang nakan.
memuat pola menalar induktif, deduktif,
analogi induktif, deduktif, hubungan antar
fenomena sebab-akibat, akibat-sebab, dan 3. Hasil Dan Pembahasan
sebab-akibat 1-akibat 2. (2) Penyajian data, Pola penalaran dalam pendekatan
dalam penelitian kualitatif penyajian data saintifik diambil dari 5M, yaitu mengamati,
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat. menanya, menalar, mencoba, dan mengo-
Dalam hal ini Miles dan Huberman (dalam munikasikan. Sebagaimana wujud proses
Sugiyono, 2010:341) menyatakan bahwa pembelajaran dalam kurikulum 2013 yaitu
yang paling sering digunakan untuk menya- dengan menggunakan pendekatan saintifik.
jikan data dalam penelitian kualitatif adalah Menalar menjadi proses yang sangat pent-
teks yang bersifat naratif. Data-data yang ing karena menggabungkan pikiran dengan
telah direduksi secara tidak sadar sekaligus fakta-fakta empiris. Dinyatakan oleh Kur-
dianalisis secara mendalam mengenai pola niasih dan Sani (2014:35) bahwa penalaran
penalaran untuk mengungkap penalaran merupakan proses berpikir logis dan siste-
yang digunakan dalam suatu materi ajar matis atas fakta-fakta empiris yang dapat
berdasarkan konten isi materi. (3) Verifika- diobservasi untuk memperoleh simpulan
si, menurut Sugiyono (2010:345) kesimpu- berupa pengetahuan. Dalam proses mema-
lan awal yang dikemukakan masih bersi- hami kebenaran dalam setiap teks materi
fat sementara, dan akan berubah bila tidak ajar yang disajikan, terlebih dahulu siswa
ditemukan bukti-bukti yang kuat. Setelah melakukan penalaran terhadap suatu kebe-
display data secara bersama-sama sekaligus naran yang tampak dan memahami setiap
menarik kesimpulan atau verifikasi menge- frasa maupun klausa.
53
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Juni 2016, 48-60
54
Pola Penalaran Penggalan Teks Materi Ajar Bahasa Indonesia ... (Liza Tri Handayani dan Laili Etika Rahmawati)
55
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Juni 2016, 48-60
kebenaran pernyataan bahwa pesan yang yang telah ditetapkan kebenarannya. Tam-
sebenarnya ingin disampaikan melalui ge- pak pada data 2 bahwa gejala masih samar
jala “Tari Saman mengandung pendidikan mengenai nilai ekonomi tinggi yang tampak
keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, pada kalimat “Dengan teknologi yang tepat,
kekompakan, dan kebersamaan”. sampah yang tadinya sebagai barang buan-
Pola analisis deduktif yang digunakan gan, kotor, berbau, menimbulkan penyakit,
cukup beragam dan tersebar dalam beber- dan mencemari lingkungan dapat menjadi
apa teks yang ada dalam buku siswa kelas barang yang bisa dimanfaatkan dan memi-
VII kurikulum 2013. Seringkali penggu- liki nilai ekonomi tinggi”, dijelaskan dan
naannya tidak secara berurutan, sedangkan dihubungkan dengan gejala yang nyata dan
data yang digunakan adalah kalimat atau kebenarannya teruji, yaitu pada penggalan
paragraf yang disusun secara sistematis kalimat “Sampah anorganik bisa membantu
dan berurutan, maka tidak heran jika pola mengembangkan industri daur ulang (re-
analisis deduktif yang ditemukan dalam cycling), sedangkan sampah organik dapat
bentuk kalimat sistematis hanya sedikit. dimanfaatkan industri pengolah kompos
Tidak menutup kemungkinan jika seluruh menjadi pupuk organik dan juga dapat dio-
teks menggunakan pola analisis ini. Sama lah menjadi industry energi atau industri ba-
halnya dengan data 1 dan data 2 keduan- han bangunan”. Penjelasan tersebut mampu
ya juga memuat gejala yang masih samar menjelaskan mengenai peluang mendapat-
yang kemudian dijelaskan dengan gejala kan nilai ekonomi dari sampah yang semula
masih samar.
