Anda di halaman 1dari 15

PENALARAN DEDUKTIF DAN PENALARAN INDUKTIF

(BERFIKIR KRITIS)

Kelompok 5 : 1. Eka Amelia (2213041015)

2. Chaterin Olivia(2213041002)

3. Pingki Maharani(2213041018)

4. Sukma Yulia Astiti(2213041011)

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mata Kuliah : Berfikir Kritis

Dosen Pengampu: Drs. Ali Mustofa,M.Pd.

Rian Andri Prasetya,S.Pd.M.Pd.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT. Karena tanpa
rahmat dan ridhonya, kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
kelompok dari mata kuliah “Berpikir Kritis”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang
dengan baik memberikan doa, saran, dan kritik. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dengan judul”Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif”.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Maka dari itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran,kritik, dan masukannya yang membangun dari berbagai pihak. Dan kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidik.

Bandar Lampung,7 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah
hukum,yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran
dan pengetahuan yang benar dapat disbut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran yaitu, Penalaran Deduktif dan
Penalaran Induktif. Penalaran dedukitf merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu
peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhur pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari
pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional,instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata
lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang
gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan. Dengan demikian konteks
penalaran deduuktif tersebut,konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu
gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai
hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat umum. Dalam hal ini, penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat
digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud
penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian penalaran?
2. Apa yang dimaksud dengan dengan Penalaran deduktif ?
3. Apa yang dimaksud dengan penalaran induktif?
4. Apa pengertian dari logika proposisi dan kategoris, penalaran generalisasi, penalaran
kasuistik, penalaran analogis dan penalaran term?
5. Apa yang dimaksud akseptabilitas alasan dan termasuk kredibilitasnya?
6. Bagaimana menilai kredibilatas sumber dengan terampil?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran.
2. Mengetahui apa yang dimaksud penalaran deduktif.
3. Mengetahui apa yang dimaksud penalaran induktif.
4. Mengetahui pengertian dari logika proposisi dan kategoris,penalaran
generalisasi,penalaran kasuistik,penalaran analogis dan penalaran term.
5. Mengetahui apa itu akseptabilitas asalan.
6. Mengetahui menilai kredibilitas sember secara terampil.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penalaran

Kata penalaran berasal dari bahasa inggris, yaitu dari kata reasoning. Menurut kamus The
Rendom House Dictionary, reasoning berarti kegiatan atau proses menalar yang dilakukan
seseorang adalah kekuatan mental yang di berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan
penilaian. Shuten dan Pierce mengemukakan bahwa penalaran sebagai proses pencapaian
kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan. Penalaran menurut Fadjar Shadiq
adalah suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau proses
berpikir dalam rangkan membuat suatu pernyataan baru yang berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya (Mia, 2011).
Beberapa pengertian penalaran menurut para ahli adalah seperti berikut:

1) Bakry menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling
umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai
pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.

2) Suria Sumantri mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir
dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.

3) Keraf berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-
hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.

Dari beberapa keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penalaran adalah suatu
proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju
suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah proses
berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis. Sebuah penalaran terdiri atas premis dan
kesimpulan. Premis (antesedens) adalah proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan, dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Ciri-ciri penalaran adalah: a) dilakukan dengan sadar, b) didasarkan atas sesuatu yang sudah
diketahui, c) sistematis, d) terarah, bertujuan, e) menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan,
keputusan atau sikap yang baru, f) premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori
yang telah diperoleh, g) pola pemikiran tertentu, dan, i) sifat empiris rasional.

Subjek dan predikat yang berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat digolongkan dalam
preposisi. Hanya kalimat berita netral yang dapat disebut preposisi. Seorang ahli logika
berkebangsaan Swiss bernama Euler pada abad XVII menemukakan konsepnya, yaitu empat
jenis preposisi dengan lima macam posisi lingkaran(lingkaran Euler). Keempat jenis preposisi itu
yaitu:
A.Suatu pangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang terdapat dalam
predikat. Contohnya:

Semua sehat adalah semua tidak sakit.

B. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi bagian dari perangkat predikat.
Contohnya:

Semua sepeda beroda. Sebagian binatang adalah kera.

C. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat Contohnya:

Tidak seorang pun manusia adalah bina-tang.

D. Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat.Contohnya:

Sebagian kaca tidaklah bening.

2. Jenis-jenis Preposisi

Berdasarkan bentuknya, preposisi dibagi atas 2, yaitu:

A. Preposisi Tunggal

Preposisi tunggal adalah preposisi yang hanya mengandung satu pernyataan. Contohnya:

Semua mahasiswa adalah agen perubahan.

B. Preposisi Majemuk

Preposisi majemuk adalah preposisi mengandung lebih dari satu pernyataan, Contohnya:

Semua mahasiswa adalah agen perubahan dan calonpemimpin.

Berdasarkan sifatnya, preposisi dibagi 2, yaitu:

A. Preposisi Kategorial Preposisi Kategorial adalah hubungan subjek dan predikat terjadi tanpa
syarat. Contohnya:

Sebagian binatang berkaki empat.

B. Preposisi Kondisional adalah hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan suatu syarat
yang dapat diingat sebelum peristiwa berlangsung. Preposisi Kondisional dibagi 2, yaitu: 1)
Preposisi kondisional hipotesis, yang terdiri anteseden (syarat) dan konsekuen
(akibat).Contohnya:

Kalau metodenya diubah (anteseden), maka hasilnya akan berbeda (konsekuen).


C. Preposisi kondisional disjungtif, yaitu suatu alternate atau pilihan.

Contohnya:

Kita akan melanjutkan diskusi ini, atau bubar saja.

3.Berdasarkan kualitasnya, preposisi dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Preposisi positif (afirmatif) Preposisi positif (afirmatif) adalah preposisi yang membenarkan
adanya persesuaian hubungan antara subjek dan predikat. Contohnya:

Sebagian mahasiswa tidak melekukan KKN.

b. Preposisi negatif adalah preposisi yang menyatakan tidak ada hubungan antara subjek dan
predikat.Contohnya:

Sebagian orang jompo tidaklah pelupa.

4. Berdasarkan kuantitasnya, preposisi dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Preposisi universal adalah predikat preposisi membenarkan atau mengingkari seluruh


objek.Contohnya:

Semua dokter adalah orang pintar

Tidak seorang dokter pun adalah orang yang tak pintar.

b. Preposisi khusus adalah predikat preposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian
subjek. Contohnya:

Sebagian mahasiswa gemar olahraga.

3. Bentuk-bentuk Preposisi

Berdasarkan dua jenis preposisi yaitu preposisi kuantitas (umum dan khusus) dan preposisi
kualitas (positif dan negatif) didapatkan empat macam preposisi, antara lain:

a. Preposisi Umum Positif Preposisi umum positif adalah preposisi yang predikatnya
membenarkan keseluruhan a subjek yang disebut preposisi A.

b. Preposisi Umum Negatif Preposisi umum negatif adalah preposisi yang predikatnya
mengingkari keseluruhan subjek yang disebut preposisi E.

c. Preposisi Khusus Positif Preposisi khusus positif adalah preposisi yang predikatnya
membenarkan sebagian subjek yang disebut preposisi 1.

d. Preposisi Khusus Negatif adalah preposisi yang predikatnya mengingkari sebagian subjek
yang disebut preposisi O.
2.2 Pengertian Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip hukum, teori atau keputusan
lainnya yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Penalaran deduktif bertolak dari
sebuah kesimpulan yang didapat dari satu pernyataan yang umum. Preposisi tempat menarik
kesimpulan disebut premis. Penarikan kesimpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:

1. Menarik Kesimpulan Secara Langsung Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu
premis. Contohnya:

Semua ikan berdarah dingin. (premis) Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan).

