KALIMAT EFEKTIF
KELOMPOK 5 :
Mohon maaf jika terdapat suatu kesalahan baik dalam penulisan ataupun
dalam tata bahasa penulisan makalah. Mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini banyak sekali kekurangan-kekurangannya. Kami sangat berbesar hati
dan berlapang dada apabila Bapak/Ibu Dosen, teman-teman serta para pembaca
untuk memberikan saran dan kritiknya.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................1
A. Latar Belakang.................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................2
C. Tujuan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................3
A. Kalimat Efektif.................................................................3
B. Syarat-Syarat Kalimat Efektif..........................................4
C. Pola Kalimat Dasar..........................................................9
D. Jenis Kalimat...................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................19
B. Saran ...............................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada
pada diri si pembicara. Agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau
dirasakannya dapat diterima oleh pendengar atau orang yang diajak bicara,
hendaklah bahasa yang digunakannya dapat mendukung maksud atau
pikiran dan perasaan pembicara secara jelas. Setiap gagasan, pikiran, atau
konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya akan dituangkan ke dalam
bentuk kalimat. Kalimat yang benar (dan juga baik) haruslah memenuhi
persyaratan gramatikal. Artinya, kalimat itu harus disusun berdasarkan
kaidah-kaidah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki
setiap kalimat (subjek dan predikat); memerhatikan ejaan yang
disempurkan; serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam kalimat.
Kalimat yang memenuhi kaidah-kaidah tersebut jelas akan mudah dipahami
oleh pembaca atau pendengar. Kalimat yang demikian disebut kalimat
efektif.1
1
Sudarwati, S., & Prasaja, Y. A. (2015). “KALIMAT EFEKTIF DALAM KOMUNIKASI
FORMAL.” PARAFRASE: Jurnal Kajian Kebahasaan & Kesastraan, 15(01).
1
Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, pemakaian bahasa
dikatakan berhasil apabila maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara
atau penulis dalam berbahasa Indonesia dapat dipahami secara tepat dan
cepat oleh pendengar atau pembaca. Karena itu, pembicara atau penulis
hendaknya menggunakan kalimat yang tepat dan efektif ketika berbahasa.
Kalimat yang susunan gramatikanya tidak benar, terlalu panjang atau terlalu
pendek sehingga tidak mengungkapkan maksud secara tepat bukanlah
kalimat yang efektif. Dalam berbahasa, pembicara atau penulis dituntut
memiliki kemahiran dalam membuat kalimat-kalimat yang efektif agar
tujuan berbahasanya dapat tercapai dengan baik. Struktur kalimat
hendaknya diatur dengan baik, kata-kata yang digunakan juga perlu dipilih
yang sesuai agar pesan yang akan disampaikan melalui tuturan atau tulisan
dapat sampai kepada pendengar atau pembaca persis seperti yang
dikehendaki pembicara atau penulis. Makalah ini mengantarkan mahasiswa
untuk mengenal pemahaman mengenai kalimat efektif dalam berbahasa
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja syarat-syarat dalam kalimat efektif?
3. Bagaimana bentuk pola kalimat dasar?
4. Apa saja jenis-jenis kalimat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud kalimat efektif.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat kalimat efektif.
3. Untuk mengetahui pola kalimat dasar.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis kalimat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
sesuai dengan yang diharapkan oleh si penulisatau si pembicara. Artinya,
kalimat yang dipilih penulis/pembicara harus dapat digunakan untuk
mengungkapkan gagasan, maksud, atau informasi kepada orang lain secara
lugas sehingga gagasan itu dipahami secara sama oleh pembaca atau
pendengar. Dengan demikian, kalimat efektif harus mampu menciptakan
kesepahaman antara penulis dan pembaca atau antara pembicara dan
pendengar. Di dalam kamus kata efektif pada kalimat efektif mempunyai
beberapa makna. Salah satu diantaranya bermakna ‘membawa pengaruh’.
Dengan demikian, kalimat efektif dapat dimaknai sebagai kalimat yang
membawa pengaruh terutama berupa kemudahan bagi pembaca atau bagi
pendengar untuk memahami informasi yang disampaikan oleh penulis atau
pembicara.2
Badudu (1989: 36) berpendapat bahwa sebuah kalimat dapat efektif
apabila mencapai sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi.Selanjutnya,
Parera (1984: 42) mendefinisikan bahwa kalimat efektif adalah bentuk
kalimat yang secara sadar, disengaja, dan disusun untuk mencapai intonasi
yang tepat dan baik seperti yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis.
