Anda di halaman 1dari 3

Logika dalam Kehidupan

Oleh Meirizka Yolanda Yusuf, 1606836603

Judul : Bab III Dasar-Dasar Logika

Nama Penulis : Bagus Takwin

Data Publikasi : Buku Ajar I: Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika,
dan Etika, Universitas Indonesia, Depok, 2013, xx + 157 halaman

Di zaman sekarang ini banyak orang yang tumbuh dan berkembang namun
kepribadian dalam dirinya tidak berkembang karena tidak tahu mengenai karakter, etika, dan
logika. Untuk menjadikan generasi penerus bangsa yang berkarakter, maka perlu adanya
pengembangan karakter.
Dalam buku ini, Bagus Takwin dkk mencoba memberitahu kita bagaimana cara
mengembangkan kepribadian kita, diantaranya bagaimana cara berfikir logis dengan nalar.
Penalaran merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-alasan yang relevan,
seperti adanya bukti, data, informasi akurat atau penjelasan tentang hubungan beberapa hal.
Terdapatdua jenis penalaran yaitu penalaran deduksi yaitu proses penalaran yang dengannya
kita membuat suatu kesimpulan umum kepada suatu keadaan yang khusus, dan induksi yaitu
proses penalaran yang dengannya kita membuat kesimpulan umum dari kasus khusus.
Kesalahan Penyimpulan
Pertama, kesalahan material, adalah kesalahan putusan yang digunakan
sebagai pertimbangan untuk memberikan fakta; Kedua, kesalahan formal,
yakni kesalahan karena urutan penyimpulan tidak konsisten.
Argumentasi, merupakan ungkapan verbal dari penalaran.
1. Argumen Deduktif
Merupakan pembuatan pernyataan khusus berdasarkan pernyataan yang lebih
khusus.
Karakteristik Penalaran Deduktif yaitu, premis dan kesimpulan berkesesuaian
dan tertata dalam bentuk argumentasi tertentu.
Silogisme adalah argumen yang kesimpulannya diturunkan dari dua proposisi
umum yang berbentuk proposisi kategoris.
o Silogisme Kategoris
Bentuk dasarnya ialah, Jika A adalah bagian dari C, maka B adalah
bagian dari C.
o Delapan Hukum Silogisme
Hukum 1, silogisme hanya mengandung tiga term; Hukum dua, term
mayor atau term minor tidak boleh menjadi universal dalam kesimpulan
jika premis bersifat partikular; Hukum tiga, term tengah tidak boleh
muncul dalam kesimpulan; Hukum empat, term tengah harus digunakan
sebagai proposisi universal dalam premis setidaknya satu kali; Hukum
lima, jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan juga afirmatif;
Hukum enam, tidak boleh kedua premis negatif, setidaknya satu
afirmatif; Hukum tujuh, Kalau salah satu premis negatif, kesimpulan
negatif. Kalau premis partikulasr, kesimpulan partikulas; Hukum
delapan, tidak boleh kedua premis partikulas, salah satu universal.
o Silogisme Hipotetis
Dalam silogisme hipotetis premis mayor adalah proposisi hipotetis,
sedangkan premisminor dan kesimpulannya adalah proposisi kategoris.
o Bentuk-Bentuk Umum Argumen yang Sahih
Pertama, modus ponens; Kedua, modus tollens; Ketiga, silogisme
hipotetis. Lalu ada yang lebih komples, yaitu: Silogisme disjungtif,
dilema konstruktif, dan dilema destruktif.
2. Argumen Induktif
Dapat dipahami sebagai hipotesis yang mengandung ketidakpastian.
Induksi Enumeratif
Menggunakan premis yang menggambarkan sampel untuk mengambil
kesimpulan umum mengenai kelompok asal sampel.
Spesifikasi Induktif: Silogisme Statstikal
Generalisasi statistik tentang suatu kelompok untuk mengambil
kesimpulan mengenai sub-kelompok atau anggota individual kelompok itu.
Induksi Eliminatif atau Diagnostik
Argumen ini mempunyai premis yang menggambarkan fakta atau
data yang berbeda-beda, yang merupakan bukti dari kesimpulannya. Harus
mengandung bukti, kondisi pembatas, hipotesis bantuan.
3. Sesat Pikir
Kekeliruan dalam penalaran berupapenarikan kesimpulan dengan langkah-
langkah tidak sah.
Sesat Pikir Formal (Dalam Deduksi)
Jika sebuah penalaran bentuknya tidak sesuai, maka penalaran itu tidak
sah. Beberapa kesalahan yaitu, empat term, term tengah, proses ilisit, premis
afirmatif namun kesimpulan negatif, premis negatifnamun kesimpulan
afirmatif, dua premis negtif, mengafirmasi konsekuensi, menolak anteseden,
mengiyakan suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi disjungsi
subkonter, dan menginkari suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang kontrer.
Sesat Pikir Non-formal
Yaitu, perbincangan dengan ancaman, salah guna, argumentasi
berdasarkan kepentingan, argumentasi berdasarkan ketidaktahuan,
argumentasi berdasarkan belas kasih, argumentasi yang disangkutkan dengan
orang banyak, argumentasi dengan kewibawaan ahli walaupun
argumentasinya tidak relevan, argumentasi berdasarkan ciri-ciri tak esensial,
perumusan yang tergesa-gesa, sebab yang salah, penalaran sirkular, terlalu
banyak pertanyaan sehingga jawaban tidak sesuai, kesimpulan tidak relevan,
makna ganda, makna ganda ketata-bahasaan, sesat pikir karena perbedaan
logat atau dialek bahasa, kesalahan komposisi, kesalahan divisi, generalisasi
tak memadai.
4. Kesalahan Umum dalam Penalaran Induktif
Diantaranya, menilai penalaran induktif dengan standar deduktif, kesalahan
generalisasi: generalisasi yang terburu-buru dan kesalahan kecelakaan; Penggunaan
bukti secara salah: kesimpulan yang tidak relevan, kesalahan bukti yang ditahan,
sampel yang bias, percontoh yang kecil dan kesalahan penjudi; Kesalahan kausal:
mengacaukan sebab dan akibat, mengabaikan penyebab bersama, penyebab yang
salah, dan mengacaukan penyebab yang berupa Necessary condition dengan
Sufficient condition; Kesalahan analogi.

Buku ini merupakan buku yang bermanfaat bagi kita semua khususnya mahasiswa.
Materi diterangkan secara detail dan diberi contoh sehingga kita akan mudah paham
mengenai isi buku ini.

Anda mungkin juga menyukai