Anda di halaman 1dari 5

 Pengertian Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera


(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru
yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Ada
dua jenis metode dalam menalar yaitu :

 Penalaran Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagian yang khusus. Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta
yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang
logis. Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan
yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:

1. Dasar pemikiran utama (premis mayor)


2. Dasar pemikiran kedua (premis minor)
3. Kesimpulan
Contoh:

Premis mayor : Semua mahasiswa wajib mengikuti pelajaran Bahasa


Indonesia

Premis minor  : Riki adalah mahasiswa Universitas TW

Kesimpulan    : Riki wajib mengikuti jam pelajaran Bahasa Indonesia

 Penalaran Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
dengan bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan
kesimpulan yang bersifat umum. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan
ditarik dari sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat
umum.

Contoh:

Bukti 1 : logam 1 apabila dipanaskan akan memuai

Bukti 2 : logam 2 apabila dipanaskan akan memuai

Bukti 3 : logam 3 apabila dipanaskan akan memuai

Kesimpulan: Semua logam apabila dipanaskan akan memuai.

 Pendekatan Ilmiah (Gabungan antara Deduktif dan Induktif)


Metode berpikir pendekatan ilmiah adalah penalaran yang
menggabungkan cara berpikir deduktif dengan cara berpikir induktif.
Dalam pendekatan ilmiah, penalaran disertai dengan suatu hipotesis.
Misalkan seorang siswa yang apabila sebelum berangkat sekolah telah
sarapan terlebih dahulu dalam porsi yang banyak, dia tidak akan kelaparan
hingga jam pelajaran berakhir. Secara deduktif, akan disimpulkan bahwa
setiap anak yang makan banyak tidak akan cepat lapar. Untuk menjawab
kasus seperti ini, kita ajukan pertanyaan mengapa seorang siswa cepat
lapar? Untuk itu, kita  ajukan hipotesis bahwa siswa akan cepat lapar jika
makanan yang   dimakan kurang memenuhi standar gizi dan energi yang
dihasilkan oleh makanan tersebut sedikit. Kemudian secara induktif  kita
uji untuk mengetahui apakah hasil pengujian mendukung atau tidak
mendukung hipotesis yang diajukan tersebut.

Secara umum penalaran ilmiah ada 3 macam, yaitu:

1. Penalaran Induktif
Penalaran induktif (prosesnya disebut induksi) merupakan proses
penalaran untuk menarik suatu prinsip atau sikap yang berlaku untuk
umum maupun suatu kesimpulan yang bersifat umum berdasarkan atas
fakta-fakta khusus.

Contoh:

Domba mempunyai mata; Sapi mempunyai mata, demikian pula dengan


kucing, anjing, dan berbagai binatang lainnya. Jadi, semua binatang
mempunyai mata.

Ada 2 keuntungan dengan penalaran induktif, yaitu:

1. pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis


2. dari pernyataan yang bersifat umum dimungkinkan proses
penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif.
Jenis-jenis penalaran induktif:

1. Generalisasi, yaitu proses penalaran berdasarkan pengamatan atas


sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik
kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa.
Contoh:

Orang Indonesia peramah; Bangsa Jepang adalah pekerja yang ulet; Orang
Batak pandai menyanyi.

Sahkah kesimpulan tersebut? Generalisasi sering kali mendahului


observasi, maka perlu diadakan pengetesan atau pengujian, meliputi:

homogen atau heterogenkah?


Apakah gejala yang diamati cukup mewakili (sampel yang baik, ciri
kualitatif) keseluruhan atau bagian yang dikenai generalisasi? Oleh karena
itu, harus dipilih sampel yang tepat dan tidak menyesatkan.

Tidak adakah kekecualian dalam kesimpulan umum yang ditarik? Jika


kekecualian terlalu banyak, maka tidak mungkin diambil generalisasi. Jika
kekecualian sedikit, kita harus membuat perumusan dengan hati-hati.
Hindari kata-kata: setiap, semua, selalu, tidak pernah. Gunakanlah kata-
kata: cenderung, rata-rata, atau pada umumnya.

Bandingkan dengan contoh berikut!

Besi jika dimasukkan dalam api volumenya membesar; Selanjutnya:


tembaga, kuningan, emas, perak, dan aluminium juga sama apabila
dipanaskan. Jadi, dapat digeneralisasikan bahwa semua logam akan
memuai bila dipanaskan.

1. Analogi (Analogi Induktif), yaitu proses penalaran untuk menarik


suatu kesimpulan/inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus
berdasarkan kebenaran gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat
esensial yang bersamaan.
Contoh:

Siswa di Jambi berseragam; siswa di Jakarta berseragam; siswa di Papua


juga berseragam. Jadi, dapat dianalogikan bahwa siswa di Semarang juga
berseragam.

1. Hubungan Sebab-Akibat
Menurut prinsip umum, semua peristiwa ada penyebabnya. Jangan
menarik kesimpulan (sebab-akibat) yang tidak sah. Misalnya, orang
menghubungkan suatu wabah atau penyakit dengan kutukan dewa atau
tempat tertentu yang dianggap keramat.

Hubungan sebab-akibat antarperistiwa dapat berupa: hubungan sebab ke


akibat, akibat ke sebab, atau akibat ke akibat.

1. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif (prosesnya disebut deduksi), yaitu cara berpikir yang
didasarkan atas prinsip, hukum, teori atau keputusan lain yang berlaku
umum untuk suatu hal atau gejala. Kesimpulannya bersifat khusus. Jadi,
penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus.

Proses berpikirnya dinamakan silogisme, yaitu bentuk prose penalaran


yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan: premis mayor
dan premis minor) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan.

Contoh:
Semua makhluk mempunyai mata. (p. mayor)

Si Polan adalah seorang makhluk. (p. minor)

Jadi, si Polan mempunyai mata. (kesimpulan)

Bentuk di atas mempunyai 3 term, yaitu (1) term mayor adalah predikat di
dalam premis mayor (mempunyai mata); (2) term minor adlh subjek di
dalam kesimpulan (si Polan); dan term tengah adlh penghubung kedua
term atau predikat di dalam premis minor (makhluk).

Perhatikan contoh lain di bawah ini!

Mahasiswa yang mengikuti kuliah kurang dari 75% tidak boleh mengikuti
ujian. (p. mayor) Shelly hanya mengikuti kuliah 40%. (p. minor)

Jadi, Shelly tidak boleh mengikuti ujian.

(kesimpulan)

Silogisme di atas bisa diubah menjadi entimem (semacam silogisme, tetapi


muncul hanya dengan 2 proposisi krn salah satu bagian dihilangkan).

Contoh:

1. Shelly tidak boleh mengikuti ujian karena mengikuti kuliah kurang


dari 75%.
ATAU

2. Shelly hanya mengikuti kuliah 40%, sehingga ia tidak boleh


mengikuti ujian.
1. Salah Nalar
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil
keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan
kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur
kalimat, dan karena dorongan emosi.

Salah nalar ada dua macam:

1. Salah nalar induktif, berupa (1) kesalahan karena generalisasi yang


terlalu luas, (2) kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat, (3)
kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan karena: (1) kesalahan karena
premis mayor tidak dibatasi; (2) kesalahan karena adanya term
keempat; (3) kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak
dibatasi; dan (4) kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
3. Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk
mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan
dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan
berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan


simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan
adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa
argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari
premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia


adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa
pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama
dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula
proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi
penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi
sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

1. Ciri-ciri Penalaran
Berikut ini merupakan ciri-ciri penalaran:

 Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika
(penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
 Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya
merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah
tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.
Secara detail penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

 Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya


pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada
data yang sahih.
 Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya
imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun atau
menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam
suatu pola tertentu.
 Rasional, artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu
fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara
mendalam.

Anda mungkin juga menyukai