Anda di halaman 1dari 16

POLA KALIMAT DASAR ATAU INTI DAN KALIMAT PERLUASAN

Kelompok 11 : 1. Dewi Sundari 2213041028

2. Intan Nuraeni 2213041035

Mata Kuliah : Pengantar Linguistik

Dosen Pengampu : 1. Dr. Farida Ariyani, M.Pd.

2. Khoerotun Nisa Liswati, S.Pd.,M.Pd

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan karunia-Nya
makalah yang berjudul “Pola Kalimat Dasar Atau Inti dan Kalimat Perluasan” dapat
terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas salah satu mata
kuliah yaitu Pengantar Linguistik yang diampu oleh Dr. Farida Afriyani, M.Pd. dan Ibu
Khoerotun Nisa Liswati,S.Pd.,M.Hum

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan, baik yang
berkenaan dengan materi pembahasan maupun pengetikan. Namun, makalah ini merupakan
hasil dari usaha penyusun yang sudah maksimal.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan ilmu tambahan bagi para
pembaca. Kami menyadari bahwa pegetahuan kami masih sangat terbatas, sehingga kami
mengharapkan masukan, kritik, serta saran untuk membuat makalah selanjutnya agar menjadi
lebih baik.

Bandar Lampung, 06 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................I
DAFTAR ISI.....................................................................................................................II
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulis....................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
2.1 Pengertian Kalimat.............................................................................................2
2.2 Pola kalimat Dasar.............................................................................................3
2.3 Batasa Ciri Kalimat Majemuk............................................................................3
2.4 Jenis jenis Kalimat Perluasan Atau Majemuk.....................................................3
BAB III.............................................................................................................................5
PENUTUP.........................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan........................................................................................................5
3.2 Saran..................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................6
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap, merupakan
definisi umum yang biasanya kita jumpai. Dan dalam bahasa Arab definisi kalimat yang
berbunyi “Kalimat adalah lafal yang tersusun dari dua buah kata atau lebih yang mengandung
arti, dan disengaja serta diberi bahasa Arab” dianggap sebagai definisi yang sudah baku
(Lihat Djuha 1989).

Di sini dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan
klausa) kita akan mengikuti konsep, bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari
konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan,
serta disertai dengan intonasi final (Bandingkan dengan Joko 1982).

Sebelum menentukan kalimat sebagai unsur bahasa, tentunya perlu dipahami terlebih
dahulu bahwa secara sederhana bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan
lapisan arti. Bentuk bahasa terdiri atas satuan - satuan sebagai pembentuknya dan secara
umum disebut sebagai satuan gramatik. Satuan - satuan yang dimaksud ialah morfem, kata,
frase, klausa, kalimat, dan wacana. Khususnya kalimat, dalam ragam resmi, baik lisan
maupun tubs harus memiliki subjek dan predikat. Kalau tidak memiliki unsur subjek dan
predikat pemyataan itu bukanlah kalimat. Untuk dapat memahami dan berkalimat dengan
baik penulis terlebih dahulu harus mengetahui struktur dasar suatu kalimat, pola dari sebuah
kalimat dan jenis-jenis kalimat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:

1. Apa pola kalimat dasar?


2. Apa batasan ciri kalimat majemuk?
3. Apa jenis kalimat perluasan atau majemuk?
4. Apa saja karakteristik aliran tata bahasa dalam analisis kalimat?

1.3 Tujuan Penulis

Dengan rumusan masalah di atas diharapkan dapat mengetahui tujuan dari penulisan
makalah ini. Berikut adalah tujuan dari penulisan makalah:

1. Untuk mengetahui pola kalimat dasar


2. Untuk mengetahui Batasan ciri kalimat
3. Untuk mengetahui jenis kalimat perluasan atau majemuk
4. Untuk mengetahui karakteristik aliran tata bahasa dalam analisis kalimat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pola Kalimat Dasar

Pola kalimat umumnya mengacu pada kalimat sederhana dan majemuk. Penggunaan pola
dasar inti dan perluasan pola dasar kalimat inti membentuk kalimat sederhana dan majemuk.
Kalimat sederhana atau disebut kalimat inti terdiri dari unsur-unsur inti yang membentuk pola
dasar. Klausa inti dan klausa majemuk terdiri dari klausa inti dengan perluasan seperti
perluasan fungsional dan penambahan fungsi adverbial, dan klausa tambahan membentuk
pola perluasan.

Semakin banyaknya penambahan fungsi pada suatu kalimat maka akan semakin tinggi
tingkat kerumitan kalimat yang dapat dilihat dari pola kalimat yang digunakan. Pola kalimat
yang digunakan dalam buku tematik SD juga akan berpengaruh pada pemahaman peserta
didik. Hal ini dilatarbelakangi oleh perkembangan bahasa anak yang mempunyai tingkat
pemahaman teks lebih rendah dari orang dewasa maupun remaja.

Moeliono (1988) mengungkapkan satu istilah yang menarik sebagai bagian dari rujukan
untuk tulisan ini. Moeliono mengungkapkan istilah pola dasar kalimat inti. Istilah pola dasar
kalimat inti ini berbeda dengan yang diungkap Badudu (1990).

Dalam memahami materi kalimat, terdapat beberapa syarat yang mesti dikuasai pelajar di
antaranya penguasaan kategori kata (kelas kata). Pembahasan kelas kata lebih banyak diapat
pada materi morfologiPembahasan kalimat berdasarkan kategori kata pun di bahas oleh
Badudu (1990), Chaer (1994) juga Kridalaksana (1994). Pembahasan kalimat yang diuraikan
para pakar mendorong kemungkinan pengembangan tulisan kalimat. Berdasarkan
pembahasan dalam kajian pustaka inilah tulisan ini dilanjutkan.

Pola dasar kalimat inti diungkapkan dengan berbagai istilah oleh Badudu (1997: 32),
Moeliono (1998: 322), dan Sugono (1997: 99). Istilah pola dasar kalimat inti merupakan
istilah dari Moeliono. Badudu (1997: 32) mengemukakan delapan pola dasar kalimat inti.
Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut. (1) Saya mandi (S-P). (2) Saya menulis surat (S-
P-O). (3) Ayah mengirimkan uang kepada ibu (S-P-O-K). (4) Mereka berburu rusa (S-P-Pel).
(5) Mereka menganggap saya pengajar (S-P-O-Pel). (6) Ayah mengirimi ibu uang bulan lalu
(S-P-O-Pel-K). (7) Saya sakit sebulan (S-P-K). (8) Penyelesaiannya makan waktu setahun (S-
P-Pel-K). Moeliono (1998: 322) mengemukakan enam pola dasar kalimat inti. Contoh
kalimatnya adalah sebagai berikut. (1) Orang itu sedang tidur (S-P). (2) Ayahnya membeli
mobil baru (S-P-O). (3) Beliau menjadi ketua koperasi (S-P-Pel). (4) Kami tinggal di Jakarta
(S-P-Ket). (5) Dia mengirimi ibunya uang (S-P-O-Pel). (6) Beliau memperlakukan kami
dengan baik (S-P-O-K).
Pola kalimat tata bahasa yang dipilih oleh guru mungkin berbeda dari tata bahasa yang
dipilih oleh guru lain, tata bahasa yang dia ajarkan harus memenuhi standar ilmiah dan
empiris. Empiris artinya tata bahasa harus dibuktikan secara ilmiah, Siapapun, dimanapun,
kapanpun fungsi perangkat pengajaran diberikan sebagai pengetahuanstandar. Pelajaran
bahasa untuk sekolah dasar, sekolah menengah dan universitastinggi. Berdasarkan pola
dasarnya,Badudu (1990: 32) mengungkapkan pola (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-K,
(5) S-P-O-Pel, (6) S-P-O-Pel-K, (7) S-P-O-K, dan (8) S-P-Pel-K. Delapan pola dasar tersebut
dapat direduksi menjadi variasi yang tidak terbatas. Hal ini karena 26 huruf latin tidak
terbatas pada jumlah kata tertulis dalam bahasa Indonesia.

Contoh kalimat berdasarkan pola dasar Badudu (1990: 32) ialah sebagai berikut.

1. S-P Dudi berenang. Ia menangis. Harimau binatang buas.

2. S-P-O Libi minum susu. Binatang itu memanjat pohon.

3. S-P-Pel Ia menangis tersedu-sedu. Adik bermain bola.

4. S-P-K Cincin itu terbuat dari emas. Bapak pergi ke kantor.

5. S-P-O-Pel Saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan. Mereka menamai anak itu Sarah.

6. S-P-O-Pel-K Setiap pagi ibu membuatkan kami nasi goreng. Ia mengirimi ibunya uang
setiap bulan.

7. S-P-O-K Libi minum susu setiap pagi. Binatang itu memanjat pohon untuk tidur.

8. S-P-Pel-K Ia menangis tersedu-sedu ketika mendengar berita itu. Adik bermain bola di
lapangan.

Banyak sumber yang mewakili teori fungsi kalimat bahasa Indonesia di antaranya adalah
buku Sugono (1986) dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI) (1998), Ramlan
(1981), Badudu (1990), Parera (1988) dan Alisyahbana (1953).

