Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK DOSEN PENGAMPU

Bahasa Indonesia Ayu Purnamasari S, M.Pd

KALIMAT EFEKTIF

KELOMPOK 5 :

Aulia Sindyani : 12070520680


Putri Rahmadani :12070520608
Suci Iswandari :12070520656

ADMINISTRASI NEGARA 3/G


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN 2021/1443 H
KATA PENGANTAR

Puji Syukurkami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan


nikmatnya kepada kami sehingga kami diberi kemudahan dan kelancaran dalam
menyelesaikan makalah ini. Terimakasih bagi Dosen Pengampu, pembimbing
kami yang telah memberi pengarahan dalam pembuatan makalah ini. Harapan
kami semoga makalah ini dapat membantu dalam menambah ilmu pengetahuam
mengenai “Kalimat Efektif”.

Mohon maaf jika terdapat suatu kesalahan baik dalam penulisan ataupun
dalam tata bahasa penulisan makalah. Mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini banyak sekali kekurangan-kekurangannya. Kami sangat berbesar hati
dan berlapang dada apabila Bapak/Ibu Dosen, teman-teman serta para pembaca
untuk memberikan saran dan kritiknya.

Selasa, 21 September 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................1

A. Latar Belakang.................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................2
C. Tujuan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................3

A. Kalimat Efektif.................................................................3
B. Syarat-Syarat Kalimat Efektif..........................................4
C. Pola Kalimat Dasar..........................................................9
D. Jenis Kalimat...................................................................13

BAB III PENUTUP...................................................................19

A. Kesimpulan.....................................................................19
B. Saran ...............................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...............................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan sebuah sarana untuk menyampaikan informasi


kepadaseseorang, baik lisan maupun tulisan.Bahasa sangat berkaitan erat
denganmenulis. Menurut (Tarigan, 2008:1), “Keterampilan berbahasa
mempunyai empatkomponen yaitu: keterampilan menyimak (listening
skills), berbicara (speakingskills), membaca (reading skills), dan menulis
(writing skills)”. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap
muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif
dan ekspresif (Tarigan,2008:3). Menurut (Semi, 1996:42), “Keterampilan
menggunakan bahasa tulisadalah pemakaian semua unsur bahasa yaitu
ejaan, kata, ungkapan, kalimat, danpengembangan paragraf”. Dan bahasa
termasuk alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota
masyarakat lain pemakai bahasa itu.

Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada
pada diri si pembicara. Agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau
dirasakannya dapat diterima oleh pendengar atau orang yang diajak bicara,
hendaklah bahasa yang digunakannya dapat mendukung maksud atau
pikiran dan perasaan pembicara secara jelas. Setiap gagasan, pikiran, atau
konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya akan dituangkan ke dalam
bentuk kalimat. Kalimat yang benar (dan juga baik) haruslah memenuhi
persyaratan gramatikal. Artinya, kalimat itu harus disusun berdasarkan
kaidah-kaidah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki
setiap kalimat (subjek dan predikat); memerhatikan ejaan yang
disempurkan; serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam kalimat.
Kalimat yang memenuhi kaidah-kaidah tersebut jelas akan mudah dipahami
oleh pembaca atau pendengar. Kalimat yang demikian disebut kalimat
efektif.1

1
Sudarwati, S., & Prasaja, Y. A. (2015). “KALIMAT EFEKTIF DALAM KOMUNIKASI
FORMAL.” PARAFRASE: Jurnal Kajian Kebahasaan & Kesastraan, 15(01).

