Di Susun Oleh:
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah pemakalah dapat
menyelesaikan makalah ini, dan tak lupa pula kita lantunkan kata shalawat kepada nabiullah Muhammad SAW, Nabi
akhir zaman yang telah membawa umat manusia dari alam yang gelap gulita kealam yang terang benderang.
Adapun pemakalah menyusun makalah ini yang berjudul STRUKTUR KALIMAT DASAR, FUNGSI SINTAKSIS
UNSUR-UNSUR KALIMAT, DAN JENIS-JENIS KALIMAT, pemakalah menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia yang diselenggarakan oleh pihak perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Potensi
Utama.
Terima kasih atas segala bantuan yang diberikan oleh semua pihak yang turut ikut serta dalam proses
penyusunan makalah ini baik itu dalam segi materi maupun dalam segi-segi yang lain, terutama kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan gambaran dan memberikan masukan demi kelancaran dalam penyusunan
makalah ini, dan juga kepada teman-teman seangkatan yang telah membatu dan memberi masukan.
Harapan pemakalah dari makalah ini ialah makalah ini dapat dipergunkan dan difungsikan sebagaimana
mestinya, agar dapat memperluas gagasan dan wawasan para pembaca makalah ini.
Akhir kata mohon maaf atas segala kekurangan karena sebaik-baik manusia tiada manusia yang sempurna,
oleh karena itu pemakalah mengharapkan saran ataupun kritik yang membangun agar tercapainya kesempurnaan
dalam penulisan makalah ini.
Penyusun
HALAMAN 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................................2
BAB I - PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................................3
1.3 TUJUAN..........................................................................................................................................................3
BAB II - PEMBAHASAN........................................................................................................................................3
2.1 STRUKTUR KALIMAT DASAR..............................................................................................................3
2.2 FUNGSI SINTAKSIS UNSUR-UNSUR KALIMAT...........................................................................8
2.3 JENIS-JENIS KALIMAT..........................................................................................................................13
BAB III - PENUTUP..............................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................................26
HALAMAN 2
BAB I - PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bahasa indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja,
tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang
disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada
ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan,
karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato, ceramah, dll.
Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini di sebabkan antara lain karena dengan
perantaraan kalimatlah seorang guru atau dosen dapat menyampaikan maksud secara lengkap dan jelas. Satuan
bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (mis. tidak) dan frasa atau
kelompok kata (mis. Tidak tahu) Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas,
Kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan dalam kalimat minor atau merupakan jawaban suatu pernyataan.
Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat dalam bahasa Indonesia memiliki struktur yang berbeda-beda sesuai dengan jenis kalimatnya.
Kalimat merupakan kumpulan kata dalam wujud lisan atau tulisan yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran atau
pendapat kepada orang lain. Suatu kalimat bisa terdiri dari beberapa unsur seperti subyek, obyek, predikat dan
keterangan. Keberadaan unsur-unsur ini dalam sebuah kalimat inilah yang menyebabkan perbedaan struktur tiap
kalimat untuk dapat disebut sebagai kalimat sempurna, dalam sebuah kalimat harus memiliki subyek dan predikat.
Dalam bahasa Indonesia juga terdapat banyak jenis – jenis kalimat serta yang membedakanya seperti,
berdasarkan struktur gramikal, menurut bentuk rektorikanya, menurut fungsinya, dan kalimat langsung dan tidak
langsung
1.3 TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui cara menggunakan kalimat dalam
berbahasan Indonesia yang efektif dengan memperhatikan struktur kalimat dasar, fungsi-fungsi tiap-tiap unsur
kalimat, dan jenis kalimat apa yang efektif untuk dituturkan.
BAB II - PEMBAHASAN
Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya lengkap,
susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran.
Dengan kata lain, kalimat dasar di sini identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya
paling lazim.
Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam enam tipe.
HALAMAN 3
1. Kalimat Dasar Berpola S – P
Kalimat ini mengandung satu subjek dan satu predikat. Contohnya: Saya (S) Dosen (P).
Kalimat ini mengandug satu subjek, satu predikat, dan diikuti dengan satu objek. Contohnya; Rani (S)
mendapat (P) uang (O).
Kalimat ini mengandung satu subjek, dan satu predikat serta pelengkap. Contohnya: Pancasila (S) adalah (P)
dasar negara kita (Pelengkap).
Kalimat ini mengandung satu subjek, satu predikat, dan keterangan sebagai penjelasnya. Contohnya:
Kecelakaan (S) terjadi (P) tadi pagi (K).
Kalimat ini mengandug satu subjek, satu predikat, satu objek, dan diikuti pelengkap. Contohnya: Dia (S)
mengirimi (P) kami (O) uang (Pelengkap).
Kalimat ini mengandug satu subjek, satu predikat, satu objek, dan keterangan. Contohnya: Suster (S)
merawat (P) nenek (O) di rumah (K).
Pada struktur kalimat dasar, di antara kalimat dan kata, biasanya ada satuan-antara yang berupa kelompok
kata. Kelompok kata yang menjadi salah satu unsur pembentuk kalimat ini dikenal dengan sebutan frasa. Secara
sederhana, frasa adalah suatu kesatuan yang berupa gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau
tidak memiliki predikat dan memiliki satu makna gramatikal atau makna yang dapat berubah-ubah sesuai dengan
konteks.