Suatu kalimat dikatakan efektif apabila memenuhi syarat dan pola-pola
untuk membentuknya, sebagaimana dikemukakan Putrayasa (2007: 66)
bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan
informasi secara sempurna karena memenuhi syarat-syarat pembentuk
kalimat efektif tersebut.3
Sebuah tulisan dapat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan
pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si
pembicara atau penulis. Hal ini berarti suatu kalimat efektif harus disusun
secara sadar untuk mencapai daya informasi yang tepat. Kalimat efektif
2
Sry Satriya Tjatur WisnuSasangka, Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: KALIMAT, Pusat Pembinaan
danPengembangan Bahasa, Jakarta, 2014. Hlm 54
3
Edi Suyanto, Membina, Memelihara, dan Menggunakan BAHASA INDONESIA Secara Benar ; Kajian
Historis-Teoritis dan Praktis Tulis, GRAHA ILMU, Yogyakarta, 2015. Hlm 42
3
digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi,
laporan penelitian, dan sebagainya.
Kesatuan
Kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Dengan
satu ide itu kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari
satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan kesatuan yang satu dan
yang lainnya asalkan ide atau gagasan kalimatnya tunggal. Penutur tidak
boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama
sekali ke dalam sebuah kalimat.
4
Edi Suyanto, Membina, Memelihara, dan Menggunakan BAHASA INDONESIA Secara Benar ;
Kajian Historis-Teoritis dan Praktis Tulis, GRAHA ILMU, Yogyakarta, 2015. Hlm 41
5
Suyanto dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa
melalui Bahasa), IN MEDIA, Bogor, 2017. Hlm 101
4
b. Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.
(memakai kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi
kacau)
c. Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi
pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi
pengarahan)
Kepaduan (Koherensi)
Koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur
pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata,
frasa, klausa, serta tanda baca yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam
kalimat.
5
c. Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
d. Yang sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran
proyek itu.
e. Saya sudah menyarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran
proyek itu.
Keparalelan
Keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama
derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam
kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian, jika unsur pertama
menggunakan verba, unsur kedua dan seterusnya juga harus verba. Jika
unsur pertama berbentuk nomina, bentuk berikutnya juga harus nomina.
Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuaian/kecocokan pemakaian unsur-unsur yang
membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan
6
pasti. Di antara semua unsur yang berperan dalam pembentukan kalimat,
harus diakui bahwa kata memegang peranan terpenting. Tanpa kata kalimat
tidak ada. Akan tetapi, perlu diingat kadang-kadang kita harus memilih
dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idiom, satu tanda baca dari sekian
pilihan demi terciptanya makna yang bulat dan pasti. Dalam praktik di
lapangan, baik dalam wacana lisan maupun wacana tulis, masih banyak
pemakai bahasa yang mengabaikan masalah ketepatan pemakaian unsur-
unsur pembentuk kalimat. Akibatnya, kalimat yang dihasilkan pun tidak
tinggi kualitasnya.
7
Kehematan
Kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang tidak
perlu. Hemat di sini berarti tidak memakai kata-kata mubazir, tidak
mengulang subjek, tidak menjamakkan kata yang memang sudah berbentuk
jamak. Dengan hemat kata,diharapkan kalimat menjadi padat berisi.
Kelogisan
Kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal.Logis dalam
hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtut/teratur dalam
perhitungan angka atau penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar
strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, atau frasanya,
dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logikanya berbahasa.
Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut.
8
1) Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambing tergolong
binatang anti air)
2) Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa
hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak laki-laki)
3) Tumpukan uang itu terdiri atas pecahan ribuan, ratusan, sepuluh
ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam
merinci, sehingga lemah dari segi logika)
4) Kepada Bapak (Dekan), waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu
dan tempat tidak perlu dipersilahkan)
5) Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini
tepat pada waktunya. (berarti “modal” untuk menyelesaikan makalah
cukuplah ucapan syukur kepada Tuhan)
Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan
tindakan apa atau dalam keadaan bagaimana S yaitu (pelaku/tokoh
atau sosok di dalam suatu kalimat). Selain memberi tahu tindakan atau
perbuatan S, predikat dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, citi,
atau jati diri S. Termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah
pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki S. Satuan bentuk P
dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
9
adjektival, tetapi dapat juga numerelia, nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:
- Kuda meringkik.
