Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS Y1D
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................ i
A. Simpulan .................................................... 15
B. Saran ......................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................. 16
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
D. MANFAAT PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan
pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah
yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. ), klausa, atau
frasa verbal. Contoh kata subjek sebagai berikut :
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Berjalan kaki menyehatkan badan.
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu
melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana
subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).
Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P
dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau
jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah
pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.
predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar
berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh
berikut :
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P.
objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal,
atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa
verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya
O, seperi pad contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng
pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk
dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga
kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan.
Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak
wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang
menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk
dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
5
4. Pelengkap (pel)
5. Keterangan (ket)
Jenis
No. Posisi/penghubung Contoh pemakaian
keterangan
Di; Di kamar;
Ke; Ke Surabaya;
1. Tempat
Dari; Dari Manado;
Pada. Pada permukaan.
Sekarang, kemarin;
-;
Pada pukul 5 pagi;
Pada;
Dalam 2 hari ini
Dalam;
Sepulang kantor;
Se-;
2. Waktu Sebelum mandi;
Sebelum;
Sesudah makan;
Sesudah;
Selama bekerja;
Selama;
Sepanjang
Sepanjang.
perjalanan.
Seperti angin;
Seperti;
Bagaikan dewi;
7. Similatif Bagaikan;
Laksana bintang di
Laksana.
langit.
Karena; Karena wanita;
8. Penyebab
Sebab. Sebab kelalaiannya.
Dengan; Dengan adiknya ;
9. Penyerta Bersama; Bersama temannya;
Beserta. Beserta saudaranya.
7
2) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan
bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya,
kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian
sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua
bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk
yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk
itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang
menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata
pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat
itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial,
sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian
sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3) Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah
suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat.
Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu dito njolkan.
Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada
penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk mem bentuk
penekanan dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat
(di awal kalimat).
Contoh:
“Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa
dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya. ”
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
9
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif
adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain
yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata -kata yang dapat menambah kejelasan
kalimat. Peghematan di sini mempunyai ar ti penghematan
terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan pengulangan subjek .
Contoh:
“Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa
presiden datang.”
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa
presiden datang.
10
5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu
tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam
pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima
hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang
terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah
uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupia h.
6) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah
kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi
yang disampaikannya tidak terpecah -pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele -tele dan tidak
mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh
karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan
bertele-tele.
Misalnya :
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian
kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara
tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia
Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan
beradab.
7) Kelogisan
Bahasa daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena
terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat pada kalimat
berikut :
“Anak-anak udeh pade dateng.”
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut
menjadi :
“Anak-anak sudah datang.”
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan:
1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud
lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik
turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik. (.), tanda tanya (? ) dan tanda seru (!);
2. Adapun bagian - bagian kalimat terdiri atas subyek,
prediket, objek, pelengkap dan keterangan;
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat me wakili
pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut
dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud
oleh penulis atau pembicaranya;
4. Ciri-ciri kalimat efektif, yaitu kesepadanan,
keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan,
kelogisan.
B. Saran
1. Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan
benar tentang bahasa Indonesia supaya dalam proses
kegiatan belajar mengajar terjadi komunikasi yang baik
dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan
peserta didik.
2. Bagi peserta didik
Para peserta didik agar lebih meningkatkan, menggali
dan mengkaji lebih dalam tentang bahasa Indonesia.
3. Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari
pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam
makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan
tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap
peserta didik dengan pedidik.
4. Bagi lembaga pendidikan
Lembaga sekolah sebaiknya memberikan dan
menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam
bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
16
DAFTAR PUSTAKA
Restiani, Dedeh.2011.
“Kalimat”, http://elgrid.wordpress.com/2011/12/26/ kalim
at-2/
Ulfa, Maria.2013.
“Kalimat Efektif:, http://kalimatefektif2013.blogspot.com