2.1 Batasan Ciri Kalimat

Kalimat adalah bagian dari pidato, didahului dan diikuti oleh keheningan, dan intonasi
menunjukkan bahwa bagian dari pidato selesai.Tuturan seseorang, atau lebih tepatnya kalimat
yang diungkapkan oleh seseorang itu sendiri, mengandung beberapa aspek.

Batasan dan ciri kalimat sudah dikemukakan terdahulu, bahwa kalimat adalah satu-satunya
bahasa lengkap karena mempunya maksud dan dapat dijangkau. Hal ini searah dengan apa
yang dikatakan oleh Chuillon (1985 : 15) “La phrase est un ensemble des mots qui suivent un
ordre plus ou moins fixe et communiquent une information” (kalimat merupakan satu
kesatuan kata yang tersusun dan menyatakan satu informasi).

 Di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI), kalimat adalah satuan bahasa
terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran utuh. Dalam wujud
lisan, diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir yang diikuti kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupuan
asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Sedangkan dalam wujud tulisan, kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca, titik (.), tanda tanya (?), atau
tanda seru (!).

 Kalimat menurut Bloomfield (Parera, 1991: 12): bentuk maksimum dalam ucapan apa pun,
adalah kalimat. Dengan demikian, kalimat adalah suatu bentuk yang dalam ujaran tertentu
bukan merupakan bagian dari konstruksi yang lebih besar.

Menurut Hockel (Parera, 1991 : 2) membatasi kalimat sebagai suatu bentuk gramatikal: suatu
konstituen yang bukan merupakan konstituen. Contoh : (1) Anda pergi ke kampus. (2)
Pergi! Dari definisi di atas, kita dapat melihat kata pergi dalam contoh (2) adalah sebuah
kalimat, sedangkan pergi dalam (1) bukan kalimat, baru dikatakan jika kita melihat
keseluruhan dari contoh (1) Anda pergi ke kampus. Sebuah kalimat telah dibentuk dari
banyak kata yang mendukung kalimat, tetapi berdasarkan intonasi. Ada empat macam
intonasi final yaitu : (1) Intonasi final berita, (2) Intonasi final tanya, (3) Intonasi final
perintah dan (4) Intonasi final seru. 2.2 Kalimat dilihat dari segi isi/amanatnya Dilihat dari
segi isinya kalimat dibagi atas : (1) Kalimat deklaratif (2) Kalimat interogatif 3

2.2 Jenis kalimat perluasan atau majemuk

Kalimat majemuk adalah sebuah kalimat klausa yang di dalamnya terdapat lebih dari satu
kalimat.

Kalimat majemuk di bagi atas tiga jenis, yaitu :

1. Kalimat majemuk koordinatif (setara)


Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang klausa-klausanya memiliki status yang
sama, yang setara, atau yang sederajat. Contoh (dan, atau, tetapi dan lalu)
Beberapa contoh kalimat majemuk koordinatif :
 Nenek melirik, kakek tersenyum, danadik tertawa-tawa.
 Dia membuka pintu, lalu menyilakan kami masuk.
 Dia datangdanduduk di sebelah saya
 Saya ingin turut serta, sayangtetapiibu tidak mengizinkan.
 Beliau membuka pintu, tetapi membiarkan kami berdiri kedepan

2. Kalimat majemuk subordinatif


Kalimat subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-kalusanya
tidak setara atau sederajat. Contoh (kalau, ketika, meskipun dan karena)
Beberapa contoh kalimat majemuk subordinatif:
 Kalau nenek pergi, kakek pun akan pergi.
 Nenek membaca komik ketika kakek tidak ada di rumah.
 Meskipun di larang oleh kakek, nenekpergi juga ke salon.
 Karena banyak yang tidak datang, rapat di batalkan.