- Ibu sedang tidur siang.
- Putrinya cantik jelita.
- Kota Jakarta dalam keadaan aman.
- Kucingku belang tiga.
- Robby mahasiswa baru.
- Rumah Pak Hartawanlima.
Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada
umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O
selalu di belakang P yang berupa verba transitif. Jika P diisi oleh verba
intransitif, maka O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam
kalimat dikatakan tidak wajib hadir.
Contoh :
- Orang itu menipu adik saya.
- Tuti mencubit lengan Sandra.
- John Smith membeli barang antick.
Keterangan (Ket.)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai
hal mengenaibagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di
awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ketadalah frasa
nominal, frasa preposisional, adverbia, atau klausa. Berdasarkan
maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para
ahlimembagi keterangan atas sembilan macam (Hasan Alwi dkk,
1998: 366) yaitu seperti yang tertera dalam contoh di bawah ini.
Bagian kalimat yang dicetak tebal adalahketerangan.
- Diana mengambilkan adiknya air minum dari kulkas. (ket. tempat)
- Rustam Lubis sekarang sedang belajar menyanyi. (ket. waktu)
- Lia memotong tali dengan gunting. (ket. alat)
10
- Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya. (ket.
tujuan)
- Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan hati-hati. (ket. cara)
- Amir Burhan pergi dengan teman-teman sekantornya menonton
drama (ket.penyerta)
- Mahasiswa fakultas hukum berdebat bagaikan pengacara. (ket.
penyerta)
- Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. (ket. penyebab)
- Murid-murid TK berpegangan satu sama lain sambil bernyanyi
gembira. (ket.kesalingan)
Pelengkap (Pel.)
Pelengkap (Pel) atau komplemen bagian kalimat yang melengkapi P.
Letak Pel umumnya dibelakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu
juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel atau O juga
sama, yaitu nomina, frasa nominal, atau klausa. Akan tetapi, antara Pel
dan O terdapat perbedaan. Hal yang membedakan Pel dan O adalah
jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal. Pel dapat
pula diisi oleh frasa adjektival dan frasa preposisional. Di samping itu,
letak Pel tidak selalu persis di belakang P. Kalau dalam kalimatnya
terdapat O, letak Pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan
bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh
pelengkap dalam kalimat :
- Sutardji membacakan pengagungannya puisi kontemporer.
- Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
- Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
- Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
- Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
11
sedangkan O, Pel, Ket merupakan tambahan yang berfungsi melengkapi dan
memperjelas arti kalimat, pola kalimat dasar yang paling sederhana adalah
yang bertipe S-P, dan yang paling kompleks yaitu bertipe S-P-O-Ket.6
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam
struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa
penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun
keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Pola kalimat dasar
tulisan ini mengacu pada enam pola kalimat dasar yang dipaparkan oleh
Alwi et al., (2003:322). Keenam pola kalimat dasar tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Kalimat Dasar Tipe S-P
Dalam kalimat S-P, verba transitif atau frasa verbal lazim sebagai P.
Akan tetapi, ada pula pengisi P itu berupa nomina, adjektiva, faras
nominal, dan frasa ajektival seperti terlihat dalam contoh berikut:
a. Lina tersenyum
b. Lina, anak Pak Hadi, tersenyum manis.
c. Kenalan saya dosen filsafat.
d. Para pengungsi terlantar.
6
Suyanto dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa melalui
Bahasa), IN MEDIA, Bogor, 2017. Hlm 90
12
b. Keputusan hakim sesuai dengan tuntutan jaksa.
c. Gamelan merupakan ciri kesenian tradisional.
d. Adik bungsu saya merasa tersisihkan.
D. Jenis-Jenis Kalimat
Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut jumlah
klausa pembentuknya, fungsi isinya, kelengkapan unsurnya, dan susunan
subjek predikatnya.7
7
Suyanto dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa melalui
Bahasa), IN MEDIA, Bogor, 2017. Hlm 94
13
1. Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentukannya, kalimat dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu (a) kalimat tunggal, dan (b) kalimat majemuk.
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa.Kalimat
tunggal hanya mengandung satu unsur S, P, O, Pel dan Ket. tentu saja
kelima unsur itu tidak harus muncul samua sekaligus karena unsur minimal
sebuah kalimat adalah S dan P. Mengingat unsur pembentuk utamnya yaitu
S dan P yang serba tunggal itulah kalimatnya dinamakan kalimat tunggal.
Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya, kalimat tunggal dapat dipilah
lagi menjadi empat macam, dan kalimat-kalimat tunggal itu diberi nama
sesuai dengan unsur P-nya masing-masing seperti yang tampak pada contoh
kalimat di bawah ini.
Contoh:
- Kami mahasiswa Indonesia. (kalimat nominal)
- Jawaban anak pintar itu sangat tepat. (kalimat ajektival)
- Sapi-sapi sedang merumpu. (kalimat verbal)
- Mobil orang kaya itu ada delapan. (kalimat numeral)
Kalimat tunggal ada yang dapat dilengkapi atau diperluas dengan
menambah satu unsur O, Pel, dan Ket. Selain itu, unsur S, O dapat pula
diperluas lagi dengan memberinya berbagai keterangan. Jadi, kalimat
tunggal tidak mesti berupa kalimat pendek.
b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua
atau lebih kalimat tunggal. Mengingat kalimat tunggal hanya terdiri atas
satu klausa, berarti kalimat majemuk mengandung lebih dari satu klausa.
Kalimat majemuk dipisahkan lagi menjadi dua yaitu kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk bertingkat.
1) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari
penggabungan beberapa kalimat tunggal yang setara kedudukannya
dan menyatakan peristiwa yang terjadi secara berturut-turut atau
dalam waktu yang bersamaan.8
Contoh kalimat majemuk setara:
8
Sukirman Nurdjan dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Aksara Timur, Makassar, 2016. Hlm 48
14
a) Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya.
b) Yusril rajin membaca, baik ketika menjadi mahasiswa, maupun
setelah bekerja.
c) Tingkah lakunya yang buruk itu tidak saja merugikan dirinya,
tetapi juga merugikan keluarganya.
d) Para peserta seminar sudah mulai berdatangan, sedangkan
panitia belumsiap.
e) Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
f) Ia memarkir mobil di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.
2) Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terbentuk dari
sebuah kalimat tunggal yang salah satu bagiannya mengalami
perluasan atau penggantian dengan kalimat lain. Hubungan bagian
kalimat yang satu dengan bagian kalimat yang lain dalam suatu
struktur kalimat majemuk tidak sama atau bertingkat. Bagian yang
lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat (klausa utama),
sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak
kalimat (klausa sematan).9
Contoh kalimat majemuk bertingkat :
a) Dia datang ketika kami sedang rapat.
b) Lalu lintas akan teratur andaikan pemakai jalan berdisiplin
tinggi.
c) Anda harus bekerja keras agar dapat berhasil.
d) Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah
lanjut.
e) Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
f) Anita menjadi mahasiswa teladan kerena tekun, cerdas, dan
sopan.
g) Gempa itu sedemikian hebatnya sehingga meruntuhkan
jembatan beton.
h) Petani berusaha meningkatkan panen dengan menggunakan
bibit unggul.
9
Sukirman Nurdjan dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Aksara Timur, Makassar, 2016. Hlm 49
15
Di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1998: 284)
disebutkan berdasarkan fungsi isi atau makna komunikatifnya kalimat dapat
dibedakan atas empat macam, yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya
(interogatif), kalimat perintah (imoeratif), dan kalimat seru (ekslamatif).
Pada bahasa lisan kalimat-kalimat itu dicirikan oleh intonasi masing-masing
yang khas. Pada bahasa tulis kalimat itu dicirikan oleh tanda baca akhir.
a. Kalimat Berita
Kalimat berita (deklaratif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk
menyatakan suatu berita kepada mitra komunikasinya. Bentuk kalimat berita
bersifat bebas, boleh inversi atau versi, aktif atau pasif, tunggal atau
majemuk, dan sebaginya. Yang terpenting isinya merupakan pemberitaan.
Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi menurun dan pada bahasa tulis
kalimatnya bertanda baca akhir titik.
Contoh: Tadi siang terjadi tabrakan mobil di Jalan Layang Tol Cawang.
b. Kalimat Tanya
Kalimat tanya (interogatif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur/penulis
untuk memperoleh informasi atau reaksi berupa jawaban yang diharapkan
dari mitra komunikasinya. Pada bahasa lisan kalimat berintonasi akhir naik
dan pada bahasa tulis kalimatnya diakhiri dengan tanda tanya. Selain
kehadirannya tanda tanya, dalam kalimat tanya sering pula hadir kata tanya
apa(kah), bagaimana, di mana, siapa, yang mana.
Contoh: Apakah barang ini milik Saudara?
c. Kalimat Perintah
Kalimat perintah (imperatif) dipakai penutur ingin menyuruh atau melarang
orang berbuat sesuatu. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir
menurun dan pada bahasa tulis kalimat itu diakhiri dengan tanda seru
ataupun tanda titik. Kalimat perintah dapat dipilah lagi menjadi kalimat
perintah suruhan, kalimat perintah halus, kalimat perintah permohonan,
kalimat perintah ajakan dan harapan, kalimat perintah larangan, kalimat
perintah pembiaran.
Contoh:
Kalimat perintah halus: Tolonglah bawa sepeda motor itu ke bengkel.
16
Kalimat perintah larangan langsung: Janganlah kamu pergi sekarang!
Kalimat perintah larangan halus: Terima kasih karena Anda tidak merokok!
Kalimat perintah permintaan: Minta perhatian, anak-anak!
Kalimat perintah permintaan/peromonan: Mohon hadiah ini Adik terima.
Kalimat perintah ajakan dan harapan: Ayolah, kita belajar!
Kalimat perintah pembiaraan: Biarlah dia menemani orang tuanya.
d. Kalimat Seru
Kalimat seru (ekslamatif) dipakai oleh penutur untuk mengungkapkan
perasaan emosi yang kuat, termasuk kejadian yang spontan dan memerlukan
reaksi spontan. Pada bahasa lisan, kalimat ini berintonasi naik dan pada
bahasa tulis ditandai dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.) pada akhir
kalimatnya.
Contoh: Aduh, peganggan saya terlepas!
Bentuk Ibu dan Belum dalam contoh adalah kependekan dari bentuk kalimat
lengkap Di dalam ada Ibu. dan Ibu belum mengetahui rencana kita. Akan
tetapi, tanpa diucapkan secara lengkap pun, Mila sudah memahami maksud
Maya melalui kalimat minim yang Maya ucapkan.
Kalimat tidak lengkap yang lain dapat muncul dalam petunjuk, slogan,
ucapan/sapaan khas, dan grafiti. Berikut inilah contohnya.
a. Dilarang masuk
b. Awas!
c. Angkat tangan!
17
d. Selamat jalan.
e. Doa ibu.
f. Kutunggu walau tak pasti.
4. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S. Untuk P-S
dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata atau frasa tertentu
yang pertama muncul dalam tuturan akan menjadi kata kunci yang
mempengaruhi makna dalam hal menimbulkan kesan tertentu.
Contoh kalimat inversi:
a. Menangis pacarku karena sedihnya.
b. Berlari adik mengejar layangan putus.
c. Matikan televisi itu.
d. Sepakat kami untuk membantu mereka.
e. Tidak dikenal bentuk jamak dalam bahasa Cagil.
f. Bercerita panjang lebar pengarang itu tentang pengalamannya.
BAB III
PENUTUP
18
A. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
sesuai dengan yang diharapkan oleh si penulisatau si pembicara. Untuk
dapat mencapai keefektifan harus memenuhi paling tidak enam syarat dalam
kalimat efektif yaitu kesatuan, kepaduan, keparalelan, ketepatan, kehematan,
dan kelogisan. Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila berhasil
menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai
dengan maksud si pembicara atau penulis.
Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk
dengan lima unsur kalimat, yaitu S, P, O, Pel, dan Ket. Pola kalimat dasar
yang paling sederhana adalah yang bertipe S-P dan yang paling kompleks
bertipe S-P-O-Ket. Pola kalimat dasar tulisan ini mengacu pada enam pola
kalimat dasar yang dipaparkan oleh Alwi et al., (2003:322). Keenam pola
kalimatdasar tersebut adalah sebagai berikut: (S-P), (S-P-O), (S-P-Pel), (S-
P-Ket), (S-P-O-Pel), dan (S-P-O-Ket).
Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut jumlah
klausa pembentuknya, fungsi isinya, kelengkapan unsurnya, dan susunan
subjek predikatnya. Menurut jumlah klausa pembentukannya, kalimat dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal, dan kalimat majemuk.
Berdasarkan fungsi isinya kalimat dapat dibedakan atas empat macam, yaitu
kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah
(imoeratif), dan kalimat seru (ekslamatif).
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
19
Nurdjan, Sukirman dkk. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Makassar: Aksara Timur.
20
Soal :
Untuk mengetahui baik atau buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari
tingkah lakunya sehari-hari.