Ciri-Ciri Frasa:
Terdapat beberapa jenis-jenis frasa yang dibagi berdasarkan persamaan distribusi dan unsurnya, kedudukan,
serta makna yang terkandung dalamnya, dan kategori kata yang menjadi unsur utamanya. Pembagian kategori frasa,
antara lain:
Terdapat beberapa jenis frasa yang masuk dalam kategori persamaan distribusi dengan unsurnya, yaitu:
1. Frasa Endosentrik
Jenis frasa endosentrik merupakan frasa yang memiliki kedudukan sejajar dan pada fungsi tertentu dapat diganti oleh
unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan fungsi tertentu dalam frasa tersebut dikenal sebagai unsur pusat.
“Sejumlah karyawan di kantor.” Kalimat ‘sejumlah karyawan di kantor’ tidak dapat menjadi ‘sejumlah di kantor’
karena kata ‘karyawan’ menjadi unsur pusatnya.
“Dua pelajar di kelas.” Kalimat ‘dua pelajar di kelas’ tidak dapat menjadi ‘dua di kelas’ karena kata ‘pelajar’
menjadi unsur pusat pada kalimat frasa tersebut.
Terdiri dari 2 kata atau lebih, dan memiliki unsur diterangkan (D) dan menerangkan (M). Frasa endosentrik
dibagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu:
Frasa yang menggunakan kata penghubung “dan” / ”atau”, di mana semua unsurnya adalah unsur pusat.
Contoh: Pembangunan dan pembaharuan.
HALAMAN 4
b. Frasa Endosentrik Atributif
Frasa yang memiliki unsur pusat dan juga unsur atribut. Unsur atribut adalah unsur yang menerangkan unsur
pusat. Contoh: Buku baru, pembangunan lima tahun.
Frasa yang semua unsurnya merupakan unsur pusat, dan menunjuk atau mengarah pada hal yang sama.
Contoh: Guru Bahasa Indonesia, Bapak Jimin.
2. Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik merupakan frasa yang tidak memiliki persamaan kedudukan dengan unsur yang
terkandung di dalamnya. Jenis frasa ini berbeda dengan endosentrik, karena tidak mempunyai unsur pusat di
dalamnya.
Terdiri dari 2 kata atau lebih, dan hanya memiliki unsur menerangkan (M), yang biasanya memiliki preposisi,
dan konjungsi yang ditambahkan ke kata benda. Contoh frasa eksosentrik:
Terdapat beberapa jenis frasa yang masuk dalam kategori kata yang menjadi unsur pusat, yaitu:
Frasa preposisi merupakan frasa ditandai dengan adanya preposisi atau kata depan yang berguna sebagai
penunjuk. Frasa ini juga diikuti dengan sebuah atau beberapa kata yang bukan termasuk klausa dan berdiri sebagai
pertanda. Contohnya di bawah ini:
Dari sekolah.
Dari arah timur.
Di depan kamar.
Di beranda rumah.
Ke jalan.
Ke arah yang sama.
Menuju supermarket.
Untuk anda.
Untuk semua orang yang mengikuti acara.
2. Frasa Nominal
Frasa nominal merupakan frasa yang memiliki unsur pusat, berbentuk kata nomina dan dibedakan menjadi
beberapa jenis, contohnya yaitu:
Frasa di bawah ini dicetak tebal merupakan contoh frasa nomina sebenarnya:
HALAMAN 5
2.2. Pronominal
Contoh frasa di bawah ini yang dicetak tebal merupakan frasa pronominal:
Contoh frasa di bawah ini yang dicetak tebal merupakan frasa nomina nama:
Frasa verbal merupakan frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata verba dan ditandai oleh adanya afiks
verba. Dalam frasa verbal dapat ditambahkan imbuhan kata.
Frasa verbal atau frasa kerja dapat ditambahkan “sedang” untuk kata kerja aktif dan kata “sudah” untuk
menyatakan keadaan. Contohnya, sedang sakit, akan tiba, baru datang, tidak tidur, sudah selesai dan lain-lain.
Belajar berenang.
Pergi bekerja.
Membantu ibunda.
Menjenguk sahabat.
Membawa tas belanja.
Berlari mengelilingi GBK.
Sedang mengepel.
Berlari cepat.
Frasa adjektiva merupakan jenis frasa yang terdapat unsur pusat, berupa kata adjektiva. Unsur pada frasa ini
dapat diberikan imbuhan ‘ter’ sebagai pengganti kata paling. Frasa adjektiva umumnya menduduki fungsi menjadi
predikat dalam sebuah kalimat. Contoh frasa adjektiva dapat dipahami, di bawah ini:
Rumahnya terbesar.
Kamu itu seenaknya sendiri.
Dia memang yang terbaik.
Jembatan terpanjang.
Setrika itu sangat panas.
Lapangan itu sangat lebar.
Frasa numeralia merupakan jenis frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata numeralia. Numeralia adalah
kata yang menyatukan sebuah bilangan atau jumlah tertentu.
Pada frasa numeralia dapat diberikan kata bantu bilangan. Contohnya seperti satu ekor, lima ikat, dua jenis,
dan sebagainya. Contoh frasa numeralia dapat kita pahami, di bawah ini:
Frasa konjungsi ditandai dengan adanya kata konjungsi atau yang biasanya disebut dengan kata
penghubung. Frasa ini juga sering disebut sebagai frasa adverbial atau frasa keterangan. Berikut ini beberapa contoh
frasa konjungsi:
Ketika berjalan.