3. Kalimat majemuk kompleks


Kalimat majemuk kompleks adalah jenis yang terdiri dari tiga klausa atau lebih dimana
ada yang di hubungkan scara koordinatif dan adapulayang di hubungkan secara
subordinatif jadi, kalimat majemuk ini merupakan campuran dari kalimat majemuk
koordinatif dan kalimat majemuk subordinatif
Contoh kalimat majemuk kompleks:
Nenek membaca komik karena kakek tidak ada di rumah dan tidak ada pekerjaan lain
yang harus di selesaikan.
Terdiri dari tiga buah klausa, (1) nenek membaca komik (2) kakek tidak ada di rumah,
dan(3) tidak ada pekerjaan lain yang harus di selesaikan. Klausa (1) dan kalusa (2) di
hubungkaan secara subordinatif ; klausa (2) dan klausa (3) di hubungkan secara
koordinatif
Pengajaran kalimat majemuk akan lebih mudah dijembatani dengan pengajaran konjungsi
(kata sambung). Melalui pengajaran konjungsi itu, pembelajar diperintahkan untuk
membuat kalimat. Kalimat yang dibuat pembelajar itu diuraikan klausanya, selanjutnya
diuraikan pula polanya.
Uraian yang menarik ihwal konjungsi diungkap oleh Moeliono (1988).
Contoh pengajaran kalimat majemuk berdasarkan tulisan ini adalah sebagai berikut.

NO. Nama Konjungai Contoh Konjungsi Kalimat Pola

1. Penjumlahan dan Ia pergi dan takkan kembali S-P//P

2. Pemilihan atau Ia akan memilihku atau meninggalkan S-P//P


ku.

3. Pertentangan walau, meski, Walau lelah dilakunnya juga pekerjaan #P#(K)//P-S


tetapi, sekalipun itu.

4. Penjelasan Bahwa Ia berkata bahwa ia mencintaiku. S-P-(Pel)#S-P#


5. Penguatan bahkan, malah Ia tidak hanya membentak bahkan juga S-P-(K)#P#
memukul

6. Penyebab karena, sebab Ia tidak hadir karena hujan turun. S-P-(K)#S-P#

7. Akibat maka, karena itu Hari hujan maka ia tidak hadir. S-P-(K)#S-P#

8. Syarat jika Jika membawa payung saya akan tetap #P-O#(K)-S-P


hadir.

9. Waktu Saat, sebelum, Ia akan ada saat kita membutuhkannya. S-P-(K)#S-P#


sesudah

2.3 Karakteristik Aliran Tata Bahasa Dalam Analisis Kalimat

Memahami Kalimat
Seperti yang Anda ketahui, bahasa terdiri dari dua lapisan: lapisan formal dan lapisan
semantik yang diekspresikan melalui lapisan formal. Bentuk kebahasaan terdiri dari
satuan-satuan yang terbagi menjadi dua satuan yaitu satuan fonologis dan satuan
gramatikal. Satuan fonologi meliputi fonem dan batang, dan satuan gramatikal meliputi
wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem.
Menganalisis Kalimat Berdasarkan Fungsi
Setiap kata atau frasa dalam sebuah kalimat memiliki fungsi yang menghubungkannya
dengan kata dan frasa lain dalam kalimat tersebut. Di sini fungsi diberikan pengertian
saling ketergantungan antara unsur-unsur himpunan sebagai perangkat yang utuh dan
membentuk suatu struktur. Sebuah kalimat dapat terdiri dari subjek dan predikat. (S –
P), Subjek – predikat – objek (S – P – O), Subjek – Predikat – Keterangan (S – P – K),
Subjek – Predikat – Pelengkap (S – P – Pel), Subjek – Predikat – Objek – Keterangan (S
– P – O – K), atau Subjek – Predikat – Pelengkap – Keterangan (S – P – Pel – K)

2.3.1 Ciri-ciri Subjek

Subjek berarti sesuatu yang dianggap mandiri dan kepada mana sesuatu itu diberikan.
Lihat contoh di bawah ini!
1) Mereka bahagia.
2) Rumahnya sangat bersih.

Karena subjeknya soliter, subjeknya harus dibentuk dari kata benda, seperti kata-kata
dalam contoh di atas (mereka dan rumah).
Anda dapat menggunakan kata tanya apa atau siapa untuk menentukan subjeknya.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat mengetahui ciri-ciri subjek.
1) Tentangnya diberitakan sesuatu,
2) Dibentuk dengan kata benda atau sesuatu yang dibendakan, dan
3) Dapat bertanya dengan kata tanya apa atau siapa di hadapan predikat.

2.4.2 Ciri Ciri Predikat

Predikat merupakan bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri
sendiri. Dan menurut para ahli, predikat kalimat biasanya berupa frase verbal atau frase
adjektival, (Alwi,et. al, 1998). Predikat meruupakan unsur klausa yang selalu ada dan
merupakan pusat klausa karena memiliki hubungan dengan unsur-unsur lainnya, yaitu S,
O, dan K, (Ramlan 1996). (Sakri, 1995) mengatakan, bahwa predikat itu sebagai puncak
kerja yang menduduki jabatan uraian dan menyatakan tindakan atau perbuatan.
Dan (Suparman, 1998) memberikan penjelasan predikat dengan menyebutkan ciri-ciri
atau penanda formal predikat tersebut, yaitu

1) Penunjuk aspek: sudah, sedang, akan, yang selalu di depan predikat.

2) Kata kerja bantu: boleh, harus, dapat.

3) Kata penunjuk modal: mungkin, seharusnya, jangan-jangan.

4) Beberapa keterangan lain: tidak, bukan, justru, memang, yang biasanya terletak di


antara S dan P.

2.4.3 Ciri Ciri Objek

Objek merupakan konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang
berupa verba transitif pada kalimat aktif. Objek selalu diletakan setelah predikat.
Dengan begitu, objek dapat dikenali dengan memperhatikan:

1)      Jenis predikat yang melengkapinya, dan

2)      Ciri khas objek itu sendiri.

Biasanya, verba transitif ditandai dengan kehadiran afiks (imbuhan) tertentu. Sufiks -
kan dan -i  serta  prefiks meng-  umumnya merupakan pembentuk verba
transitif. Perhatikan contoh kalimat berikut!

1)      Dwi Anugraha menundukan Ahmad

2)      Dewi mengunjungi Afif

Objek pada kalimat aktif transitf akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan seperti
pada contoh di bawah ini.

1)      Aku membersihkan kamar mandi.

            S             P           O
2)      Kamar tidur saya dibersihkan oleh pembantu.

                      S                  P O

Potensi ketersulihan unsur objek dengan -nya dan mengedepankannya sebagai subjek


kalimat pasif adalah ciri utama yang membedakan objek dari pelengkap yang berupa
nomina atau frase nomina.

2.4.4 Ciri Ciri Pengertian

Orang-orang sering mencapuradukan pengertian objek dan pelengkap, hal ini disebabkan
karena kedua konsep ini terdapat kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud
nomina, dan keduanya sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba..

(Alwi, et. al, 1998)  menjelaskan persamaan dan perbedaan antar objek dan pelengkap dapat
dilihat pada ciri-ciri sebagai berikut.

Objek Pelengkapan

1. berwujud frase nomina atau klausa 1. berwjud frase nomina, frase verbal, frase
ajektival, frase preposional, atau klausa
2. berada langsung di belakang predikat
2. berada langsung di belakang predikat jika
3. menjadi subjek akibat pemasifan kalimat tidak ada objek dan di belakang objek jika
4. dapat di ganti dengan pronominal -nya unsur ini hadir

3. tidak dapat menjadi subjek akibat


pemasifan kalimat

4. tidak dapat dinganti dengan -nya kecuali


dalam kombinasi prefposisi selain di, ke,
dari, akan

Berikut ini beberapa contoh pelengkap dengan predikat yang berupa verba intaransitif dan
dwitransitif serta atjektiva.

1) Mereka bermain bola di lapangan.

Verba intransitif 2) Ria benci pada kekerasan

3) Ibu bertanya kapan kami boleh menengoknya


1) Adik mengambilkaan saya air minum

Verba dwitransitif 2) Orang itu membeli rumah untuk anaknya

2) Kakak mencarikan saya pekerjaan

1) Ibunya sakit kepala

Adjektiva 2) Anak itu pandai menari

3) Anak itu susah sekali diatur

Seringkali nomina mempunyai hubungan khusus dengan verba atau adjektiva yang diikutinya
seolah-olah tidak bisa terpisahkan lagi.contohnya.

1. makna waktu
2. balik nama
3. kurang darah

gabungan verba atau adjektiva dengan nomina seperti itu adalah verba atau adjektiva
majemuk yang berguna sebagai suatu kesatuan dalam kalimat.

2.4.5 Ciri-Ciri Keterangan

(Suparman,1995;Alwi, et. al, 1998) menyatakan Keterangan merupakan fungsi sintaksis


yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di
akhir, awal, dan bahkan di tengah kalimat Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam
kalimat bersifat mana suka.