1
Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, pemakaian bahasa
dikatakan berhasil apabila maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara
atau penulis dalam berbahasa Indonesia dapat dipahami secara tepat dan
cepat oleh pendengar atau pembaca. Karena itu, pembicara atau penulis
hendaknya menggunakan kalimat yang tepat dan efektif ketika berbahasa.
Kalimat yang susunan gramatikanya tidak benar, terlalu panjang atau terlalu
pendek sehingga tidak mengungkapkan maksud secara tepat bukanlah
kalimat yang efektif. Dalam berbahasa, pembicara atau penulis dituntut
memiliki kemahiran dalam membuat kalimat-kalimat yang efektif agar
tujuan berbahasanya dapat tercapai dengan baik. Struktur kalimat
hendaknya diatur dengan baik, kata-kata yang digunakan juga perlu dipilih
yang sesuai agar pesan yang akan disampaikan melalui tuturan atau tulisan
dapat sampai kepada pendengar atau pembaca persis seperti yang
dikehendaki pembicara atau penulis. Makalah ini mengantarkan mahasiswa
untuk mengenal pemahaman mengenai kalimat efektif dalam berbahasa
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja syarat-syarat dalam kalimat efektif?
3. Bagaimana bentuk pola kalimat dasar?
4. Apa saja jenis-jenis kalimat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud kalimat efektif.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat kalimat efektif.
3. Untuk mengetahui pola kalimat dasar.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis kalimat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
sesuai dengan yang diharapkan oleh si penulisatau si pembicara. Artinya,
kalimat yang dipilih penulis/pembicara harus dapat digunakan untuk
mengungkapkan gagasan, maksud, atau informasi kepada orang lain secara
lugas sehingga gagasan itu dipahami secara sama oleh pembaca atau
pendengar. Dengan demikian, kalimat efektif harus mampu menciptakan
kesepahaman antara penulis dan pembaca atau antara pembicara dan
pendengar. Di dalam kamus kata efektif pada kalimat efektif mempunyai
beberapa makna. Salah satu diantaranya bermakna ‘membawa pengaruh’.
Dengan demikian, kalimat efektif dapat dimaknai sebagai kalimat yang
membawa pengaruh terutama berupa kemudahan bagi pembaca atau bagi
pendengar untuk memahami informasi yang disampaikan oleh penulis atau
pembicara.2
Badudu (1989: 36) berpendapat bahwa sebuah kalimat dapat efektif
apabila mencapai sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi.Selanjutnya,
Parera (1984: 42) mendefinisikan bahwa kalimat efektif adalah bentuk
kalimat yang secara sadar, disengaja, dan disusun untuk mencapai intonasi
yang tepat dan baik seperti yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis.
Suatu kalimat dikatakan efektif apabila memenuhi syarat dan pola-pola
untuk membentuknya, sebagaimana dikemukakan Putrayasa (2007: 66)
bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan
informasi secara sempurna karena memenuhi syarat-syarat pembentuk
kalimat efektif tersebut.3
Sebuah tulisan dapat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan
pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si
pembicara atau penulis. Hal ini berarti suatu kalimat efektif harus disusun
secara sadar untuk mencapai daya informasi yang tepat. Kalimat efektif

2
Sry Satriya Tjatur WisnuSasangka, Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: KALIMAT, Pusat Pembinaan
danPengembangan Bahasa, Jakarta, 2014. Hlm 54
3
Edi Suyanto, Membina, Memelihara, dan Menggunakan BAHASA INDONESIA Secara Benar ; Kajian
Historis-Teoritis dan Praktis Tulis, GRAHA ILMU, Yogyakarta, 2015. Hlm 42

3
digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi,
laporan penelitian, dan sebagainya.

Ciri-ciri kalimat efektif antara lain:4

• Memiliki unsur pokok, minimal tersusun atas Subjek dan Predikat,


• Menggunakan diksi yang tepat,
• Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran
yang logis serta sistematis,
• Menggunakan tata aturan ejaan yang berlaku,
• Memperhatikan penggunaan kata yaitu penghematan penggunaan
kata,
• Menggunakan variasi struktur kalimat, dan
• Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa.

B. Syarat-Syarat Kalimat Efektif


Untuk dapat mencapai keefektifan tersebut di atas, kalimat efektif harus
memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya (1) kesatuan, (2)
kepaduan, (3) keparalelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, (6) kelogisan.5

 Kesatuan
Kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Dengan
satu ide itu kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari
satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan kesatuan yang satu dan
yang lainnya asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal. Penutur tidak
boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama
sekali ke dalam sebuah kalimat.

Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:


a. Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh
bank yang memberikan kredit. (terdapat subjek ganda dalam
kalimat tunggal)

4
Edi Suyanto, Membina, Memelihara, dan Menggunakan BAHASA INDONESIA Secara Benar ;
Kajian Historis-Teoritis dan Praktis Tulis, GRAHA ILMU, Yogyakarta, 2015. Hlm 41
5
Suyanto dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa
melalui Bahasa), IN MEDIA, Bogor, 2017. Hlm 101

4
b. Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.
(memakai kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi
kacau)
c. Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi
pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi
pengarahan)

Contoh kalimat yang jelas kesatuan gagasannya:


a. Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk
membangun gedung sekolah baru.
b. Pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.
c. Berdasarkan agenda, sekretaris manajer personalia akan memberi
pengarahan kepada pegawai baru.
d. Berdasarkan agenda sekretaris, manajer personalia akan memberi
pengarahan kepada pegawai baru.

 Kepaduan (Koherensi)
Koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur
pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata,
frasa, klausa, serta tanda baca yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam
kalimat.

Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:


a. Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin
mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas).
b. Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur kalimat tidak
benar/rancu)
c. Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur
S-P-O tidak berkaitan erat).
d. Yang saya sudah sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran
itu proyek. (salah dalam pemakaian kata dan frasa)

Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:


a. Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
b. Rumah saya baru saja diperbaiki.

5
c. Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
d. Yang sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran
proyek itu.
e. Saya sudah menyarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran
proyek itu.

 Keparalelan
Keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama
derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam
kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian, jika unsur pertama
menggunakan verba, unsur kedua dan seterusnya juga harus verba. Jika
unsur pertama berbentuk nomina, bentuk berikutnya juga harus nomina.

Contoh kesejajaran atau peralelisme yang salah:


a. Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog,
dan bukubuku diberi label.
b. Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha?
c. Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan
terima kasih.
d. Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu peningkatan mutu
produk,memperbanyak waktu penyiaran iklan, dan pemasaran yang
lebih gencar.

Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:


a. Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan
katalog, dan pelebelan buku.
b. Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha?
c. Demikianlah agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu, saya ucapkan
terima kasih.
d. Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu
produk,meninggikan frekuensi iklan, dan menggencarkan pemasaran.

 Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuaian/kecocokan pemakaian unsur-unsur yang
membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan

6
pasti. Di antara semua unsur yang berperan dalam pembentukan kalimat,
harus diakui bahwa kata memegang peranan terpenting. Tanpa kata kalimat
tidak ada. Akan tetapi, perlu diingat kadang-kadang kita harus memilih
dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idiom, satu tanda baca dari sekian
pilihan demi terciptanya makna yang bulat dan pasti. Dalam praktik di
lapangan, baik dalam wacana lisan maupun wacana tulis, masih banyak
pemakai bahasa yang mengabaikan masalah ketepatan pemakaian unsur-
unsur pembentuk kalimat. Akibatnya, kalimat yang dihasilkan pun tidak
tinggi kualitasnya.

Contoh penulisan kalimat yang tidak memperhatikan fator ketepatan:


a. Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga
petang. (salahdalam pemakaian kata sehingga)
b. ... bukan saya yang tidak mau, namun dia yang tidak suka. (salah
memilih kata namun sebagai pasangan kata bukan)
c. Manajer saya memang orangnya pintar. Dia juga bekerja dengan
dedikasi tinggi terhadap perusahaan. Namun demikian, dia ... (salah
memakai frasa namun demikian)
d. Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung
jawab para orang tua, guru, polisi atau petugas dinas sosial; sebeb
sebagian besar penduduk negeri ini terdiri dari anak-anak, remaja dan
pemuda di bawah umur 30 tahun. (salah, karena tidak diberi koma
antara polisi dan atau, dan antara remaja dan dan, sehingga klasifikasi
anggota kelompok yang dirinci masing-masing berkurang satu)

Contoh penulisan kalimat yang memperhatikan faktor ketepatan:


a. Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai petang.
b. ... bukan saya yang tidak mau, melainkan dia yang tidak suka.
c. Manajer saya memang orangnya pintar. Dia juga bekerja dengan
dedikasi tinggiterhadap perusahaan. Walaupun demikian, dia ...
d. Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung
jawab paraorang tua, guru, polisi, atau petugas dinas sosial; sebab
sebagian besar penduduknegeri ini terdiri dari anak-anak, remaja, dan
pemuda di bawah umur 30 tahun.

7
 Kehematan
Kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang tidak
perlu. Hemat di sini berarti tidak memakai kata-kata mubazir, tidak
mengulang subjek, tidak menjamakkan kata yang memang sudah berbentuk
jamak. Dengan hemat kata,diharapkan kalimat menjadi padat berisi.

Contoh kalimat yang tidak hemat kata:


a. Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu
belajar sehariandari pagi sampai petang.
b. Dalam pertemuan yang mana hadir Wakil Gubernur DKI dilakukan
suatuperundingan yang membicarakan tentang perparkiran.
c. Manajer itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia bertemu
dengandirekturnya.
d. Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang baik Anda harus
belajardengan sungguh-sungguh.

Contoh kalimat yang hemat kata:


a. Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
b. Dalam pertemuan yang dihadiri Wakil Gubernur DKI dilakukan
perundingan perparkiran.
c. Manajer itu segera mengubah rencana setelah bertemu direkturnya.
d. Agar Anda dapat memperoleh nilai ujian yang baik, belajarlah
sungguh- sungguh.
e. Belajarlah sungguh-sungguh agar Anda memperoleh nilai yang baik.
f. Anda harus sungguh-sungguh belajar supaya mendapat nilai yang
baik.

 Kelogisan
Kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal.Logis dalam
hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtut/teratur dalam
perhitungan angka atau penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar
strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, atau frasanya,
dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logikanya berbahasa.
Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut.

8
1) Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambing tergolong
binatang anti air)
2) Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa
hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak laki-laki)
3) Tumpukan uang itu terdiri atas pecahan ribuan, ratusan, sepuluh
ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam
merinci, sehingga lemah dari segi logika)
4) Kepada Bapak (Dekan), waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu
dan tempat tidak perlu dipersilahkan)
5) Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini
tepat pada waktunya. (berarti “modal” untuk menyelesaikan makalah
cukuplah ucapan syukur kepada Tuhan)

C. Pola Dasar Kalimat


1. Unsur Dalam Kalimat
 Subyek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh,
sosok (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi
pangkal/pokok pembicaraan. Sebagian besar S diisi oleh kata/frasa
benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh berikut ini.
- Ayahku sedang melukis.
- Meja direktur besar.
- Yang berbaju batik dosen saya.
- Berjalan kaki menyehatkan badan.
- Membangun jalan layang sangat mahal.

 Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan
tindakan apa atau dalam keadaan bagaimana S yaitu (pelaku/tokoh
atau sosok di dalam suatu kalimat). Selain memberi tahu tindakan atau
perbuatan S, predikat dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, citi,
atau jati diri S. Termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah
pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki S. Satuan bentuk P
dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau

9
adjektival, tetapi dapat juga numerelia, nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:
- Kuda meringkik.
- Ibu sedang tidur siang.
- Putrinya cantik jelita.
- Kota Jakarta dalam keadaan aman.
- Kucingku belang tiga.
- Robby mahasiswa baru.
- Rumah Pak Hartawanlima.

 Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada
umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O
selalu di belakang P yang berupa verba transitif. Jika P diisi oleh verba
intransitif, maka O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam
kalimat dikatakan tidak wajib hadir.
Contoh :
- Orang itu menipu adik saya.
- Tuti mencubit lengan Sandra.
- John Smith membeli barang antick.

 Keterangan (Ket.)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai
hal mengenaibagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di
awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ketadalah frasa
nominal, frasa preposisional, adverbia, atau klausa. Berdasarkan
maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para
ahlimembagi keterangan atas sembilan macam (Hasan Alwi dkk,
1998: 366) yaitu seperti yang tertera dalam contoh di bawah ini.
Bagian kalimat yang dicetak tebal adalahketerangan.
- Diana mengambilkan adiknya air minum dari kulkas. (ket. tempat)
- Rustam Lubis sekarang sedang belajar menyanyi. (ket. waktu)
- Lia memotong tali dengan gunting. (ket. alat)

10
- Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya. (ket.
tujuan)
- Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan hati-hati. (ket. cara)
- Amir Burhan pergi dengan teman-teman sekantornya menonton
drama (ket.penyerta)
- Mahasiswa fakultas hukum berdebat bagaikan pengacara. (ket.
penyerta)
- Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. (ket. penyebab)
- Murid-murid TK berpegangan satu sama lain sambil bernyanyi
gembira. (ket.kesalingan)

 Pelengkap (Pel.)
Pelengkap (Pel) atau komplemen bagian kalimat yang melengkapi P.
Letak Pel umumnya dibelakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu
juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel atau O juga
sama, yaitu nomina, frasa nominal, atau klausa. Akan tetapi, antara Pel
dan O terdapat perbedaan. Hal yang membedakan Pel dan O adalah
jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal. Pel dapat
pula diisi oleh frasa adjektival dan frasa preposisional. Di samping itu,
letak Pel tidak selalu persis di belakang P. Kalau dalam kalimatnya
terdapat O, letak Pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan
bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh
pelengkap dalam kalimat :
- Sutardji membacakan pengagungannya puisi kontemporer.
- Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
- Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
- Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
- Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

2. Pola Dasar Kalimat


Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan atau
patern untuk membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas
beberapa struktur kalimat yang dibentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S,
P, O, Pel, Ket. sejalan dengan batasan bahwa strukturkalimat minimal S-P,

11
sedangkan O, Pel, Ket merupakan tambahan yang berfungsi melengkapi dan
memperjelas arti kalimat, pola kalimat dasar yang paling sederhana adalah
yang bertipe S-P, dan yang paling kompleks yaitu bertipe S-P-O-Ket.6
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam
struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa
penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun
keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Pola kalimat dasar
tulisan ini mengacu pada enam pola kalimat dasar yang dipaparkan oleh
Alwi et al., (2003:322). Keenam pola kalimat dasar tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Kalimat Dasar Tipe S-P
Dalam kalimat S-P, verba transitif atau frasa verbal lazim sebagai P.
Akan tetapi, ada pula pengisi P itu berupa nomina, adjektiva, faras
nominal, dan frasa ajektival seperti terlihat dalam contoh berikut:
a. Lina tersenyum
b. Lina, anak Pak Hadi, tersenyum manis.
c. Kenalan saya dosen filsafat.
d. Para pengungsi terlantar.

2) Kalimat Dasar Tipe S-P-O


Predikat dalam kalimat bertipe S-P-O diisi oleh verba transitif yang
memerlukan dua pendamping, yakni S (di sebelah kiri) dan O (di
sebelah kanan). Jika kedua pendamping itu tidak hadir, kalimat itu
tidak gramatikal.
a. AC Milan mengalahkan Barcelona.
b. Korea Utara telah mematuhi seruan PBB.
c. Slobodan Milosevic menculik lawan politiknya.
e. Tamu negara bertemu dengan tokoh LSM terkenal.

3) Kalimat Dasar Tipe S-P-Pel


Seperti halnya kalimat tipe S-P-O, kalimat tipe S-P-Pel mempunyai P
yang memerlukan dua pendamping, yakni S (di sebelah kiri) dan Pel
(di sebelah kanan).
a. Negara kita berlandaskan hukum.

6
Suyanto dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa melalui
Bahasa), IN MEDIA, Bogor, 2017. Hlm 90

12
b. Keputusan hakim sesuai dengan tuntutan jaksa.
c. Gamelan merupakan ciri kesenian tradisional.
d. Adik bungsu saya merasa tersisihkan.

4) Kalimat Dasar Tipe S-P-Ket


Predikat kalimat bertipe S-P-Ket menghendaki dua pendamping yang
berupa S (disebelah kiri) dan Ket (di sebelah kanan).
a. Amien Rais tinggal di Yogjakarta.
b. Sayur-mayur didatangkan dari Bogor dan sekitarnya.
c. Anak tetangga saya mahasiswa di Bandung.
e. Pertengkaran itu terjadi tiga malam yang lalu.

5) Kalimat Dasar Tipe S-P-O-Pel


Predikat kalimat tipe S-P-O-Pel menuntut kehadiran tiga pendamping
agar konstruksinyamenjadi gramatikal.Pendamping yang dimaksud
adalah S (di sebelah kiri), O dan Pel (di sebelah kanan).
a. Mahasiswa mengirim jaksa agung ayam betina.
b. Yuni membelikan adiknya sepeda mini yang bagus.
c. Yanto menghadiahi pacarnya jam tangan Rolex.
d. Petani menanami sawahnya palawija.

6) Kalimat Dasar Tipe S-P-O-Ket


Ada tiga pendamping yang diperlukan oleh P kalimat bertipe S-P-O-
Ket, yakni S (disebelah kiri), O dan Ket (di sebelah Kanan).
a. Mereka memperlakukan saya dengan sopan.
b. Melanie memasukkan bungkusan itu ke dalam mobil.
c. Prof. Harun Alrasyid sedang memberikan kuliah di Fakultas
Hukum.
e. Pemerintah menaikkan harga BBM mulai tanggal 1 Juni 2006.

D. Jenis-Jenis Kalimat
Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut jumlah
klausa pembentuknya, fungsi isinya, kelengkapan unsurnya, dan susunan
subjek predikatnya.7
7
Suyanto dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa melalui
Bahasa), IN MEDIA, Bogor, 2017. Hlm 94

13
1. Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentukannya, kalimat dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu (a) kalimat tunggal, dan (b) kalimat majemuk.
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa.Kalimat
tunggal hanya mengandung satu unsur S, P, O, Pel dan Ket. tentu saja
kelima unsur itu tidak harus muncul samua sekaligus karena unsur minimal
sebuah kalimat adalah S dan P. Mengingat unsur pembentuk utamnya yaitu
S dan P yang serba tunggal itulah kalimatnya dinamakan kalimat tunggal.
Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya, kalimat tunggal dapat dipilah
lagi menjadi empat macam, dan kalimat-kalimat tunggal itu diberi nama
sesuai dengan unsur P-nya masing-masing seperti yang tampak pada contoh
kalimat di bawah ini.
Contoh:
- Kami mahasiswa Indonesia. (kalimat nominal)
- Jawaban anak pintar itu sangat tepat. (kalimat ajektival)
- Sapi-sapi sedang merumpu. (kalimat verbal)
- Mobil orang kaya itu ada delapan. (kalimat numeral)
Kalimat tunggal ada yang dapat dilengkapi atau diperluas dengan
menambah satu unsur O, Pel, dan Ket. Selain itu, unsur S, O dapat pula
diperluas lagi dengan memberinya berbagai keterangan. Jadi, kalimat
tunggal tidak mesti berupa kalimat pendek.

b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua
atau lebih kalimat tunggal. Mengingat kalimat tunggal hanya terdiri atas
satu klausa, berarti kalimat majemuk mengandung lebih dari satu klausa.
Kalimat majemuk dipisahkan lagi menjadi dua yaitu kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk bertingkat.
1) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari
penggabungan beberapa kalimat tunggal yang setara kedudukannya
dan menyatakan peristiwa yang terjadi secara berturut-turut atau
dalam waktu yang bersamaan.8
Contoh kalimat majemuk setara:
8
Sukirman Nurdjan dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Aksara Timur, Makassar, 2016. Hlm 48

14
a) Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya.
b) Yusril rajin membaca, baik ketika menjadi mahasiswa, maupun
setelah bekerja.
c) Tingkah lakunya yang buruk itu tidak saja merugikan dirinya,
tetapi juga merugikan keluarganya.
d) Para peserta seminar sudah mulai berdatangan, sedangkan
panitia belumsiap.
e) Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
f) Ia memarkir mobil di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.
2) Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terbentuk dari
sebuah kalimat tunggal yang salah satu bagiannya mengalami
perluasan atau penggantian dengan kalimat lain. Hubungan bagian
kalimat yang satu dengan bagian kalimat yang lain dalam suatu
struktur kalimat majemuk tidak sama atau bertingkat. Bagian yang
lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat (klausa utama),
sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak
kalimat (klausa sematan).9
Contoh kalimat majemuk bertingkat :
a) Dia datang ketika kami sedang rapat.
b) Lalu lintas akan teratur andaikan pemakai jalan berdisiplin
tinggi.
c) Anda harus bekerja keras agar dapat berhasil.
d) Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah
lanjut.
e) Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
f) Anita menjadi mahasiswa teladan kerena tekun, cerdas, dan
sopan.
g) Gempa itu sedemikian hebatnya sehingga meruntuhkan
jembatan beton.
h) Petani berusaha meningkatkan panen dengan menggunakan
bibit unggul.

2. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya

9
Sukirman Nurdjan dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Aksara Timur, Makassar, 2016. Hlm 49

15
Di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1998: 284)
disebutkan berdasarkan fungsi isi atau makna komunikatifnya kalimat dapat
dibedakan atas empat macam, yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya
(interogatif), kalimat perintah (imoeratif), dan kalimat seru (ekslamatif).
Pada bahasa lisan kalimat-kalimat itu dicirikan oleh intonasi masing-masing
yang khas. Pada bahasa tulis kalimat itu dicirikan oleh tanda baca akhir.

a. Kalimat Berita
Kalimat berita (deklaratif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk
menyatakan suatu berita kepada mitra komunikasinya. Bentuk kalimat berita
bersifat bebas, boleh inversi atau versi, aktif atau pasif, tunggal atau
majemuk, dan sebaginya. Yang terpenting isinya merupakan pemberitaan.
Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi menurun dan pada bahasa tulis
kalimatnya bertanda baca akhir titik.
Contoh: Tadi siang terjadi tabrakan mobil di Jalan Layang Tol Cawang.

b. Kalimat Tanya
Kalimat tanya (interogatif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur/penulis
untuk memperoleh informasi atau reaksi berupa jawaban yang diharapkan
dari mitra komunikasinya. Pada bahasa lisan kalimat berintonasi akhir naik
dan pada bahasa tulis kalimatnya diakhiri dengan tanda tanya. Selain
kehadirannya tanda tanya, dalam kalimat tanya sering pula hadir kata tanya
apa(kah), bagaimana, di mana, siapa, yang mana.
Contoh: Apakah barang ini milik Saudara?

c. Kalimat Perintah
Kalimat perintah (imperatif) dipakai penutur ingin menyuruh atau melarang
orang berbuat sesuatu. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir
menurun dan pada bahasa tulis kalimat itu diakhiri dengan tanda seru
ataupun tanda titik. Kalimat perintah dapat dipilah lagi menjadi kalimat
perintah suruhan, kalimat perintah halus, kalimat perintah permohonan,
kalimat perintah ajakan dan harapan, kalimat perintah larangan, kalimat
perintah pembiaran.
Contoh:
Kalimat perintah halus: Tolonglah bawa sepeda motor itu ke bengkel.

16
Kalimat perintah larangan langsung: Janganlah kamu pergi sekarang!
Kalimat perintah larangan halus: Terima kasih karena Anda tidak merokok!
Kalimat perintah permintaan: Minta perhatian, anak-anak!
Kalimat perintah permintaan/peromonan: Mohon hadiah ini Adik terima.
Kalimat perintah ajakan dan harapan: Ayolah, kita belajar!
Kalimat perintah pembiaraan: Biarlah dia menemani orang tuanya.

d. Kalimat Seru
Kalimat seru (ekslamatif) dipakai oleh penutur untuk mengungkapkan
perasaan emosi yang kuat, termasuk kejadian yang spontan dan memerlukan
reaksi spontan. Pada bahasa lisan, kalimat ini berintonasi naik dan pada
bahasa tulis ditandai dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.) pada akhir
kalimatnya.
Contoh: Aduh, peganggan saya terlepas!

3. Kalimat Tidak Lengkap (Kalimat Minor)


Kalimat di dalam bahasa tulis, lebih-lebih bahasa lisan, sering lengkap
unsurnya. Hal itu terjadi dalam wacana pembicaraan yang konteksnya sudah
diketahui oleh para pelaku. Kalimat yang tidak ber-P atau ber-S, disebut
kalimat minor. Lawannya, yaitu kalimat yang lengkap unsur-unsurnya,
disebut kalimat mayor. Perhatikan contoh kalimat tidak lengkap berikut ini :
Mila : Ada siapa di dalam?
Maya : Ibu.
Mila : Apa ibu sudah tahu rencana kita?
Maya : Belum.

Bentuk Ibu dan Belum dalam contoh adalah kependekan dari bentuk kalimat
lengkap Di dalam ada Ibu. dan Ibu belum mengetahui rencana kita. Akan
tetapi, tanpa diucapkan secara lengkap pun, Mila sudah memahami maksud
Maya melalui kalimat minim yang Maya ucapkan.

Kalimat tidak lengkap yang lain dapat muncul dalam petunjuk, slogan,
ucapan/sapaan khas, dan grafiti. Berikut inilah contohnya.
a. Dilarang masuk
b. Awas!
c. Angkat tangan!

17
d. Selamat jalan.
e. Doa ibu.
f. Kutunggu walau tak pasti.

4. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S. Untuk P-S
dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata atau frasa tertentu
yang pertama muncul dalam tuturan akan menjadi kata kunci yang
mempengaruhi makna dalam hal menimbulkan kesan tertentu.
Contoh kalimat inversi:
a. Menangis pacarku karena sedihnya.
b. Berlari adik mengejar layangan putus.
c. Matikan televisi itu.
d. Sepakat kami untuk membantu mereka.
e. Tidak dikenal bentuk jamak dalam bahasa Cagil.
f. Bercerita panjang lebar pengarang itu tentang pengalamannya.

BAB III
PENUTUP

18
A. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
sesuai dengan yang diharapkan oleh si penulisatau si pembicara. Untuk
dapat mencapai keefektifan harus memenuhi paling tidak enam syarat dalam
kalimat efektif yaitu kesatuan, kepaduan, keparalelan, ketepatan, kehematan,
dan kelogisan. Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila berhasil
menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai
dengan maksud si pembicara atau penulis.
Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk
dengan lima unsur kalimat, yaitu S, P, O, Pel, dan Ket. Pola kalimat dasar
yang paling sederhana adalah yang bertipe S-P dan yang paling kompleks
bertipe S-P-O-Ket. Pola kalimat dasar tulisan ini mengacu pada enam pola
kalimat dasar yang dipaparkan oleh Alwi et al., (2003:322). Keenam pola
kalimatdasar tersebut adalah sebagai berikut: (S-P), (S-P-O), (S-P-Pel), (S-
P-Ket), (S-P-O-Pel), dan (S-P-O-Ket).
Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut jumlah
klausa pembentuknya, fungsi isinya, kelengkapan unsurnya, dan susunan
subjek predikatnya. Menurut jumlah klausa pembentukannya, kalimat dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal, dan kalimat majemuk.
Berdasarkan fungsi isinya kalimat dapat dibedakan atas empat macam, yaitu
kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah
(imoeratif), dan kalimat seru (ekslamatif).

B. Saran

Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Apalagi kedepannya


kita sebagai mahasiswa dalam membuat tulisan ilmiah seperti makalah,
skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya. Tentulah kita
harus tau menggunakan kalimat efektif agar nantinya kita dapat memahami
dengan jelas apa yang kita sampaikan baik berupa penjelasan atau perkataan
maupun tulisan.

DAFTAR PUSTAKA

19
Nurdjan, Sukirman dkk. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Makassar: Aksara Timur.

Suyanto, dkk. 2017. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi


(Membangun Karakter Mahasiswa melalui Bahasa).Bogor: IN MEDIA.

Arifin, E Zaenaldkk. 2010. Bahasa Indonesia Akademik: Mata Kuliah


Pengembangan Kepribadian. Tangerang: Pustaka Mandiri.

Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 2014. Seri Penyuluhan Bahasa


Indonesia: KALIMAT. Jakarta: Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa.

Suyanto, Edi. 2015. Membina, Memelihara, dan Menggunakan BAHASA


INDONESIA Secara Benar ; Kajian Historis-Teoritis dan Praktis
Tulis.Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Ulfasari, A., & Ellya Ratna, Z. (2017).“Keefektifan Kalimat dalam


Karangan Eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Padang.”Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 6(2), 93-101.

Sudarwati, S., & Prasaja, Y. A. (2015). “KALIMAT EFEKTIF DALAM


KOMUNIKASI FORMAL.” PARAFRASE: Jurnal Kajian Kebahasaan &
Kesastraan, 15(01).

Liusti, S. A. (2016). “Analisis Kalimat Berdasarkan Pola Kalimat Dasar dan


Kalkulus Predikat.” Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, 15(2), 157-175.

20
Soal :

Untuk mengetahui baik atau buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari
tingkah lakunya sehari-hari.

Pembentukan kalimat efektif yang benar berdasarkan kalimat di atas


adalah…

a. Untuk mengetahui baik buruknya pribadi seseorang dapat dilihat


dari tingkah lakunya sehari-hari.
b. Untuk mengetahui baik buruknya pribadi seseorang dapat dilihat
dari tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Untuk mengetahui baik atau buruknya seseorang dapat dilihat dari
tingkah lakunya sehari-hari.
d. Baik atau buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah
lakunya sehari-hari.
e. Baik atau buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah
lakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai