5.5 Argumentasi
Argumentasi adalah ungkapan verbal dari penalaran atau penyimpulan tak langsung.
Didalamnya terkandung term yang merupakan ungkapan verbal dari ide dan proposisi yang
merupakan ungkapan verbal dari putusan. Ada dua macam argumentsi yang umum digunakan
dalam logika, yaitu silogisme kategoris dan hipotesis.
6. Argumen Deduktif
6.1 Definisi Penalaran Deduktif (Deduksi)
Deduksi adalah bentuk argumen yang kesipulannya niscaya mengikuti premispremisnya. Sedangkan penalaran deduktif adalah proses perolehan kesimpulan yang tejamin
validitasnya jika bukti yang tersedia benar dan penalaran yang digunakan untuk
menghasilkan kesimpulan tepat.
6.2 Karakteristik Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif-yang sering digunakan untuk menulis esai argumentatif diawali
dengan generalisasi yang dianggap benar (self-evident) yang menghasilka premis, lalu dari
situ diturunkan kesimpulan yang koheran dengan premis-premisnya. Bentuk deduksi yang
sering digunakan adalah silogime yang terdiri atas premis mayor, premis minor, kesmpulan.
6.3 Silogisme
Silogisme berasal dari kata Yunani syllogismos yang artinya kesimpulan. Silogisme
adalah jenis argumen logis yang kesimpulannya diturunkan dari dua proposisi umum
(premis) yang berbentuk prosisi kategoris. Penilaian terhadap silogisme adalah sahih (valid)
atau tidak sahih (invalid).
-
Silogisme Kategoris
Silogisme kategoris ini mengikuti hukum Semua atau Tidak Sama Sekali (All or None
atau Dictum de Omni et Nullo); artinya, berlaku untuk sluruh anggota kelas, atau tidak sama
sekali.
-
Silogisme Hipotesis
Dalam logika, silogisme hipotesis memilik dua penggunaan. Dalam logika
antesedan, modus tollens yang menolak konsekuen, dan silogisme hipotesis dengan rantai
kondisional.
7. Argumen Induktif
7.1 Definisi Induksi
Istilah argumen induktif atau induksi biasanya mencakup poses-proses inferensial
dalam mendukung atau memperluas keyakinan kita pada kondisi yang mengandung risiko
atau ketidakpastian. Argumen indikutif dapat dipahami sebagai hipotesis yang mengandung
risiko dan ketidakpastian.
Dalam semua argumen indikutif, ada premis atau asumsi inferensial yang lemah yang
mencerminkan ketidakpastian karena informasi ada yang kurang lengkap. Karakteristik
semua argumen indikutif adalah bahwa dalam kondisi ketidakpastian atau kurangnya
informasi, kita langsung mengambil kesimpulan dengan risiko bahwa kita mengambil
kesimpulan yang salah.
2. Cobalah mengeliminasi kesimpulan lain yang juga komsisten dengan bukti yang ada
sebelum meyakini kesimpulan pilihan kita.
3. Jangan membuat kesimpulan jika kita menilai bahwa premis-premis yang kita miliki
terlalu lemah.
-
suatu kelompok untuk mengambil kesimpulan mengenai suatu sub-kelompok atau anggota
individual dari kelompok itu.
-
induktif
eliminatif
atau
diagnostik
mempunyai
premis-premis
yang
menggambarkan suatu konfigurasi fakta atau data yang berbeda-beda, yang merupakan bukti
dari kesimpulanya. Premis-premis dari argumen induktif dapat mendukung beberapa
kesimpulan yang berada dan bertentangan. Kesimpulan-kesimpulan itu disebut kesimpulan
rival atau hipotesis rival.
Contoh-contoh itu mengandung unsur-unsur yang merupakan ciri khas dari argumen
diagnostik, yaitu premis-premis yang mengungkapkan bukti, kondisi pembatas, dan hipotesis
bantuan.
a. Bukti
Bukti dalam suatu argumen diagnostik adalah informasi dalam premis yang harus
dapat dijelaskan oleh kesimpulan dari argumen tersebut. Bukti disebut juga data
diagnostik.
b. Kondisi Pembatas
Kondisi pembatas dalam suatu argumen induktif diagnostik terdiri dari premis-premis
faktual tambahan yang membatasi konteks argumen dan digunkan untuk menunjukan
bagaimana bukti mengarah ke kesimpulan.
c. Hipotesis Bantuan
Hipotesis bantuan dalam suatu argumen adalah hipotesis yang membantu menunjukan
bagaimana bukti, dalam kondisi pembatas, dapat diyakini mengarah pada kesimpulan.
8. Sesat Pikir
8.1 Pengertian Sesat Pikir (Fallacies)
Sesa pikir menurut logika tradisional adalah kekeliruan dalam penalaran berupa
penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang
disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika.
8.2 Sesat Pikir Formal
Dalam deduksi, penalaran ditentukam oleh bentuknya. Jika sebuah penalaran
bentuknya tidak sesuai dengan bentuk deduksi yang baku, maka penalaran itu tidak
sahih dan tergolong sesat pikir.
1. Empat Term (Four Terms)
2. Term tengah yang tidak terdistribusikan (undistributed middle terms)
3. Poses Ilisit (Illicit process)
4. Premis-premis afirmatif tetapi kesimpulannya negatif
5. Premis negatif dan kesimpulan afirmatif
6. Dua premis negatif
7. Mengafirmasi konsekuensi
8. Menolak anteseden
9. Mengiyakan suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi disjungsi subkontrer
10. Mengingkari suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang kontrer
8.3 Sesat Pikir Nonformal
1. Perbincangan dengan ancaman
2. Salah guna (Abusive)
3. Argumentasi berdasarkan kepentingan (circumstantial)
4. Argumentasi berdasarkan ketidaktahuan
5. Argumentasi berdasarkan bels kasihan
6. Argumentasi yang disangkutkan dengan orang banyak
7. Argumentasi dengan kewibawaa ahli walaupun keahliannya tidak relevan
8. Accident atau argumentasi berdasarkan ciri-ciri tak esensial
9. Perumusan yang tergesa-gesa
10. Sebab yang salah
11. Penalaran sirkular
12. Sesat pikir karena terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab sehingga jawaban
tak sesuai dengan pertanyaan
13. Kesimpulan tak relevan
14. Makna ganda (equivocation)
15. Mkna ganda ketata-bahasaan (amphiboly)
16. Sesat pikir karena perbedaan logat atau dialek bahasa
17. Kesalahan komposisi
18. Kesalahan divisi
19. Generalisasi tak memdai
9. Kesalahan Umum Dalam Penalaran Induktif