Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TATA KALIMAT

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu Bapak Fajar Surya Hutama, M. Pd.

Oleh :
Siti Maisyaroh (T20178001)
Halimatul Nadiyah (T20178008)
Vega Octavia Anggraeni (T20178009)
Anggun Nur Aini (T20178026)
Vera Junaidia Febrihari (T20178039)

PROGAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan
sesamanya. Bahasa berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang akan
disampaikan. Bahasa harus dapat dimengerti dan diterima oleh orang yang diajak
berbicara. Sebaiknya kalimat yang digunakan adalah kalimat yang efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara
tepat pula. Apabila gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau
pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah seperti apa yang
dimaksud oleh pembicara atau penulisnya. Akan tetapi tidak semua gagasan dapat
diterima dengan mudah dan baik.
Agar kalimat dapat mengungkapkan gagasan pemakaiannya secara tepat,
unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap. Kalimat harus disusun
dengan semestinya tanpa menghilangkan unsur dan tanpa memunculkan unsur
yang tidak semestinya.
Dalam karangan ilmiah sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak
memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh kalimat-kalimat
yang dituliskan kacau dan tidak logis. Adanya sebab tersebut menyebabkan
pembaca sulit mengerti maksud kalimat yang disampaikan karena kalimat tersebut
tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah akan dibahas tata kalimat dengan
segala permasalahannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kalimat?
2. Bagaimana bentuk pola kalimat dasar?
3. Apa saja jenis kalimat menurut struktur gramatikal, bentuk gaya (retorika)
dan fungsinya?
4. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kalimat
2. Untuk mengetahui bentuk pola kalimat dasar
3. Untuk mengetahui jenis kalimat menurut struktur gramatikal, bentuk gaya
(retorika) dan fungsinya
4. Untuk mengetahui pengertian kalimat efektif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat

Kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat


digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Dapat dikatakan sebagai satuan
bahasa terkecil karena sesungguhnyadi atas tataran kalimat itu masih terdapat
satuan kebahasaan lain yang jauh lebih besar. Pada pakar berbeda menyatakan
bahwa kalimat adalah satuan bahasayang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
intonasi akhir, dan secara aktual dan potensial terdiri atas klausa. Jadi, tidak salah
pula jika dikatakan bahwa sesungguhnya sebuah kalimat membicarakan hubungan
antara klausa yang satu dan yang lainnya.1

Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun


tertulis harus memiliki subjek (S) dan Predikat (P). Jika tidak memiki kedua unsur
tersebut, maka tidak bisa dikatakan sebagai kalimat melainkan frasa

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan
suara naik turun, dan keras lembut,disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Dalam wujud tulisan berhuruf l atinkalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiridengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). jika dilihat dari
hal predikat, kalimat-kalimat dalam bahasa indonesia ada dua macam, yaitu

a) Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja


b) Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja

Akan tetapi, dalam pemakaian sehari-hari kalimat yang berpredikat kata


kerja lebih besar jumlahnya daripada kalimat yang berpredikat bukan kata kerja.
Hal itu membantu kita dengan mudah untuk menentukan perdikat sebuah kalimat.
Oleh sebab itu, jika terdapat kata kerja dalam satu untaian kalimat, kata kerja itu
dicadangkan sebagai predikat dalam kalimat itu.

Contoh:
1
Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Surabaya, Erlangga: 2009), 76
Tugas itu dikerjakan oleh para mahasiswa

Kata dikerjakan adalah adalah predikat dalam kalimat ini. Setelah


ditemukan predikat, subyek dapat ditemukan dengan cara bertanya menggunakan
predikat, seperti:

Apa yang dikerjakan oleh para mahasiswa?

Jawaban pertanyaan itu ialah tugas itu. Kata tugas itu merupakan subyek
kalimat. Jika tidak ada kata yang dapat dijadikan jawaban pertanyaan itu, hal itu
berarti subyek tidak ada. Dengan demikian, pernyataan dalam bentuk dalam
bentuk deretan kata-kata itu bukanlah kalimat.

Sebuah kata kerja dalam sebuah kalimat tidak dapat menduduki status
predikat jika didepan kata kerja itu terdapat partikel yang, untuk dan sebangsanya.
Jika dalam suatu pernyataan tidak terdapat kata kerja, kata yang dapat kita
cadangkan sebagai predikat ialah kata sifat. Disamping itu, kata bilangan dan kata
benda pun dapat dijadikan sebagai predikat. Predikat itu dapat pula berupa frasa
depan.

Tadi sudah dikatakan bahwa mencari subyek sebuah kalimat adalah


dengan cara bertanya melalui predikat dengan pertanyaan. Lau bagaimana halnya
dengan objek? Unsur objek dalam kalimat hanya ditemukan dalam kalimat yang
berpredikat kata kerja. Namun, tidak semua kalimat yang berpredikatkata kerja
harus memiliki objek. Objek itu hanya muncul pada kalimat yang berpredikat kata
kerja transitif. Objek tidak dapat mendahului predikat karena predikat dan objek
merupakan suatu kesatuan.

Dengan demikian, objek itu adalah kata benda yang terletak di belakang
predikat yang berawalan meng- dan kata benda itu dapat menjadi subjek dalam
kalimat pasif.

Jika dilihat dari segi makna kalimat, objek merupakan unsur yang harus
hadir setelah predikat yang berupa verba transitif.2

2
E. Zaenal Arifin, S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia (Jakarta, CV Akademika Pressindo:
2008), 66-71.
B. Pola Kalimat Dasar

Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah


kalimatyang benar, ita telah dapat menentuan pola kalimat dasar itu sendiri.
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut

1) KB + KK : Mahasiswa berdiskusi
2) KB + KS : Dosen itu ramah
3) KB + Kbil : Harga buku itu tiga puluh ribu rupiah
4) KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film
5) KB1 + KK + KB2 + KB3 : paman mencarikan saya pekerjaan
6) KB1 + KB2 : Rustam peneliti

Keenam pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan
dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungan sehingga alimat menjadi
luas dan kompleks.3

Dalam rujukan lain, kalimat dasar juga terdiri atas satu klausa, memliki
unsur-unsur yang lengkap, susunan unsur-unsur tersebut menurut pada urutan
yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran disebut
kalimat dasar.

Pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia terdiri atas beberapa tipe, yaitu
sebagai berikut.

1. S-P (Subjek – Predikat)


Contoh: Ibu bercocok tanam
2. S-P-O (Subjek – Predikat-Objek)
Contoh: petani membajak sawah
3. S-P-Pel (Subjek – Predikat-Pelengkap)
Contoh: Ayah berdagang ketela
4. S-P-Ket (Subjek – Predikat-keterangan)
Contoh: Adik mandi di sungai
5. S-P-O-Pel (Subjek – Predikat-Objek-Pelengkap)
3
Ibid,...., 71-72.
Contoh: nenek menjahitkan Kakek baju
6. S-P-O-Ket (Subjek – Predikat-Objek- Keterangan)
Contoh: Paman membeli jeruk tadi pagi.4

C. Jenis Kalimat Berdasarkan Struktur Gramatikal

Menurut strukturnya kalimat dalam bahasa Indonesia dapat berupa


kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara
(koordinatif), tidak setara atau pun campuran. Ide pokok tunggal dinyatakan
dalam kalimat tunggal dan ide pokok bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat
majemuk.

a. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu subjek dan satu
predikat . Jika dilihat dari Unsurnya , kalimat-kalimat yang panjang dalam bahasa
Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat dasar yang mana kalimat dasar ini
sendiri terdirin dari satu subjek dan satu predikat, dengan kata lain kalimat dasar
dapat juga disebut kalimat tunggal. Namun kalimat panjang dalam bahasa
Indonesia dapat ditelusuri pola-pola pembentukannya, yang mana pola
pembentukannya memgunakan pola kalimat dasar pola kalimat itu sendiri dibagi
menjadi 6 pola. Berikut contoh dari 6 pola kalimat dasar :

1.) Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda dan
predikat (P) kata kerja .
Contoh: Halima (S kata benda ) mencuci (P kata kerja) .
Cerita itu (s kata benda ) sudah tersebar(P kata kerja ).
2.) Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda dan predikat kata
sifat.
Contoh : khoirul (S kata benda) pemarah (p kata sifat).
Fajar itu (S kata benda kasar ) (P kata sifat).
3.) Pola 3 adalah pola kalimat yang bersujek kata benda dan predikat
katabilangan.

