Anda di halaman 1dari 12

Kekuatan dan Keutamaan Karakter,

Filsafat, Logika, dan Etika











Disusun oleh:
Dimas Putra (1306405181)


Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2014

1

BAB I : Kekuatan dan Keutamaan Karakter
Pembentukan karakter menjadi salah satu kunci dari kemajuan dan pembangunan bangsa sehingga
persoalan karakter belakangan ini mencuat kembali. Bung Hatta dan Ki Hadjar Dewantara adalah dua
tokoh yang menekankan pentingnya pembentukan karakter dalam kehidupan.
Menurut sudut pandang psikologi, kebahagian yang otentik adalah perpaduan perasaan-perasaan positif
dan penilian-penilaian terhadap hidup yang memuaskan berdasarkan kekuatan dan keutamaan karakter.
Oleh sebab itu, pendidikan karakter merupakan salah satu cara yang diperlukan untuk mencapai
kebahagian.
Spiritualitas juga merupakan salah satu dasar kekuatan karakter karena kemampuan manusia untuk
memperbaiki diri dan dunianya dari waktu ke waktu bersumber pada daya daya spiritualnya.
Karakter dan kepribadian adalah dua hal yang berbeda meskipun saling berkaitan. Kepribadian adalah
kesatuan dalam individu yang teratur dengan unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain. Alloport
memandang kepribadian sebagai sesuatu yang dinamis karena terus bergerak dan berkembang. Sementara
itu, karakter adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari dan disesuaikan dengan nilai dan
norma tertentu. Untuk membentuk karakter yang kuat, dibutuhkan proses pemelajaran, pelatihan, dan
peneladanan.
Karakter yang kuat bercirikan keutamaan-keutamaan(bakat / kemampuan) yang merupakan keunggulan
manusia. Penggalian dan pengukuran keutaman dapat dilakukan dengan teknik inventori, skala sikap,
wawancara mendalam dan diskusi kelompok serta simulasi.
Keutamaan, kekuatan karakter dan tema situasional adalah hal yang berbeda tetapi ada hubungannya.
Keutamaan merupaka karakteristik utama dari karakter. Keutamaan ini terdiri dari: kebijaksanaan,
kesatriaan, kemanusiaan, keadilan, pengendalian atau pengelolaan diri, dan transendensi. Sementara itu,
kekuatan karakter adalah karakteristik yang dijadikan indikator untuk mengenali adanya satu atau lebih
keutamaan pada diri seseorang. Dengan kata lain, keutamaan dapat dicapai melalui pencapaian kekuatan
karakter. Tema situasional dari karakter adalah kebiasaan khusus yang mengarahkan orang untuk
mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu. Dari sini dapat dipahami bahwa lingkungan yang
meleluasakan individu tampil apa adanya, jujur, dan tulus.
Peterson dan Seligman mengemukakan kriteria (ciri-ciri) dari karakter yang kuat sehingga kita dapat
mengenalinya.
1. Karakter yang membentuk hidup pribadi dan orang lain menjadi baik.
2

