Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt


yang maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tentang “KALIMAT EFEKTIF”.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada


kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu bahasa indonesia yang
berkaitan dengan kalimat efektif. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah
ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Bahasa secara
meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat
menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.

Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami
menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi
lebih. Semoga laporan ini memberi manfaat bagi banyak pihak. Amiin.

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Mojokerto, 26 Maret 2013

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1. Latar belakang


...........................................................................4
1.2. Rumusan masalah
.....................................................................5
1.3. Tujuan pembahasa5
1.4. Manfaat pembahasan 5

BAB II PEMBAHASAN 6

2.1.Pengertian kalimat efektif 6

2.2.Unsur-unsur kalimat efektif 6

2.3.Ciri-ciri kalimat efektif 12

2.4.Syarat kalimat efektif 18

2.5.Struktur kalimat efektif 18

BAB III PENUTUP 20

3.1.Kesimpulan 20

3.2.Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia


dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu
berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau
penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud
secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat
diterima oleh pendengar atau pembaca.

Saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas masyarakat


Indonesia tidak mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar.Secara
kebahasaan, kesulitan tersebut akibat dari ketidakmampuan pembicara atau
penulis membangun kalimat-kalinat yang benar sebagai media penyampaian
ide-idenya.Sering pula kita temukan orang-orang yang mempunyai konsep-
konsep ide yang brillian, namuan kurang berhasil dalam
mengkomunikasikannya kepada orang lain. Hal ini merupakan kendala
dalam pengembangan ilmu. Banyak faktor yang mempengaruhinya, salah
satunya adalah maju dan berkembangnya teknologi seiring waktu
memunculkan kalimat-kalimat asing yang menjadi bahasa masyarakat kita
sehari-hari.

Realitanya, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak


memahami apa dan bagaimana yang dikatakan dengan kalimat efektif. Maka
dari itu, kami menyusun makalah ini dengan judul “Kalimat
Efektif”.Semoga ini dapat bermanfaat bagi kita.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif?

1.3. Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian kalimat efektif
2. Mengetahui unsur-unsur kalimat efektif
3. Mengetahui ciri-ciri kalimat efektif
4. Mengetahui syarat yang mendasari kalimat efektif
5. Mengetahui struktur kalimat efektif

1.4. Manfaat Pembahasan

1. Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami bagaimana yang


dikatakan dengan kalimat efektif.
2. Manfaat untuk kelompok: agar kita bisa menjaga budaya Bahasa
Indonesia yang baik dan mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan


penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

2.2. Unsur-Unsur Kalimat Efektif

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata


bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran
kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap
(Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-
kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain
(objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir,
tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1. Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok


(benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok
pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal),
klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai
berikut ini:
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S


yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b),
contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang
diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu


merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun
jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda,
namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk
pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki
tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang
menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil
membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau
diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat
(c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal
kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya


dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P.
Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika
ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak
mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena
tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.

a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.


b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena
tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk
pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang
memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada,
jawaban itu terasa tidak logis.

2. Predikat (P)

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan


(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau
benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan
subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S.
termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa,
sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia,
nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:

a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata


meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok
kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa
ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya,
dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta,
belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru
pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g)
memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada
kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku
atau bendanya.

a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.


b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat
normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak
ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu
(pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada
apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai
kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi
tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a),
(b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup
panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan
baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3. Objek (O)

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada


umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di
belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib
hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.

a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh


tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan
melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya
sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi,
rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk
dilengkapi.

a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya


dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang
dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.

a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)


2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)


2)Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang


melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba.
Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan
O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah
ini:

a. Ketua MPR membacakan Pancasila.


S P O

b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.


S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi
oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya
kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a)
menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:

Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke
depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang
tidak gramatikal.

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya.


Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh
frasa adjectival dan frasa preposisional.

Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P.


Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O
sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut
adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.


b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (ket)

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai


hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa
preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam
kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi
dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

2.3. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling


tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:

2.3.1. Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara


pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat
ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran
yang baik.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di


bawah ini:

a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.

Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat


kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi
untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan
subjek.

Contoh:

 Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang


kuliah. (Salah)
 Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.

Contoh:

 Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.


 Saat itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :

 Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.


 Saat itu bagi saya kurang jelas.

c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

Contoh:

 Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti


acara pertama.
 Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli
sepeda motor Suzuki.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara.


Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah
ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, sebagai berikut:

 Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti


acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
 Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli
sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia
membeli sepeda motor Suzuki.

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.


Contoh:

 Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.


 Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.

Perbaikannya adalah sebagai berikut:

 Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.


 Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2.3.2. Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata


yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk
kedua juga menggunakan verba.

Contoh:

 Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.


 Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air,
dan pengaturan tata ruang.

Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata


yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan
dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan
kedua bentuk itu.

 Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki


predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian,
dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang
nomial, sebagai berikut:
 Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air,
dan pengaturan tata ruang.

2.3.3. Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu


perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada
ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan
pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam
kalimat.

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh:

 Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara


ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

Penekanannya ialah presiden mengharapkan.

Contoh:

 Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan


negaranya.

Penekanannya Harapan presiden.

Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.

b.Membuat urutan kata yang bertahap

Contoh:

 Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah


disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

Seharusnya:
 Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

c.Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:

 Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

Seharusnya :

 Saya suka kecantikan dan kelembutan mereka.

e.Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan

Contoh:

 Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

f.Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

Contoh:

 Saudaralah yang bertanggung jawab.

2.3.4.Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah


hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak
perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata bahasa.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.


a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.

Perhatikan contoh:

 Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.


 Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden
datang.

Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.

 Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.


 Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.

b.Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian


superordinat pada hiponimi kata.

Perhatikan contoh:

 Ia memakai baju warna merah.


 Di mana engkau menangkap burung pipit itu?

Kata merah sudah mencakupi kata warna.

Kata pipit sudah mencakupi kata burung.

Kalimat itu dapat diubah menjadi

 Ia memakai baju merah.


 Di mana engkau menangkap pipit itu?

c.Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman


dalam satu kalimat.

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.

 Dia hanya membawa badannya saja.


 Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.

Kata turun bersinonim dengan ke bawah.

Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi

 Dia hanya membawa badannya.


 Sejak pagi dia bermenung.

d.Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata


yang berbentuk jamak.

Misalnya:

Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang

bentuk baku : para tamu, beberapa orang.

2.3.5.Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak


menimbulkan tafsiran ganda.

Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

 Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.


 Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa


atau perguran tinggi.

Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu
rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.

 Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para


hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi

Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

2.3.6.Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan


pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya
tidak terpecah-pecah.

a.Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara


berpikir yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang
panjang dan bertele-tele.

Misalnya:

 Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-


orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu
dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian
manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab

b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara


tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

Contoh:

 Surat itu saya sudah baca.


 Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara


agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk

 Surat itu sudah saya baca.


 Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Perhatikan kalimat ini :

 Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.


 Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-
rumah adat.

Seharusnya:

 Mereka membicarakan kehendak rakyat.


 Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

2.3.7. Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

2.4. Syarat-Syarat Kalimat Efektif

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.


2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran
pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau
penulisnya.

2.5. Struktur Kalimat Efektif

Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki


kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya
kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan
bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya
rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan
suatu pernyataan yang salah.

Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas.
Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari
kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain.
Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah
dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap
penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:

 Buat Papa menulis surat saya.


 Surat saya menulis buat Papa.
 Menuis saya surat buat Papa.
 Papa saya buat menulis surat.
 Saya Papa buat menulis surat.
 Buat Papa surat saya menulis.

Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun


terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai
unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang
lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang
sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.

Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap


kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya
adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai
bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

 Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis


atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti
apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
 Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek
(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
 Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan,
kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan.

3.2. Saran

 Bagi para pendidik

Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena


tentang bahasa indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya
dalam proses kegiatan belajar mengajar teradi komunikas yang baik dan
tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.

 Bagi calon pendidik

Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari


pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya
pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam
pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.

 Bagi lembaga sekolah

Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan


perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar
terjalin komunikasi yang selaras.

DAFTAR PUSTAKA

Rizka, Elvi. 2013. Makalah Kalimat efektif dalam Bahasa Indonesia,


(online) diakses dari
(http://alvirizka.aldyza.com/wp/2013/02/makalah-kalimat-efektif-
dalam-bahasa-indonesia/11 November 2013)

Anonim. 2013. Kalimat Efektif, (online) diakses dari


(http://kalimatefektif2013.blogspot.com/11 November 2013)

Anda mungkin juga menyukai