4
Ainia Prihantini, Master Bahasa Indonesia (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2015), 76-77.
Contoh: Panjang meja itu (S kata benda) satu meter (P kata bilang).
Gedung ftik berlantai (S kata benda) tuju (P kata bilang).
4.) Pola 4 atau SPO merupakan kalimat yang dapat dibentuk menjadi
kalimat pasif . kalimat pasif dapat terbentuk dengan menetapkan objek
menjadi subjek dan predikat di ubah menjadi di.
Contoh: Dia (S) menonton (p) filem bola(O) (kalimat aktif).
Filem bola itu (S) ditonton (P) oleh Dia (K) (kalimat pasif ).
Dengan berubahnya kalimat aktif manjadi pasif, pelaku dalam kalimat
aktif itu menjadi keterangan.
5.) Pola 5 adalah pola kalimat yang terdiri atas subjek kata benda dan
predikat kata kerja , objek kata benda dan pelengkap kata benda .
Contoh : Ayah (S kata benda) membuat (P kata kerja) saya (O kata
benda )menangis ( P kata kerja).
6.) Pola 6 adalah kalimat yang bersubjek kata benda dan berpredikat kata
benda. Baik subjek dan predikatnya sama-sama kata bendah.
Contoh : Yanti (S kata benda ) dokter (P kata benda)
Khoirul (S kata benda) juara (P kata benda)5

Keenam pola kalimat diatas masing-masing terdiri dari kalimat tunggal,


yang mana setiap kalimat tunggal dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata
pada unsurnya sehingga kalimat itu menjadi kalimat panjang bahkan lebih
panjang dari kalimat asalnya, tetapi masih dapat dikenal unsurnya. Mempeluas
kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti contoh- contoh diatas bias saja dapat
diperluas menjadi 24 kata contonyah keterangan waktu, keterangan tempat
keterangan alat, keterangan tujuan dan laim-lain.

b. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara terdiri dari dua kalimat tunggal atau lebih.
Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.

1.) Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungakan oleh kata dan atu
serta, namun kedua kalimat tunggal atau lebih harus setara atau sejalan.
5
Zaenal Arifin dan Amran Tasai Cermat Barbahasa Indonesia ( Jakarta Akademik Pressindo 2010 )
hlm 73-78
Contoh : Saya membaca
Dia menulis
Menjadi saya membaca dan dia menulis
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat tunggal yang digunakan lebih
dari satu
Contoh : kepala sekola tegas, guru mengajar dan siswa belajar.
2.) Kedua kalimat tunggal yang berentuk kalimat setara dapat dihubungkan
oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukan pertentangan, maka dapat
disebut juga kalimat majemuk setara bertentangan.
Contoh : Andi adalah anak yang pintar dikelasnya tetapi Andi suka
mengganggu
teman sekelasnya.
Kata-kata penghubung lain yang dapat digunkan dalan kalimat
majemuk setara pertentangan ialah sedang dan melainkan .
3.) Dua kalimat majemuk atau lebih dapat dihubungakan oleh kata lalu dan
kemudian jika kejadianya disampaikan secara beurutan, maka dapat
disebut kalimat majemuk setara peruntutan.
Contoh : upacara peringatana tuju belasan sudah selesai lalu kami
melanjutkan
Dengan makan bersama .
4.) Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata atau jika
kalimat itu menunjukan pemilihan, maka disebut kalimat setra
pemilihan.
Contoh: para pemilik televise membayar iyuran dikantor pos atau ke
petugas
Penagihan .

c. Kalimat Majemuk Setara Rapata

Dalam kalimat majemuk serata , ada juga kalimat majemuk setara


rapatan yakni satu bentuk yang merapatkan dua atau lebih kalimat tunggal. Yang
dirapatkan iayalah unsur subjektif atau unsur objektif yg sama, dapat dikatakan
unsur yang sama cukup disebutkan satu kali.6

Contoh : Saya berlatih.