Terus bergerak.
Terus berjalan.
Kemarin pagi.
Akhir pekan.
Tengah malam.
Besok pagi.
Tadi malam.
Masa silam.
Terdapat beberapa jenis frasa yang masuk dikategorikan berdasarkan kedudukan, yaitu:
1. Frasa Setara
Frasa setara merupakan jenis frasa yang dikategorikan berdasarkan kedudukannya. Jenis frasa ini memiliki
keterkaitan antara unsur yang setara. Di bawah ini beberapa contoh frasa setara:
Hitam putih
Tua muda
Asal usul
Depan belakang
Keluar masuk
Suami istri
Muda mudi
Pulang pergi
Maju mundur
2. Frasa Bertingkat
Frasa bertingkat merupakan frasa yang memiliki hubungan yang berkebalikan dari frasa setara, frasa ini
memiliki kedudukan yang tidak setara. Pada frasa ini, terdapat satu bagian yang menempati posisi sebagai inti. Jika
salah satu bagian dari frasa ini dihilangkan, maka maknanya akan berubah. Contohnya di bawah ini:
Cara baru
Sedang pergi
Musim panen
Tanah air
Dari rumah
Mengayuh sepeda
Bangku kayu
Pisau tajam
Uang tunai
HALAMAN 7
1. Frasa Biasa
Frasa biasa merupakan jenis frasa yang memiliki makna yang sebenarnya. Contohnya: Suga beli sayur
kangkung.
2. Frasa Ambigu
Frasa ambigu merupakan jenis frasa yang memiliki makna ganda atau makna lain, tergantung
penggunaannya dalam kalimat. Contohnya: Panjang Tangan, kambing hitam.
3. Frasa Idiomatik
Berkebalikan dengan frasa biasa, frasa idiomatik merupakan jenis frasa yang memiliki makna yang bukan
sebenarnya atau makna lain. Contohnya: Lisa kembali ke kampung halamannya, Jin menjadi buah bibir di kelasnya.
Fungsi sintaksis merupakan struktur pada sintaksis yang diisi kategori tertentu (Verhaar, 1983). Terdapat lima
fungsi sintaktis yang digunakan untuk membangun sebuah kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap dan
keterangan. Suatu pernyataan merupakan suatu kalimat jika di dalam pernyataan tersebut sekurang-kurangnya
terdapat subjek dan predikat, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak.
Pada dasarnya fungsi sintaksis yang terdiri atas unsur yang telah disebutkan sebelumnya merupakan kotak
kosong yang tidak memiliki arti. Selanjutnya fungsi-fungsi tersebut akan memiliki arti jika dikaitkan dan dihubungkan
sehingga memiliki kategori dan peran tertentu. Hubungan antara fungsi sintaksis dapat dilihat secara rinci di bawah
ini.
1. Subjek
Subjek (S) merupakan satu di antara fungsi dalam kalimat yang merupakan bagian klausa yang menjadi
pokok kalimat. Subjek dapat berupa kata benda (nomina), kelompok kata benda (frasa nominal), atau klausa. Contoh:
Jawabannya: Juanda. (maka Juanda adalah SUBJEK, memelihara adalah PREDIKAT, dan binatang langka adalah
OBJEK).
2. Predikat
Predikat (P) merupakan satu di antara fungsi di dalam kalimat yang merupakan bagian klausa yang menjadi
unsur utama di dalam kalimat. Kalimat yang tak berpredikat menyebabkan suatu tuturan belum dapat
mengungkapkan informasi yang utuh.
Predikat dalam bahasa Indonesia dapat berupa kata kerja (verba) atau kelompok kata kerja (frasa verbal),
kata sifat (adjektiva) atau kelompok kata sifat (frasa adjektival), atau kata benda (nomina) atau kelompok kata benda
(frasa nominal).
Letak predikat lazimnya berada di sebelah kanan subjek. Ciri predikat yang lain adalah dapat diingkarkan
atau dapat dinegasikan.
Jika berupa kata kerja atau kata sifat, predikat dapat diingkarkan dengan menggunakan kata tidak.
Sementara, jika berupa kata benda, predikat dapat diingkarkan dengan menggunakan kata bukan.
Ciri-ciri predikat:
HALAMAN 8
3. Objek
Objek (O) merupakan satu di antara fungsi di dalam kalimat yang kehadirannya bergantung pada jenis
predikatnya. Objek biasanya berupa nomina, frasa nominal, atau klausa yang selalu muncul di sebelah kanan predikat
yang berupa kata kerja transitif (verba transitif).
Objek menjadi satu di antara fungsi yang kehadirannya bersifat wajib. Maksudnya adalah bahwa kalimat yang
predikatnya berupa verba transitif harus selalu diikuti oleh objek sebab tanpa kehadiran objek, kalimat tersebut
menjadi tidak gramatikal.
Jika predikat bukan berupa verba transitif, objek tidak hadir (tidak muncul) di dalam kalimat tersebut.
Kemudian objek hanya terdapat dalam kalimat aktif transitif, sedangkan pada kalimat aktif intransitif tidak memerlukan
objek.
Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada
kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
4. Pelengkap
Dalam buku Keterampilan Menulis: Pengantar Pencapaian Kemampuan Epistemik (2017), kata pelengkap
adalah salah satu unsur dalam pola kalimat yang berfungsi melengkapi suatu kalimat. Selain itu, pelengkap bisa juga
menambah informasi dan memperjelas objek dalam suatu kalimat. Biasanya, pelengkap ditambahkan untuk
melengkapi predikat verba (kata kerja).
Pelengkap bersifat wajib dan harus diikuti dengan predikat verba, kadang pelengkap ditaruh di belakang
objek.
Pelengkap tidak akan berganti posisi menjadi objek atau subjek, tetap akan menjadi pelengkap.
Fungsi pelengkap dalam kalimat harus dituntut oleh verba dwitransitif (verba yang diikuti oleh objek dan
pelengkap) sebagai pengisi predikat.
Pelengkap bisa berupa nomina, adjektiva, verba, numeral, frasa, dan klausa.
Pelengkap selalu diikuti dengan imbuhan ber-, ke-an
Dalam kalimat, pelengkap tidak bisa diganti dengan promina-nya.
Kalimat yang menggunakan pelengkap memiliki banyak variasi dan dibagi berdasarkan bagaimana
peletakannya dalam suatu kalimat. Misalkan:
Hampir semua jenis kalimat menggunakan pelengkap untuk memperjelas maksud dari kalimat
tersebut. Namun, pelengkap bisa jadi hanya melengkapi suatu kalimat saja.
HALAMAN 9
5. Keterangan
Dikutip dari buku EYD dan Seputar Bahasa Indonesia (2008) karya Ermawati Waridah, kata keterangan
adalah kata yang memberi keterangan dalam sebuah kalimat. Kata keterangan adalah kata yang menerangkan atau
memberi keterangan untuk kata lainnya, seperti kata benda dan kerja.
Memberikan keterangan terhadap jenis kata lain, seperti kata bilangan, kata sifat, dan kata kerja.
Tidak dapat digunakan untuk menerangkan kata benda atau kata ganti benda.
Biasanya terletak di awal atau di akhir kalimat.
Bisa digunakan di semua jenis kalimat.
A. Keterangan Waktu
Kata keterangan waktu menjelaskan tentang waktu dari berlangsungnya sebuah kejadian atau peristiwa.
Contoh kata keterangan waktu antara lain: sekarang, besok, lusa, hari ini, dan kemarin sore.
B. Keterangan Tempat
Kata adverbia tempat menerangkan tempat terjadinya suatu peristiwa atau kejadian. Berikut contoh kata
adverbia tempat: Di …, Ke …, Dari ….
C. Keterangan Alat
Kata keterangan alat menjelaskan alat yang digunakan dalam sebuah kegiatan. Adapun contoh kata adverbia
alat adalah: dengan, menggunakan, atau dengan menggunakan.
D. Keterangan Perbandingan
Kata keterangan perbandingan menerangkan sebuah pertentangan atau pengecualian suatu kegiatan atau
sifat tertentu. Contoh kata adverbia ini antara lain: kecuali, selain, dan tetapi.
Elmi tidak boleh bermain video game kecuali sudah mengerjakan pekerjaan rumah.
Gadis ingin menonton live streaming boyband tetapi ia harus bekerja.
Tiara memejamkan matanya tetapi belum tidur.
E. Keterangan Tujuan
Kata keterangan tujuan menjelaskan tujuan sebuah aktivitas atau sifat tertentu. Contoh kata adverbia tujuan
adalah: supaya, untuk, dan agar.
HALAMAN 10
Berikut beberapa contohnya dalam kalimat.
F. Keterangan Kesertaan
Kata keterangan kesertaan menerangkan kesertaan atau keterikatan suatu aktivitas atau sifat. Contoh kata
keterangan kesertaan antara lain: dengan, dan bersama.
Beberapa contoh kalimat yang menggunakan kalimat keterangan kesertaan berikut ini.
G. Keterangan Cara
Kata keterangan cara digunakan untuk menerangkan suatu kegiatan atau peristiwa. Jenis kata ini kerap
dibubuhkan pada kata kerja. Adapun, contoh kata adverbia cara adalah: dengan, secara, dan dengan cara.
H. Keterangan Syarat
Kata keterangan syarat dipakai untuk menjelaskan keterangan bersyarat pada suatu aktivitas atau sifat.
Adapun, contoh katanya adalah sebagai berikut: Jika, dan asalkan.
I. Keterangan Sebab
Kata keterangan sebab menerangkan sebab suatu kegiatan atau sifat tertentu. Contoh katanya adalah
karena.
J. Keterangan Akibat
Kata keterangan akibat menjelaskan akibat dari suatu peristiwa atau kegiatan tertentu. Berikut adalah contoh
katanya: Akibat, sehingga, dan menjadi.
K. Keterangan Derajat
HALAMAN 11
Kata keterangan derajat menunjukkan keterangan kuantitas pada kalimat yang disertainya. Contoh katanya
antara lain adalah sebagai berikut: Sebesar, sebanyak-banyaknya, dan dua kali sehari.
L. Keterangan Kepastian
Kata keterangan ini menunjukkan kepastian pada sebuah peristiwa yang atau akan terjadi. Contoh katanya
adalah mungkin.
M. Keterangan Aspek
Kata keterangan aspek mengungkapkan keberlangsungan kegiatan atau peristiwa. Jenis kata ini terbagi ke
dalam tiga jenis, yakni aspek duratif, inkoatif, dan perfektif.
