Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berpikir merupakan aktivitas manusia untuk menemukan pengetahuan yang
benar, sedang kebenaran itu tidaklah persis sama pada setiap individu. Maka setiap
jalan pikiran manusia mempunyai kriteria kebenaran yang berfungsi sebagai
landasan proses penemuan kebenaran tersebut, dan setiap penalaran mempunyai
kriteria kebenaranya masing-masing. (Poedjawijatna. 1984. Logika Filsafat
Berpikir. Jakarta : Bina Akasara ).
Aktivitas berpikir sebagai penalaran manusia mempunyai ciri utama sebagai
suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika. Dalam mempelajari pola
berpikir yang luas dalam logika itulah dibutuhkan terlebih dahulu tentang apa itu
logika dan ruang lingkupnya karena hal ini akan membantu dasar pemikiran yang
berdasarkan penalaran yang logis dan kritis. selain berguna bagi sarana ilmu, bagi
semua ilmu, karena penalaran yang logis, kritis, dan sistematis inilah ang menjadi
salah satu syarat sifat ilmiah .(Drs. Surajiyo, Drs Sugeng Astanto, dan Dra Sri
Andiani. 2005. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara )
Sebagai suatu ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah,
logika lahir dari pemikir-pemikir Yunani yaitu Aristoteles, Theoprostus dan Kaum
Stoa. Dalam perkembangannya, logika telah menarik minat dan dipelajari secara
luas oleh para filosof. Logika juga menarik minat filosof-filosof muslim sehingga
menjadi pembahasan yang menarik dalam masalah agama. (Maran, Rafael Raga.
2007. Pengantar Logika. Jakarta : grasindo )
Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran
dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan
menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan
kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika
merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus
ditaati agar manusia dapat berpikir benar.( Surajiya dkk. 2006. Dasar – Dasar
Logika. Jakarta : PT. Bumi Aksara )
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian logika ?
2. Apa saja objek logika ?
3. Bagaimana sejarah logika ?
4. Apa saja kegunaan dan manfaat logika ?
5. Bagaimana pembagian logika ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mampu menjelaskan dan mendeskripsikan pengertian logika.
2. Mampu menggambarkan objek-objek dalam logika.
3. Mampu menggambarkan sejarah singkat logika.
4. Mampu menjelaskan kegunaan dan manfaat dari logika.
5. Mendeskripsikan pembagian logika.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LOGIKA
Secara etimologi, Logika berasal dari perkataan Yunani yaitu logike (kata sifat)
dan logos (kata benda), yang berarti “pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari
pikiran, alasan atau uraian”. Dengan demikian, logika merupakan pekerjaan akal
pikiran manusia dalam bernalar untuk menghasilkan kebenaran atau penyimpulan
yang benar. Sebagai ilmu, disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun
sekarang ini hanya lazim disebut dengan logika saja. Jadi, logika adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan norma-norma penyimpulan yang dipandang
dari aspek yang benar (sahih). (Poespropojo, W. Logika Scientifika “Pengantar
Dialektika dan Ilmu”. Bandung: Pustaka Grafika. 1999 ). Ada yang berpendapat
bahwa logika adalah ilmu dalam lingkungan filsafat yang membahas prinsip-prinsip
dan hukum-hukum penalaran yang tepat. Ada juga yang menandaskan bahwa logika
adalah ilmu pengetahuan (science) tetapi sekaligus merupakan kecakapan atau
keterampilan yang merupakan seni (art) untuk berpikir secara lurus, tepat, dan
teratur.( Poespropojo, W. Logika Scientifika “Pengantar Dialektika dan Ilmu”.
Bandung: Pustaka Grafika. 1999).
Dalam hal ini, ilmu mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui,
sedangkan kecakapan atau keterampilan mengacu pada kesanggupan akal budi
untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Selain itu, ada juga ahli yang
berpendapat bahwa logika adalah teknik atau metode untuk meneliti ketepatan
berpikir. Jadi logika tidak terlihat selaku ilmu, tetapi hanyalah merupakan metode.
Ada pula yang mengatakan bahwa logika adalah ilmu yang mempersoalkan prinsip-
prinsip dan aturan-aturan penalaran yang sahih (valid). (Bakhtiar, Amsal. Ilmu
Filsafat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004 ).