56
Pola Penalaran Penggalan Teks Materi Ajar Bahasa Indonesia ... (Liza Tri Handayani dan Laili Etika Rahmawati)
dapat mengarahkan minatnya pada kegia- nolong Bawang Putih membereskan tem-
tan-kegiatan positif.”. masa remaja ada- pat tinggal atau cuma menemani Bawang
lah masa yang kritis dan berusaha mencari Putih serta ayahnya mengobrol”. Sehingga
jati diri, sehingga akibat yang ditimbulkan keduanya memiliki hubungan penalaran
dari sebab itu adalah perlunya pendidikan sebab-akibat. Ibu Bawang Putih yang su-
karakter yang mampu mengarahkan rema- dah meninggal menjadi sebab Ibu Bawang
ja menuju arah positif. Sama halnya den- Merah terus berkunjung ke rumah Bawang
gan data 2, hal yang menjadi sebab pada Putih. Data 3, polanya yaitu sebab diung-
penggalan teks cerita pendek tersebut ada- kapkan terlebih dahulu, kemudian akibat
lah “Sejak Ibu Bawang Putih meninggal”, mengikuti di belakang. Sehingga, kesim-
kemudian ditarik kesimpulan yang beru- pulan yang ada menjadi masuk akal, karena
pa akibat yaitu “Ibu Bawang Merah kerap ada proses mengenai akibat itu sendiri yaitu
berkunjung ke tempat tinggal Bawang Pu- dengan didahului sebab.
tih. Dia kerap membawakan makanan, me-
Pola proses hubungan antar fenome- kulit udang dan kepiting yang mengand-
na akibat-sebab merupakan kebalikan dari ung bahan anti bakteri”. Mengelola lim-
pola hubungan sebab-akibat. Sehingga, da- bah hewan sebagai akibat dari kreativitas
lam pola hubungan ini akibat dipaparkan kedua siswa untuk memanfaatkan limbah
terlebih dahulu, kemudian sebab mengikuti yang berguna bagi industri garmen, simpu-
di belakang. Tidak ada kekhususan dari pola lan yang menjadi penyebab, yaitu “Kedua
ini terhadap pola sebab-akibat, karena han- siswa itu secara kreatif memanfaatkannya
ya seperti bertukar posisi, sehingga tidak untuk industri garmen”. Data 3 fenomena
ada perbedaan khusus dari keduanya. Pola yang menjadi akibat diungkapkan pada ka-
akibat-sebab tidak banyak ditemukan sep- limat “Tiba-tiba pintu terbuka”, penyebab
erti pola sebab-akibat. Sebagaimana dalam pintu terbuka ternyata diungkapkan melalui
suatu teks yang biasanya justru didominasi kalimat “laki-laki dengan perut gendut
oleh proses menalar deduktif dibandingkan muncul, “Ooo…. Juragan. Silakan, Gan”,
dengan induktif. Pola akibat-sebab tampak sambut Pak Kerto sambil membungkuk”.
pada data 1, 2, dan 3. Jika dibandingkan dengan pola lainnya,
Akibat yang dikemukakan pada data baik pola proses menalar maupun analogi,
1 adalah “Aku lebih suka sendiri. Aku tak pola hubungan antar fenomena lebih mu-
mau merepotkanmu”, penyebab dari akibat dah digunakan, karena proses penalarann-
tersebut yang kemudian menjadi simpu- ya tidak begitu rumit, sehingga siswa leb-
lan yaitu “Karena suatu saat kau mungkin ih mudah apabila menemukan teks dengan
akan menemui kesulitan hanya karena ke- menggunakan pola penalaran akibat-sebab,
beradaanku”. Sama halnya dengan data 2 sebab-akibat, maupun sebab-akibat 1-akibat
akibat dinyatakan terlebih dahulu yaitu “Pe- 2. Begitu pula data 2 yang sama-sama mem-
nelitian yang mereka lakukan adalah men- bentuk rangkaian hubungan antar fenomena
gelola limbah hewan yang terdapat pada sebab-akibat 1-akibat 2.