2. Secara moral bernilai baik bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Tidak menggangu, membatasi atau menghambat orang disekitar kita.
4. Mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan serta dapat dikenali, dievaluasi ,dan diperbandingkan
derajat kuat dan lemahnya.
5. Dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya.
6. Diwadahi oleh model.
7. Dapat dibedakan tetapi tetap saling berkaitan erat.
8. Mengangumkan orang-orang yang mempersepsinya.
9. Sering tampil dikeadaan apapun.
10. Memiliki akar psiko-sosial.
Kekuatan dan keutamaan karakter adalah subjek yang siap diubah sesuai dengan bukti yang ditemukan
dari waktu ke waktu.
Berikut adalah 24 kekuatan karakter yang tercakup dalam 6 kategori utama.
1. Kognitif = Kebijaksanaan dan Pengetauan
Kreativitas, rasa ingin tahu, keterbukaan pikiran, mencintai kegiatan belajar, dan perspektif
(punya gambaran besar dalam hidup).
2. Interpersonal = Kemanusiaan
Cinta kasih, kebaikan hati (murah hati, dermawan, peduli, sabar, penyayang, menyenangkan dan
cinta altruisitik), dan memiliki kecerdasan sosial.
3. Emosional = Kesatriaan
Keberanian untuk menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan, teguh dan keras hati, dan
integritas serta bersemangat dan antusias.
4. Kewarganegaraan = Berkeadilan
Citizenship (bertanggung jawab, kesetiaan, mampu bekerjasama), fairness (memperlakukan orang
setara dan adil), dan kepemimpinan.
5. Menghadapi dan mengatasi hal-hal yang tak menyenangkan = Pengelolaan diri
Pemaaf dan pengampun, kerendahan hati, hati-hati dan penuh pertimbangan, serta regulasi diri.
6. Spiritual = Transendensi
Apresiasi keindahan dan kesempurnaan, penuh rasa terima kasih, penuh harapan(optimis),
spiritualitas serta menikmati hidup dan humor.
Kekuatan-kekuatan yang tercakup dalam keutamaan karakter transendensi memungkinkan manusia
memahami keterkaitan semua hal yang ada di alam semesta meskipun secara fisik terbatas dan tak pernah
3

dapat mengenali keseluruhan dunia secara empirik. Spiritualitas ditandai oleh kemampuan untuk
membayangkan apa yang mungkin ada di luar situasi yang dialami kini. Pembayangan tersebut dapat
menggerakan manusia untuk melampaui situasi kini.
Dalam salah satu pengertiannya, spiritualitas merujuk kepada sesuatu yang teramat religius, sesuatu yang
berkaitan dengan roh(spirit) dan hal-hal sakral seperti Tuhan dan makhluk di luar manusia yang memiliki
sifat gaib. Pandangan lain menunjukan spiritualitas adalah pengalaman yang terjadi di tengah keseharian
hidup manusia dan memberikan kedalaman dan integritas kepada kehidupan. Narayanasamy menegaskan
bahwa tidak ada satu pun definisi dari spiritualitas yang otoritatif. Pada intinya, dimensi spiritual manusia
selalu berusaha melakukan penyelarasan dengan alam semesta dan menjawab pertanyaan tentang yang tak
terbatas.
Sebagaimana disebutkan di atas, dalam keutamaan transendensi ada penghargaan terhadap keindahan dan
kesempurnaan yang memberikan dasar bagi manusia untuk menjalani hidup secara bermakna. Tanpa
penghargaan akan kehidupan yang indah dan sempurna, kita tidak akan dapat mengembangkan kekuatan
karakter pada diri kita sebab kita akan cenderung pesimis, masa bodo, semena-mena dan membiarkan saja
hal buruk terjadi. Karakter selalu didasari oleh spiritualitas. Dengan daya spiritual, manusia dapat
melampaui dirinya, berkembang terus sebagai makhluk yang self-trancendence. Karakter dan spiritual
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian kebahagiaan. Orang dengan watak
atau karakter yang kuat adalah orang yang berbahagia, mandiri, dan memberi sumbangan positif kepada
masyarakatnya. Kebahagiaan manusia mensyaratkan pemanfaatan daya-daya spiritualnya.
Kebahagiaan hanya dapat dicapai dengan memandang hidup sebagai hal bermakna dan berharga,
mengenali diri sendiri dan menemukan kekuatan-kekuatan kita, lalu memanfaatkan kekuatan itu untuk
kepentingan yang lebih besar.
Jika dipahami bahwa inti pendidikan adalah pembentukan karakter maka seharusnya dicamkan pula
bahwa setiap pendidikan adalah pembentukan karakter yang membawa kita pada kebahagiaan hidup.

