Anda di halaman 1dari 27

STRUKTUR KALIMAT DASAR, FUNGSI

SINTAKSIS UNSUR-UNSUR KALIMAT,


DAN JENIS-JENIS KALIMAT

Di Susun Oleh:

1. M. Helmi Faiz (2321000052)

2. M. Zainul Azhari (2321000053)

3. Mecca Dwi Verina (2321000054)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah pemakalah dapat
menyelesaikan makalah ini, dan tak lupa pula kita lantunkan kata shalawat kepada nabiullah Muhammad SAW, Nabi
akhir zaman yang telah membawa umat manusia dari alam yang gelap gulita kealam yang terang benderang.

Adapun pemakalah menyusun makalah ini yang berjudul STRUKTUR KALIMAT DASAR, FUNGSI SINTAKSIS
UNSUR-UNSUR KALIMAT, DAN JENIS-JENIS KALIMAT, pemakalah menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia yang diselenggarakan oleh pihak perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Potensi
Utama.

Terima kasih atas segala bantuan yang diberikan oleh semua pihak yang turut ikut serta dalam proses
penyusunan makalah ini baik itu dalam segi materi maupun dalam segi-segi yang lain, terutama kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan gambaran dan memberikan masukan demi kelancaran dalam penyusunan
makalah ini, dan juga kepada teman-teman seangkatan yang telah membatu dan memberi masukan.

Harapan pemakalah dari makalah ini ialah makalah ini dapat dipergunkan dan difungsikan sebagaimana
mestinya, agar dapat memperluas gagasan dan wawasan para pembaca makalah ini.

Akhir kata mohon maaf atas segala kekurangan karena sebaik-baik manusia tiada manusia yang sempurna,
oleh karena itu pemakalah mengharapkan saran ataupun kritik yang membangun agar tercapainya kesempurnaan
dalam penulisan makalah ini.

Medan, 16 Oktober 2023

Penyusun

HALAMAN 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................................2
BAB I - PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................................3
1.3 TUJUAN..........................................................................................................................................................3
BAB II - PEMBAHASAN........................................................................................................................................3
2.1 STRUKTUR KALIMAT DASAR..............................................................................................................3
2.2 FUNGSI SINTAKSIS UNSUR-UNSUR KALIMAT...........................................................................8
2.3 JENIS-JENIS KALIMAT..........................................................................................................................13
BAB III - PENUTUP..............................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................................26

HALAMAN 2
BAB I - PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Bahasa indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja,
tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang
disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada
ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan,
karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato, ceramah, dll.

Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini di sebabkan antara lain karena dengan
perantaraan kalimatlah seorang guru atau dosen dapat menyampaikan maksud secara lengkap dan jelas. Satuan
bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (mis. tidak) dan frasa atau
kelompok kata (mis. Tidak tahu) Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas,
Kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan dalam kalimat minor atau merupakan jawaban suatu pernyataan.
Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.

Kalimat dalam bahasa Indonesia memiliki struktur yang berbeda-beda sesuai dengan jenis kalimatnya.
Kalimat merupakan kumpulan kata dalam wujud lisan atau tulisan yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran atau
pendapat kepada orang lain. Suatu kalimat bisa terdiri dari beberapa unsur seperti subyek, obyek, predikat dan
keterangan. Keberadaan unsur-unsur ini dalam sebuah kalimat inilah yang menyebabkan perbedaan struktur tiap
kalimat untuk dapat disebut sebagai kalimat sempurna, dalam sebuah kalimat harus memiliki subyek dan predikat.

Dalam bahasa Indonesia juga terdapat banyak jenis – jenis kalimat serta yang membedakanya seperti,
berdasarkan struktur gramikal, menurut bentuk rektorikanya, menurut fungsinya, dan kalimat langsung dan tidak
langsung

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu struktur kalimat dasar?

2. Apa fungsi sintaksis unsur-unsur kalimat?

3. Apa saja jenis-jenis kalimat dalam bahasa Indonesia?

1.3 TUJUAN

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui cara menggunakan kalimat dalam
berbahasan Indonesia yang efektif dengan memperhatikan struktur kalimat dasar, fungsi-fungsi tiap-tiap unsur
kalimat, dan jenis kalimat apa yang efektif untuk dituturkan.

BAB II - PEMBAHASAN

2.1 STRUKTUR KALIMAT DASAR

Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya lengkap,
susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran.
Dengan kata lain, kalimat dasar di sini identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya
paling lazim.

Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam enam tipe.
HALAMAN 3
1. Kalimat Dasar Berpola S – P

Kalimat ini mengandung satu subjek dan satu predikat. Contohnya: Saya (S) Dosen (P).

2. Kalimat Dasar Berpola S – P – O

Kalimat ini mengandug satu subjek, satu predikat, dan diikuti dengan satu objek. Contohnya; Rani (S)
mendapat (P) uang (O).

3. Kalimat Dasar Berpola S – P – Pelengkap

Kalimat ini mengandung satu subjek, dan satu predikat serta pelengkap. Contohnya: Pancasila (S) adalah (P)
dasar negara kita (Pelengkap).

4. Kalimat Dasar Berpola S – P – K

Kalimat ini mengandung satu subjek, satu predikat, dan keterangan sebagai penjelasnya. Contohnya:
Kecelakaan (S) terjadi (P) tadi pagi (K).

5. Kalimat Dasar Berpola S – P – O – Pelengkap

Kalimat ini mengandug satu subjek, satu predikat, satu objek, dan diikuti pelengkap. Contohnya: Dia (S)
mengirimi (P) kami (O) uang (Pelengkap).

6. Kalimat Dasar Berpola S – P – O – K

Kalimat ini mengandug satu subjek, satu predikat, satu objek, dan keterangan. Contohnya: Suster (S)
merawat (P) nenek (O) di rumah (K).

Pada struktur kalimat dasar, di antara kalimat dan kata, biasanya ada satuan-antara yang berupa kelompok
kata. Kelompok kata yang menjadi salah satu unsur pembentuk kalimat ini dikenal dengan sebutan frasa. Secara
sederhana, frasa adalah suatu kesatuan yang berupa gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau
tidak memiliki predikat dan memiliki satu makna gramatikal atau makna yang dapat berubah-ubah sesuai dengan
konteks.

Ciri-Ciri Frasa:

 Terdiri dari dua kata atau lebih.


 Memiliki satu makna gramatikal.
 Frasa tidak memiliki predikat atau bersifat nonpredikatif.
 Menduduki atau memiliki suatu fungsi gramatikal pada kalimat.

Terdapat beberapa jenis-jenis frasa yang dibagi berdasarkan persamaan distribusi dan unsurnya, kedudukan,
serta makna yang terkandung dalamnya, dan kategori kata yang menjadi unsur utamanya. Pembagian kategori frasa,
antara lain:

A. Frasa Menurut Persamaan Distribusi dengan Unsurnya

Terdapat beberapa jenis frasa yang masuk dalam kategori persamaan distribusi dengan unsurnya, yaitu:

1. Frasa Endosentrik

Jenis frasa endosentrik merupakan frasa yang memiliki kedudukan sejajar dan pada fungsi tertentu dapat diganti oleh
unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan fungsi tertentu dalam frasa tersebut dikenal sebagai unsur pusat.

“Sejumlah karyawan di kantor.” Kalimat ‘sejumlah karyawan di kantor’ tidak dapat menjadi ‘sejumlah di kantor’
karena kata ‘karyawan’ menjadi unsur pusatnya.

“Dua pelajar di kelas.” Kalimat ‘dua pelajar di kelas’ tidak dapat menjadi ‘dua di kelas’ karena kata ‘pelajar’
menjadi unsur pusat pada kalimat frasa tersebut.

Terdiri dari 2 kata atau lebih, dan memiliki unsur diterangkan (D) dan menerangkan (M). Frasa endosentrik
dibagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Frasa Endosentrik Koordinatif

Frasa yang menggunakan kata penghubung “dan” / ”atau”, di mana semua unsurnya adalah unsur pusat.
Contoh: Pembangunan dan pembaharuan.
HALAMAN 4
b. Frasa Endosentrik Atributif

Frasa yang memiliki unsur pusat dan juga unsur atribut. Unsur atribut adalah unsur yang menerangkan unsur
pusat. Contoh: Buku baru, pembangunan lima tahun.

c. Frasa Endosentrik Apositif

Frasa yang semua unsurnya merupakan unsur pusat, dan menunjuk atau mengarah pada hal yang sama.
Contoh: Guru Bahasa Indonesia, Bapak Jimin.

2. Frasa Eksosentrik

Frasa eksosentrik merupakan frasa yang tidak memiliki persamaan kedudukan dengan unsur yang
terkandung di dalamnya. Jenis frasa ini berbeda dengan endosentrik, karena tidak mempunyai unsur pusat di
dalamnya.

Terdiri dari 2 kata atau lebih, dan hanya memiliki unsur menerangkan (M), yang biasanya memiliki preposisi,
dan konjungsi yang ditambahkan ke kata benda. Contoh frasa eksosentrik:

 Kami bertemu di sekolah.


 Ifan dan Syifa ke taman.
 Bunda baru pulang dari Bandung.
 Arie mengirimkan cokelat kepada kekasihnya.
 Mereka bertemu di bioskop.

B. Frasa Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusat

Terdapat beberapa jenis frasa yang masuk dalam kategori kata yang menjadi unsur pusat, yaitu:

1. Frasa Preposisional (Frasa Depan)

Frasa preposisi merupakan frasa ditandai dengan adanya preposisi atau kata depan yang berguna sebagai
penunjuk. Frasa ini juga diikuti dengan sebuah atau beberapa kata yang bukan termasuk klausa dan berdiri sebagai
pertanda. Contohnya di bawah ini:

 Dari sekolah.
 Dari arah timur.
 Di depan kamar.
 Di beranda rumah.
 Ke jalan.
 Ke arah yang sama.
 Menuju supermarket.
 Untuk anda.
 Untuk semua orang yang mengikuti acara.

2. Frasa Nominal

Frasa nominal merupakan frasa yang memiliki unsur pusat, berbentuk kata nomina dan dibedakan menjadi
beberapa jenis, contohnya yaitu:

2.1. Nomina Sebenarnya

Frasa di bawah ini dicetak tebal merupakan contoh frasa nomina sebenarnya:

 Mobil itu berwarna hijau.


 Supermarket itu milik keluarga Hamzah.
 Kelengkeng ini manis sekali.
 Ban sepedanya kempis.
 Kemeja itu berwarna putih.

HALAMAN 5
2.2. Pronominal

Contoh frasa di bawah ini yang dicetak tebal merupakan frasa pronominal:

 Dia itu seorang dokter.


 Kami ini perwakilan kelas.
 Mereka itu bersaudara.
 Kita itu selalu bergembira.

2.3. Nomina Nama

Contoh frasa di bawah ini yang dicetak tebal merupakan frasa nomina nama:

 Dimitri itu saudara kandung saya.


 Ibu Andin seorang guru.
 Mayesha itu memang terkenal baik dan pintar.
 Ardan itu anak dari Pak Sugeng.
 Andara itu kakak saya.

3. Frasa Verbal (Frasa Kerja)

Frasa verbal merupakan frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata verba dan ditandai oleh adanya afiks
verba. Dalam frasa verbal dapat ditambahkan imbuhan kata.

Frasa verbal atau frasa kerja dapat ditambahkan “sedang” untuk kata kerja aktif dan kata “sudah” untuk
menyatakan keadaan. Contohnya, sedang sakit, akan tiba, baru datang, tidak tidur, sudah selesai dan lain-lain.

Contoh frasa verbal dapat kita pahami, di bawah ini:

 Belajar berenang.
 Pergi bekerja.
 Membantu ibunda.
 Menjenguk sahabat.
 Membawa tas belanja.
 Berlari mengelilingi GBK.
 Sedang mengepel.
 Berlari cepat.

4. Frasa Adjektiva (Frasa Sifat)

Frasa adjektiva merupakan jenis frasa yang terdapat unsur pusat, berupa kata adjektiva. Unsur pada frasa ini
dapat diberikan imbuhan ‘ter’ sebagai pengganti kata paling. Frasa adjektiva umumnya menduduki fungsi menjadi
predikat dalam sebuah kalimat. Contoh frasa adjektiva dapat dipahami, di bawah ini:

 Rumahnya terbesar.
 Kamu itu seenaknya sendiri.
 Dia memang yang terbaik.
 Jembatan terpanjang.
 Setrika itu sangat panas.
 Lapangan itu sangat lebar.

5. Frasa Numeralia (Frasa Bilangan)

Frasa numeralia merupakan jenis frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata numeralia. Numeralia adalah
kata yang menyatukan sebuah bilangan atau jumlah tertentu.

Pada frasa numeralia dapat diberikan kata bantu bilangan. Contohnya seperti satu ekor, lima ikat, dua jenis,
dan sebagainya. Contoh frasa numeralia dapat kita pahami, di bawah ini:

 Tiga puluh lima.


 Empat ratus ribu.
 Dua ratus rupiah.
 Sepuluh ekor.
 Dua puluh delapan tandan.
HALAMAN 6
 Dua ratus juta dolar.
 Delapan puluh ringgit.
 Tiga belas tangkai.

6. Frasa Konjungsi (Frasa Adverbial)

Frasa konjungsi ditandai dengan adanya kata konjungsi atau yang biasanya disebut dengan kata
penghubung. Frasa ini juga sering disebut sebagai frasa adverbial atau frasa keterangan. Berikut ini beberapa contoh
frasa konjungsi:

 Ketika berjalan.
 Terus bergerak.
 Terus berjalan.
 Kemarin pagi.
 Akhir pekan.
 Tengah malam.
 Besok pagi.
 Tadi malam.
 Masa silam.

C. Frasa Berdasarkan Kedudukan

Terdapat beberapa jenis frasa yang masuk dikategorikan berdasarkan kedudukan, yaitu:

1. Frasa Setara

Frasa setara merupakan jenis frasa yang dikategorikan berdasarkan kedudukannya. Jenis frasa ini memiliki
keterkaitan antara unsur yang setara. Di bawah ini beberapa contoh frasa setara:

 Hitam putih
 Tua muda
 Asal usul
 Depan belakang
 Keluar masuk
 Suami istri
 Muda mudi
 Pulang pergi
 Maju mundur

2. Frasa Bertingkat

Frasa bertingkat merupakan frasa yang memiliki hubungan yang berkebalikan dari frasa setara, frasa ini
memiliki kedudukan yang tidak setara. Pada frasa ini, terdapat satu bagian yang menempati posisi sebagai inti. Jika
salah satu bagian dari frasa ini dihilangkan, maka maknanya akan berubah. Contohnya di bawah ini:

 Cara baru
 Sedang pergi
 Musim panen
 Tanah air
 Dari rumah
 Mengayuh sepeda
 Bangku kayu
 Pisau tajam
 Uang tunai

D. Frasa Berdasarkan Makna yang Terkandung

Berdasarkan makna yang terkandung, terdapat tiga jenis, yaitu:

HALAMAN 7
1. Frasa Biasa

Frasa biasa merupakan jenis frasa yang memiliki makna yang sebenarnya. Contohnya: Suga beli sayur
kangkung.

2. Frasa Ambigu

Frasa ambigu merupakan jenis frasa yang memiliki makna ganda atau makna lain, tergantung
penggunaannya dalam kalimat. Contohnya: Panjang Tangan, kambing hitam.

3. Frasa Idiomatik

Berkebalikan dengan frasa biasa, frasa idiomatik merupakan jenis frasa yang memiliki makna yang bukan
sebenarnya atau makna lain. Contohnya: Lisa kembali ke kampung halamannya, Jin menjadi buah bibir di kelasnya.

