JURUSAN S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS YATSI MADANI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad SAW sebagai
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan Makalah
ini selanjutnya. Semoga keberadaan Makalah ini dapat bermanfaat bagi pe pada
Selain itu, penulis menyadari bahwa Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih dan
Akhirnya kepada Allah jualah penulis memohon doa dan magfirah-Nya. Semoga amal bakti
yang telah disumbangkan kepada penulis mendapat pahala yang berlipat ganda, dan
KATA PENGANTAR…............................................................................................I
DAFTAR ISI………………………...........................……………..……………………….…………..…….II
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang……………………….........….............……………………………………………….1
1.2.Rumusan Masalah…….........……….........……………………………………………………...….2
1.3.Tujuan...................…………………………..................…….……….………………………….……3
BAB II : PEMBAHASAN
1.9 Kegunaan..................................................................................................................................9
1.11 Simpulan………………………………………….......................…………………………………….....11
1.12. Saran……………………………….......................………………………...............................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Landasan teori
Nalar adalah pertimbangan mengenai baik dan buruknya sesuatu.
Bernalar artinya memiliki atau menggunakan nalar, berpikir logis.
Penalaran diartikan sebagai cara (perihal) menggunakan nalar;
1
pemikiran atau cara berpikir logis.
Sedangkan ilmiah diartikan sebagai bersifat ilmu atau memenuhi
2
syarat (kaidah) ilmu pengetahuan . Penalaran ilmiah adalah suatu
proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
3
pengetahuan .
Sebagai suatu kegiatan berfikir, penalaran memiliki ciri-ciri
tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir
logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau
dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adala sifat
analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan
konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada
hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-
3
langkah tertentu . Pencarian pengetahuan yang benar harus
berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu
berdasarkan logika. Penalaran dapat dikatakan pula sebagai aplikasi
dari logika. Sedangkan pengetahuan yang diperoleh dari penalaran
ilmiah dapat disebut sebagai pengetahuan ilmiah.
Manusia fitrahnya berkemampuan menalar, yaitu mampu untuk
berpikir secara logis dan analistis, dan diakhiri dengan kesimpulan.
Kemampuan ini berkembang karena didukung bahasa sebagai sarana
komunikasi verbalnya, sehingga hal-hal yang sifatnya abstrak sekalipun
mampu mereka kembangkan, hingga akhirnya sampai pada tingkatan
yang dapat dipahami dengan mudah. Karena hal inilah mengapa dalam
istilah Aristoteles manusia ia sebut sebagai animal rationale. Oleh sebab
itu seorang Cendekiawan seharusnya bekerja secara sistematis, berfikir,
dan berlogika serta menghindari diri dari subyektifitas pertimbangannya,
4
meskipun hal ini tidak mutlak. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
dapat digunakan dua jenis
penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu
peristiwa ,
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
Untuk mengetahui definisi penalaran ilmiah.
Untuk mengetahui jenis-jenis penalaran ilmiah.
Pemikiran Deduktif
Satu hal dalam logika penalaran, yang menjadi pertimbangan
adalah pernyataan-pernyataan yang ada sebelumnya. Masing-masing
hanya dapat bernilai salah atau benar namun tidak keduanya. Hal inilah
yang sebelumnya disebut sebagai proposisi. Proposisi yang telah
dihimpun ini nantinya akan dapat dievaluasi dengan beberapa cara,
seperti: deduksi, dan induksi. Metode induksi diartikan sebagai salah satu
cara untuk menarik kesimpulan yang umum digunakan oleh para ilmuwan.
Maka metode deduksi adalah kebalikan dari metode induksi, karena ia
menarik kesimpulan kepada yang lebih khusus, dan terperinci. Adapun
Tujuan dari penggunaan kedua metode ilmiah ini tiada lain adalah agar
ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai
tantangan yang dihadapi. Serta mendapakan sebuah kebenaran dan
kesesuaian antara kajian ilmiah, dengan tanpa terbatas ruang, waktu,
6
tempat dan kondisi tertentu.
Penalaran Deduktif adalah suatu kerangka atau cara berfikir yang
berasal
dari sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum untuk mencapai
sebuah kesimpulan yang bermakna lebih khusus. Sering pula diartikan
dengan istilah logika minor, karena memperdalam dasar-dasar
pensesuaian dalam pemikiran dengan hukum, rumus dan patokan-
7
patokan tertentu. Disebut metode penalaran deduktif jika dalam
8
penalaran, konklusi lebih sempit daripada premisnya.
Pola penarikan kesimpulan dalam metode deduktif merujuk pada
pola berfikir yang disebut silogisme. Bermula dari dua pernyataan atau
lebih dengan sebuah kesimpulan. Yang mana kedua pernyataan tersebut
sering disebut sebagai premis minor dan premis mayor. Serta selalu
diikuti oleh penyimpulan yang diperoleh melalui penalaran dari kedua
premis tersebut. Namun kesimpulan di sini
hanya bernilai benar jika kedua premis dan cara yang digunakan juga
9
benar, serta hasilnya juga menunjukkan koherensi data tersebut.