BAB II : Dasar-Dasar Filsafat
Filsafat dan ilmu pengetahuan saling membutuhkan. Ada tiga bidang kajian filsafat yang dibutuhkan ilmu
pengetahuan yaitu etika, epistemologi, dan logika. Penerapan pengetahuan membutuhkan etika agar tidak
menghasilkan kerugian. Epistemologi diperlukan untuk memberik dasar bagi perolehan pengetahuan
4

dalam bentuk paradigma ilmiah. Logika juga diperlukan karena tanpa logika, filsafat dan ilmu
pengetahuan tidak dapat memastikan langkah-langkah perolehan pengetahuan yang benar.
Filsafat dapat didefinisikan dengan banyak sudut pandang, dari sudut pandang sederhana sampai sudut
pandang yang kompleks.
Cabang Filsafat ada tiga berdasarkan sistematika permasalahannya yaitu ontologi, epistemologi, axiologi.
Ontologi adalah bagian filsafat yang mengkaji tentang ada / tentang apa yang nyata. Dibagi dalam dua
subbidang yaitu ontologi dalam arti khusus yaitu mengkaji ada yang keberadaannya tidak disangsikan lagi
dan metafisika yaitu kenyataan yang bentuknya tak terjangkau oleh indra.
Epistemologi adalah bagian filsafat yang mengkaji hakikat dan ruang lingkup pengetahuan. Dibagi dalam
empat subbidang. Pertama, epistemologi dalam arti sempit yaitu filsafat yang mengkaji hakikat
pengetahuan. Kedua, filsafat ilmu yaitu filsafat yang mengkaji ciri-ciri dan cara-cara memperoleh ilmu
pengetahuan. Ketiga, metodologi yaitu filsafat yang mengkaji cara dan metode untuk memperoleh
pengetahuan secara sistematis, logis, sahih dan teruji. Keempat, logika yaitu kajian filsafat yang
mempelajari teknik penalaran yang tepat.
Axiologi adalah bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya
dilakukan manusia. Dibagi dalam dua subbidang. Pertama, etika yaitu cabang ilmu filsafat yang mengkaji
nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu perilaku baik. Kedua, estetika yaitu mengkaji
pengalaman dan penghayatan manusia dalam menanggapi apakah sesuatu itu indah atau tidak.
Aliran filsafat ada enam. Pertama, rasionalisme yaitu pandangan bahwa semua pengetahuan bersumber
dari akal. Kedua, empirisme yaitu pandangan bahwa pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Ketiga,
kritisisme yaitu kritik terhadap rasionalisme dan empirisme yang terlalu ekstrem. Keempat, idealisme
yaitu pandangan bahwa pengetahuan adalah proses mental / psikologis yang subjektif. Kelima, vitalisme
yaitu pandangan bahwa hidup tidak dapat dijelaskan sepenuhnya secara mekanis. Keenam, fenomenologi
yaitu mengkaji penampakan yang selalu terkait.
Ada tujuh langkah praktis yang disarankan untuk memulai belajar filsafat. Ketujuh langkah tersebut juga
dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran di bidang ilmu pengetahuan lain.

BAB III : Dasar-Dasar Logika
Penggunaan istilah logika untuk menyebut cabang filsafat yang mengkaji prinsip, aturan, dan metode
berpikir yang benar bukan berasal dari Aristoteles melainkan dari Alexander Aphrodisias sekitar
5