Ada beberapa macam bentuk keterangan, yaitu:

1)        keterangan tempat ditandai oleh kata: di, ke, dari, dalam, pada;

2)        keterangan waktu ditandai oleh kata: pada, dalam, se-, sebelum, sesudah, selama,
sepanjang;

3)        keterangan alat ditandai oleh kata: dengan;

4)        keterangan tujuan ditandai oleh kata: agar/supaya, untuk, bagi, demi;

5)        keterangan cara ditandai oleh kata: dengan, secara ,dengan cara, dengan jalan;

6)        keterangan perbandingan ditandai oleh kata: seperti, bagaikan, laksana;

7)        keterangan sebab ditandai oleh kata: karena, sebab;

8)        keterangan akibat ditandai oleh kata: sehingga, sampai, akibatnya;


9)        keterangan alasan ditandai oleh kata: berdasar hal itu, sehubungan dengan hal itu;

10)   keterangan asal ditandai oleh kata: dari;

11)   keterangan perlawanan ditandai oleh kata: meskipun, walaupun;

12)   keterangan modalitas ditandai oleh kata: mustahil, barangkali, moga-moga.

Perhatikan contoh berikut!

1)      Adik memotong koran di kamar.

2)        Adik memotong kertas dengan gunting.

3)        Adik memotong rumput kemarin.

Ketiga kalimat di atas merupakan contoh keterangan tempat, alat, waktu.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pola kalimat umumnya mengacu pada kalimat sederhana dan majemuk. Penggunaan pola
dasar inti dan perluasan pola dasar kalimat inti membentuk kalimat sederhana dan
majemuk. Semakin banyaknya penambahan fungsi pada suatu kalimat maka akan
semakin tinggi tingkat kerumitan kalimat yang dapat dilihat dari pola kalimat yang
digunakan. Pola kalimat yang digunakan dalam buku tematik SD juga akan berpengaruh
pada pemahaman peserta didik. Moeliono (1988) mengungkapkan satu istilah yang
menarik sebagai bagian dari rujukan untuk tulisan ini.

Batasan dan ciri kalimat sudah dikemukakan terdahulu, bahwa kalimat adalah satu-
satunya bahasa lengkap karena mempunya maksud dan dapat dijangkau. Di dalam buku
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI), kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam
wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran utuh. Kalimat menurut Bloomfield
(Parera, 1991: 12): bentuk maksimum dalam ucapan apa pun, adalah kalimat. Dengan
demikian, kalimat adalah suatu bentuk yang dalam ujaran tertentu bukan merupakan
bagian dari konstruksi yang lebih besar. Menurut Hockel (Parera, 1991 : 2) membatasi
kalimat sebagai suatu bentuk gramatikal: suatu konstituen yang bukan merupakan
konstituen. Sebuah kalimat telah dibentuk dari banyak kata yang mendukung kalimat,
tetapi berdasarkan intonasi.

Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang klausa-klausanya memiliki status yang
sama, yang setara, atau yang sederajat. Contoh (dan, atau, tetapi dan lalu). Kalimat
subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-kalusanya tidak setara
atau sederajat. Contoh (kalau, ketika, meskipun dan karena). Terdiri dari tiga buah klausa,
(1) nenek membaca komik (2) kakek tidak ada di rumah, dan(3) tidak ada pekerjaan lain
yang harus di selesaikan. Klausa (1) dan kalusa (2) di hubungkaan secara subordinatif ;
klausa (2) dan klausa (3) di hubungkan secara koordinatif . Pengajaran kalimat majemuk
akan lebih mudah dijembatani dengan pengajaran konjungsi (kata sambung). Melalui
pengajaran konjungsi itu, pembelajar diperintahkan untuk membuat kalimat.
DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. (1990) Buku Panduan Penulisan Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa-Depdikbud (diktat dalam penerbitan).

Brown, G.; G. Yule (1996) Analisis Wacana. Terjemahan Soetikno. Jakarta: Gramedia.
Brown, H.D. (1980) Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey:
Prentice-Hall.

Sabrina Pangestuning Bethari, 2019. “Pola Dasar Kalimat Inti dan Perluasannya Pada
Teks Buku Tematik SD Kelas Tinggi”. Skripsi. Semarang: UNNES Semarang

Widya Setiabudi, 2017, “2.1 Batasan dan ciri kalimat Seperti telah dikemukakan
terdahulu, bahwa kalimat adalah satuan bahasa lengkap”, 06 September 2022, 23:09

Anda mungkin juga menyukai