Aspek Duratif
Kata keterangan aspek duratif adalah jenis kata yang menyatakan kegiatan sedang berlangsung. Untuk itu,
contoh jenis kata ini adalah sedang.
Aspek Inkoatif
Kata keterangan aspek inkoatif menjelaskan kegiatan akan berlangsung. Contoh katanya adalah mulai.
Aspek Perfektif
Kata keterangan aspek perfektif adalah jenis kata yang menunjukkan kegiatan sudah selesai dilaksanakan.
Contoh jenis kata keterangan ini adalah sudah.
N. Keterangan Pelaku
Kata keterangan pelaku adalah jenis kata yang menyatakan informasi orang yang terlibat dalam kegiatan atau
peristiwa. Contoh katanya antara lain sebagai berikut: Dari, dan oleh
HALAMAN 12
2.3 JENIS-JENIS KALIMAT
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan atas kalimat tunggal, dan kalimat majemuk.
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas. Kalima ttunggal sering disebut kalimat
sederhana, kalimat simpleks dan kalimat ekaklausa. Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu inti
kalimat atau satu klausa. Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek
dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat
dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
S P
S P
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kalimat tunggal antara lain,
Inti suatu kalimat tunggal minimal terdiri atas subjek dan predikat.
a. Kalimat Nominal
b. Kalimat Verbal
Unsur – unsur kalimat tunggal dapat diperluas. Perluasan kalimat tunggal dapat dilakukan dengan cara
berikut.
a. Menambahkan unsur baru di samping unsur yang telah ada, yakni keterangan.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu pola kalimat, yaitu terdiri dari subjek, satu predikat, dan
bisa dilengkapi dengan objek dan keterangan. Contoh:
Joice berlari.
Vonny makan bakso.
Andri membeli baju di Tanah Abang.
HALAMAN 13
Perluasan kalimat tunggal dapat dilakukan di antara keterangan tempat, keterangan waktu, keerangan alat,
keterangan cara, dan sebagainya.
B. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri atas induk
kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat adalah dengan melihat letak konjungsi.
Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda sehingga jenis kalimat tersebut dapat
diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat mejemuk antara lain,
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan, baik kordinasi maupun
subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas empat jenis, yaitu
Kalimat ini terbentuk dari kalimat tunggal yang digabungkan dan masing-masing kalimat masih dapat berdiri
sendiri sehingga pola kalimatnya tetap sederajat. Contoh: Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya
sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri atas lima
macam:
Contoh:
Kalimat majemuk bertingkat terdiri atas satu suku kalimat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas.
Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting
(inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut
dengan klausa sematan (anak kalimat).
Contoh: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan
data-data komputer itu.
Kalimat majemuk adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda.
Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat
perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnnya (konjungsi), kalimat mejemuk bertingkat terdiri atas sepuluh macam:
Contoh:
Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)
Kalimat majemuk rapatan adalah gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat, atau
objeknya sama, bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:
Kalimat majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk
bertingkat. Sekurang-kurangnnya terdiri dari tiga kalimat. Contoh:
Ketika aku datang ke rumahnya (anak kalimat sebagai penggati waktu), Jojo bermain dengan Anthony, dan
Kevin membaca buku di kamar. (kalimat majemuk campuran)
Jojo bermain dengan Anthony, dan Kevin membaca buku di kamar (kalimat majemuk campuran) ketika aku
datang ke rumahnya (anak kalimat sebagai penggati waktu).
Berdasarkan struktur klausanya, kalimat dibedakan atas kalimat lengkap dank alimat tak lengkap. Kedua jenis
kalimat ini dijelaskan sebagai berikut.
A. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap. Terdiri atas unsur subjek dan predikat. Kalimat
yang lengkap memiliki klausa lengkap, yaitu sekurang-kurangnya unsur subjek dan predikat, disebut juga kalimat
mayor. Contoh:
HALAMAN 15
B. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang terdiri atas klausa yang tidak lengkap. Terdiri dari hanya subjek,
hanya predikat atau objek. Kalimat ini disebut juga kalimat minor. Contoh:
Astaga!
Dari toko!
Andik!
Selamat malam!
Silakan duduk!
Berdasarkan amanat yang dikandungnya, kalimat dibedakan atas, kalimat deklaratif, kalimat introgatif, kalimat
imperative, kalimat aditif, kalimat responsif, dan kalimat interjektif.
A. Kalimat Deklaratif
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif yang dalam ragam tulisan diberi tanda
titik pada akhir konstruksi. Amanat yang dikandungnya berupa pemberitaan atau pernyataan. Contoh:
B. Kalimat Introgatif
Kalimat introgatif adalah kalimat yang mengandung intonasi introgatif yang dalam ragam tulisan diberi tanda
tanya (?) pada akhir konstruksi. Selain itu, ditandai pula oleh partikel tanda tanya seperti –kah, atau, kata tanya
seperti; apa, mengapa, bagaimana. Amanat yang dikandungnya berupa pertanyaan atau keingian memperoleh
jawaban. Contoh:
C. Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif yang dalam ragam tulisan diberi tanda
seru (!) pada akhir konstruksi. Kalimat imperatif ditandai pula oleh partikel –lah atau kata-kata seperti hendaklah,
jangan. Amanat yang dikandungnya berupa perintah atau keinginan agar orang melakukan apa yang dikehendaki
pembaca atau pembicara. Contoh:
D. Kalimat Aditif
Kalimat aditif adalah kalimat yang memberikan keterangan tambahan pada kalimat pernyataan, dapat
lengkap dapat pula tidak lengkap. Contoh:
E. Kalimat Responsif
Kalimat responsif adalah kalimat terikat yang berhubungan dengan pernyataan yang mendahuluinya, dapat
lengkap, dapat tidak lengkap. Kalimat ini biasanya juga disebut kalimat jawaban atau kalimat tambahan. Contoh:
Ya!
Tadi pagi!
Bagus!
HALAMAN 16
F. Kalimat Interjektif
Kalimat interjektif adalah kalimat seruan yang mengungkapkan perasaan, dapat lengkap, dapat tidak lengkap.
Seruan ada dua macam yaitu (1) yang terjadi dari klausa lengkap ditandai oleh partikel seperti: mudah-mudahan,
alangkah dan (2) yang seperti: aduh, wah, amboi. Contoh:
Berdasarkan pembentukan kalimat dari klausa inti dan perubahannya, kalimat dibedakan atas kalimat inti dan
kalimat bukan inti.
A. Kalimat Inti
Kalimat inti (sederhana) merupakan kalimat yang hanya terdiri dari inti subjek dan inti predikat. Kalimat
sederhana merupakan kalimat yang strukturnya menjadi dasar struktur kalimat suatu bahasa. Walaupun minimal
hanya ada dua unsur saja yaitu subjek dan predikat, kalimat inti tetap mempunyai makna. Beberapa unsur kalimat
yang diperbolehkan ada dalam kalimat inti adalah subjek, predikat, objek, dan pelengkap.
Subjek adalah pelaku verba (predikat). Subjek biasanya merupakan orang, atau nomina. Predikat adalah
verba atau kata kerja yang merupakan aktivitas subjek. Subjek dan predikat harus ada dalam suatu kalimat. Unsur
kalimat lain yang diperbolehkan ada dalam kalimat inti adalah objek. Objek merupakan kata benda yang berhubungan
dengan subjek dan predikat. Sementara itu, pelengkap adalah kata yang berfungsi menegaskan predikat. Oleh
karena itu, pelengkap terletak di belakang predikat. Predikat berbeda dengan objek. Objek dapat berperan sebagai
subjek, sedangkan pelengkap tidak dapat berperan sebagai subjek.
Kalimat itu ditandai oleh faktor kesesuaian bentuk makna, fungsi, kesederhanaan unsur, dan posisi atau
urutan unsur. Menurut kesesuain bentuk maknanya., kalimat sederhana memiliki bentuk yang utuh atau legkap.
Menurut fungsinya, kalimat sederhana adalah kalimat berita. Ditinjau dari segi kesederhanaannya, kalimat sederhana
memiliki unsur-unsur minimal. Berdasarkan urutan unsur-unsurnya, posisi gatra-gatra kalimat sederhana berurutan
menurut segi ketergantungan di antara sesamanya. Sifat ketergantungan ini ditentukan oleh struktur fungsionalnya:
SP, SPO, SPK, SPOK.
Syarat pertama struktur kalimat sederhana adalah bentuknya yang lengkap, dengan kata lain kalimat
sederhana termasuk kalimat lengkap. Kelengkapan bentuk kalimat sederhana merupakan kelengkapan minimal.
Artinya, bila unsur-unsur kalimat itu ditiadakan, maka kalimat itu bukan lagi kalimat sederhana. Contoh:
Dia duduk.
Dia berlari.
Dia menangis.
Dia membaca.
Irwan menangis.
HALAMAN 17
Contoh Kalimat Inti
Adik menangis
Kakak bermain
Ibu memasak
Kayla bernyanyi
Daun menguning
Subjek-Predikat-Objek (S-P-O)
Subjek-Predikat-Pelengkap (S-P-Pel)
Kalimat bukan inti adalah kalimat yang terbentuk dengan pengubahan pola kalimat inti melalui proses seperti:
pemasifan, pengingkaran, penanyaan, penambahan, pemerintahan, penginversian dan pelesapan.
Contoh:
Komik dibaca oleh Dini. (Transformasi pemasifan dari kalimat inti “Dini membaca komik.”)
Apakah Dini membaca komik? (Transformasi penanyaan dari kalimat inti “Dini membaca komik.”)
Berdasarkan jenis klausa pembentuknya, kalimat dibedakan atas: kalimat verbal dan kalimat nonverbal
A. Kalimat Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang konstituen dasarnya adalah
klausa verbal. Dapat berupa kalimat verbal transitif, intransitif, aktif, pasif. Contoh:
B. Kalimat Nonverbal
Kalimat nonverbal adalah kalimat yang dibentuk oleh klausa nonverbal sebagai konstituen dasarnya. Dapat
berupa kalimat nonverbal nominal, adjectival, numeralia dan sebagainya. Contoh:
HALAMAN 18
6. Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsinya sebagai Pembentuk Paragraf
Berdasarkan fungsi kalimat sebagai pembentuk paragraf, kalimat dibedakan atas kalimat bebas dan kalimat
terikat.
A. Kalimat Bebas
Kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau kalimat yang dapat memulai sebuah
paragraf wacana tanpa konteks lain dari penjelasan.
