Anda di halaman 1dari 4

Karakter, Filsafat, Logika, dan Etika

oleh Gifari Akbar, 1506749722

Judul

: Buku Ajar I : Kekuatan dan Keutamaan Karakter,


Filsafat, Logika, dan Etika

Pengarang

: Bagus Takwin
Fristian Hadinata
Saraswati Putri

Data Publikasi

: Bagus Takwin, Fristian Hadinata dan Saraswati Putri.


Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi A.
Buku Ajar I. Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat,
Logika, dan Etika. Penerbit Universitas Indonesia, Depok,
2015.

Sudah sekitar dua bulan saya mengikuti mata kuliah MPKT A. Dalam setiap
pertemuannya, saya dan teman-teman selalu diajarkan bagaimana menjadi
mahasiswa terbaik bangsa. Kami diajarkan pengertian dari karakter, filsafat,
logika, dan etika. Kami juga diharapkan dapat mengaplikasikan materi-materi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kesempatan kali ini, saya akan
merangkum materi-materi yang sudah saya dapatkan selama proses pembelajaran
MPKT A.
BAB I : Kekuatan dan Keutamaan Karakter
Karakter dan kepribadian adalah dua hal yang berbeda meskipun saling berkaitan.
Kepribadian adalah kesatuan dalam individu yang teratur dengan unsur-unsur
yang berkaitan satu sama lain. Allport memandang kepribadian sebagai sesuatu
yang dinamis karena terus bergerak dan berkembang. Sementara itu, karakter

adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari dan disesuaikan dengan
nilai dan norma tertentu. Untuk membentuk karakter yang kuat, dibutuhkan proses
pemelajaran, pelatihan, dan peneladanan.
Karakter dapat dikatakan sebagai kepribadian yang dievaluasi. Artinya, karakter
adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari, dan disesuaikan
dengan nilai dan norma tertentu. Karakter, dengan demikian, adalah kumpulan
sifat mental dan etis yang menandai seseorang. Kumpulan ini menentukan orang
seperti apa pemiliknya. Karakter menentukan apakah seseorang akan mencapai
tujuan secara efektif, apakah ia apa adanya dalam berurusan dengan orang lain,
apakah ia akan taat kepada hukum, dan sebagainya.

BAB II : Dasar-Dasar Filsafat


Filsafat dan ilmu pengetahuan saling membutuhkan. Ada tiga bidang kajian
filsafat yang dibutuhkan ilmu pengetahuan yaitu etika, epistemologi, dan logika.
Penerapan pengetahuan membutuhkan etika agar tidak menghasilkan kerugian.
Epistemologi diperlukan untuk memberikan dasar bagi perolehan pengetahuan
dalam bentuk paradigma ilmiah. Logika juga diperlukan karena tanpa logika,
filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dapat memastikan langkah-langkah perolehan
pengetahuan yang benar.
Berfilsafat adalah kegiatan berpikir secara radikal, sistematik, dan universal.
Selain itu, berfilsafat juga merupakan kegiatan mencari kebenaran, dari kebenaran
untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan dengan berpikir
secara radikal, sistematis, dan universal. Berpikir yang disebut mendalam itu
pastilah menuntut pelakunya bersikap kritis, hati-hati, teliti serta jeli. Pengertian
berpikir secara radikal adalah berakar atau mendasar, siap merombak tempat
berpijak secara mendasar bila diperlukan. Inti berpikir sistematis yaitu berpikir
menggunakan logika yan memakai premis-premis secara rasional sebelum
menyimpulkan sesuatu. Berpikir yang disebut univesal berarti luas, menyeluruh,

mendunia, bersifat umum, tidak picik, dan tidak terbatas pada suatu bangsa
negara, lingkungan, kelompok, atau masyarakat tertentu saja.

BAB III : Dasar-Dasar Logika


Logika dapat diartikan sebagai kajian tentang prinsip, hukum, metode, dan cara
berpikir yang benar untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Jika ditempatkan
sebagai cabang filsafat, logika dapat diartikan sebagai cabang filsafat yang
mengkaji prinsip, hukum, dan metode berpikir yang benar, tepat dan lurus. Logika
merupakan alat yang dibutuhkan dalam kajian berbagai ilmu pengetahuan dan
juga dalam kehidupan sehari-hari. Secara filosofis, logika adalah kajian tentang
berpikir atau penalaran yang benar. Dalam logika dikaji bagaimana
berlangsungnya proses penarikan kesimpulan mencakup unsur-unsur dari proses,
langkah-langkah, serta hukum, prinsip dan aturan-aturannya. Logika
menggunakan pemahaman tentang standar kebenaran yang diperoleh dari
epistemologi yang merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan.
Logika juga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang dikaji oleh epistemologi,
yang mencakup segi-segi sumber pengetahuan, batas pengetahuan, struktur
pengetahuan, dan keabsahan pengetahuan.
Menurut saya, logika merupakan dasar dari semua kegiatan yang kita pikirkan dan
kerjakan karena melalui logika kita dapat menentukan dan menyelesaikan masalah
dengan menggunakan penalaran dan menghindari kesalahan-kesalahan yang
menyesatkan logika berpikir.

BAB IV : Dasar-Dasar Etika


Etika dan moralitas adalah dua kata yang berhubungan erat tetapi berbeda makna.
Etika adalah refleksi filosofis atas moral sedangkan moralitas adalah kepercayaan
atau perilaku tentang baik dan buruk. Etika berasal dari kata Yunani thikos
yang berarti adat, kebiasaan, atau watak. Secara spesifik, etika mengacu kepada

studi sistematis dan filosofis tentang bagaimana kita seharusnya bertindak. Etika
juga berusaha untuk menjawab pertanyaan radikal.
Etika mempunyai fokus tentang bagaimana kita mendefinisikan sesuatu itu baik
atau tidak. Sementara itu, moralitas mengacu pada nilai baik atau tidak baik yang
disepakati dan diadopsi dalam suatu lingkungan tertentu sehingga biasanya
moralitas biasanya bergantung dengan komunitasnya, misalnya agama atau
budaya. Moralitas sangat berhubungan dengan etika karena hal itu adalah objek
kajiannya.
Etika berfungsi dan berperan membimbing kita dalam menentukan pilihan secara
kritis dan objektif, serta dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek. Etika
membantu kita agar kita tidak kehilangan orientasi sehingga kita dapat membuat
pemisahan antara yang baik dan yang buruk, antara yang terpuji dan yang tecela.
Dengan

etika

kita

dapat

menentukan

sikap

yang

tepat

dan

dapat

dipertanggungjawabkan, secara moral dan agama. Etika dapat membantu kita


untuk secara kritis dan objektif menyaring ideologi-ideologi yang membahayakan
jati diri bangsa kita. Etika juga dapat membentuk sikap yang bijak pada diri kita
agar tidak terlalu naif dan ekstrem dalam menghadapi perubahan.

Anda mungkin juga menyukai