permulaan abad ke-3 M. Istilah logika sebelumnya dipakai oleh Cicero (abad ke-1 M) yang menggunakan
kata logika dalam arti seni berdebat. Dalam arti kajian ciri-ciri atau bentuk umum dari putusan atau
bentuk pikiran dari putusan, logika dapat dipahami sebagai kajian yang mempelajari unsur-unsur putusan
dan susunannya dengan tujuan untuk memperoleh pola atau bentuk umum dari proses pembuatan putusan.
Manusia berpikir kedalam sebuah kategori. Menurut Immanuel Kant, manusia berpikir berdasarkan
kategori empat kelompok besar :
Kuantitas : mencakup kategori universal, particular dan singular
Kualitas : mencakup kategori afirmatif, negatif dan infinit
Relasi : mencakup kategori kategorikal, hipotetikal dan disjunktif
Modalitas : mencakup kategori problematik, asertorik dan apodeiktik
Term merupakan tanda yang menyatakan suatu ide yang dapat diinderai sesuai dengan kesepakatan.
Tanda tersebut dapat bersifat formal dan instrumental. Secara umum term adalah tanda yang didasari oleh
kelaziman, bukan ilmiah. Term sering kali memilki bermacam-macam arti. Definisi diperlukan untuk
menyamakan pengertian dan untuk menghindari kesalahpahaman. Definisi juga diperlukan untuk
memahami suatu makna secara jelas dan detail sehingga yang ingin disampaikan dapat disampaikan
semana mestinya. Kendala yang biasanya terdapat pada pendefinisian adalah keterbatasan dan
pengetahuan dari sebuah term. Menurut kesesuaianya ada 2 jenis definisi yakni definisi nominal
(sinonim) dan definisi real (definisi analitik). Definisi nominal ialah definisi yang menerangkan makna
kata seperti yang dimuat dalam kamus. Definisi Real ialah definisi yang menerangkan arti hal itu sendiri.
Divisi adalah penguaraian dari tem yang berfungsi untuk menjelaskan apa arti dari sebuah term. Divisi
adalah uraian suatu keseluruhan ke dalam bagian-bagian berdasarkan satu kesamaan karakteristik tertentu.
Pembagian dalam bentuk divisi merupakan upaya lain untuk menjelaskan term. Ada beberapa jenis divisi,
yakni divisi real (atau aktual) dan divisi logis.
Pernyataan adalah kalimat yang digunakan untuk membuat suatu klaim atau menyampaikan sesuatu yang
bisa benar atau salah. Sebuah kalimat pernyataan biasanya digunakan untuk kalimat berita namun
pernyataan memiliki pengertian yang lebih khusus. Proposisi ialah makna yang diungkapkan melalui
pernyataan, atau dengan kata lain arti atau interpretasi (benar atau salah) dari suatu pernyataan.
Berdasarkan jumlah proposisi yang dikandung, pernyataan dibagu dua yaitu Pernyataan Sederhana adalah
pernyataan yang memiliki hanya satu proposisi, sedangkan Pernyataan Kompleks adalah pernyataan yang
mengandung lebih dari satu proposisi.
Berdasarkan hubungan di antara proposisi-proposisi yang terkandung dalam pernyataan kompleks, ada
empat jenis pernyataan kompleks, yaitu :
6

Negasi adalah pengingkaran atas pernyataan itu. Suatu pernyataan dan negasinya tidak mungkin
benar kedua-duanya, atau salah kedua-duanya.
Konjungsi adalah pernyataan komplek yang komponen logikanya dihubungkan dengan kata
dan. Jumlah konjungsi dalam sebuah kalimat tidak harus selalu berjumlah dua, namun dapat
lebih dari itu.
Disjungsi adalah pernyataan komplek yang komponen logikanya dihubungkan dengan kata atau
Jumlah konjungsi dapat lebih dari dua.
Kondisional adalah pernyataan komplek yang komponen logikanya dihubungkan dengan kata
jika, maka.
Ada beberapa jenis hubungan seperti itu yang masing-masing diterapkan di bawah ini :
Kesimpulan Langsung
Konsistensi dan Inkonsistensi
Implikasi,Ekuevalensi dan Independensi Logis
Penalaran adalah penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-asalan yang relevan. Alasan-alasan itu dapat
berupa bukti, data, informasi akurat, atau penjelasan tentang hubungan antara beberapa hal. Penalaran
berlangsung dalam pikiran. Ungkapan verbal dari penalaran adalah argumentasi. Di dalam argumentasi
terdapat term yang merupakan ungkapan verbal dari ide dan proposisi yang merupakan ungkapan verbal
dari putusan. Argumen memiliki dua jenis argumen, yaitu argumen deduksi dan induksi.
Argumen Deduksi adalah bentuk argumen yang kesimpulannya niscaya mengikuti premis-premisnya.
Lazimnya deduksi juga dipahami sebagai pembuatan pernyataan khusus berdasarkan pernyataan-
pernyataan yang lebih umum. Sedangkan Argumen Induksi adalah istilah argumen induktif atau induksi
biasanya mencakup proses-proses inferensial dalam mendukung atau memperluas keyakinan kita pada
kondisi yang mengandung risiko atau ketidakpastian.

Sesat pikir menurut logika tradisional adalah kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan kesimpulan-
kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah
logika.

Kesalahan-kesalahan yang dibahas di pasal ini merupakan ringkasan dari jenis-jenis kesalahan yang dapat
terjadi dalam pengambilan kesimpulan secara induktif. Kesalahan-kesalahan itu sering disebut dengan
nama yang cukup umum dalam percakapan sehari-hari mengenai argumen induktif dan statistik. Namun
perlu diingat bahwa memberi nama pada jenis-jenis kesalahan dalam suatu argumen tidak sama dengan
7

menganalisis dan mengevaluasi argumen itu. Tidak semua orang tahu nama kesalahan. Selain itu, nama
kesalahan juga tidak selalu digunakan secara tepat dan konsisten.
Menilai Penalaran Induktif dengan Standar Deduktif
Deduksi memungkinkan kita memastikan kebenaran pengetahuan kita hanya jika kita yakin akan
kebenaran premis-premisnya. Informasi yang terdapat dalam kesimpulan deduksi tidak
melampaui informasi yang terdapat dalam premis-premis asal kesimpulan itu.
Kesalahan Generalisasi
Generalisasi yang terburu-buru : Generalisasi harus dilakukan dengan berhati-hati. Bahkan
generalisasi dalam ilmu pengetahuan yang dibuat dengan sangat hati-hati pun sering kali salah.
Kesalahan itu merupakan akibat dari pembuatan generalisasi berdasarkan bukti yang tidak cukup,
tidak lengkap, atau bias.
Kesalahan Kecelakaan : Kesalahan kecelakaan menerapkan suatu generalisasi pada kasus
yang tidak umum atau kecelakaan yang sebenarnya tidak termasuk dalam generalisasi itu.
Kesalahan ini dapat terjadi, baik pada argumen deduktif maupun induktif.
Kesalahan Penggunaan Bukti Secara Salah
Kesimpulan yang tidak relevan : Kesalahan karena kesimpulan yang tidak relevan muncul
ketika orang menarik kesimpulan yang salah dari bukti yang ada.
Kesalahan Bukti yang Ditahan : Kesalahan karena bukti yang ditahan terjadi ketika
pembicara menarik kesimpulan yang tidak tepat dengan mengabaikan, menahan, atau
meminimalkan derajat pentingnya suatu bukti yang bertentangan dengan kesimpulan.
Kesalahan Statistikal
Kesalahan ini lebih umum dibuat dalam penelitian yang dilakukan oleh para amatiran
ataumereka yang kekurangan dana sehingga tidak dapat melakukan penelitian secara
mendetil.
Kesalahan sampel yang bias : Kesalahan ini dilakukan ketika data yang digunakan untuk
menarik kesimpulan statistik diambil dari sampel yang tidak representatif terhadap populasi.
Kesalahan percontoh yang kecil : Kesalahan ini terjadi ketika pembicara menggunakan
sampel yang terlalu kecil sehingga kesimpulannya tidak dapat dipercaya. Kesalahan ini juga
terjadi ketika kesimpulannya sangat dipercayai sementara ukuran sampelnya sedang-sedang saja.
Kesalahan Penjudi : Peristiwa yang terjadinya hanya secara kebetulan, misalnya hasil
lemparan koin atau dadu, merupakan hal yang berdiri sendiri.
Kesalahan Kausal
Mengacaukan Sebab dan Akibat
Mengabaikan Penyebab Bersama
8

Kesalahan Penyebab Yang Salah
Mengacaukan Penyebab Yang Berupa Necessary Condition dengan Sufficient Condition
Kesalahan Analogi
Kesalahan analogi terjadi ketika orang menggunakan analogi yang tidak tepat atau yang
menyesatkan dalam argumennya. Dari sudut pandang logika, argumen analogi bukanlah
argumen yang paling baik. Analogi dapat merupakan cara pandang yang original, kreatif,
danmenohok pikiran. Namun analogi tidak dapat menggantikan argumentasi langsung
mengenai suatu sudut pandang.