2.2 FUNGSI SINTAKSIS UNSUR-UNSUR KALIMAT

Fungsi sintaksis merupakan struktur pada sintaksis yang diisi kategori tertentu (Verhaar, 1983). Terdapat lima
fungsi sintaktis yang digunakan untuk membangun sebuah kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap dan
keterangan. Suatu pernyataan merupakan suatu kalimat jika di dalam pernyataan tersebut sekurang-kurangnya
terdapat subjek dan predikat, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak.
Pada dasarnya fungsi sintaksis yang terdiri atas unsur yang telah disebutkan sebelumnya merupakan kotak
kosong yang tidak memiliki arti. Selanjutnya fungsi-fungsi tersebut akan memiliki arti jika dikaitkan dan dihubungkan
sehingga memiliki kategori dan peran tertentu. Hubungan antara fungsi sintaksis dapat dilihat secara rinci di bawah
ini.

1. Subjek

Subjek (S) merupakan satu di antara fungsi dalam kalimat yang merupakan bagian klausa yang menjadi
pokok kalimat. Subjek dapat berupa kata benda (nomina), kelompok kata benda (frasa nominal), atau klausa. Contoh:

Juanda memelihara binatang langka. siapa yang memelihara?

Jawabannya: Juanda. (maka Juanda adalah SUBJEK, memelihara adalah PREDIKAT, dan binatang langka adalah
OBJEK).

2. Predikat

Predikat (P) merupakan satu di antara fungsi di dalam kalimat yang merupakan bagian klausa yang menjadi
unsur utama di dalam kalimat. Kalimat yang tak berpredikat menyebabkan suatu tuturan belum dapat
mengungkapkan informasi yang utuh.

Predikat dalam bahasa Indonesia dapat berupa kata kerja (verba) atau kelompok kata kerja (frasa verbal),
kata sifat (adjektiva) atau kelompok kata sifat (frasa adjektival), atau kata benda (nomina) atau kelompok kata benda
(frasa nominal).

Letak predikat lazimnya berada di sebelah kanan subjek. Ciri predikat yang lain adalah dapat diingkarkan
atau dapat dinegasikan.

Jika berupa kata kerja atau kata sifat, predikat dapat diingkarkan dengan menggunakan kata tidak.
Sementara, jika berupa kata benda, predikat dapat diingkarkan dengan menggunakan kata bukan.

Ciri-ciri predikat:

 Jawaban atas pertanyaan ‘Mengapa’ atau ‘Bagaimana’.


 Dapat berupa kata ‘Adalah’ atau ‘Ialah’.
 Dapat diingkarkan yang diwujudkan oleh kata ‘Tidak’.
 Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas seperti ‘telah’, ‘sudah’, ‘sedang’, ‘belum’, ‘akan’, ‘ingin’,
‘hendak’, ‘mau’, dll.

HALAMAN 8
3. Objek

Objek (O) merupakan satu di antara fungsi di dalam kalimat yang kehadirannya bergantung pada jenis
predikatnya. Objek biasanya berupa nomina, frasa nominal, atau klausa yang selalu muncul di sebelah kanan predikat
yang berupa kata kerja transitif (verba transitif).

Objek menjadi satu di antara fungsi yang kehadirannya bersifat wajib. Maksudnya adalah bahwa kalimat yang
predikatnya berupa verba transitif harus selalu diikuti oleh objek sebab tanpa kehadiran objek, kalimat tersebut
menjadi tidak gramatikal.

Jika predikat bukan berupa verba transitif, objek tidak hadir (tidak muncul) di dalam kalimat tersebut.
Kemudian objek hanya terdapat dalam kalimat aktif transitif, sedangkan pada kalimat aktif intransitif tidak memerlukan
objek.

Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada
kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.

Ciri-ciri objek ini sebagai berikut:

 Langsung di belakang predikat.


 Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
 Tidak didahului preposisi.
 Didahului kata ‘bahwa’.

4. Pelengkap

Dalam buku Keterampilan Menulis: Pengantar Pencapaian Kemampuan Epistemik (2017), kata pelengkap
adalah salah satu unsur dalam pola kalimat yang berfungsi melengkapi suatu kalimat. Selain itu, pelengkap bisa juga
menambah informasi dan memperjelas objek dalam suatu kalimat. Biasanya, pelengkap ditambahkan untuk
melengkapi predikat verba (kata kerja).

Ciri-ciri pelengkap ini sebagai berikut:

 Pelengkap bersifat wajib dan harus diikuti dengan predikat verba, kadang pelengkap ditaruh di belakang
objek.
 Pelengkap tidak akan berganti posisi menjadi objek atau subjek, tetap akan menjadi pelengkap.
 Fungsi pelengkap dalam kalimat harus dituntut oleh verba dwitransitif (verba yang diikuti oleh objek dan
pelengkap) sebagai pengisi predikat.
 Pelengkap bisa berupa nomina, adjektiva, verba, numeral, frasa, dan klausa.
 Pelengkap selalu diikuti dengan imbuhan ber-, ke-an
 Dalam kalimat, pelengkap tidak bisa diganti dengan promina-nya.

Kalimat yang menggunakan pelengkap memiliki banyak variasi dan dibagi berdasarkan bagaimana
peletakannya dalam suatu kalimat. Misalkan:

 Contoh kalimat menggunakan kata pelengkap setelah objek:


1. Gina menyanyi lagu Tanah Airku
2. Ayah membelikan Tina boneka.
3. Rina membawakan Lina makanan.
 Contoh kalimat menggunakan kata pelengkap setelah predikat:
1. Kiki adalah anak pertama.
2. Buku merupakan jendela dunia.
3. Ayah adalah seorang karyawan.
 Contoh kalimat menggunakan imbuhan ber-, ke-an, dan di- sebelum kata pelengkap:
1. Es teh manis diminum oleh Ayah (pelengkap).
2. Kiki bertanya tentang soal matematika (pelengkap).
3. Pensil diambil oleh Kiki (pelengkap).

Hampir semua jenis kalimat menggunakan pelengkap untuk memperjelas maksud dari kalimat
tersebut. Namun, pelengkap bisa jadi hanya melengkapi suatu kalimat saja.

HALAMAN 9
5. Keterangan

Dikutip dari buku EYD dan Seputar Bahasa Indonesia (2008) karya Ermawati Waridah, kata keterangan
adalah kata yang memberi keterangan dalam sebuah kalimat. Kata keterangan adalah kata yang menerangkan atau
memberi keterangan untuk kata lainnya, seperti kata benda dan kerja.

Ciri-ciri kata kata keterangan adalah sebagai berikut:

 Memberikan keterangan terhadap jenis kata lain, seperti kata bilangan, kata sifat, dan kata kerja.
 Tidak dapat digunakan untuk menerangkan kata benda atau kata ganti benda.
 Biasanya terletak di awal atau di akhir kalimat.
 Bisa digunakan di semua jenis kalimat.

A. Keterangan Waktu

Kata keterangan waktu menjelaskan tentang waktu dari berlangsungnya sebuah kejadian atau peristiwa.

Contoh kata keterangan waktu antara lain: sekarang, besok, lusa, hari ini, dan kemarin sore.

Sementara itu, berikut adalah beberapa contohnya dalam kalimat:

 Ibu datang ke rumah Nisa kemarin malam.


 Besok sore ada rapat bersama anggota OSIS.
 Rulfhi harus pergi ke rumah pamannya sekarang.
 Besok lusa, Hendi akan pergi kencan.

B. Keterangan Tempat

Kata adverbia tempat menerangkan tempat terjadinya suatu peristiwa atau kejadian. Berikut contoh kata
adverbia tempat: Di …, Ke …, Dari ….

Untuk pengaplikasiannya pada kalimat, berikut adalah beberapa contohnya.

 Hanifah menemukan baju Samala di lemarinya.


 Iqbal memancing ikan di kolam dekat rumah.
 Heru baru saja pulang dari Kota Balikpapan.

C. Keterangan Alat

Kata keterangan alat menjelaskan alat yang digunakan dalam sebuah kegiatan. Adapun contoh kata adverbia
alat adalah: dengan, menggunakan, atau dengan menggunakan.

Berikut beberapa contoh penerapan kata keterangan alat pada kalimat.

 Alya berangkat ke kantor menggunakan sepeda motor.


 Bobby memotong ayam dengan pisau.
 Septian mencuci pakaian dengan mesin cuci.

D. Keterangan Perbandingan

Kata keterangan perbandingan menerangkan sebuah pertentangan atau pengecualian suatu kegiatan atau
sifat tertentu. Contoh kata adverbia ini antara lain: kecuali, selain, dan tetapi.

Adapun, inilah beberapa contohnya dalam kalimat:

 Elmi tidak boleh bermain video game kecuali sudah mengerjakan pekerjaan rumah.
 Gadis ingin menonton live streaming boyband tetapi ia harus bekerja.
 Tiara memejamkan matanya tetapi belum tidur.

E. Keterangan Tujuan

Kata keterangan tujuan menjelaskan tujuan sebuah aktivitas atau sifat tertentu. Contoh kata adverbia tujuan
adalah: supaya, untuk, dan agar.
HALAMAN 10
Berikut beberapa contohnya dalam kalimat.

 Nita harus belajar lebih giat agar bisa naik kelas.


 Hendi mencukur kumisnya agar terlihat rapi.
 Narkam bekerja keras untuk membayar biaya kuliahnya.
 Supaya terlihat rapi, Dikdik mencukur rambutnya.

F. Keterangan Kesertaan

Kata keterangan kesertaan menerangkan kesertaan atau keterikatan suatu aktivitas atau sifat. Contoh kata
keterangan kesertaan antara lain: dengan, dan bersama.

Beberapa contoh kalimat yang menggunakan kalimat keterangan kesertaan berikut ini.

 Ilham bersepeda bersama teman-temannya mengelilingi Kota Bandung.


 Elmi menjalankan bisnis makanan beku bersama rekan kerjanya.
 Insan pergi bermain futsal dengan Iqbal dan Elmi.
 Tri pergi berobat dengan ayah.

G. Keterangan Cara

Kata keterangan cara digunakan untuk menerangkan suatu kegiatan atau peristiwa. Jenis kata ini kerap
dibubuhkan pada kata kerja. Adapun, contoh kata adverbia cara adalah: dengan, secara, dan dengan cara.

Berikut beberapa contoh kata adverbia dalam kalimat.

 Tiara mempresentasikan hasil karyanya dengan sempurna.


 Masalah sengketa rumah diselesaikan secara hukum.
 Yuhan menyampaikan pidatonya dengan lantang.

H. Keterangan Syarat

Kata keterangan syarat dipakai untuk menjelaskan keterangan bersyarat pada suatu aktivitas atau sifat.
Adapun, contoh katanya adalah sebagai berikut: Jika, dan asalkan.

Inilah beberapa contohnya dalam kalimat.

 Rafy tidak akan terlambat sekolah jika ia bangun lebih pagi.


 Ayah akan membelikan PlayStation 4 jika Wildhan naik kelas.
 Saddam menerbitkan buku jika karya itu dianggap layak.
 Asalkan pekerjaanmu selesai tepat waktu, Rizky diperkenankan untuk bermain video game.

I. Keterangan Sebab

Kata keterangan sebab menerangkan sebab suatu kegiatan atau sifat tertentu. Contoh katanya adalah
karena.

Dalam pengaplikasiannya, inilah beberapa contohnya.

 Shafira terlambat ke kantor karena jalanan macet.


 Motor itu kecelakaan karena remnya blong.
 Berat badan Rizky naik karena sering makan camilan.

J. Keterangan Akibat

Kata keterangan akibat menjelaskan akibat dari suatu peristiwa atau kegiatan tertentu. Berikut adalah contoh
katanya: Akibat, sehingga, dan menjadi.

Sementara, dalam kalimat, inilah beberapa contohnya.

 Akibat tidak pernah belajar, Dias tidak naik kelas.


 Gigi Prasasti terasa linu setelah mengonsumsi permen berlebihan.
 Alya tidak hati-hati dalam mengendarai sepeda motor sehingga dia mengalami kecelakaan.
 Karena ulah Yuhan, pulpen Acep menjadi rusak.

K. Keterangan Derajat
HALAMAN 11
Kata keterangan derajat menunjukkan keterangan kuantitas pada kalimat yang disertainya. Contoh katanya
antara lain adalah sebagai berikut: Sebesar, sebanyak-banyaknya, dan dua kali sehari.

Berikut beberapa contoh penerapannya dalam kalimat.

 Tiara berbelanja sebanyak-banyaknya untuk persiapan tahun baru.


 Zaky makan dua kali sehari dalam program dietnya.
 Fazrul membayar uang iuran sebesar Rp50 ribu setiap bulan.

L. Keterangan Kepastian

Kata keterangan ini menunjukkan kepastian pada sebuah peristiwa yang atau akan terjadi. Contoh katanya
adalah mungkin.

Sementara itu, berikut adalah contoh pengaplikasiannya pada kalimat.

 Indra tidak masuk sekolah. Mungkin dia sakit.


 Fatah tidak datang dalam acara anaknya. Mungkin dia sedang sibuk bekerja.

M. Keterangan Aspek

Kata keterangan aspek mengungkapkan keberlangsungan kegiatan atau peristiwa. Jenis kata ini terbagi ke
dalam tiga jenis, yakni aspek duratif, inkoatif, dan perfektif.

Aspek Duratif

Kata keterangan aspek duratif adalah jenis kata yang menyatakan kegiatan sedang berlangsung. Untuk itu,
contoh jenis kata ini adalah sedang.

Inilah contoh kalimatnya.

 Rizka sedang mandi saat telepon berdering.


 Insan sedang tidur di dekat sofa.
 Saat Alya datang, Gadis sedang pergi ke pasar.
 Martha sedang merias diri ketika pacarnya datang menjemput.

Aspek Inkoatif

Kata keterangan aspek inkoatif menjelaskan kegiatan akan berlangsung. Contoh katanya adalah mulai.

Berikut pengaplikasiannya pada kalimat.

 Acara ulang tahun akan segera dimulai dalam 15 menit lagi.


 Konser tunggal Ari Lasso dimulai ketika penontonnya sudah padat.
 Ilham dan Hendi segera berteduh di warung makan itu saat hujan mulai turun.

Aspek Perfektif

Kata keterangan aspek perfektif adalah jenis kata yang menunjukkan kegiatan sudah selesai dilaksanakan.
Contoh jenis kata keterangan ini adalah sudah.

Adapun, berikut adalah contohnya dalam kalimat.

 Hanifah sudah selesai mengerjakan soal matematika.


 Shafira sudah selesai membaca semua komik Detective Conan.
 Ilham sudah selesai memakan menu Mie Gacoan yang ia pesan.

N. Keterangan Pelaku

Kata keterangan pelaku adalah jenis kata yang menyatakan informasi orang yang terlibat dalam kegiatan atau
peristiwa. Contoh katanya antara lain sebagai berikut: Dari, dan oleh

Adapun, inilah beberapa contoh kalimatnya.

 Jaka mendapatkan baju baru dari pamannya.


 Lukisan populer itu dibuat oleh pelukis terkenal di masanya.

HALAMAN 12
2.3 JENIS-JENIS KALIMAT

1. Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa

Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan atas kalimat tunggal, dan kalimat majemuk.

A. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas. Kalima ttunggal sering disebut kalimat
sederhana, kalimat simpleks dan kalimat ekaklausa. Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu inti
kalimat atau satu klausa. Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek
dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat
dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:

 KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)

Contoh: Hendro bernyanyi.

S P

 KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)

Contoh: Silvera cantik.

S P

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kalimat tunggal antara lain,

1. Unsur – Unsur Kalimat Tunggal

Inti suatu kalimat tunggal minimal terdiri atas subjek dan predikat.

2. Jenis – jenis Kalimat Tunggal

a. Kalimat Nominal

Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.

b. Kalimat Verbal

Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.

3. Perluasan Kalimat Tunggal

Unsur – unsur kalimat tunggal dapat diperluas. Perluasan kalimat tunggal dapat dilakukan dengan cara
berikut.

a. Menambahkan unsur baru di samping unsur yang telah ada, yakni keterangan.

b. Memperluas unsur-unsur yang telah ada.

Contoh kalimat tunggal:

 Nenekku masih cantik.


 Burung-burung itu bernyanyi sepanjang hari.
 Bacalah keras-keras.
 Siapa nama dosen linguistik yang pintar itu?

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu pola kalimat, yaitu terdiri dari subjek, satu predikat, dan
bisa dilengkapi dengan objek dan keterangan. Contoh:

 Joice berlari.
 Vonny makan bakso.
 Andri membeli baju di Tanah Abang.

HALAMAN 13
Perluasan kalimat tunggal dapat dilakukan di antara keterangan tempat, keterangan waktu, keerangan alat,
keterangan cara, dan sebagainya.

Perhatikan contoh berikut:

 Febrian bermain sepak bola di lapangan.


 Pak Albert mengunjungi kami kemarin.
 Ibu Lina menjahit pakaian dengan rapi

B. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri atas induk
kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat adalah dengan melihat letak konjungsi.
Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.

Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda sehingga jenis kalimat tersebut dapat
diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat mejemuk antara lain,

Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan, baik kordinasi maupun
subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas empat jenis, yaitu

1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)

Kalimat ini terbentuk dari kalimat tunggal yang digabungkan dan masing-masing kalimat masih dapat berdiri
sendiri sehingga pola kalimatnya tetap sederajat. Contoh: Kami mencari bahan dan mereka meramunya.

Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya
sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri atas lima
macam:

a. Penggabungan dengan konjungsi ‘dan’.

b. Penguatan/penegasan dengan konjungsi ‘bahkan’.

c. Pemilihan dengan konjungsi ‘atau’.

d. Berlawanan dengan konjungsi ‘sedangkan’.

e. Urutan waktu dengan konjungsi ‘kemudian’, ‘lalu’, ‘lantas’, dsb.

Contoh:

 Launa pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1)


 Setiawan berangkat ke bengkel. (kalimat tunggal 2)

Launa pergi ke pasar, sedangkan Setiawan berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk).

2. Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)

Kalimat majemuk bertingkat terdiri atas satu suku kalimat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas.
Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting
(inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut
dengan klausa sematan (anak kalimat).

Contoh: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan
data-data komputer itu.

Kalimat majemuk adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda.
Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat
perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.

Berdasarkan kata penghubungnnya (konjungsi), kalimat mejemuk bertingkat terdiri atas sepuluh macam:

a. Syarat dengan konjungsi ‘jika’,’kalau’, ‘manakala’, ‘andaikata’,’asal(kan)’.

b. Tujuan dengan konjungsi ‘agar’, ‘supaya’, ‘biar’.

c. Perlawanan (konsesif) dengan konjungsi ‘walaupun’, ‘biarpun’, ‘kedati(pun)’.


HALAMAN 14
d. Penyebaban dengan konjungsi ‘sebab’, ‘karena’, ‘oleh karena’.

e. Pengakibatan dengan konjungsi ‘maka’, ‘sehingga’.

f. Cara dengan konjungsi ‘dengan’, ‘tanpa’.

g. Alat dengan konjungsi ‘dengan’, ‘tanpa’.

h. Perbandingan dengan konjungsi ‘seperti’, ‘bagaikan’.

i. Penjelasan dengan konjungsi ‘bahwa’.

j. Kenyataan dengan konjungsi ‘padahal’.

Contoh:

 Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)


 Ketika matahari berada di ufuk timur. (Anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu).

Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)

Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)

3. Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan adalah gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat, atau
objeknya sama, bagian yang sama hanya disebutkan sekali.

Contoh:

 Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)


 Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
 Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)

· Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)

4. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk
bertingkat. Sekurang-kurangnnya terdiri dari tiga kalimat. Contoh:

 Jojo bermain dengan Anthony. (kalimat tunggal 1)


 Kevin membaca buku di kamar kemarin (kalimat tunggal 2)

Ketika aku datang ke rumahnya (anak kalimat sebagai penggati waktu), Jojo bermain dengan Anthony, dan
Kevin membaca buku di kamar. (kalimat majemuk campuran)

Jojo bermain dengan Anthony, dan Kevin membaca buku di kamar (kalimat majemuk campuran) ketika aku
datang ke rumahnya (anak kalimat sebagai penggati waktu).

2. Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Struktur Klausa

Berdasarkan struktur klausanya, kalimat dibedakan atas kalimat lengkap dank alimat tak lengkap. Kedua jenis
kalimat ini dijelaskan sebagai berikut.

A. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap. Terdiri atas unsur subjek dan predikat. Kalimat
yang lengkap memiliki klausa lengkap, yaitu sekurang-kurangnya unsur subjek dan predikat, disebut juga kalimat
mayor. Contoh:

 Negara Indonesia berdasarkan Pancasila.


S P
 Kakeknya petani kaya di kampung itu.
S P K

HALAMAN 15
B. Kalimat Tidak Lengkap

Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang terdiri atas klausa yang tidak lengkap. Terdiri dari hanya subjek,
hanya predikat atau objek. Kalimat ini disebut juga kalimat minor. Contoh:

 Astaga!
 Dari toko!
 Andik!
 Selamat malam!
 Silakan duduk!

3. Jenis Kalimat Berdasarkan Amanat yang Dikandungnya

Berdasarkan amanat yang dikandungnya, kalimat dibedakan atas, kalimat deklaratif, kalimat introgatif, kalimat
imperative, kalimat aditif, kalimat responsif, dan kalimat interjektif.

A. Kalimat Deklaratif

Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif yang dalam ragam tulisan diberi tanda
titik pada akhir konstruksi. Amanat yang dikandungnya berupa pemberitaan atau pernyataan. Contoh:

 Gaji pegawai negeri tidak dinaikkan.


 Hampir setiap hari mahasiswa berdemonstrasi.

B. Kalimat Introgatif

Kalimat introgatif adalah kalimat yang mengandung intonasi introgatif yang dalam ragam tulisan diberi tanda
tanya (?) pada akhir konstruksi. Selain itu, ditandai pula oleh partikel tanda tanya seperti –kah, atau, kata tanya
seperti; apa, mengapa, bagaimana. Amanat yang dikandungnya berupa pertanyaan atau keingian memperoleh
jawaban. Contoh:

 Apa yang Anda harapkan dari saya?


 Mengapa rakyat Indonesia semakin miskin?
 Bagaimana caranya menurunkan bobot badan?

C. Kalimat Imperatif

Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif yang dalam ragam tulisan diberi tanda
seru (!) pada akhir konstruksi. Kalimat imperatif ditandai pula oleh partikel –lah atau kata-kata seperti hendaklah,
jangan. Amanat yang dikandungnya berupa perintah atau keinginan agar orang melakukan apa yang dikehendaki
pembaca atau pembicara. Contoh:

 Jangan perhatikan ucapannya!


 Bacalah buku itu!
 Berikan surat ini kepadanya!
 Lompat saja!
 Hendaknya Anda melayani permintaan dia!

D. Kalimat Aditif

Kalimat aditif adalah kalimat yang memberikan keterangan tambahan pada kalimat pernyataan, dapat
lengkap dapat pula tidak lengkap. Contoh:

 Sudah bulan Agustus, pemasukan juga tidak ada.


 Hanya belum punya uang.

E. Kalimat Responsif

Kalimat responsif adalah kalimat terikat yang berhubungan dengan pernyataan yang mendahuluinya, dapat
lengkap, dapat tidak lengkap. Kalimat ini biasanya juga disebut kalimat jawaban atau kalimat tambahan. Contoh:

 Ya!
 Tadi pagi!
 Bagus!
HALAMAN 16
F. Kalimat Interjektif

Kalimat interjektif adalah kalimat seruan yang mengungkapkan perasaan, dapat lengkap, dapat tidak lengkap.
Seruan ada dua macam yaitu (1) yang terjadi dari klausa lengkap ditandai oleh partikel seperti: mudah-mudahan,
alangkah dan (2) yang seperti: aduh, wah, amboi. Contoh:

 Wah, ini baru kejutan!