57
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Juni 2016, 48-60
58
Pola Penalaran Penggalan Teks Materi Ajar Bahasa Indonesia ... (Liza Tri Handayani dan Laili Etika Rahmawati)
1-akibat 2 adalah penyebab yang ada mam- yang menjadi penyebab dari akibat kedua
pu menimbulkan serangkaian akibat, akibat adalah “Ulat Bulu pun membantu Burung
pertama kemudian menjadi penyebab dari Merak untuk dibebaskan dan mereka pun
akibat kedua. Maka, hubungan antarfenom- menyerang si pemburu”, akibat kedua yang
ena sebab-akibat 1-akibat 2-akibat 3 ada se- menjadi penyebab akibat ketiga adalah “si
buah akibat kedua yang menjadi penyebab pemburu lari tunggang langgang tidak kuat
dari akibat ketiga, dan seterusnya (Kurni- terhadap gatal-gatal yang diterimanya”, dan
asih dan Sani, 2014:40). Seperti dalam data akibat terakhir adalah “Burung Merak pun
1, sebab dari penggalan teks cerita pendek bebas”. Berdasarkan temuan pola hubungan
tersebut adalah “Tak jauh dari tempat kejad- antarfenomena ini, tidak menutup kemun-
ian, segerombolan Ulat Bulu melihat kejad- gkinan dalam suatu kalimat atau paragraf
ian ini”. Setelah itu, sebab tersebut menim- memuat 4 rangkaian sebab-akibat atau le–
bulkan serangkaian akibat. Akibat pertama bih.
59
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Juni 2016, 48-60
pat puluh tujud wujud pola penalaran yang bat 1-akibat 2. Bahkan ditemukan pola
ditemukan berupa proses menalar deduk- baru yaitu hubungan sebab-akibat 1-akibat
tif, analogi atau analisis induktif, analogi 2-akibat 3, hubungan sebab-rangkaian aki-
deduktif, proses hubungan antar fenomena bat yang merupakan pengembangan dari
sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-aki- hubungan sebab-akibat.
Daftar Pustaka
Febriani, Cholidia dan Abdul Haris Rosyidi. 2013. “Identifikasi Penalaran Induktif Siswa
dalam Memecahkan Masalah Matematika”. MATHEdunesa, Vol. 2 No 1: 1-6.
Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Ibrahim, R dan Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rine-
ka Cipta.
Jalaluddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia: Wahana Pengetahuan.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Panduan Membuat Bahan Ajar Buku Teks Pelajaran
Sesuai dengan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1994. Qualitative Data Analysis: Second
Edition. California: SAGE Publications.
Rizam, Masyithah Maghfirah. 2015. “Penalaran dalam Artikel Rubrik Opini Surat Kabar
Harian Jawa Pos”. Kembara, Vol. 1 No 2: 2015-211.
Sitepu, B.P. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soleymanpour, Javad dan Servin Kiadaliri. 2014. “Analysis of Social Sciences Textbook in
Fourth and Fifth Grade of Elementary Schools Based on Integrated Thinking Skills”.
Arabian Journal of Business and Management Review (Oman Chapter), Vol. 4 No 5:
13-22.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Ros-
dakarya.
Suriasumantri, Jujun S. 2010. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Waldi, Juli dkk. 2014. “Analisis Penalaran Induktif Dalam Karangan Argumentasi Siswa
Kelas X Sma Negeri 1 Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan”. Jurnal Wisu-
da, Vol. 4 No 2: 1-6.
60
REVIEW JURNAL
Judul POLA PENALARAN PENGGALAN TEKS MATERI AJAR
BAHASA
Jurnal Bahasa indonesia
Volume & Halaman Volume 1
Tahun Juni 2016
Penulis Liza Tri Handayani dan Laili Etika Rahmawati
Abstrak Proses menalar banyak digunakan dalam proses pembelajaran, karena dalam
setiap proses belajar mengajar, siswa dan guru sama-sama berpikir dalam
menentukan kebenaran. Bahkan, keduanya terdapat interaksi untuk saling
bertukar pikiran. Melalui proses penalaran siswa menjadi paham mengenai
suatu kebenaran. Namun, tidak jarang siswa tidak paham terhadap proses
mencapai kebenaran itu sendiri, bahkan siswa tidak memahami adanya logika
dalam suatu pembelajaran. Hal ini ditunjukkan saat siswa mengikuti tes potensi
akademik (TPA) maupun tes IQ yang seringkali menggunakan kemampuan
logika penalaran. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pola penalaran
penggalan teks materi ajar bahasa Indonesia dalam buku siswa kelas VII
kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
eksplanatif. Data penelitian adalah materi ajar berupa penggalan teks materi
ajar. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data mengalir model
Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan pola penalaran sesuai
dengan tahap pendekatan saintifik.