BAB IV : Dasar-Dasar Etika
Etika dan moralitas adalah dua kata yang berhubungan erat tetapi berbeda makna. Etika adalah refleksi
filosofis atas moral sedangkan moralitas adalah kepercayaan atau perilaku tentang baik dan buruk. Etika
berasal dari kata Yunani thikos yang berarti adat, kebiasaan, atau watak. Secara spesifik, etika
mengacu kepada studi sistematis dan filosofis tentang bagaimana kita seharusnya bertindak. Etika juga
berusaha untuk menjawab pertanyaan radikal.
Etika mempunyai fokus tentang bagaimana kita mendefinisikan sesuatu itu baik atau tidak. Sementara itu,
moralitas mengacu pada nilai baik atau tidak baik yang disepakati dan diadopsi dalam suatu lingkungan
tertentu sehingga biasanya moralitas biasanya bergantung dengan komunitasnya, misalnya agama atau
budaya. Moralitas sangat berhubungan dengan etika karena hal itu adalah objek kajiannya.
Jika pengandaian tentang kehendak bebas tidak ada maka pertanggungjawaban etis tidak bisa diajukan.
Dengan kata lain, seseorang tidak bisa diminta pertanggungjawaban etis ketika seseorang itu tidak punya
kehendak bebas seperti boneka yang dikendalikan oleh dalang. Asumsi seperti ini menjadi kajian etika.
Etika bisa diklasifikasikan dalam empat bidang etika utama.
1. Etika Normatif
Merupakan cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan pertimbangan tentang bagaimana
seharusnya seseorang bertindak secara etis.
2. Etika Terapan
Penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik kepada topik-topik kontroversial baik pada
dominan privat atau publik seperti perang, hak-hak binatang, hukuman mati, dan lain-lain.
3. Etika Deskriptif
9

Etika yang membandingkan antara apa yang dianggap etis oleh suatu individu atau masyarakat
dengan individu atau masyarakat yang lain serta perbandingan antara etika di masa lalu dengan
masa sekarang.
4. Metaetika
Beehubungan dengan sifat penilaian moral atau cara kita mengerti apa yang dirujuk dari
pernyataan- pernyataan tersebut dan bagaimana pernyataan itu didemonstrasikan sebagai
sesuatu yang bermakna.
Ada satu persoalan penting di dalam etika, yaitu pernyataan etika itu objektif atau hal itu bergantung pada
subjek etika itu sendiri. Persoalan ini menghasilkan dua aliran besar terkait dengan cara melihat
pernyataan etika atau kualitas etis tersebut, yaitu realisme etis dan nonrealisme etis.
Realisme etis mengajarkan bahwa kualitas etis atau tidak, ada secara independen dari manusia dan
pernyataan etis memberikan pengetahuan tentang dunia objektif. Dengan kata lain, properti etis terlepas
dari apa yang orang pikirkan atau rasakan . Hal ini disebut dengan fakta etis tentang fakta sebuah
tindakan. Artinya, jika seseorang mengatakan bahwa tindakan tertentu salah, maka hal itu adalah
kualitasnya yang salah dan itu harus ada di sana dan bersifat independen.
Nonrealisme etis mengajarkan bahwa manusia yang menciptakan kebenaran etis. Nonrealisme etis
menghormati keragaman budaya dan tindakan manusia yang berbeda pula dalam cara merespon situasi
yang berbeda.
Pengakajian terhadap permasalah etis pada dasarnya bisa dilakukan dengan dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut. Ketika seseoarang mengatakan pertanyaan pembunuhan itu tidak baik apa
maksud sesungguhnya? Kita bisa mendefinisikan pada banyak hal pada pernyataan tersebut. Perbedaan
ini memberikan pendekatan yang berbeda pula untuk melihat persoalan etis.
Kita dapat melihat hal yang berbeda melalui empat jenis pernyataan etika:
1. Saya mungkin bermaksud membuat pernyataan tentang fakta etis, seperti pembunuhan itu adalah
salah. Hal ini adalah realisme moral. Pernyataan ini memberikan informasi faktual tentang
kebenaran.
2. Saya mungkin bermaksud hendak menyatakan perasaan saya sendiri seperti, saya tidak
menyetujui pembunuhan. Hal ini subjektivisme. Dalam konteks ini, pernyataan ini dinilai benar
jika orang tersebut memegang sifat yang tepat seperti yang diungkapkan dan akan salah, jika
tenyata orang tesebut tidak memiliki perasaan tersebut.
10

3. Saya mungkin bermaksud untuk mengekspresikan perasaan saya saja tidak ada kompromi
dengan pembunuhan. Hal ini adalah emotivisme. Dengan kata lain, jika dilihat dari emotivisme
ketika seseorang membuat penilaian moral apa yang ditunjukkan adalah perasaan tentang sesuatu.
4. Saya mungkin bermaksud ingin memberikan instruksi atau larangan seperti jangan melakukan
pembunuhan. Hal ini adalah preskriptivisme. Jadi jika saya mengatakan sesuatu itu baik, artinya
saya merekomendasikan kepada anda untuk melakukannya, sedangkan jika saya mengatakan
sesuatu itu buruk, anda jangan melakukannya.
Etika sebenarnya tidak secara langsung mengharuskan orang mengikuti hasil analisisnya. Hal ini
dikarenakan etika menekankan jika seseorang menyadari bahwa secara etis lebih baik untuk melakukan
sesuatu, maka akan menjadi tidak rasional untuk orang yang tidak melakukannya. Akan tetapi etika
menyediakan sebuah gambaran utuh dan lebih mengedepankan rasionalitas ketika menghadapi isu moral
yang sulit. Dalam situasi sulit biasanya kita membiarkan perasaan menentukan keputusan moral kita,
sedangkan nalar kita hanya mengikuti perasaan. Di sini peran etika dalam memberikan prinsip yang
membuat kita mengambil pandangan yang lebih jernih.
Memang harus dimengerti bahwa etika tidak selalu memberikan satu jawaban tepat untuk masalah moral.
Ini disebabkan karena masalah moral yang ada sudah kompleks dan melibatkan banyak dimensi dalam
kehidupan sedangkan seperangkat prinsip etika hanya diterapkan pada kasus yang sesuai saja.
Immanual Kant menekankan konsep kewajiban sebagai dasar dari segala perbuatan etis. Konsep ini
dikenal dengan nama deontologis, yakni yang menyatakan bahwa suatu tidakan memiliki nilai moral yang
baik bila tindakan itu terlepas dari kepentingan individu, dan hanya bertujuan terhadap prinsip kewajiban
tersebut.
John Stuart Mill adalah tokoh konsep etika utilitarian. Utilitarianisme, dari akar kata utility, yang berarti
kegunaan, menganggap bahwa dorongan utama bagi seseorang untuk bersikap etis adalah untuk mencapai
kebahagiaan. Akan tetapi sering kali pernyataan ini disalahartikan menjadi pandangan yang
memperbolehkan apapun untuk mencapai kebahagiaan, inilah kritik utama bagi kaum utilitarian.
W.D Ross berargumen bahwa seseorang mengetahui secara intuitif perbuatan apa yang bernilai baik
maupun buruk. Ia mengkritik pandangan utilitarian yang terlalu menekankan pada konsep kebahagiaan.
Bagi Ross, kebahagiaan tidak dapat secara mudah disamakan dengan kebahagiaan, justru kebaikan bentuk
nilai moral yang lebih tinggi. Ross juga menyebutkan enam hal mengenai kewajiban yang membutuhkan
pertimbangan individu dalam kejadian aktual. Enam hal itu adalah fidelitas(kesetiaan), rasa terima kasih,
11

kewajiban berdasarkan keadilan, sikap dermawan, kewajiban menjaga diri sendiri, dan kewajiban untuk
tidak menyakiti orang lain.

Anda mungkin juga menyukai