Saya bertanding.

Saya berhasil menang.

Saya berlatih, saya bertanding dan saya berhasil menang .

Saya berlatih, bertanding dan berhasil mennag.

d. Kalimat Majemuk Tidak Setara

Kalimat majemuk setara tidak terdiri atas satu suku kalimat yang bebas
( Klausa bebas ) dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas ( klausa
terkait). Yang mana kalimat ini menggambarkan taraf yang berbedah-beda
diantara unsur gagasan yang majemuk. Intih gagas dituangkan kedalam induk
kalimat, sedangkan pendukungnya seperti waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan
sebagainya dengan gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.7

Contoh: Apabilah engkau ingin melihat televisi saya akan mengatarkanya


keruangan televisi .

Anak kalimat :

Apabilah engakau ingin melihat televisi .

Induk kalimat :

Saya akan mengatarkannya keruangan televise .

Penanda anak kalimat diawali dengan kata walapun, meskipun,


sungguhpun, karena, apabilah, jika, kalau, sebab, agara, supaya, ketika, segingga,
setelah, sesudah, sebelumnya, kendapatipun, sekalipun, bahwa dan sebaginya.
6
Zaenal Arifin dan Amran Tasai Cermat Barbahasa Indonesia ( Jakarta Akademik Pressindo 2010 )
hlm 82

7
Zaenal Arifin dan Amran Tasai Cermat Barbahasa Indonesia ( Jakarta Akademik Pressindo 2010 )
hlm 84
e. Kalimat Majemuk Taksetara yang Berunsur Sama

Kalimat majemuk taksetara yang berunsur sama dapt dirapatkan jika


memiliki unsur sebjek yang sama .

Contoh : Saya lelah.

Saya ingin pulang.

Karena saya sudah lelah, saya ingin pulang.

Pada anak kalimat terdapat kata kami sebagi subjek dan pada induk
kalimat terdapat kata kami sebagi subjek. Dalam hal ini subjek ditekankan pada
induk kalimat sehingga dalam anak kalimat boleh dihilangkan, dan tidak boleh
sebaliknya.

Contoh : Karena kami sudah lelah, kami ingin pulang

Perbaikannya :

karena sudah lelah, kami ingin pulang.

Jika perbaikannya seperti kalimat berikut ini, kalimat akan salah.

Karena kami sudah lelah, ingin pulang.

Berdasarkan perbaikan diatas dapat diperoleh satu kaida sebagai berikut :

Jika dalam anak kalimat tidak dapat sebjek, itu bearti bahwa subjek
anak kalimatsama dengan induk kalimat.8

Perapat kalimat taksetara ini sering keliru. Yang mana diakibatkan


oleh kesalahan menalar gagasan sehingga terjadi perapatan subjek dan
objek.

Contoh: Usulan itu tidaak melanggar hukum.

Ia menyetujui usulan itu.

8
Zaenal Arifin dan Amran Tasai Cermat Barbahasa Indonesia ( Jakarta Akademik Pressindo 2010 )
hlm 87
Jika kedua kalimat itu diubah menjadi kalimat majemuk taksetara. Subjek
anak kalimat dan subjek induk kalimat harus diperjelas , karena subjeb
keduanya berbeda sehingga harus terbentuk kalimat sebagi berikut:

 karena usulan itu melanggar hukum, ia harus menyetujui usulan


itu.

Dalam kalimat majemuk taksetara kalimat tersebut memiliki persaman


antar subjek anak kalimat dan objek anak kalimat yaitu usulan. Tapi
terkadang ada bentuk yang sala dalam perapatan antar subjek anak
kalimat dan objek induk kalimat seperti berikut ini.