Contoh dari penggunaan premis dalam deduksi: Premis Mayor:
Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa. Premis Minor: Menipu
merugikan orang lain. Kesimpulan: Menipu adalah dosa.
Penalaran deduktif merupakan salah satu cara berfikir logis dan
analistik, yang tumbuh dan berkembang dengan adanya pengamatan
yang semakin intens, sistematis, dan kritis. Juga didukung oleh
pertambahan pengetahuan yang diperoleh manusia, yang akhirnya akan
bermuara pada suatu usaha untuk menjawab permasalahan secara
rasional sehingga dapat dipertanggung jawabkan isinya, tentunya dengan
mengesampingkan hal-hal yang irasional. Adapun penyelesaian masalah
secara rasional bermakna adanya tumpuan pada rasio manusia dalam
usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Paham yang mendasarkan
dirinya pada proses tersebut dikenal dengan istilah paham rasionalisme.
Metode deduktif dan paham ini saling memiliki keterikatan yang saling
mewarnai, karena dalam menyusun logika suatu pengetahuan para
ilmuan rasionalis cenderung menggunakan penalaran deduktif. Lebih
jauh lagi deduksi sering lahir dari sebuah persangkaan mayoritas orang.
Sehingga hampir bisa dikatakan bahwa setiap keputusan adalah deduksi,
Dan setiap deduksi diambil dari suatu generalisasi yang berupa
generalisasi induktif yang berdasar hal-hal khusus yang diamati.
Generalisasi ini terjadi karena adanya kesalahan dalam penafsiran
terhadap bukti yang ada. Generalisasi induktif sering terjadi dari
banyaknya tumpuan pada pengamatan terhadap hal-hal khusus yang
kenyataanya tidak demikian. seperti halnya kesalahan dokter dalam
mendiagnosis penyakit pasien, hal ini terjadi karena tanda-tandanya
sama namun bisa jadi ada penyakit lain dengan tanda-tanda seperti itu,
ataupun kasus polisi yang menyelidiki barang bukti di tempat tindakan
kriminal. Ada beberapa teori yang sering dikaitkan dengan penalaran
deduktif. Di antaranya “teori koherensi”, serta “teori kebenaran
9
pragmatis.” Pemikiran Induktif.
1.11 Kesimpulan
Pada dasarnya manusia berkemampuan menalar, yaitu mampu
untuk berpikir secara logis dan analistis, dan diakhiri dengan kesimpulan.
Kemampuan ini berkembang karena didukung bahasa sebagai sarana
komunikasi verbalnya, sehingga hal-hal yang sifatnya abstrak sekalipun
mampu mereka kembangkan, hingga akhirnya sampai pada tingkatan
yang dapat dipahami dengan mudah. Untuk memperoleh pengetahuan
ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan
Penalaran Induktif.
Dalam proses bernalar, agar hasilnya baik, dibutuhkan logika dalam
berfikir dan langkah strategis melalui metode Ilmiah. Metode ilmiah
merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ilmiah menggunakan
langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Adapun
pelaksanaannya ada beberapa tahap, yakni merumuskan masalah,
mengumpulkan keterangan, menyusun hipotesis, menguji hipotesis,
mengolah data dan menguji kesimpulan. Hal ini dilakukan untuk
menghindri terjadinya salah nalar.
1.12 Saran
Penalaran ilmiah merupakan suatu proses berfikir dalam penarikan
kesimpulan. Untuk memperoleh kesimpulan yang benar, dibutuhkan
proses berfikir logis dan sistematis agar terhindar dari kesalahan nalar
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia
di kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nalar. Diakses 19 Juli 2019
2. Anonim. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia
di kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ilmiah. Diakses 19 Juli 2019
3. Suriasumantri, J. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2005
4. Mustofa, I. Jendela Logika Berpikir : Deduksi dan Induksi sebagai Dasar
Penalaran Ilmiah. EL-BANAT: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan
Islam Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2016 [Online]. tersedia di
5. Hurley, PJ. A concise introduction to logic. Belmont, Calif. U.A.:
Wadsworth Cengage Learning. 2012
6. Hunnex, Milton D. Peta filsafat: Pendekatan Kronoligis dan
Tematik. Jakarta: Teraju, 2004.
7. Mundiri, Logika. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
8. Fitriyah, Mahmudah Z.A. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta
: Universitas
Islam Negeri Pers, 2007.
9. Supriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu sebuah Pengantar
Populer. Jakarta: Sinar
Harapan, 1985.
10. Popper, K. Logic of scientific discovery. London: Routledge. 2005
11. Flach, P.A. and Kakas, A.C.Abductive and Inductive Reasoning:
Background and Issues. Applied Logic Series, 2000. pp.1–27.
12. Amsal Bakhtiar, Ilmu Filsafat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),
hal.
212
13. .Afraniati Affan, Filsafat Logika, (Padang : Azka Padang,, 2002), h:1.
14. Afraniati Affan, Logika Dasar, (Hayfa Press, 2009), h:30 - 32.
15. Afraniati Affan, Filsafat Logika, (Padang : Azka Padang, 2002), h:4 -5.
16.