Anda di halaman 1dari 12

Menganalisa Bagaimana Kalimat dan Kalimat

Efektif dalam Bahasa Indonesia yang Benar

DISUSUN OLEH :

1. RUMATA JESSICA CLARA PAULINA (1411000056)

2. ALVIN ZIKRI (1411000331)

Perbanas Institute

S1 Akuntansi

2018
Makalah

“disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang dibina oleh Bapak Rasyid Sartuni”

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ”Menganalisa Bagaimana Kalimat dan Kalimat
Efektif dalam Bahasa Indonesia yang Benar”.

Dalam pelaksanaannya membuat makalah Bahasa Indonesia dari awal sampai akhir penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada :

Tuhan Yang Maha Esa

Pak Rasyid selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia

Teman sekelompok yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.

Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini.

Karena tanpa bantuan dari berbagai pihak, kami akan mengalami kesulitan dalam menyusun makalah
ini.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sekiranya dapat kami gunakan untuk perbaikan pada makalah - makalah
berikutnya. Atas saran dan kritik tersebut kami mengucapkan terima kasih.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta menambah pengetahuan dalam ”
Menganalisa Bagaimana Kalimat dan Kalimat Efektif dalam Bahasa Indonesia yang Benar”.

Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia dalam berkomunikasi menggunakan dua cara yaitu lisan dan tertulis. Walaupun kita
mengenal cara-cara lain seperti isyarat, gerak, dan simbol-simbol, namun cara yang paling efektif dalam
berkomunikasi sehari-hari manusia normal adalah dengan cara lisan maupun tertulis. Hakikatya
seseorang menulis adalah untuk menuangkan sebuah gagasan, fakta, sikap, maupun isi pikiran yang ada
di benaknya. Gagasan, fakta, sikap, maupun isi pikiran tersebut ditulis dengan jelas dan utuh sehingga
pembaca dapat memahaminya dengan jelas. Tujuan ditulisnya gagasan, fakta, sikap, maupun isi pikiran
tersebut juga agar gagasan itu dapat bertahan bertahan lama dan mempunyai bukti otentik, bahwa kita
pernah menulis. Hal ini sesuai dengan kelebihan dari bahasa tertulis yaitu mempunyai bukti otentik yang
kuat.

Untuk dapat membuat sebuah tulisan yang menarik, perlu kita memahami terlebiih dahulu
bagaimana cara penulisan kalimat yang efektif. Karena sebuah tulisan yang baik tidak terlepas dari
sebuah kalimat yang membangun tulisan tersebut. kalimat yang baik akan menghasilkan paragraf yang
baik, pargraf yang baik dan padu akan menghasilkan sebuah tulisan yang baik serta enak dibaca.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu kalimat ?


2. Ada bebarapa jenis kalimat ?
3. Bagaimana menyusun dan mengenal sebuah kalimat yang baik dan efektif ?
4. Bagaimana cara penulisan kalimat yang efektif

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu kalimat


2. Untuk memahami bagaimana cara membuat sebuah kalimat yang baik dan benar
BAB II
PEMBAHASAN

KALIMAT

1. Frasa, Klausa, dan Kalimat


A. Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas
fungsi dan bersifat nonprediktif. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
a. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu
selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.

Macam-macam frase:
A. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase
endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini
dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek, pembinaan dan pengembangan, belajar atau bekerja.
2. Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara.
Karena
itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang, hari libur
Perjalanan dan hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan
seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan
atributif.
3. Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak
Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan
unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).

B. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu
dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas

C. Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.


1. Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit
2. Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3. Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4. Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5. Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase
sebagai
aksinnya. Misalnya: di halaman sekolah, dari desa

D. Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud
kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja,
berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2. Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.

B. Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O),
dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya: banyak orang
mengatakan.
Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1. Berdasarkan unsur intinya
2. Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat
3. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat

C. Kalimat
a. Pengertian
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung pikiran yang
lengkap dan punya pola intonasi akhir. Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.

b. Pola-pola kalimat
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar
pembentukan kalimat luas itu.