 Karena tidak melanggal hukum, ia menyetujui usul iru

Kalimat ini tidak benar karena dengan menghilangkan sebjek pada anak
kalimat akan memberikan makna persamaan subjek pada induk kalimat
dan anak kalimat tapi pada dasarnya tidak karena yang sama adalah subjek
objek anak kalimat dan objek induk kalimat.

Penghilangan Kata Penghubungan

Dalam kalimat majemuk taksetara rapatan ada yang mencoba melakukan


penghematan dengan menghilangkan tanda hubung kalimatb sehingga kalimat
menjadi salah.

Contoh :

Membaca Koran tadi pagi, saya menjadi terkejut

Anak kalimat

Mambaca koran tadi pagi

Induk kalimat

Saya sangat terkejut

Subjek pada anak kalimat dan induk kalimat sama yaitu saya jika dalam kalimat
itu tidak ada kata penghubung makan kalimat itu menjadi tidak benar (tidak
baku ). Kata penghubung yang dapat digunakan adalah setelah sehingga kalimat
itu benjadi.

Setelah membaca Koran tadi pagi, saya sangat terkejut

f. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk teksetara (bertingkat) dan
kalimat majemuk setara atau terdiri kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
taksetara (bertingkat).

Misalnya :

Karena hari sudah siang, saya berhenti dan langsung pulang. (bertingkat +
setara)

Penjelsan:

Kalimat pertama terdiri atas anak kalimat karena hari sudah siang dan
induk kalimat yang berups kalimat majemuk setara, kami berhenti dan langsung
pulang. Jadi, susuna kalimat adalah bertingkat + setara.9

D. Jenis Kalimat Berdasarkan Bentuk Gaya (Retorika)

Sebuah karya tulis yang sudah memenuhi kaidah bahasa yang tepat, akan
lebih baik jika gaya bahasaya (retorikanya) juga dapat menarik perhatian
pembacanya. Walaupun kalimat dalam sebuah karya tulis telah memenuhi kaidah,
belum tentu karya tulis tersebut dapat memuaskan pembacanya jika gaya
bahasanya tidak menarik. Kalimat yang dibaca dari karya tulis akan
membosankan apabila hanya disusun dengan monoton atau tidak bervariasi.
Misalkan hanya dengan menggunakan kalimat dengan konstruksi subjek-predikat-
objek saja.10

Berdasarkan bentuk gaya atau retorikanya, kalimat majemuk dapat


digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak),
9
Zaenal Arifin dan Amran Tasai Cermat Barbahasa Indonesia ( Jakarta Akademik Pressindo 2010 )
hlm 91
10
E. Zaenal Arifin, S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia (Jakarta, CV Akademika
Pressindo: 2008), 92.
(2) kalimat yang berklimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara
atau campuran).11

1. Kalimat yang Melepas


Kalimat yang melepas adalah kalimat yang diawali dengan unsur utama (induk
kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat)12.
Misalnya:
a. Saya akan mendapatkan pekerjaan yang mapan jika saya mendapatkan nilai
IPK 4,00.
b. Umat islam di seluruh dunia harus berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits
agar hidup dengan sejahtera.
2. Kalimat yang Berklimaks
Kalimat yang berklimaks adalah kalimat yang diawali dengan unsur tambahan
(anak kalimat) dan diikuti oleh unsur utama (induk kalimat)13.
Misalnya :
a. Karena kesulitan air bersih, rutinitas di kampung Durian tidak berjalan dengan
lancar.
b. Setelah menempuh pendidikan S1 Biologi selama 4 tahun, akhirnya Doni
mendapatkan gelar S.Pd
3. Kalimat yang berimbang
Kalimat yang berimbang adalah kalimat yang disusun dengan bentuk majemuk
campuran.14
Misalnya :
a. Siswa kelas XI IPA 1 semakin tampak perkembangannya, dilihat dari segi
kognitif, afektif maupun psikomotoriknya.
b. Jika harga BBM tidak stabil, juga mengakibatkan ketidakstabilan harga
kebutuhan pokok yang lainnya sehingga masyarakat kecil akan mengalami
kesulitan.

E. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya


11
Ibid,...., 93.
12
Awalludin, Pengantar Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Yogyakarta, Deepublish: 2017)
75.
13
Ibid,...., 76.
14
Ibid,...., 94.
Jenis kalimat menurut fungsinya dapat diperinci menjadi kalimat
pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat serius. Semua jenis
kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan,
intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu.
Dalam tulisan tersebut, perbedaannya dijelaskan oleh bermacan-macam tanda
baca yaitu:

1. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)


Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan
lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan
berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
a. President SBY mengadakan kunjungan ke luar negeri.
b. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
a. Tidak semua nasabah bank memperoleh kredit lemah.
b. Dalam pemeran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang
memuaskan tentang bisnis kondominium di kota-kota besar.
2. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau
reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca
tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di
mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
a. Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
b. Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif
a. Mengapa gedung ini dibanguntidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
b. Mengapa tidak semua fakit miskin di negara kita dapat dijamin
penghidupannya oleh negara?
3. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang”
orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda
seru).
Misalnya:
Positif
a. Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
b. Tolong buatkan dahulu rencana pembiayaannya.
Negatif
a. Sebaliknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
b. Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat jika sudah tergolong orang
mampu.
4. Kalimat Deruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang
kuat” atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada
kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tersebut).
Misalnya:
Positif
a. Bukan main, cantiknya.
b. Nah, ini dia yang kita tunggu.
Negatif
a. Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
b. Wah, target KONI di Sea Games XXII tahun 2005 di Marila tidak
tercapai.15

F. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca
mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat
terjamin.

15
E. Zaenal Arifin, S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia (Jakarta, CV Akademika
Pressindo: 2008), 94-97.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas yaitu kesepadanan
struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan
pernalaran, dan kepaduan gagasan.
a. Kesepadanan Struktur
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidak
jelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat
itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam,
bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a.) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar
uang kuliah. (Salah)
b.) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (Benar)
2.) Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a.) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b.) Soal itu saya kurang jelas
3.) Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a.) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat
mengikuti acara pertama.
b.) Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia
membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat diatas dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah
ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, sebagai berikut:
a.) Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat
mengikuti acara pertama.
atau
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat
mengikuti acara pertama.
b.) Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkankan dia
membeli sepeda motor Suzuki.
atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia
membeli sepeda motor Suzuki.
4.) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a.) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b.) Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a.) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b.) Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

b. Keparalelan Bentuk
Keparalelan adalah kesamaanbentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk
kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
1.) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
2.) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat 1) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua
bentuk.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat 2) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki
predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian,
dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang
nominal, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.

c. Ketegasan Makna
Ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakuan penjelasan pada ide
pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan.
Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan kalimat.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat yaitu:
1.) Melakukan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal
kalimat)
Contoh:
a.) Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan
negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya
Penekanannya ialah Presiden mengharapkan.
b.) Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya
Penerapannya: Harapan Presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi
kalimat.
2.) Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah,telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah,telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3.) Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka kelembutan mereka.
a.) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
b.) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

d. Kehematan Kata
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti
harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Penghematan dalam kalimat efektif mempunyai arti penghematan terhadap
kata yang memang tidak diperlukan dan tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, sebagai berikut:
1.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
a.) Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b.) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa
Presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
a.) Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b.) Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden
datang.
2.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Perhatikan:
Ia memakai baju warna merah.
Di mana engkau menangkap pipit itu?
3.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata hanya bersinonim dengan kata saja.
Kata sejak bersinonim dengan kata dari.
Perhatikan kalimat-kalimat dibawah ini.
a.) Dia hanya membawa badan saja.
b.) Sejak dari pagi dia bermenung.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi.
a.) Dia hanya membaa badannya.
b.) Sejak pagi dia bermenung.
4.) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-
kata yang berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Para tamu-tamu para tamu
Beberapa orang-orag beberapa orang
Para hadirin hadirin

e. Kecermatan
Kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut:
1.) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Kalimat 1) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal,
mahasiswa atau perguruan tinggi.
2.) Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 2) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus
ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putra raja, para hulubang,
dan para menteri.
Kalimat ini salah terdapat pada dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat ini dapat diubah menjadi:
Yang diceritakan ialah tentang putra-putra raja, para hulubang, dan para
menteri.