B. Kalimat Terikat
Kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap. Biasanya kalimat terikat ini menggunakan
salah satu tanda ketergantungan (keterkaitan) seperti penanda perangkaian, penunjukan, anaforis. Contoh dari
kalimat bebas dan kalimat terikat:
Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telurnyapun sangat sukar diperoleh
(2). Kalaupun bisa diperoleh, harganya melambung (3).
Kalimat (1) adalah kalimat bebas. Kalimat (2) dan (3) adalah kalimat terikat.
A. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah sebuah kalimat yang subjek (S) berperan sebagai pelaku yang secara aktif melakukan
suatu tindakan yang dikemukakan dalam predikat (P) kepada objek (O). Contoh:
1. Pada kalimat aktif, subjek melakukan suatu tindakan yang langsung mengenaiobjeknya.
2. Predikat kalimat aktif selalu diawali dengan imbuhan Me- atau Ber-.
3. Ada kalimat aktif yang memerlukan objek.
4. Ada kalimat aktif yang tidak memerlukan objek. Setelah mendapat predikat subjek ditambah
pelengkap atau keterangan.
5. Kalimat aktif memiliki pola S-P-O-K atau S-P-K.
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat aktif yang memerlukan sebuah objek yang mendapatkan tindakan dari
subjeknya. Contoh:
Pada kalimat di atas, “Ayah” yang merupakan subjek melakukan tindakan kepada “Afril” yang merupakan
objek.
Kalimat ini memerlukan objek, namun tidak memiliki pelengkap. Dengan kata lain, kalimat ini hanya memiliki
tiga unsur, yaitu subjek, predikat, dan objek.
HALAMAN 19
Contoh:
Kalimat ini objeknya tidak dimunculkan sebagai penerima perbuatan subjek. Namun biasanya kalimat ini
diikuti oleh pelengkap dan keterngan. Kalimat ini biasanya memiliki Pola S-P atau S-P-K. Contoh:
Kalimat ini memiliki satu predikat dan mengharuskan kehadiran objek dan pelengkap. Kalimat aktif dwitransitif
mempunyai empat unsur, yakni Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), dan Pelengkap (Pel). Jika salah satu dari ke
empat unsur ini tidak terpenuhi, kalimat menjadi rancu atau kehilangan makna. Contoh:
1. Subjek pada kalimat aktif berubah menjadi objek pada kalimat pasif.
3. Kalimat aktif tidak berobjek tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif.
B. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya mendapat/dikenai suatu tindakan yang berupa predikat oleh
objek. Contoh:
Contoh:
Pada umumnya kata kerja didahului dengan kata ganti orang ku- dan kau-.
HALAMAN 20
Kata “oleh” dalam kalimat pasif dapat dihilangkan dan tidak mengubah makna.
Contoh:
1. Subjek pada kalimat pasif diubah menjadi objek pada kalimat pasif.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Kalimat pasif yang hanya berlaku untuk orang ketiga. Kalimat ini dapat ditandai dengan menggunakan
beberapa kaidah, di antaranya apabila kalimat aktif yang semua verbanya berafiks meng- dan struktur fungsinya S
(subjek), P (predikat), dan O (objek) yaitu menggunakan tiga kaidah, yaitu
S P O
S P Pel.
S P O
S P Pel
S P Pel
Kalimat pasif yang menggunakan di- untuk kata ganti orang pertama dan kedua (aku, saya, dia, kita, ku-,
engkau, kau, kamu, beliau, Anda) maka berlaku kaidah:
S P O
S P
S P O
S P
S P O
S P
Kalimat pasif ter- merupakan kalimat pasif yang terbentik bukan dari kalimat aktif namun kalimat pasif ini
terbentuk dengan sendirinya atau sering disebut semula jadi. Kalimat pasif ini dapat diartikan dengan ketaksengajaan
atau keadversativan. Selain itu ter- juga menunjuk kekodratan.
S P K
S P K
HALAMAN 22
Kemarin rumah itu tergusur. (pasif)
K S P
S P K
Kalimat pasif ke-an sama dengan pembahasan sebelumnya yaitu kalimat pasif ter- yang merupakan pasif
yang semula jadi dan yang tidak terbentuk dari kalimat aktif. Pasif Ke-an dengan mendapatkan tambahan makna
adversatif, yang tidak menyenangkan akan membentuk kalimat pasif.
S P Pel
S P Pel
S P Pel
S P K
8. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur atau penulis secara tepat
sehingga maksud dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat. Dengan kata lain kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan
kata) yang tepat, tidak mengalami kontaminasi frasa, sesuai ketentuan EYD, baik pemakaian tanda baca dan
penulisan kata. Selain itu, menurut Marliana (2014) kalimat efektif juga memiliki enam syarat keefektifan, yaitu adanya
(A) kesatuan, (B) kepaduan, (C) kepararelan, (D) ketepatan, (E) kehematan, dan (F) kelogisan.
A. Kesatuan
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (subjek dan predikat) sebagai kalimat yang
jelas. Contoh:
K P
S P
B. Kepaduan
Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur
pembentuk kalimat adalah kata frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-P-O-Pel-Ket. Kepaduan juga menyangkut
pemakaian kata tugas yang tepat. Contoh:
Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak mempunyai subjek/
subjeknya tidak jelas). (salah)
Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi (subjeknya sudah jelas). (benar)
Kami telah membicarakan tentang hal itu. (salah)
Kami telah membicarakan hai itu. (benar)
HALAMAN 23
C. Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat tertentu.
Umpamanya dalam sebuah perincian, jika unsur pertama menggunakan verba (kata kerja) dan seterusnya juga harus
verba. Jika unsur pertamanya nomina (kata benda), bentuk berikutnya juga harus nomina. Contoh:
Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan desa, dan membuat
tali air. (salah)
Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, melebarkan jalan desa, dan
membuat tali air. (benar)
Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha? (salah)
Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha? (benar)
D. Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membangun suatu kalimat sehingga
terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Contoh:
Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sehingga petang. (salah)
Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sampai petang. (benar)
E. Kehematan
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata. Dengan kata lain tidak mengalami gejala
bahasa pleonasme. Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi. Contoh:
F. Kelogisan
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis atau masuk akal. Supaya efektif, kata-kata dalam
sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian.
Contoh:
Beberapa kesalahan yang terjadi dalam kalimat, diantaranya: (1) kalimat kontaminasi, (2) ketidakjelasan
unsur subjek dan predikat dalam kalimat, dan (3) gejala pleonasme dalam kalimat.
A. Kalimat Kontaminasi
Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya, namun kekacauan susunan
kata dalam kalimat itu sifatnya khas. Dikatakan khas karena adanya pembentukan satu kalimat yang kurang tepat dari
dua kalimat yang benar sehingga gagasan kalimatnya menjadi kabur atau tidak jelas. Contoh:
HALAMAN 24
Bagian pertama kalimat di atas melalui kursus ini; bagian keduanya diharapkan bermanfaat untuk…
Hubungan bagian pertama dan kedua tidak cocok. Kalau kita bertanya, ”Apa yang diharapkan bermanfaat untuk
meningkatkan keterampilan?” Jawabnya bukan “melalui kursus ini.” Jawaban yang tepat adalah “kursus ini”. Kalau
bagian pertama ingin dipertahankan seperti itu, maka bagian kedua harus diubah menjadi: diharapkan dapat
ditingkatkan keterampilan. Mari kita kembali pada kalimat pertama yang rancu itu kepada dua buah kalimat asalnya
yang benar. Perhatikan kalimat asal itu.
Pada sebagian kalimat yang tidak jelas unsur subjek dan tidak memiliki unsur predikat akan membuat
ketidakefektifan dan hanya memiliki unsur lain seperti objek, keterangan dan Pelengkap. Contoh:
Di antara beberapa negara Eropa Barat berupaya membuat heli antitank untuk menekan biaya
bersama. (tidak jelas unsur subjek)
Negara Eropa Barat berupaya membuat heli antitank untuk menekan biaya bersama. (jelas unsur
subjek)
Yang dimaksud dengan gejala pleonasme dalam kalimat adalah penggunaan unsur kata atau bahasa yang
berlebihan. Contoh:
Sejak terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing. (benar)
Dari terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing. (benar)
3.1 KESIMPULAN
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka pemakalah dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah
yang berjudul “Struktur Kalimat Dasar, Fungsi Sintaksis Unsur-unsur Kalimat, dan Jenis-jenis Kalimat” pemakalah
menyimpulkan bahwa pentingnya hal tersebut dalam penulisan laporan, jurnal, dan skripsi. Dengan menggunakan
struktur kalimat dan jenis kalimat yang tepat maka pembaca dapat lebih mudah memahami dan tidak akan mengalami
salah tafsir terhadap kata dasar yang telah diberi imbuhan dan isi dari tulisan tersebut dapat tersalurkan kepada
pembaca, sehingga tujuan penulis dapat tersampaikan ke pembaca.
3.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang
disempurnakan, serta mampu menggunakan dan membedakan struktur kalimat dasar, fungsi sintaksis unsur-unsur
kalimat dan juga jenis-jenis kalimat.
HALAMAN 25
DAFTAR PUSTAKA
https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=%2F128581%2Fmod_resource%2Fcontent
%2F2%2F10_7456_PSD%20211_112018_docx.docx Diakses pada 16 Oktober 2023
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-jakarta/bahasa-indonesia/kelompok-5-makalah-
sintaksis/51951939 Diakses pada 16 Oktober 2023
https://id.scribd.com/document/387752988/STRUKTUR-KALIMAT-DASAR-DAN-JENIS-JENIS-KALIMAT
Diakses pada 16 Oktober 2023
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/557956/mod_folder/content/0/presentasi%20Pertemuan
%203%20%28Fungsi%2Ckategori%2Cdan%20peran%20sintaksis.pdf Diakses pada 16 Oktober 2023
https://www.bola.com/ragam/read/5351715/pengertian-subjek-predikat-dan-objek-dalam-bahasa-indonesia?
page=4 Diakses pada 17 Oktober 2023
https://www.coursehero.com/file/47267341/Penggunaan-Struktur-Kalimat-Bahasa-Indonesiadocx/ Diakses
pada 17 Oktober 2023
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/13/150000469/pelengkap-dalam-kalimat--pengertian-unsur-dan-
contohnya Diakses pada 17 Oktober 2023
https://www.kompas.com/skola/read/2023/01/27/090000969/kata-keterangan--pengertian-dan-contohnya?
page=all Diakses pada 17 Oktober 2023
HALAMAN 26