1. Pola kalimat I = kata benda-kata kerja


Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat ”verbal”

2. Pola kalimat II = kata benda-kata sifat


Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”

3. Pola kalimat III = kata benda-kata benda


Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru
Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata
kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.

4. Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial


Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial

2. Unsur yang Membentuk Kalimat


Dengan mengetahui pola dasar dalam suatu kalimat, maka kita akan mengetahui seperti apa
kalimat terbentuk dan bagaimana cara kita membentuk atau membuat suatu kalimat.

1. S-P

Pola ini terhitung pola kalimat yang paling dasar dan sederhana. Sebab, pola ini hanya berupa subjek (S)
dan predikat (P) saja. Adapun beberapa contoh kalimat yang menggunakan pola ini adalah sebagai
berikut.

 Ayah Bekerja. (S= Ayah, P= bekerja)


 Petani bercocok tanam. (S= Petani, P= bercocok tanam )
 Ibu Guru sedang mengajar. (S= Ibu Guru (subjek berbentuk frasa nomina), P= sedang mengajar)

2. S-P-O

Pola yang terdiri dari subjek (S), predikat (P), dan objek (O) ini biasanya dipakai pada contoh kalimat
deklaratif aktif transitif dan kalimat aktif transitif. Adapun bebrapa contoh kalimat dengan pola ini
adalah sebagai berikut:

 Ibu menanak nasi. (S= Ibu, P= menanak, O= nasi)


 Adik sedang memainkan piano. (S= adik, P= sedang memainkan, O= piano)
 Anak-anak sedang mengerjakan soal-soal ujian. (S= anak-anak, P= sedang mengerjakan, O=
soal=soal ujian)

3. S-P-Pel

Pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), dan pelengkap (Pel). Biasanya, pola ini digunakan dalam
contoh kalimat deklaratif aktif intransitif, contoh kalimat deklaratif semitransitif, kalimat aktif
intransitif, dan contoh kalimat aktif semitransitif. Contoh:

 Tubuhnya berlumuran keringat. (S= tubuhnya, P= berlumuran, Pel= keringat)


 Langit malam ini bertaburan bintang-bintang. (S= langit malam ini, P= bertaburan, Pel= bintang-
bintang)
 Anak-anak sedang bermain layang-layang. (S= anak-anak, P= sedang bermain, Pel= layang-
layang)

4. S-P-K

Merupakan pola yang terdiri atas subjek (S), predikat (P), dan Keterangan (K). Pola ini biasanya dapat
dijumpai pada kalimat deklaratif aktiif intransitif dan kalimat aktif intransitif. Adapun contoh pola ini
adalah sebagai berikut:

 Anak-anak bermain di lapangan. (S= anak-anak, P= bermain, K= di lapangan)


 Burung-burung bersahutan di pagi hari. (S= burung-burung, P= bersahutan, K= di pagi hari)
 Paman sedang bercukur dengan menggunakan pisau cukur. (S= Paman, P= sedang bercukur, K=
dengan menggunakan pisau cukur)

5. S-P-O-K

Pola ini merupakan pola yang paling umum dan paling dikenal di masyarakat. Sebagaimana yang telah
diketahui, bahwa pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Adapun
contohnya adalah sebagai berikut:

 Ibu membeli sayur-sayuran di pasar tradisional. (S= Ibu, P= membeli, O= sayur-sayuran, K= di


pasar tradisional)
 Dimas mengerjakan tugas sekolah dengan sungguh-sungguh. (S= Dimas, P= mengerjakan, O=
tugas, K= dengan sungguh-sungguh)
 Para petani menanam padi di pagi hari. (S= para petani, P= menanam, O= padi, K= di pagi hari)

6. S-P-O-Pel

Pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), dan pelengkap (Pel). Adapun contohnya adalah
sebagai berikut:

 Ibu membelikan adik pakaian baru. (S= Ibu, P= membelikan, O= adik, Pel= pakaian baru)
 Adik membelikan kucingnya makanan kucing. (S= Adik, P= membelikan, O= kucingnya, Pel=
makanan kucing)