William Alston, mendefinisikan logika sebagai Logic is the study of inference,


more precisely the attempt to devise criteria for separating valid from invalid
inferencesw (logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha
untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan
yang tidak sah). (Mundiri. Logika. Raja Grafindo Persada: 2012. Hlm., 211 )

Sheldon Lachman, mengemukakan: Logic is the systematic discipline


concerned with the organization and development of the formal rules, the
normative prosedures and the criteria of valid inference (logika adalah cabang
ilmu yang sistematis mengenai penyusunan dan pengemebangan dari aturan
formal, prosedur normatif, dan ukuran-ukuran bagi penyimpulan yang sah).
(Mundiri. Logika. Raja Grafindo Persada: 2012. Hlm., 211)

Jan Hendrik Rapar, (1996:10) “Logika adalah cabang filsafat yang


mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-
aturan formal, prosedur-prosedur serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan
penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional”. (Mundiri. Logika. Raja Grafindo Persada: 2012. Hlm., 211)
Ir. Poedjawijatna, logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari
teknik berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan
semestinya.( Mundiri. Logika. Raja Grafindo Persada: 2012. Hlm., 211)

Hasbullah Bakry, logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian


hokum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai
kebenaran.( Mundiri. Logika. Raja Grafindo Persada: 2012. Hlm., 211)

Berdasar dari pengertian logika yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa
logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan,
dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur, serta kriteria
yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi pencapaian kebenaran yang
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.( Mundiri. Logika. Raja Grafindo
Persada: 2012. Hlm., 211)

B. OBJEK LOGIKA

Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau


pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang
dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material
dari sesuatu adalah hal yang diselidiki dari sesuatu itu, mencakup yang konkret
dan yang abstrak. Objek formal adalah sudut pandang dari objek itu disorot
sebagai pembeda dengan objek lainnya. (Surajiyo, Asnanto. Sugeng, Andiani, Sri.
Dasar-dasar logika. Bumi aksara: Jakarta, 2006 )

Objek material sesuatu ilmu pengetahuan mungkin saja dapat sama untuk
beberapa ilmu pengetahuan, namun ilmu-ilmu itu berbeda karena objek
formalnya. Sebagai contoh: psikologi, sosiologi, dan pedagogik memiliki objek
material yang sama, yaitu manusia. Akan tetapi, ketiga ilmu itu berbeda karena
objek formalnya yang berbeda. Objek forma psikologi ialah aktivitas jiwa dan
kepribadian manusia secara individual yang dipelajari lewat tingkah laku, objek
formal sosiologi ialah hubungan antar manusia dalam kelompok dan antar
kelompok dalam masyarakat, sedangkan objek formal pedagogik ialah keegiatan
manusia untuk menuntun perkembangan manusia lainnya ke tujuan tertentu.
(Asnanto Surajiyo, Sugeng, Sri Andiani. Dasar-dasar logika. Bumi Aksara:
Jakarta, 2006. Hlm., 105.)
Berpikir adalah objek material logika. Yang dimaksudkan berpikir di
sini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia
mengolah dan mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan,
menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu
dengan pengertian yang lainnya. Dalam logika berpikir dipandang dari sudut
kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena itu, berpikir lurus dan tepat merupakan
objek formal logika. (Asnanto Surajiyo, Sugeng, Sri Andiani. Dasar-dasar logika.
Bumi Aksara: Jakarta, 2006. Hlm., 107)

C. SEJARAH SINGKAT LOGIKA

Apabila ditelusuri dari awal keberadaan logika, tidak terlepas dari ahli
pikir sebelumnya seperti Thales (624-548 SM), filsuf Yunani pertama,
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan
berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta, sejak saat
itulah ia meletakkan dasar-dasar berfikir logis. (Baihaqi. A.K, Ilmu Mantik,
Teknik Dasar Berpikir Logik, (Tk : Darul Ulum Press, 1998)). Bahkan ketika
Thales mengatakan air adalah arkhe (prinsip atau asas pertama) alam semesta, ia
telah memperkenalkan logika induktif. Bukankah perkataan Thales ini merupakan
kesimpulan yang dimaknai bahwa air adalah jiwa segala sesuatu, misalnya air
jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati), darah jiwa hewan dan
manusia, sedangkan uap dan es adalah air, maka penalaran induktif (logika) yang
dilakukan Thales adalah sebagai berikut (Baihaqi. A.K, Ilmu Mantik, Teknik
Dasar Berpikir Logik, (Tk : Darul Ulum Press, 1998)) :
 Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan,
 air adalah jiwa hewan,
 air adalah jiwa manusia,
 air jugalah uap, dan
 air jugalah es.
 Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah alam semesta

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sejak Thales, sang filsuf


pertama itu, logika telah mulai dikembangkan. Semua filsuf sesudah Thales pun
telah berperan serta dalam pengembangan logika kendatipun istilah logika itu
sendiri belum dikenal.( Baihaqi. A.K, Ilmu Mantik, Teknik Dasar Berpikir Logik,
(Tk : Darul Ulum Press, 1998))
Aristoteles (384 – 322 SM) yang juga belum menggunakan kata logika,
tetapi menggunakan kata analitika dan dialektika. Analitika untuk penyelidikan
mengenai berbagai argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang
benar. Sedangkan dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi-
argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesis atau putusan yang tidak pasti
kebenarannya. Aristoteles mewariskan kepada murid-muridnya enam buku yang
oleh murid-muridnya dinamai Organon, yang berarti alat. Enam buku itu, ialah
(1) Categoriae, menguraikan sesuatu objek dalam jenis-jenis pengertian umum;
(2) De interpretatione, membahas mengenai komposisi keputusan; (3) Analytica
priora, membahas pembuktian; (4) Analytica posteriora, membahas pembuktian;
(5) Topica, berisi cara berargumentasi atau cara berdebat; (6) De sophhisticis
elenchis, membicarakan kesesatan dan kekeliruan berpikir. inti logika Aristoteles
ialah silogisme. Dan silogisme itulah yang sesungguhnya merupakan penemuan
murni Aristoteles dan yang terbesar dalam logika. (Jamaluddin Kafie, Logika,
Form Berpikir Logis, (Surabaya : Karya Anda, )
Perkembangan logika pada pasca Aristoteles banyak dilanjutkan oleh
para murid-muridnya, dan Abad ke 1 sebelum masehi merupakan abad pertama
munculnya logika oleh filsuf Cicero di mana logika masih diartikan sebagai seni
berdebad. Pada permulaan abad ke 3 sesudah masehi oleh Alexander Aphrodisias
adalah orang yang pertama kali menggunakan kata logika dalam arti ilmu yang
menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. (Jamaluddin Kafie, Logika, Form
Berpikir Logis, (Surabaya : Karya Anda, )
sampai abad kedua belas atau ketiga belas, karya-karya tulis di bidang
logika yang masih digunakan ialah Categoriae dan De interpretatione Aristoteles
serta Eisagoge Porphyrius Pada abad ke sampai abad kelimabelas, tampillah
logika modern dengan tokoh-tokohnya, antara lain, Petrus Hispanus (1210 –
1278), roger Bacon (1214 – 1292), RYMUNDUS Lullus (1232 – 1315), dan
William Ockham (1285 – 1349) (Jamaluddin Kafie, Logika, Form Berpikir Logis,
(Surabaya : Karya Anda, )
Kendatipun logika modern telah dikembangkan, logika Aristoteles
diteruskan oleh Thomas Hobbews (1588 – 1679) dan John Loek (1632 – 1704).
Francis Bacon (1561 – 1626) mengembangkan logika induktif, sedangkan
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 – 1716, George Boole (1815 – 1864), John
Venn (1834 – 1923), Dan Gottlob Frege (1848 – 1925) dikenal sebagai para
pelopor logika simbolik.(Jamaluddin Kafie, Logika, Form Berpikir Logis,
(Surabaya : Karya Anda, )
Kemudian, filsuf besar Amerika Serikat, Charles Sanders Peirce (1839 –
1914) yang pernah mengajar logika di John Hopking University, melengkapi
logika simbolik lewat karya tulisnya yang sangat banyak. Ia menafsirkan logika
selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs) dan melahirkan dalil
yang disebut dalil Peirce (Peirce’s law) Logika simbolik simbolik mencapai
puncaknya lewat karya bersama Alfred North Whitehead (1861 1947) dan
Bertrand Arthur William Dussel (1872-1970) berjudul Principia Mathematica,
berjumlah tiga jilid dan ditulis pada tahun 1910 – 1913. Logika simbolik
diteruskan oleh Ludwing Wittgenstein 911889 – 1951), Ruddolf Carnap (1891 –
1970), Kurt Godel (1906 – 1978, dan lain-lain. (Jamaluddin Kafie, Logika, Form
Berpikir Logis, (Surabaya : Karya Anda, )

D. MANFAAT LOGIKA
kegunaan dengan belajar logika, yaitu (Baihaqi, Ilmu Mantik teknik dasar berpikir
logika, ( Bandung, Darul Ulum Press. 1996) Hlm. 1) :
1. membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara
rasional, kritis, lurus, tertib, metodis, dan koheren;
2. meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif
3. menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri
4. meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta
kesesatan.
5. Melatih kesanggupan akal dan menumbuhkan serta mengembangkan
dengan pembiasaan membahas metode berfikir.
6. Menempatkan sesuatu pada tempatnya dan menyelesaikan pekerjaan pada
waktunya. Jadi sangat bertentang dengan logika, apabila membebani
seseorang dengan sesuatu di luar kesanggupannya dan menunda pekerjaan
hari ini ke hari esok.
7. Membuat seseorang mampu membedakan antara pikiran yang benar dan
pikiran yang salah. Ini merupakan manfaat yang paling asasi ilmu logika
(mantik), antara urut pikir yang benar oleh karenanya, akan menghasilkan
kesimpulan yang benar dan urut pikir yang salah yang dengan sendirinya
akan menampilkan kesimpulan yang salah. Al-Ghazali memandang ilmu
logika (mantik) sangat berperan membina kebenaran berpikir, orang yang
tidak mengerti ilmu logika (mantik), pendapatnya atau kesimpulannya
yang di kemukakannya tidak bisa dipercaya.
8. Dan melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus pikirannya.

Selanjutnya dikatakan bahwa bagi ilmu pengetahuan, logika merupakan


suatu keharusan. Tidak ada ilmu pengetahuan yang tidak didasarkan pada logika.
Ilmu pengetahuan tanpa logika tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah.
Sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles, bapak logika, yaitu logika benar-
benar merupakan alat bagi seluruh ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pula, barang
siapa mempelajari logika, sesungguhnya ia telah menggenggam master key untuk
membuka semua pintu masuk ke berbagai disiplin ilmu pengetahuan.( Baihaqi,
Ilmu Mantik teknik dasar berpikir logika, (Bandung, Darul Ulum Press. 1996)
Hlm. 7)
Di samping kegunaan di atas, logika juga dapat memberikan manfaat
teoritis dan praktis. Dari segi kemanfaatan teoritis, logika mengajarkan tentang
berpikir sebagaimana yang seharusnya (normatif) bukan berpikir sebagaimana
adanya seperti dalam ilmu-ilmu positif (fisika, psikologi, dsb.). Dari segi
kemanfaatan praktis, akal semakin tajam/kritis dalam mengambil putusan yang
benar dan runtut (consisten). (Baihaqi, Ilmu Mantik teknik dasar berpikir logika,
(Bandung, Darul Ulum Press. 1996) Hlm. 7)

E. PEMBAGIAN LOGIKA
Logika makna luas dan logika makna sempit
Menurut John C Cooley, The Liang Gie membagi logika dalam arti yang
luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti yang sempit, istilah dimaksud
dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal, sedangkan arti yang
lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai bukti dan
bagaimana system-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula
pembahasan mengenai logika itu sendiri. (Drs. H. Masdi, M.Ag, Daros Logika
(Kudus: STAIN PRESS, 2009), hlm. 1 )
Dalam arti luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang
filsafat sekaligus, seperti yang pernah dilakukan oleh piper dan ward berikut ini.
(Drs. H. Masdi, M.Ag, Daros Logika (Kudus: STAIN PRESS, 2009), hlm.1 ) :
a. Asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan
tatanan (logika formal atau logika simbolis)
b. Sifat dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan
objek yang diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian
(epistemology).
c. Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan
ilmiah (metodologi)

Logika deduktif dan logika induktif


Logika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas
penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan
kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal pikirnya sehiingga bersifat betul
menurut bentuknya saja. Dari logika jenis ini yang terutama ditelaah yaitu bentuk
dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta kesesuaiannya dengan langkah-langkah
san aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi adalah tepat dan sah.(
Soekadijo, R.G. Logika Dasar Tradisional, Simbolik dan Induktif. Pustaka
Gramedia:Jakarta.)
Logika induktif merpakan suagam atu ragam logika yang mempelajari
asas penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu
kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.penalaran yang demikian ini
digolongkan sebagai induksi. Induksi adalah bentuk penalaran atau enyimpulan
yang berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah hal kecil, atau anggota suatu
himpunan, untuk tiba pada suatu kesimpulan yang diharapkan berlaku umum
untuk semua hal, atau seluruh anggota himpunan itu, tetapi yang kesimpulan
sesungguhnya hanya bersifat boleh jadi saja.( Soekadijo, R.G. Logika Dasar
Tradisional, Simbolik dan Induktif. Pustaka Gramedia:Jakarta.)

Logika formal dan logika material


logika deduktif disebut juga logika formal, sedangkan logika induktif
kadang-kadang disebut logika material. Pernyataan ini tidak sepenuhnya tepat
karena menurut Fisk, logika formal hanyalah suatu bagian dari logika deduktif,
yakni bagian yang bertalian dengan perbincangan-perbincangan yang sah menurut
bentuknya bukan menurut isinya. (Burhanudin Salam, Logika Formal, Jakarta:
Bumi Aksara, 1988 )
Logika formal mempelajari asas, aturan atau hokum-hukum yang berpikir
yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan mencapai
kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai
hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang
sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya
pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya
merumuskan metode ilmu pengetahua itu. (Burhanudin Salam, Logika Formal,
Jakarta: Bumi Aksara, 1988)
Logika formal dinamakan orang dengan logika minor, sedangkan logika
material dinamakan orang logika mayor. Apa yang sekarang disebut logika formal
adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah-kaidah cara berpikir untuk
mencapai kebenaran. (Burhanudin Salam, Logika Formal, Jakarta: Bumi Aksara,
1988)
Logika murni dan logika terapan
logika murni (pure logic) adalah ilmu tentang efek terhadap arti dari
pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap kesahan dari pembuktian tentang
semua bagian dan segi dari pernyataan dan pembuktian kecuali arti-arti tertentu
dari istilah yang termuat di dalamnya. (Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu,
Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, , 1988)
Logika terpaan adalah pengetahuan logika yang diterpkan dalam setiap
cabang ilmu, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan
bahasa sehari-hari. Apabila sesuatu ilmu menggunakan asas dan aturan logika
bagi istilahdan ungkapannya yang mempunyai pengertian khusus dalam
bidangnaya sendiri, ilmu tersebut sebenarnya telah mempergunakan sesuatu
logika terapan dan ilmu yang bersangkutan, seperti logika ilmu hayat bagi biologi,
dan logika sosiologi bagi sosiologi.( Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu,
Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, , 1988)

Logika filsafati dan logika matematik


Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika
yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat,
misalnya logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika.( Yaya
S. Kusumah, Logika Matematika Elementer, Bandung, 1986)

Adapun logika matematik merupakan suatu ragam logika yang menelaah


penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik serta bentuk
lambing yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda atau
kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa. (The Liang Gie dan Suhartoyo
Hardjosatoto, dan Endang Daruni Asdi, 1980, hlm. 35-46).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan materi diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa logika adalah landasan utama utk menguasai filsafat & ilmu pengetahuan
serta sarana penghubung antara filsafat & ilmu. Logika menyelidiki, menyeleksi,
dan menilai pemikiran dengan cara seriusdan terpelajar serta bertujuan untuk
mendapatkan kebenaran, terlepas dari segalakepentingan dan keinginan
perorangan. Logika merumuskan serta menerapkanhukum - hukum dan patokan -
patokan yang harus ditaati agar seseorang dapatberpikir benar, efisien, sistematis,
dan teratur.( Asnanto Surajiyo, Sugeng, Sri Andiani. Dasar-dasar logika. Bumi
Aksara: Jakarta, 2006. Hlm., 105.)