 Amboi, cantiknya!
 Mudah-mudahan Tuhan selalu bersamamu!
 Aduh, andai saja dia belum menikah!

4. Jenis Kalimat Berdasarkan Pembentuknya dari Klausa Inti dan Perubahannya

Berdasarkan pembentukan kalimat dari klausa inti dan perubahannya, kalimat dibedakan atas kalimat inti dan
kalimat bukan inti.

A. Kalimat Inti

Kalimat inti (sederhana) merupakan kalimat yang hanya terdiri dari inti subjek dan inti predikat. Kalimat
sederhana merupakan kalimat yang strukturnya menjadi dasar struktur kalimat suatu bahasa. Walaupun minimal
hanya ada dua unsur saja yaitu subjek dan predikat, kalimat inti tetap mempunyai makna. Beberapa unsur kalimat
yang diperbolehkan ada dalam kalimat inti adalah subjek, predikat, objek, dan pelengkap.

Subjek adalah pelaku verba (predikat). Subjek biasanya merupakan orang, atau nomina. Predikat adalah
verba atau kata kerja yang merupakan aktivitas subjek. Subjek dan predikat harus ada dalam suatu kalimat. Unsur
kalimat lain yang diperbolehkan ada dalam kalimat inti adalah objek. Objek merupakan kata benda yang berhubungan
dengan subjek dan predikat. Sementara itu, pelengkap adalah kata yang berfungsi menegaskan predikat. Oleh
karena itu, pelengkap terletak di belakang predikat. Predikat berbeda dengan objek. Objek dapat berperan sebagai
subjek, sedangkan pelengkap tidak dapat berperan sebagai subjek.

Kalimat itu ditandai oleh faktor kesesuaian bentuk makna, fungsi, kesederhanaan unsur, dan posisi atau
urutan unsur. Menurut kesesuain bentuk maknanya., kalimat sederhana memiliki bentuk yang utuh atau legkap.
Menurut fungsinya, kalimat sederhana adalah kalimat berita. Ditinjau dari segi kesederhanaannya, kalimat sederhana
memiliki unsur-unsur minimal. Berdasarkan urutan unsur-unsurnya, posisi gatra-gatra kalimat sederhana berurutan
menurut segi ketergantungan di antara sesamanya. Sifat ketergantungan ini ditentukan oleh struktur fungsionalnya:
SP, SPO, SPK, SPOK.

Syarat pertama struktur kalimat sederhana adalah bentuknya yang lengkap, dengan kata lain kalimat
sederhana termasuk kalimat lengkap. Kelengkapan bentuk kalimat sederhana merupakan kelengkapan minimal.
Artinya, bila unsur-unsur kalimat itu ditiadakan, maka kalimat itu bukan lagi kalimat sederhana. Contoh:

 Dia duduk.
 Dia berlari.
 Dia menangis.
 Dia membaca.
 Irwan menangis.

Ciri Ciri Kalimat Inti

 Kalimat inti harus mempunyai unsur-unsur dasar dalam sebuah kalimat


 Kalimat inti dapat terdiri dari Subjek – Predikat (S-P), Subjek – Predikat – Objek (S-P-O), atau Subjek
– Predikat – Pelengkap (S-P-Pel).
 Tidak ada unsur keterangan dalam kalimat inti
 Kalimat inti berupa kalimat aktif
 Bersifat sebagai kalimat berita
 Unsur penyusun kalimat bukan suatu frasa akan tetapi berupa kata
 Kalimat inti bukan merupakan kalimat negatif

HALAMAN 17
Contoh Kalimat Inti

Pola Subjek-Predikat (S-P)

 Adik menangis
 Kakak bermain
 Ibu memasak
 Kayla bernyanyi
 Daun menguning

Subjek-Predikat-Objek (S-P-O)

 Ayah menghadiri pernikahan


 Ibu memasak bubur
 Anto membongkar motor
 Pak Haji menyumbang emas
 Rini membeli baju

Subjek-Predikat-Pelengkap (S-P-Pel)

 Daerah kutub bersuhu rendah


 Mukanya terpenuhi jerawat
 Kami berjabat tangan
 Korban pencurian tertolong warga
 Pencuri tertangkap warga

B. Kalimat Bukan Inti

Kalimat bukan inti adalah kalimat yang terbentuk dengan pengubahan pola kalimat inti melalui proses seperti:
pemasifan, pengingkaran, penanyaan, penambahan, pemerintahan, penginversian dan pelesapan.

Contoh:

 Komik dibaca oleh Dini. (Transformasi pemasifan dari kalimat inti “Dini membaca komik.”)
 Apakah Dini membaca komik? (Transformasi penanyaan dari kalimat inti “Dini membaca komik.”)

5. Jenis Kalimat Berdasarkan Jenis Klausa

Berdasarkan jenis klausa pembentuknya, kalimat dibedakan atas: kalimat verbal dan kalimat nonverbal

A. Kalimat Verbal

Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang konstituen dasarnya adalah
klausa verbal. Dapat berupa kalimat verbal transitif, intransitif, aktif, pasif. Contoh:

 Ibu menulis surat. (Kalimat verbal transitif)


 Nina berdandan di kamar. (Kalimat verbal intransitif)
 Surat ditulis Ibu (Kalimat verbal pasif).

B. Kalimat Nonverbal

Kalimat nonverbal adalah kalimat yang dibentuk oleh klausa nonverbal sebagai konstituen dasarnya. Dapat
berupa kalimat nonverbal nominal, adjectival, numeralia dan sebagainya. Contoh:

 Kakekku pelaut. (Kalimat nonverbal nominal)


 Adiknya cantik sekali. (Kalimat nonverbal adjektival)
 Tabungannya lima juta. (Kalimat nonverbal numeralia)

HALAMAN 18
6. Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsinya sebagai Pembentuk Paragraf

Berdasarkan fungsi kalimat sebagai pembentuk paragraf, kalimat dibedakan atas kalimat bebas dan kalimat
terikat.

A. Kalimat Bebas

Kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau kalimat yang dapat memulai sebuah
paragraf wacana tanpa konteks lain dari penjelasan.

B. Kalimat Terikat

Kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap. Biasanya kalimat terikat ini menggunakan
salah satu tanda ketergantungan (keterkaitan) seperti penanda perangkaian, penunjukan, anaforis. Contoh dari
kalimat bebas dan kalimat terikat:

Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telurnyapun sangat sukar diperoleh
(2). Kalaupun bisa diperoleh, harganya melambung (3).

Kalimat (1) adalah kalimat bebas. Kalimat (2) dan (3) adalah kalimat terikat.

7. Jenis Kalimat Berdasarkan Aktif dan Pasifnya

A. Kalimat Aktif

Kalimat aktif adalah sebuah kalimat yang subjek (S) berperan sebagai pelaku yang secara aktif melakukan
suatu tindakan yang dikemukakan dalam predikat (P) kepada objek (O). Contoh:

 Ana menyirami bunga.


 Ayah membelikanku sebuah sepeda.
 Jeni membantu Fitri.

Ciri-ciri kalimat aktif:

1. Pada kalimat aktif, subjek melakukan suatu tindakan yang langsung mengenaiobjeknya.
2. Predikat kalimat aktif selalu diawali dengan imbuhan Me- atau Ber-.
3. Ada kalimat aktif yang memerlukan objek.
4. Ada kalimat aktif yang tidak memerlukan objek. Setelah mendapat predikat subjek ditambah
pelengkap atau keterangan.
5. Kalimat aktif memiliki pola S-P-O-K atau S-P-K.

Jenis-jenis kalimat aktif:

1. Kalimat Aktif Intransitif

Kalimat aktif intransitif adalah kalimat aktif yang memerlukan sebuah objek yang mendapatkan tindakan dari
subjeknya. Contoh:

Ayahku memberi Afril uang saku sebesar Rp20.000,00.

Ayahku > Subjek

Memberi > Predikat

Objek > Afril

Pada kalimat di atas, “Ayah” yang merupakan subjek melakukan tindakan kepada “Afril” yang merupakan
objek.

2. Kalimat Aktif Ekatransitif

Kalimat ini memerlukan objek, namun tidak memiliki pelengkap. Dengan kata lain, kalimat ini hanya memiliki
tiga unsur, yaitu subjek, predikat, dan objek.

HALAMAN 19
Contoh:

 Andi membaca sebuah majalah


 Ayah memperbaiki motor
 Ibu menanak nasi.

3. Kalimat Aktif Intransitif

Kalimat ini objeknya tidak dimunculkan sebagai penerima perbuatan subjek. Namun biasanya kalimat ini
diikuti oleh pelengkap dan keterngan. Kalimat ini biasanya memiliki Pola S-P atau S-P-K. Contoh:

 Anggi sedang menulis di dalam kamar.


 Nenek sedang menjahit dengan sangat hati-hati.
 Christin belajar dengan giat.

4. Kalimat Aktif Dwitransitif

Kalimat ini memiliki satu predikat dan mengharuskan kehadiran objek dan pelengkap. Kalimat aktif dwitransitif
mempunyai empat unsur, yakni Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), dan Pelengkap (Pel). Jika salah satu dari ke
empat unsur ini tidak terpenuhi, kalimat menjadi rancu atau kehilangan makna. Contoh:

 Ayah mengirimi uang kepada nenek setiap bulan.


 Ria selalau mengunjungi ibunya yang ada di luar negeri.
 Kakakku menguras bak air seminggu sekali.

Mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif

1. Subjek pada kalimat aktif berubah menjadi objek pada kalimat pasif.

 Andi Menabrak Budi di depan ruang kelas. (Aktif)


 Budi ditabrak oleh Andi di depan ruang kelas. (Pasif)

2. Predikat yang berawalan me- berubah menjadi berawalan di-/ter-

 Ani mengabaikan kebun bunga yang cantik itu. (Aktif)


 Kebun bunga yang cantik itu terabaikan oleh Ani. (Pasif)

3. Kalimat aktif tidak berobjek tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif.

B. Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya mendapat/dikenai suatu tindakan yang berupa predikat oleh
objek. Contoh:

 Tanaman disirami oleh ibu.


 Kakak dibelikan sebuah jam tangan oleh ayah.
 Bajuku dicuci oleh ibu.

Ciri-ciri kalimat pasif:

 Subjek pada kalimat aktif menjadi objek pada kalimat pasif.


 Predikat menggunakan awalan di-, ke-an atau ter-.

Contoh:

Rumahnya terbakar oleh si jago merah. (pasif)

Ruangan kelas kami sapu. (pasif)

Rumahku kemasukan maling tadi malam. (pasif)

Kata kerja yang memiliki awalan ter- mengandung unsur ketidaksengajaan.

 Pada umumnya kata kerja didahului dengan kata ganti orang ku- dan kau-.

Contoh: Buku itu telah kurapikan.

HALAMAN 20
 Kata “oleh” dalam kalimat pasif dapat dihilangkan dan tidak mengubah makna.

Contoh:

Andi ditegur oleh Ibu guru karena ribut. (pasif)

Andi ditegur Ibu guru karena ribut. (pasif)

Mengubah kalimat pasif menjadi kalimat aktif:

1. Subjek pada kalimat pasif diubah menjadi objek pada kalimat pasif.

Contoh:

 Kejuaraan itu dimenangkan oleh mereka. (pasif)


 Mereka memenangkan kejuaraan itu. (aktif)

2. Awalan prediket di-/ter-/ke-an diubah menjadi ber- atau me-

Contoh:

 Bunga itu ditanam oleh ibuku. (pasif)


 Ibu menanam bunga itu. (aktif)

3. Kata ganti ku- diubah menjadi Aku.

Contoh:

 Buah itu sudah kumakan. (pasif)


 Aku sudah memakan buah itu. (aktif)

Jenis-jenis kalimat pasif

1. Kalimat pasif di-

Kalimat pasif yang hanya berlaku untuk orang ketiga. Kalimat ini dapat ditandai dengan menggunakan
beberapa kaidah, di antaranya apabila kalimat aktif yang semua verbanya berafiks meng- dan struktur fungsinya S
(subjek), P (predikat), dan O (objek) yaitu menggunakan tiga kaidah, yaitu

 Pertahankan urutan SPO, tetapi tukarkan pengisi S dengan pengisi O


 Gantilah prefiks meng- dengan di- pada predikat (P)
 Bubuhkan oleh di depan O, terutama apabila letak O terpisah ataupun mendahului P.

Contoh dari kalimat pasif di-:

Pak Andi mengangkat seorang sekretaris baru. (aktif)

S P O

Seorang sekretaris baru diangkat oleh Pak Andi. (pasif)

S P Pel.

Ibu Tien akan membuka pameran pembangunan. (aktif)

S P O

Pameran pembangunan akan dibuka oleh ibu Tien. (pasif)

S P Pel

Mereka harus memperbaiki rumah ini. (aktif)


HALAMAN 21
S P O

Rumah ini harus diperbaiki mereka. (pasif)

S P Pel

2. Kalimat pasif personal

Kalimat pasif yang menggunakan di- untuk kata ganti orang pertama dan kedua (aku, saya, dia, kita, ku-,
engkau, kau, kamu, beliau, Anda) maka berlaku kaidah:

 Ubahlah letak S-P-O menjadi O-S-P


 Hapuslah meng- dari verbanya
 Rapatkan S dan P tanpa pemisah
 Jika semua verbanya berkata bantu akan, dapat atau berpengingkar tidak, letakkan kata-kata itu
sebelum S.

Contoh dari kalimat pasif personal:

Saya akan menjemput Pak Lurah. (aktif)

S P O

Pak Lurah akan saya jemput. (pasif)

S P

Kami tidak memaksa orang itu. (aktif)

S P O

Orang itu tidak kami paksa. (pasif)

S P

Mereka akan mengantar saudaranya. (aktif)

S P O

Saudaranya akan mereka antar. (pasif)

S P

3. Kalimat pasif ter-

Kalimat pasif ter- merupakan kalimat pasif yang terbentik bukan dari kalimat aktif namun kalimat pasif ini
terbentuk dengan sendirinya atau sering disebut semula jadi. Kalimat pasif ini dapat diartikan dengan ketaksengajaan
atau keadversativan. Selain itu ter- juga menunjuk kekodratan.

Contoh kalimat pasif ter-:

Penumpang itu terlempar ke luar. (pasif)

S P K

Gunung Merapi terletak di Pulau Jawa. (pasif)

S P K

HALAMAN 22
Kemarin rumah itu tergusur. (pasif)

K S P

Tangannya tergores pisau. (pasif)

S P K

4. Kalimat pasif ke-an

Kalimat pasif ke-an sama dengan pembahasan sebelumnya yaitu kalimat pasif ter- yang merupakan pasif
yang semula jadi dan yang tidak terbentuk dari kalimat aktif. Pasif Ke-an dengan mendapatkan tambahan makna
adversatif, yang tidak menyenangkan akan membentuk kalimat pasif.

Contoh kalimat pasif ke-an:

Partai itu kemasukan unsur kiri. (pasif)

S P Pel

Rumah perempuan itu kemasukan maling. (pasif)

S P Pel

Anak itu kejatuhan buah. (pasif)

S P Pel

Kepala Ana sakit karena kejatuhan tangga. (pasif)

S P K

8. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur atau penulis secara tepat
sehingga maksud dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat. Dengan kata lain kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan
kata) yang tepat, tidak mengalami kontaminasi frasa, sesuai ketentuan EYD, baik pemakaian tanda baca dan
penulisan kata. Selain itu, menurut Marliana (2014) kalimat efektif juga memiliki enam syarat keefektifan, yaitu adanya
(A) kesatuan, (B) kepaduan, (C) kepararelan, (D) ketepatan, (E) kehematan, dan (F) kelogisan.

A. Kesatuan

Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (subjek dan predikat) sebagai kalimat yang
jelas. Contoh:

Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk. (salah)

K P

Yang tidak berkepentingan dilarang masuk. (benar)

S P

B. Kepaduan

Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur
pembentuk kalimat adalah kata frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-P-O-Pel-Ket. Kepaduan juga menyangkut
pemakaian kata tugas yang tepat. Contoh:

 Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak mempunyai subjek/
subjeknya tidak jelas). (salah)
 Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi (subjeknya sudah jelas). (benar)
 Kami telah membicarakan tentang hal itu. (salah)
 Kami telah membicarakan hai itu. (benar)
HALAMAN 23
C. Keparalelan

Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat tertentu.
Umpamanya dalam sebuah perincian, jika unsur pertama menggunakan verba (kata kerja) dan seterusnya juga harus
verba. Jika unsur pertamanya nomina (kata benda), bentuk berikutnya juga harus nomina. Contoh:

 Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan desa, dan membuat
tali air. (salah)
 Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, melebarkan jalan desa, dan
membuat tali air. (benar)
 Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha? (salah)
 Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha? (benar)

D. Ketepatan

Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membangun suatu kalimat sehingga
terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Contoh:

 Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sehingga petang. (salah)
 Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sampai petang. (benar)

E. Kehematan

Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata. Dengan kata lain tidak mengalami gejala
bahasa pleonasme. Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi. Contoh:

 Hanya ini saja yang dapat saya berikan. (salah)


 Hanya ini yang dapat saya berikan. (benar)
 Ini saja yang dapat saya berikan. (benar)

F. Kelogisan

Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis atau masuk akal. Supaya efektif, kata-kata dalam
sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian.
Contoh:

 Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57. (salah)

Alasan: Seolah-olah ada 57 negara Republik Indonesia.

Heri kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia. (benar)

 Kepada Bapak Gubernur waktu dan tempat kami persilahkan. (salah)

Alasan: Waktu dan tempat tidak mungkin kami persilahkan.

Bapak Gubernur kami persilahkan. (benar)

9. Jenis Kalimat Berdasarkan Kesalahannya

Beberapa kesalahan yang terjadi dalam kalimat, diantaranya: (1) kalimat kontaminasi, (2) ketidakjelasan
unsur subjek dan predikat dalam kalimat, dan (3) gejala pleonasme dalam kalimat.

A. Kalimat Kontaminasi

Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya, namun kekacauan susunan
kata dalam kalimat itu sifatnya khas. Dikatakan khas karena adanya pembentukan satu kalimat yang kurang tepat dari
dua kalimat yang benar sehingga gagasan kalimatnya menjadi kabur atau tidak jelas. Contoh:

 Melalui kursus ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan. (salah)

HALAMAN 24
Bagian pertama kalimat di atas melalui kursus ini; bagian keduanya diharapkan bermanfaat untuk…
Hubungan bagian pertama dan kedua tidak cocok. Kalau kita bertanya, ”Apa yang diharapkan bermanfaat untuk
meningkatkan keterampilan?” Jawabnya bukan “melalui kursus ini.” Jawaban yang tepat adalah “kursus ini”. Kalau
bagian pertama ingin dipertahankan seperti itu, maka bagian kedua harus diubah menjadi: diharapkan dapat
ditingkatkan keterampilan. Mari kita kembali pada kalimat pertama yang rancu itu kepada dua buah kalimat asalnya
yang benar. Perhatikan kalimat asal itu.

 Kursus ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan. (benar)


 Melalui kursus ini diharapkan dapat ditingkatkan keterampilan. (benar)

B. Ketidakjelasan Unsur Subjek dan Predikat dalam Kalimat

Pada sebagian kalimat yang tidak jelas unsur subjek dan tidak memiliki unsur predikat akan membuat
ketidakefektifan dan hanya memiliki unsur lain seperti objek, keterangan dan Pelengkap. Contoh:

 Di antara beberapa negara Eropa Barat berupaya membuat heli antitank untuk menekan biaya
bersama. (tidak jelas unsur subjek)

Negara Eropa Barat berupaya membuat heli antitank untuk menekan biaya bersama. (jelas unsur
subjek)

 Ayah ke kantor jam tujuh pagi. (tidak ada unsur predikat)

Ayah pergi ke kantor jam tujuh pagi. (ada unsur predikat)

C. Gejala Pleonasme dalam Kalimat

Yang dimaksud dengan gejala pleonasme dalam kalimat adalah penggunaan unsur kata atau bahasa yang
berlebihan. Contoh:

 Para tamu-tamu mulai datang ke pesta itu. (salah)

Para tamu mulai datang ke pesta itu. (benar)

Tamu-tamu mulai datang ke pesta itu. (benar)


 Sejak dari terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing (salah)

Sejak terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing. (benar)

Dari terminal sampai pesawat, Pamella diikuti terus oleh para wartawan asing. (benar)

BAB III - PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka pemakalah dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah
yang berjudul “Struktur Kalimat Dasar, Fungsi Sintaksis Unsur-unsur Kalimat, dan Jenis-jenis Kalimat” pemakalah
menyimpulkan bahwa pentingnya hal tersebut dalam penulisan laporan, jurnal, dan skripsi. Dengan menggunakan
struktur kalimat dan jenis kalimat yang tepat maka pembaca dapat lebih mudah memahami dan tidak akan mengalami
salah tafsir terhadap kata dasar yang telah diberi imbuhan dan isi dari tulisan tersebut dapat tersalurkan kepada
pembaca, sehingga tujuan penulis dapat tersampaikan ke pembaca.

3.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang
disempurnakan, serta mampu menggunakan dan membedakan struktur kalimat dasar, fungsi sintaksis unsur-unsur
kalimat dan juga jenis-jenis kalimat.

HALAMAN 25
DAFTAR PUSTAKA

https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=%2F128581%2Fmod_resource%2Fcontent
%2F2%2F10_7456_PSD%20211_112018_docx.docx Diakses pada 16 Oktober 2023

https://www.academia.edu/16955080/JENIS_kalimat Diakses pada 16 Oktober 2023

https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-jakarta/bahasa-indonesia/kelompok-5-makalah-
sintaksis/51951939 Diakses pada 16 Oktober 2023

https://id.scribd.com/document/387752988/STRUKTUR-KALIMAT-DASAR-DAN-JENIS-JENIS-KALIMAT
Diakses pada 16 Oktober 2023

https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/557956/mod_folder/content/0/presentasi%20Pertemuan
%203%20%28Fungsi%2Ckategori%2Cdan%20peran%20sintaksis.pdf Diakses pada 16 Oktober 2023

http://digilib.unila.ac.id/8213/12/BAB%20II.pdf Diakses pada 16 Oktober 2023

https://www.bola.com/ragam/read/5351715/pengertian-subjek-predikat-dan-objek-dalam-bahasa-indonesia?
page=4 Diakses pada 17 Oktober 2023

https://www.coursehero.com/file/47267341/Penggunaan-Struktur-Kalimat-Bahasa-Indonesiadocx/ Diakses
pada 17 Oktober 2023

https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/13/150000469/pelengkap-dalam-kalimat--pengertian-unsur-dan-
contohnya Diakses pada 17 Oktober 2023

https://www.kompas.com/skola/read/2023/01/27/090000969/kata-keterangan--pengertian-dan-contohnya?
page=all Diakses pada 17 Oktober 2023

https://berita.99.co/pengertian-contoh-kata-keterangan/ Diakses pada 17 Oktober 2023

https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/wicara/article/download/16201/pdf Diakses pada 17 Oktober 2023

https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/article/download/22660/15194/ Diakses pada 17 Oktober 2023

https://ojs.unud.ac.id/index.php/lontar/article/download/16697/10988 Diakses pada 17 Oktober 2023


https://www.zenius.net/blog/materi-bahasa-jenis-jenis-frasa Diakses pada 17 Oktober 2023

HALAMAN 26

Anda mungkin juga menyukai