7. S-P-Pel-K

Adalah pola yang terdiri atas subjek (S), predikat (P), pelengkap (Pel), dan keterangan (K). Contoh:

 Tubuhnya berlumuran keringat karena bekerja keras seharian. (S= tubuhnya, P= berlumuran,
Pel= keringat, K= karena bekerja keras seharian)
 Anak-anak bermain bola di tanah lapang. (S= anak-anak, P= bermain, Pel= bola, K= di tanah
lapang)

8. S-P-O-Pel-K

Merupakan pola kalimat yang paling kompleks dan lengkap karena semua unsur kalimat terkandung di
dalamnya. Contoh:

 Ibu membelikan adik sepatu baru pada hari Minggu kemarin. (S= Ibu, P= membelikan, O= adik,
Pel= sepatu baru, K= pada hari Minggu kemarin)
 Adik membelikan kucingnya makanan kucing dengan uang sakunya sendiri. (S= adik, P=
membelikan, O= kucingnya, Pel= makanan kucing, K= dengan uang sakunya sendiri)
3. Pola Kalimat Dasar
Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita telah
dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat
dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
a. KB + KK : Para ilmuwan berdiskusi
b. KB + KS : Dosen itu ramah
c. KB + Kbil : Harga rumah sang artis dua miliar rupiah.
d. KB1 + KK + KB2 : Edhi Baskoro Yudhoyono melamar Siti Ruby Alisa
Rajasa.
e. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
f. KB1 + KB2 : Mike Tyson petinju dunia.
Keterangan :
KB : kata benda (nomina)
KK : kata kerja (verba)
KS : kata sifat (adjektiva)
Kbil : kata bilangan (numeralia)

4. Jenis Kalimat Menurut Struktur


a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat
(subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan
(objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.

Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat


Ayah merokok. S-P
Adik minum susu. S-P-O
Ibu menyimpan uang di dalam S-P-O-K
laci.

b. Kalimat mejemuk Setara adalah gabungan dari 2 klausa atau lebih yang memiliki kedudukan
sama atau sejajar. kalimat majemuk ini memiliki klausa-klausa yang bersifat koordinatif
yaitu kedudukan kedua klausa di dalam kalimat memiliki hubungan yang sejajar atau
setingkat. Dengan kata lain, klausa yang satu tidak menjadi bagian atau lebih tinggi dari
klausa yang lainnya. karena sifatnya yang koordinatif inilah klausa-klausa tersebut bisa
berdiri sendiri atau tetap memiliki arti jika dipisah. Contoh:

Klausa 1= Ayah membaca Koran di ruang tamu


Klausa 2= Ibu menonton televisi.

Kalimat majemuk setara:


Ayah membaca buku dan ibu menonton televisi di ruang tamu.

Pada contoh di atas, ke 2 klausa tersebut bisa berdiri sendiri dan tidak akan kehilangan
makna jika dipisah menjadi kalimat-kalimat tunggal.

c. Kalimat Majemuk Rapatan


Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek,
predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh Kalimat Majemuk Rapatan:
- Pekerjaan Reno hanya makan. (kalimat tunggal 1)
- Pekerjaan Reno hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
- Pekerjaan Reno hanya main game. (kalimat tunggal 3)

Pekerjaann Reno hanya makan, tidur, dan main game.

d. Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat
atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk
bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat
perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat: -
Kemarin Andy mencuci mobil. (induk kalimat) - Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak
kalimat sebagai pengganti keterangan waktu) Ketika matahari berada di ufuk timur, Andy
mencuci mobil. (kalimat majemuk bertingkat cara 1) Andi mencuci mobil ketika matahari
berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)

e. Kalimat Majemuk Campuran Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat
majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga
kalimat. Contoh Kalimat majemuk Campuran: - Ayah memberitahukan berita itu. - Amelia
mendapat ranking. - Ibu sangat bahagia Ayah memberitahukan bahwa Amelia mendapat
juara pertama dan ibu sangat bahagia.

5. Jenis Kelimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikanya)

a. Kalimat yang Melepas


Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur
tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. Unsur anak kalimat
ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat
itu sudah bermakna lengkap.

Misalnya:
1) Saya akan dibelikan mio oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
2) Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan
di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.

b. Kalimat yang Klimaks


Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya
penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika
baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca
induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu,
yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa
berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan.

Misalnya:
1) Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kampusnya.
2) Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis
itu dibebaskan juga.

c. Kalimat yang Berimbang


Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian
kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan
dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.

Misalnya :
1) Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2) Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat
dengan leluasa.

6. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya


1. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dapat digunakan jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu
ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan bicaranya.
Contoh :
 Presiden Gus Dur menyelenggarakan kunjungan ke luar negeri.
 Tidak semua bank dapat memperoleh kredit lunak.

2. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)


Kalimat pertanyaan digunakan jika penutur ingin memperoleh informasi atau jawaban yang diharapkan
kepada lawan bicaranya. Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti apa, dimana, bagaimana,
mengapa, berapa, kapan.
Contoh :
 Kapan kamu berangkat ke Jepang ?
 Mengapa tidak semua orang miskin di negara kita dapat dijamin kesejahteraannya ?

3. Kalimat Perintah (Imperatif)


Kalimat imperatif biasanya digunakan jika penutur ingin menyuruh atau melarang seseorang dalam
melakukan sesuatu.
Contoh :
 Tolong buatkan ayah kopi !
 Janganlah kita enggan untuk mengeluarkan zakat jika sudah tergolong orang yang mampu.

4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan digunakan jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang kuat atau yang mendadak.
Contoh :
 Bukan main, gantengnya.
 Wah, target KONI di Asian Games XIII di tahun 1998 di Bangkok belum tercapai.

KALIMAT EFEKTIF
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan
pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis. Kalimat
sangat mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah
kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu :
1) Kesepadanan Struktur
Yang dimaksud dengan kesepadanan struktur ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Beberapa ciri kesepadanan adalah sebagai berikut :
a. Kalimat itu mempunyai subyek dan predikat yang jelas.
b. Dalam kalimat itu tidak terdapat subyek ganda.
c. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang”.

2) Keparalelan Bentuk
Yang dimaksud dengan keparalelan bentuk ialah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya
juga harus menggunakan nomina.

3) Ketegasan Makna
Yang dimaksud ketegasan makna atau penekenan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide
pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Ada berbagai cara untuk
membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu :
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
c. Melakukan pengulangan kata (repitisi).
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

4) Kehematan Kata
Yang dimaksud dengan kehematan kata dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Penghematan di sini mempunyai arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata
bahasa. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakainan superordinate
pada hiponimi kata.
c. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.
d. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk
jamak.

5) Kecermatan Penalaran
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan
tepat dalam pilihan kata.

6) Kepaduan Gagasan
yang dimaksud kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah.

7) Kelogisan Bahasa
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil namun terlengkap maknanya dan mempunyai intonasi final
yang mengakhirinya. Sebuah kalimat dalam Bahasa Indonesia secara sederhana biasanya terdiri dari dua
unsur yang membangunnya, yaitu unsur Subjek (S) dan Predikat (P). Kalimat tunggal adalah jika
kalimat tersebut hanya memiliki satu gagasan dan hanya terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) saja.
Kalimat majemuk adalah jika kalimat itu terdiri dari dua atau lebih klausa yang membangunnya, dan
biasanya memiliki lebih dari satu Predikat (P).

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menjelaskan gagasan penulis kepada pembaca secara utuh
tanpa ada kebimbangan atau keraguan dalam menafsirkannya.

DAFTAR PUSTAKA

https://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat

http://prbahasa.blogspot.co.id/2016/01/kalimat-berdasarkan-isi-dan-fungsinya.html

https://sahabatnesia.com/jenis-jenis-kalimat/

https://www.e-sbmptn.com/2014/12/kalimat-majemuk-setara-bertingkat.html

Anda mungkin juga menyukai