f. Kepaduan Gagasan
Kepaduan adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1.) Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang
panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kata harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita
orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak.
2.) Ada dua macam kalimat pasif, yaitu kalimat pasif biasa dan kalimat
pasif persona. Kalimat pasif biasa terjadi apabila kalimat yang berpola
SPO dialihkan dengan memosisikan objek menjadi subjek dan
predikat yang berawalan meng- menjadi predikat yang berawalan di-.
Kemudian kalimat pasif persona menjadi apabila awalan di- pada
predikat pasif biasa digunakan dengan kata ganti. Perhatikan contoh
berikut:
Saya mencari udang (SPO aktif)
Udang itu dicari oleh saya (pasif biasa)
Udang itu saya cari (pasif persona)
Surat itu sudah saya baca (pasif persona)
Saran beliau sangat saya harapkan (pasif persona)
Jika dalam kalimat aktif itu terdapat aspek atau modalitas, aspek atau
mondalitas itu harus selalu berada di depan predikat.
Mereka telah mendatangi DPR (aktif)
DPR telah didatangi oleh mereka (pasif biasa)
DPR telah mereka datangin (pasif persona)
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal atau secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti
daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat berikut:
Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
Makalah ini akan membahas tentang desain interiot pada rumah-
rumah adat.
Seharusnya:
Mereka membicarakan kehendak rakyat.
Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah
adat.16

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kalimat dapat dipahami


sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide
atau gagasan. Dapat dikatakan sebagai satuan bahasa terkecil karena
sesungguhnyadi atas tataran kalimat itu masih terdapat satuan kebahasaan lain
yang jauh lebih besar. Kalimat pula dapat dipahami dengan satuan bahasa yang

16
Ibid,...., 97-105.
secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi akhir, dan secara aktual dan
potensial terdiri atas klausa. Tidak salah pula jika dikatakan bahwa sesungguhnya
sebuah kalimat membicarakan hubungan antara klausa yang satu dan yang
lainnya.

Berdasarkan bentuk gaya atau retorikanya, kalimat majemuk dapat


digolongkan menjadi tiga macam:
1. Kalimat yang melepas (induk-anak);
2. Kalimat yang berklimaks (anak-induk);
3. Kalimat yang berimbang (serata atau campuran).
Berdasarkan struktur gramatikalnya kalimat dibagi menjadi:
a. Kalimat tunggal;
b. Kalimat majemuk;
Kalimat majemuk itu sendiri memiliki beberapa sifat sebagai berikut:
1.) Kalimat majemuk setara;
2.) Kalimat majemuk tidak setara
3.) Kalimat majemuk tak setara yang memiliki unsur yang sama;
4.) Kalimat majemuk campuran.
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat diperinci menjadi:
a. Kalimat pernyataan;
b. Kalimat pertanyaan;
c. Kalimat perintah;
d. Dan kalimat serius.
Kalimat efktif yaitu kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca mengutamakan
keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut:
a. Kesepadanan struktur;
b. Keparalelan bentuk;
c. Ketegasan makna;
d. Kehematan kata;
e. Kecermatan pernalaran;
f. Dan kepaduan gagasan.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin S, Zaenal, Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: CV


Akademika Pressindo.

Awalludin. 2017. Pengantar Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.


Yogyakarta: Deepublish.
Prihantini, Ainia. 2015. Master Bahasa Indonesia. Yogyakarta: PT Bentang
Pustaka.
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Surabaya:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai