PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berpikir merupakan aktivitas manusia untuk menemukan pengetahuan yang
benar, sedang kebenaran itu tidaklah persis sama pada setiap individu. Maka setiap
jalan pikiran manusia mempunyai kriteria kebenaran yang berfungsi sebagai
landasan proses penemuan kebenaran tersebut, dan setiap penalaran mempunyai
kriteria kebenaranya masing-masing. (Poedjawijatna. 1984. Logika Filsafat
Berpikir. Jakarta : Bina Akasara ).
Aktivitas berpikir sebagai penalaran manusia mempunyai ciri utama sebagai
suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika. Dalam mempelajari pola
berpikir yang luas dalam logika itulah dibutuhkan terlebih dahulu tentang apa itu
logika dan ruang lingkupnya karena hal ini akan membantu dasar pemikiran yang
berdasarkan penalaran yang logis dan kritis. selain berguna bagi sarana ilmu, bagi
semua ilmu, karena penalaran yang logis, kritis, dan sistematis inilah ang menjadi
salah satu syarat sifat ilmiah .(Drs. Surajiyo, Drs Sugeng Astanto, dan Dra Sri
Andiani. 2005. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara )
Sebagai suatu ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah,
logika lahir dari pemikir-pemikir Yunani yaitu Aristoteles, Theoprostus dan Kaum
Stoa. Dalam perkembangannya, logika telah menarik minat dan dipelajari secara
luas oleh para filosof. Logika juga menarik minat filosof-filosof muslim sehingga
menjadi pembahasan yang menarik dalam masalah agama. (Maran, Rafael Raga.
2007. Pengantar Logika. Jakarta : grasindo )
Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran
dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan
menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan
kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika
merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus
ditaati agar manusia dapat berpikir benar.( Surajiya dkk. 2006. Dasar – Dasar
Logika. Jakarta : PT. Bumi Aksara )
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian logika ?
2. Apa saja objek logika ?
3. Bagaimana sejarah logika ?
4. Apa saja kegunaan dan manfaat logika ?
5. Bagaimana pembagian logika ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mampu menjelaskan dan mendeskripsikan pengertian logika.
2. Mampu menggambarkan objek-objek dalam logika.
3. Mampu menggambarkan sejarah singkat logika.
4. Mampu menjelaskan kegunaan dan manfaat dari logika.
5. Mendeskripsikan pembagian logika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LOGIKA
Secara etimologi, Logika berasal dari perkataan Yunani yaitu logike (kata sifat)
dan logos (kata benda), yang berarti “pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari
pikiran, alasan atau uraian”. Dengan demikian, logika merupakan pekerjaan akal
pikiran manusia dalam bernalar untuk menghasilkan kebenaran atau penyimpulan
yang benar. Sebagai ilmu, disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun
sekarang ini hanya lazim disebut dengan logika saja. Jadi, logika adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan norma-norma penyimpulan yang dipandang
dari aspek yang benar (sahih). (Poespropojo, W. Logika Scientifika “Pengantar
Dialektika dan Ilmu”. Bandung: Pustaka Grafika. 1999 ). Ada yang berpendapat
bahwa logika adalah ilmu dalam lingkungan filsafat yang membahas prinsip-prinsip
dan hukum-hukum penalaran yang tepat. Ada juga yang menandaskan bahwa logika
adalah ilmu pengetahuan (science) tetapi sekaligus merupakan kecakapan atau
keterampilan yang merupakan seni (art) untuk berpikir secara lurus, tepat, dan
teratur.( Poespropojo, W. Logika Scientifika “Pengantar Dialektika dan Ilmu”.
Bandung: Pustaka Grafika. 1999).
Dalam hal ini, ilmu mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui,
sedangkan kecakapan atau keterampilan mengacu pada kesanggupan akal budi
untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Selain itu, ada juga ahli yang
berpendapat bahwa logika adalah teknik atau metode untuk meneliti ketepatan
berpikir. Jadi logika tidak terlihat selaku ilmu, tetapi hanyalah merupakan metode.
Ada pula yang mengatakan bahwa logika adalah ilmu yang mempersoalkan prinsip-
prinsip dan aturan-aturan penalaran yang sahih (valid). (Bakhtiar, Amsal. Ilmu
Filsafat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004 ).
Berdasar dari pengertian logika yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa
logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan,
dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur, serta kriteria
yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi pencapaian kebenaran yang
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.( Mundiri. Logika. Raja Grafindo
Persada: 2012. Hlm., 211)
B. OBJEK LOGIKA
Objek material sesuatu ilmu pengetahuan mungkin saja dapat sama untuk
beberapa ilmu pengetahuan, namun ilmu-ilmu itu berbeda karena objek
formalnya. Sebagai contoh: psikologi, sosiologi, dan pedagogik memiliki objek
material yang sama, yaitu manusia. Akan tetapi, ketiga ilmu itu berbeda karena
objek formalnya yang berbeda. Objek forma psikologi ialah aktivitas jiwa dan
kepribadian manusia secara individual yang dipelajari lewat tingkah laku, objek
formal sosiologi ialah hubungan antar manusia dalam kelompok dan antar
kelompok dalam masyarakat, sedangkan objek formal pedagogik ialah keegiatan
manusia untuk menuntun perkembangan manusia lainnya ke tujuan tertentu.
(Asnanto Surajiyo, Sugeng, Sri Andiani. Dasar-dasar logika. Bumi Aksara:
Jakarta, 2006. Hlm., 105.)
Berpikir adalah objek material logika. Yang dimaksudkan berpikir di
sini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia
mengolah dan mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan,
menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu
dengan pengertian yang lainnya. Dalam logika berpikir dipandang dari sudut
kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena itu, berpikir lurus dan tepat merupakan
objek formal logika. (Asnanto Surajiyo, Sugeng, Sri Andiani. Dasar-dasar logika.
Bumi Aksara: Jakarta, 2006. Hlm., 107)
Apabila ditelusuri dari awal keberadaan logika, tidak terlepas dari ahli
pikir sebelumnya seperti Thales (624-548 SM), filsuf Yunani pertama,
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan
berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta, sejak saat
itulah ia meletakkan dasar-dasar berfikir logis. (Baihaqi. A.K, Ilmu Mantik,
Teknik Dasar Berpikir Logik, (Tk : Darul Ulum Press, 1998)). Bahkan ketika
Thales mengatakan air adalah arkhe (prinsip atau asas pertama) alam semesta, ia
telah memperkenalkan logika induktif. Bukankah perkataan Thales ini merupakan
kesimpulan yang dimaknai bahwa air adalah jiwa segala sesuatu, misalnya air
jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati), darah jiwa hewan dan
manusia, sedangkan uap dan es adalah air, maka penalaran induktif (logika) yang
dilakukan Thales adalah sebagai berikut (Baihaqi. A.K, Ilmu Mantik, Teknik
Dasar Berpikir Logik, (Tk : Darul Ulum Press, 1998)) :
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan,
air adalah jiwa hewan,
air adalah jiwa manusia,
air jugalah uap, dan
air jugalah es.
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah alam semesta
D. MANFAAT LOGIKA
kegunaan dengan belajar logika, yaitu (Baihaqi, Ilmu Mantik teknik dasar berpikir
logika, ( Bandung, Darul Ulum Press. 1996) Hlm. 1) :
1. membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara
rasional, kritis, lurus, tertib, metodis, dan koheren;
2. meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif
3. menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri
4. meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta
kesesatan.
5. Melatih kesanggupan akal dan menumbuhkan serta mengembangkan
dengan pembiasaan membahas metode berfikir.
6. Menempatkan sesuatu pada tempatnya dan menyelesaikan pekerjaan pada
waktunya. Jadi sangat bertentang dengan logika, apabila membebani
seseorang dengan sesuatu di luar kesanggupannya dan menunda pekerjaan
hari ini ke hari esok.
7. Membuat seseorang mampu membedakan antara pikiran yang benar dan
pikiran yang salah. Ini merupakan manfaat yang paling asasi ilmu logika
(mantik), antara urut pikir yang benar oleh karenanya, akan menghasilkan
kesimpulan yang benar dan urut pikir yang salah yang dengan sendirinya
akan menampilkan kesimpulan yang salah. Al-Ghazali memandang ilmu
logika (mantik) sangat berperan membina kebenaran berpikir, orang yang
tidak mengerti ilmu logika (mantik), pendapatnya atau kesimpulannya
yang di kemukakannya tidak bisa dipercaya.
8. Dan melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus pikirannya.
E. PEMBAGIAN LOGIKA
Logika makna luas dan logika makna sempit
Menurut John C Cooley, The Liang Gie membagi logika dalam arti yang
luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti yang sempit, istilah dimaksud
dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal, sedangkan arti yang
lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai bukti dan
bagaimana system-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula
pembahasan mengenai logika itu sendiri. (Drs. H. Masdi, M.Ag, Daros Logika
(Kudus: STAIN PRESS, 2009), hlm. 1 )
Dalam arti luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang
filsafat sekaligus, seperti yang pernah dilakukan oleh piper dan ward berikut ini.
(Drs. H. Masdi, M.Ag, Daros Logika (Kudus: STAIN PRESS, 2009), hlm.1 ) :
a. Asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan
tatanan (logika formal atau logika simbolis)
b. Sifat dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan
objek yang diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian
(epistemology).
c. Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan
ilmiah (metodologi)
B. SARAN
Dengan membaca makalah ini penulis berharap semoga pembaca
dapatberfikir tepat dan benar sehingga terhindar dari kesimpulan yang salah dan
kabur.Setidaknya dengan makalah ini, ada semacam pencerahan intelektual dalam
menyuguhkan motivasi yang intrinsik untuk segera mempelajari ilmu
logikasehingga kita dapat meminimalisasi kesalahan dalam berfikir.
2. Drs. Surajiyo, Drs Sugeng Astanto, dan Dra Sri Andiani. 2005. Dasar-
Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.
3. Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar Logika. Jakarta : grasindo
4. Surajiya dkk. 2006. Dasar – Dasar Logika. Jakarta : PT. Bumi Aksara