2. Menarik Kesimpulan Secara Tidak Langsung

Simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Premis pertama
bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus. Beberapa jenis penalaran deduksi dengan
penarikan kesimpulan secara tidak langsung, antara lain:

a. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga preposisi yang terdiri dari dua
preposisi premis dan satu preposisi kesimpulan. Premis bersifat umum disebut premis mayor dan
bersifat khusus disebut premis minor. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan
disebut term mayor. Untuk menghasilkan kesimpulan harus ada term penengah. Contohnya:

Semua manusia bijaksana.

Semua polisi adalah manusia.

Jadi, semua polisi bijaksana.

Aturan umum silogisme kategorial, yaitu:

1) Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu termayor, term minor dan term simpulan.

2) Silogisme terdiri atas tiga preposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan simpulan.

3) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.

4) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.

5) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.

6) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7) Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.

8) Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu
simpulan.

B. Silogisme Hipotesis

Sigolisme hipotesis terdiri atas mayor yang berpreposisi kondisional hipotesis. Kalau premis
minornya membenarkan anteseden, maka simpulannya membenarkan konsekuen begitu juga
sebaliknya. Contohnya:

Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.

Besi dipanaskan. Jadi, besi memuai.

C. Silogisme Alternatif

Silogisme alternatif terdiri atas premis mayor berupa preposisi alternatif. Kalau premis minor
membenarkan salah satu alternatif, maka simpu-lannya akan menolak alternatif lain.Contohnya:

Dia adalah seorang kiai atau professor. Dia seorang kiai.

Jadi, dia bukan seorang professor.

D. Entimen

Entimen adalah bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena sudah
diketahui secara umum, tetapi yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. Contohnya:

Dia menerima hadiah peertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.

2.3 Pengertian Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus
dan menghasilkan kesimpulan umum. Proses penalaran induktif dibatasi sebagai proses
penalaran untuk sampai kepada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum maupun
khusus berdasarkan pengamatan atas hal-hal yang khusus. Beberapa bentuk penalaran induktif
antara lain:

1.Generalisasi

adalah proses penalaran yang mengan dalkan beberapa pernyataan yang bersifat tertentu untuk
mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contohnya:

Jika dipanaskan, besi memuai.

2. Analogi
adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang bersifat
sama.Contohnya:

Nina adalah lulusan akademi A.Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Ali adalah
lulusan akademi A. Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Tujuan penalaran secara analogi yaitu:

a. Meramalkan kesamaan

b. Menyingkapkan kekeliruan

c. Menyusun klasifikasi.

3. Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah,
sebagai berikut:

a. Sebab Akibat Akibat dari satu peristiwa yang dianggap penyebab lebih dari satu.

b. Akibat - Sebab Akibat- sebab mirip dengan entimen karena peristiwa sebab merupakan
simpulan.

c. Akibat - Akibat Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya.


Peristiwa "akibat" lang sung disimpulkan pada "akibat" yang lain.

2.3 Kesalahan Bernalar

Salah nalar adalah kekeliruan atau kesalahan pada gagasan, pikiran, kepercayaan, atau
simpulan. Pada salah nalar ini disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara
pikirannya. Salah nalar dapat disebabkan oleh beberapa macam, yaitu:

1. Deduksi yang Salah

2. Generalisasi Terlalu Luas

3. Pemilihan terbatas pada dua

4. Penyebab salah nalar

5. Analogi yang salah

6. Argumentasi Bidik Orang

7. Meniru-niru yag sudah ada


8. Penyamarataan para ahli

2.4 Pengertian Penalaran Logika Proposisi dan Kategoris,Penalaran


Generalisasi,Penalaran Kasuistik,Penalaran Analogis, dan Pernalaran Term

1. Penalaran Logika Proposisi

Proposisi adalah pernyataan lengkap dalam bentuk subjek dan predikat atau kesatuan term-term
yang membentuk kalimat,dimana kalimat yang tergolong proposisi adalah kalimat berita yang
netral saja, sedangkan kalimat lainnya tidak digolongkan proposisi karena umumnya tidak
lengkap,seperti kalimat perintah atau kalimat infersi. Contoh:

Ayam merupakan kelas burung

2. Penalaran Term

Term adalah kata atau kelompok yang dapat menjadi subjek atau predikat dalam kalimat
proposisi. Contohnya:

Semua tebu itu manis

3. Penalaran Kasuistik

Adalah sistematis penalaran berbasis kasus(BELL,2007). Penalaran kasuistik merupakan metode


penting penalaran moral berkaitan dengan isu-isu

4. Proposisi Kategoris

Adalah kalimat berita term predikatnya diakui atau diingkari secara mutlak.contohnya:

Ayah dan ibu berangkat ke kantor

5. Penalaran Generalisasi

Adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena khusus menuju kesimpulan umum,
generalisasi merupakan pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala
yang diamati.

7. Penalaran analogis

Adalah cara yang digunakan seseorang untuk menjelaskan dialog,kalimat dan istilah yang sulit
dimengerti. Kemudian dia akan mengambil itilah lain untuk menjelaskan maksud dari kalimat
tersebut agar mudah dipahami.

2.5 Akseptabilitas Alasan: Termasuk Kredibilitasnya

1) Akseptabilitas pertanyaan disesuaikan dengan konteks


2) Berbagai jenis klaim

3) Akseptabilitas klaim

a) Seberapa pantaskah klaim itu

b) Apakah konteks klaim itu mempengaruhi akseptibilitasnya

e) Apakah klaim itu membutuhkan keahlian/penelitian untuk menentukan d) Apakah klaim itu
secara luas dikenal atau diyakini

e) Seberapa banyak klaim itu cocok dengan keyakinan kita lainnya

f) Apakah klaim itu berasal dari sumber yang dapat dipercaya

4) Ringkasan, peta berpikir untuk menilai akseptabilitas

2.6 Menilai kredibilitas dengan terampil

Karena begitu banyak keyakinan kita didasarkan pada apa yang orang lain katakan untuk kita,
dalam tulisan, lewat TV atau secara lisan, pemikir yang kritis harus mengetahui bagaimana
menentukan siapa yang mesti dipercaya dan dalam keadaan apa. Kriteria yang dipakai akan
bergantung pada kasusnya, tetapi pertimbangan-pertimbangan yang relevan sering kali
mencakup:

1.reputasi sumber akan reliabilitas (perbedaan antara BBC dan harian Sun),

2.apakah sumber itu memiliki kepentingan bagi dirinya sendiri (vested interest), (misalnya,
seseorang dituduh sebagai penjahat perang yang menolak bertanggung jawab), ⚫ apakah ada
bukti yang menguatkan klaim dari sumber independen (seperti ketika ditegaskan peleburan
dingin' sudah dihasilkan),apakah sumber itu memiliki keahlian/pendidikan yang relevan (seperti
ketika polisi memberi kesaksian di pengadilan),sifat-dasar klaim itu sendiri (seperti ketika
seseorang menyatakan ia telah menyaksikan suatu mukjizat), apakah sumber itu dapat
memberikan alasan-alasan yang dapat dipercaya atas klaim yang dibuat (seperti ketika seseorang
menyatakan ia telah berjumpa dengan 'alien' dari planet lain).

Kita akan membagi apa yang kita bahas dalam topik ini ke dalam lima subbab; kelima subbab ini
akan berurusan dengan pertanyaan tentang:

(i) pribadi/sumber yang kredibilitasnya ingin kita nilai,


(ii) keadaan/konteks ketika klaim itu dibuat yang mempengaruhi Kredibilitasnya
Berpikir kritis
(iii) pembenaran yang sumber yang berikan atau bisa berikan untuk mendukungklaim
yang mempengaruhi kredibilitasnya,
(iv) sifat-dasar klaim yang mempengaruhi kredibilitasnya,
(v) apakah ada bukti-bukti yang menguatkan dari sumber-sumber lain.

Anda mungkin juga menyukai