Dengan demikian ada dua obyekpenyelidikan Ilmu Logika (Ilmu


Mantiq), Pertama, Pemikiran sebagai obyekmaterial juga dikenal dengan nama
Logika Material dan yang kedua, patokan-patokan atau hukum - hukum berpikir
benar sebagai obyek formalnya, yangdisebut logika formal. (Surajiyo, Asnanto.
Sugeng, Andiani, Sri. Dasar-dasar logika. Bumi aksara: Jakarta, 2006).
Pemikiran yang benar dapat dibedakan menjadi dua bentuk berbeda secararadikal
yakni dari cara berpikir umum ke khusus (deduktif) yaitu cara berpikiryang
dipergunakan dalam logika formal yang mempelajari dasar – dasarpersesuaian
(tidak adanya pertentangan) dalam pemikiran dengan menggunakanhukum -
hukum, rumus - rumus, patokan - patokan berpikir benar, dan dari caraberpikir
khusus ke umum (induktif) yaitu cara berpikir yang dipergunakan dalamlogika
material yang mempelajari dasar – dasar persesuaian pikiran dengankenyataan
(penyesuaian idealita dengan realita). (Surajiyo, Asnanto. Sugeng, Andiani, Sri.
Dasar-dasar logika. Bumi aksara: Jakarta, 2006 )

B. SARAN
Dengan membaca makalah ini penulis berharap semoga pembaca
dapatberfikir tepat dan benar sehingga terhindar dari kesimpulan yang salah dan
kabur.Setidaknya dengan makalah ini, ada semacam pencerahan intelektual dalam
menyuguhkan motivasi yang intrinsik untuk segera mempelajari ilmu
logikasehingga kita dapat meminimalisasi kesalahan dalam berfikir.

Tentunya, dalam makalah ini akan ditemukan kelemahan-kelemahan


ataubahkan kekeliruan. Dengan itu, penulis sangat berharap adanya masukan dari
pembaca dan kritik sebagai upaya pembangunan mental guna penyelesaian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Poedjawijatna. 1984. Logika Filsafat Berpikir. Jakarta : Bina Akasara.

2. Drs. Surajiyo, Drs Sugeng Astanto, dan Dra Sri Andiani. 2005. Dasar-
Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.
3. Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar Logika. Jakarta : grasindo

4. Surajiya dkk. 2006. Dasar – Dasar Logika. Jakarta : PT. Bumi Aksara

5. Poespropojo, W. Logika Scientifika “Pengantar Dialektika dan Ilmu”.


Bandung: Pustaka Grafika. 1999.
6. Bakhtiar, Amsal. Ilmu Filsafat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004.
7. Mundiri. Logika. Raja Grafindo Persada: 2012. Hlm., 211.
8. Surajiyo, Asnanto. Sugeng, Andiani, Sri. Dasar-dasar logika. Bumi
aksara: Jakarta, 2006
9. Asnanto Surajiyo, Sugeng, Sri Andiani. Dasar-dasar logika. Bumi Aksara:
Jakarta, 2006. Hlm., 105.
10. Asnanto Surajiyo, Sugeng, Sri Andiani. Dasar-dasar logika. Bumi Aksara:
Jakarta, 2006. Hlm., 107.
11. Baihaqi. A.K, Ilmu Mantik, Teknik Dasar Berpikir Logik, (Tk : Darul
Ulum Press, 1998)
12. Jamaluddin Kafie, Logika, Form Berpikir Logis, (Surabaya : Karya Anda,
)
13. Baihaqi, Ilmu Mantik teknik dasar berpikir logika, ( Bandung, Darul Ulum
Press. 1996) Hlm. 1
14. Baihaqi, Ilmu Mantik teknik dasar berpikir logika, (Bandung, Darul Ulum
Press. 1996) Hlm. 7
15. Drs. H. Masdi, M.Ag, Daros Logika (Kudus: STAIN PRESS, 2009), hlm.
1
16. Soekadijo, R.G. Logika Dasar Tradisional, Simbolik dan Induktif. Pustaka
Gramedia: Jakarta.
17. Burhanudin Salam, Logika Formal, Jakarta: Bumi Aksara, 1988
18. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, , 1988
19. Yaya S. Kusumah, Logika Matematika Elementer, Bandung, 1986
20. The Liang Gie dan Suhartoyo Hardjosatoto, dan Endang Daruni Asdi,
1980, hlm. 35-46

Anda mungkin juga menyukai