Pola penalaran yang terwujud yaitu proses menalar deduktif, analogi induktif,
analogi deduktif, proses hubungan antar fenomena sebab-akibat, akibat-sebab,
dan sebab-akibat 1-akibat 2. Muncul pola baru yaitu hubungan sebab-akibat
1-akibat 2-akibat 3, dan hubungan sebab-rangkaian akibat
Pengantar Proses berpikir menjadi suatu hal penting dalam usaha memperoleh suatu
pengetahuan. Menurut Suriasumantri (42:2010) berpikir merupakan suatu
kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar
bagi tiap orang tidak sama, maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk
menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Kebenaran
terkadang muncul dari persepsi setiap orang, sehingga benar menurut si A,
belum tentu benar menurut si B. Hal ini diperkuat oleh Suriasumantri
(2010:42-43) bahwa dapat dikatakan tiap jalan pikiran mempunyai apa yang
disebut sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan
landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. Hakikatnya, setiap
manusia dianugerahi akal untuk berpikir, namun lain halnya dengan orang gila
yang akalnya dapat dikatakan hilang, sehingga tidak mampu berpikir dengan
baik dan benar. Manusia melakukan kegiatan sehari-hari dengan berpikir,
meskipun terkadang seseorang mengartikan berpikir sama dengan proses
belajar di bangku sekolah. Padahal, setiap kegiatan dalam kehidupan sehari-
hari mencerminkan bahwa saat itu seseorang sedang berpikir untuk
menemukan kebenaran. Misalnya seseorang ingin menggoreng ayam, yang
digunakan tentu saja wajan penggorengan, bukan piring, hal-hal kecil seperti
itu sudah dapat dikategorikan sebagai proses berpikir, yaitu penalaran.
Metode Penelitian Jenis dan desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat eksplanatif yang
bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan (to describe and to
explain) (Sukmadinata, 2015:60). Peneliti memberikan deskripsi
mengenai pola penalaran penggalan teks materi ajar dalam buku siswa
kelas VII. Kemudian memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang
proses identifikasi wujud dan pola penalaran penggalan teks materi
ajar bahasa Indonesia dalam buku siswa kelas VII kurikulum 2013.
Data penelitian ini adalah semua materi ajar yaitu berupa penggalan
teks materi ajar dalam buku siswa kelas VII kurikulum 2013. Sumber
data yang digunakan untuk mendapatkan data-data tersebut adalah
buku siswa kelas VII kurikulum 2013. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi atau analisis
dokumen, yaitu dokumen buku siswa kelas VII kurikulum 2013.
Dokumen yang diteliti pada penelitian ini merupakan dokumen resmi
yang dikeluarkan oleh Kemendikbud yaitu buku siswa kelas VII
kurikulum 2013.
Hasil Penelitian Pola penalaran dalam pendekatan saintifik diambil dari 5M, yaitu
mengamati,menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.
Sebagaimana wujud proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 yaitu
dengan menggunakan pendekatan saintifik.Menalar menjadi proses
yang sangat penting karena menggabungkan pikiran dengan
fakta-fakta empiris. Dinyatakan oleh Kurniasih dan Sani (2014:35)
bahwa penalaran merupakan proses berpikir logis dan sistematis atas
fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan. Dalam proses memahami kebenaran dalam setiap
teks materi ajar yang disajikan, terlebih dahulu siswa melakukan
penalaran terhadap suatu kebenaran yang tampak dan memahami setiap
frasa maupun klausa.
Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan hasil penelitian, ditemukan 47 wujud
penalaran dalam berbagi bentuk penalaran. Empat puluh empat data
yang dianalisis terdapat 47 pola penalaran, hal ini dikarenakan dalam
satu data termuat 2-3 pola penalaran. Keem-pat puluh tujud wujud
pola penalaran yangditemukan berupa proses menalar deduktif,
analogi atau analisis induktif, analogideduktif, proses hubungan antar
fenomena sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1-akibat 2.
Bahkan ditemukan pola baru yaitu hubungan sebab-akibat 1-akibat
2-akibat 3, hubungan sebab-rangkaian akibat yang merupakan
pengembangan dari hubungan sebab-akibat.
A.Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan dari yang bersifat umum menjadi bersifat
khusus.
B.penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan dari pernyataan bersifat menjadi pernyataan
khusus.
Contoh: