Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KALIMAT EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen : R. Panji Hermoyo, S.Sos., M.Pd.

Disusun Oleh :

Ovia Mahsunah (2015.02.4.0026)

Novita Adiningtyas (2016.02.4.0032)

Prima Aris Wardhani (2016.02.4.0034)

Sabilla Dwi Rininta (2016.02.4.0041)

Satriyo Mukti Santoso (2016.02.4.0043)

JURUSAN OSEANOGRAFI

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

2016
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kalimat Efktif dan Tidak
Efektif. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Tidak lupa pula sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini. Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Surabaya, 20 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................. i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
Kata Pengantar .................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................ 2
BAB 2. PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kalimat Efektif ............................................................... 3
2.2 Unsur-unsur Kalimat Efektif ............................................................ 3
2.3 Ciri-ciri Kalimat Efektif ................................................................... 9
2.4 Syarat-syarat Kalimat Efektif ........................................................... 16
2.5 Struktur Kalimat Efektif ................................................................... 16
2.6 Pengertian Kalimat Tidak Efektif .................................................... 17
2.7 Ciri-ciri Kalimat Tidak Efektif ......................................................... 17
BAB 3. KESIMPULAN ...................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan
sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran,
keinginan, atau perasaan yang ada pada diri pembicara atau penulis. Bahasa
yang digunakan hendaklah dapat mendukung maksud pembicara atau penulis
secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat
diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai
sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca
secara tepat pula. Jika gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau
pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap
seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi,
kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara
atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap, tegas,
mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Artinya, unsur-unsur kalimat
seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang
seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak
memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis,
atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan tersebut, pembaca sukar mengerti
maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif.
Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif
dan tidak efektif dengan segala permasalahannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kalimat efektif?
2. Apa unsur-unsur kalimat efektif?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat-syarat kalimat efektif?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif?
6. Apa pengertian dari kalimat tidak efektif?
7. Apa ciri-ciri kalimat tidak efektif?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kalimat efektif.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur kalimat efektif.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat efektif.
4. Untuk mengetahui syarat-syarat kalimat efektif.
5. Untuk mengetahui struktur kalimat efektif.
6. Untuk mengetahui pengertian dari kalimat tidak efektif.
7. Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat kalimat tidak efektif.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Memahami penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Menjaga kemurnian Bahasa Indonesia
3. Menjaga budaya Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang bisa mewakili gagasan pembicara atau
penulis serta dapat diterima maksud atau arti serta tujuannya seperti yang
dimaksud oleh penulis atau pembicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang
padat, singkat, jelas, lengkap dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.
 Jelas, artinya mudah dipahami oleh pendengar atau pembicara.
 Singkat, artinya hemat dalam penggunaan kata.
 Tepat, dapat sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
2.2 Unsur-unsur Kalimat Efektif
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam
kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri
atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau
wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok
(benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok
pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal),
klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai
berikut ini :
– Ayahku sedang melukis.
– Meja direktur besar.
– Yang berbaju batik dosen saya.
– Berjalan kaki menyehatkan badan.
– Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah subjek (S).
Contoh subjek (S) yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada
kalimat (a) dan (b), contoh subjek (S) yang diisi oleh klausa terdapat
pada kalimat (c), dan contoh subjek (S) yang diisi oleh frasa verbal
terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk subjek
(S) selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di
atas, meskipun jenis kata yang mengisi subjek (S) pada kalimat (c), (d)
dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada
benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju
batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga
membangun jalan layang yang menjadi subjek (S) pada kalimat (e),
secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain
adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam,
sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e),
yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d)
dan (e).
Selain ciri di atas, subjek (S) dapat juga dikenali dengan cara bertanya
dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada
predikat (P). Jika ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan,
itulah subjek (S). Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis
berarti kalimat itu tidak mempunyai subjek (S). Inilah contoh “kalimat”
yang tidak mempunyai subjek (S) karena tidak ada atau tidak jelas pelaku
atau bendanya.
1. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
2. Di sini melayani obat generic.
3. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena
tidak mempunyai subjek (S). Jika ditanya kepada predikat (P), siapa
yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada
contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada
jawabannya. Meskipun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan
(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau
benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau
perbuatan subjek (S), predikat (P) dapat pula menyatakan sifat, situasi,
status, ciri, atau jati diri subjek (S). termasuk juga sebagai predikat (P)
dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki
oleh subjek (S). Predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian
besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina,
atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
1. Kuda meringkik.
2. Ibu sedang tidur siang.
3. Putrinya cantik jelita.
4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5. Kucingku belang tiga.
6. Robby mahasiswa baru.
7. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah predikat (P).
kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda.
Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan apa
yang ibu lakukan, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan
bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d)
memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g)
memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki predikat (P) karena
tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau
status pelaku atau bendanya.
1. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
2. Kantor kami yang terletak di Jalan Gatot Subroto.
3. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat
normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai
predikat (P). Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik
yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas
pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan
Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c).
karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang
dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena
itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu
belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata
atau frasa.
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat (P). Objek
pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak objek
(O) selalu di belakang predikat (P) yang berupa verba transitif, yaitu
verba yang menuntut wajib hadirnya objek (O), seperti pada contoh di
bawah ini.
1. Nurul menimang …
2. Arsitek merancang …
3. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh
tersebut adalah predikat (P) yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang
akan melengkapi predikat (P) pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan
objek.
Jika predikat (P) diisi oleh verba intransitif, objek (O) tidak
diperlukan. Itulah sebabnya sifat objek (O) dalam kalimat dikatakan tidak
wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi
predikat (P) dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
1. Nenek mandi.
2. Komputerku rusak.
3. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi subjek (S) jika
kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak
objeknya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
3) Orang itu menipu adik saya (O)
4) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang
melengkapi predikat (P). Letak pelengkap umumnya di belakang predikat
(P) yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh objek (O),
dan jenis kata yang mengisi pelengkap dan objek juga sama, yaitu dapat
berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara pelengkap dan
objek terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini:
1. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
2. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang pelengkap dan objeknya sama-
sama diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang
bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai objek.
Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif :
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke
depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat
yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan pelengkap dan objek adalah jenis
pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat
juga diisi oleh frasa adjektiva dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak pelengkap tidak selalu persis di belakang
predikat (P). Apabila dalam kalimatnya terdapat objek (O), letak
pelengkap adalah di belakang objek (O) sehingga urutan penulisan
bagian kalimat menjadi S-P-O-Pelengkap. Berikut adalah beberapa
contoh pelengkap dalam kalimat.
1. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
2. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
3. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
4. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
5. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan (Ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai
hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur keterangan (Ket) dapat
berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pelengkap. Posisinya bersifat bebas,
dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi keterangan (Ket)
adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam keterangan (Ket)
dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas sembilan macam
(Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di
bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAINNYA
No. Jenis Keterangan Posisi/Penghubung Contoh Pemakaian
Di kamar
Di
Di kota
Ke Surabaya
Ke
1. Tempat Ke rumahnya
Dari Manado
Dari
Dari sawah
Pada Pada permukaan
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
2. Waktu Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
Sepanjang
Sepanjang
perjalanan
Dengan pisau
3. Alat Dengan
Dengan mobil
Supaya/Agar Supaya kamu paham
Untuk Untuk kemerdekaan
4. Tujuan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
5. Cara
Dengan jalan
Dengan jalan
berunding
6. Kesalingan Satu sama lain
Seperti Seperti angin
Bagaikan seorang
Bagaikan
7. Similatif dewi
Laksana bintang di
Laksana
langit
Karena perempuan
Karena
8. Penyebab itu
Sebab Sebab kegagalannya
Dengan Dengan adiknya
Bersama orang
9. Penyerta Bersama
tuanya
Beserta Beserta saudaranya

2.3 Ciri-ciri Kalimat Efektif


Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling
tidak enam syarat berikut, yaitu adanya :
(1) Kesepadanan
Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa cirri, seperti tercantum di
bawah ini :
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja
membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat
suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian
kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang,
mengenai menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh :
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar
uang kuliah. (salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (benar)
b. Tidak terdapat subjek yang ganda
Contoh :
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat
tunggal
Contoh :
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat
mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia
membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, mengubah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan
kedua mengganti ungkapan penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut :
a. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat
mengikuti acara pertama.
Atau Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak
dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia
membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia
membeli sepeda motor Suzuki.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang
Contoh :
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya sebagai berikut :
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Guntung.
(2) Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk
kedua juga menggunakan nomina. Jika bentuk pertama menggunakan
verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh :
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua
bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki
predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan,
memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau
diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut :
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
(3) Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu
perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada
ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk
penekanan dalam kalimat.
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di
awal kalimat).
Contoh :
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan
negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh :
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
Penekanannya harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah
posisi kalimat.
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh :
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya :
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh :
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan
mereka.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh :
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e. Menggunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh :
Saudaralah yang bertanggung jawab.
(4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah
hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak
perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang
dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan:
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
pengulangan subjek.
Perhatikan contoh :
- Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
- Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa
presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut :
- Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
- Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan contoh :
- Ia memakai baju warna merah.
- Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi :
- Ia memakai baju merah.
- Di mana engkau menangkap pipit itu?
c. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini :
- Dia hanya membawa badannya saja.
- Sejak dari pagi dia bermenung.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
- Dia hanya membawa badannya.
- Sejak pagi dia bermenung.
d. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan
kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
Bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
(5) Kecermatan
Kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal,
mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus
ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut :
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang,
dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan,
yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi :
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
(6) Kepaduan
Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan
cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hindari
kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya :
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang
kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang
secara tidak sadar bertindak keluar dari Kepribadian manusia Indonesia
dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal
secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif
persona.
Contoh :
a. Surat itu saya sudah baca.
b. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara
agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk.
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-
rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
(7) Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh :
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (salah)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)
2.4 Syarat-syarat Kalimat Efektif
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut :
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran
pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembicara atau
penulisnya.
2.5 Struktur Kalimat Efektif
Struktur kalimat efekif harus benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan
bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti.
Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus
kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak
menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang
salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap
unsur yang terdapat di dalamnya yang pada umumnya terdiri dari kata harus
menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu
harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh
menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap penyimpanyan biasanya akan
menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai
bahasa itu.
Misalnya, anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkan akan sangat lain, bila dikatakan :
1. Buat papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat papa.
3. Menulis saya surat buat papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya papa buat menulis surat.
6. Buat papa surat saya menulis.
Meskipun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsure
kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak
jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan
oleh pemakai bahasa.
Demikian biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan
struktural pemakai bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah
kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka pemakai bahasa selalu
berusaha mentaati hukum yang sudah dibiasakan.
2.6 Pengertian Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki sifat-sifat yang
terdapat pada kalimat efektif.
2.7 Ciri-ciri Kalimat Tidak Efektif
(1) Struktur Kalimat Tidak Kompak
Setiap kalimat minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang
menerangkan pokok) atau unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik adalah
kalimat yang menggunakan subjek dan predikat secara benar dan kompak.
(2) Kalimat Tidak Paralel
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tersusun secara parallel.
Keparalelan itu tampak pada jenis kata yang digunakan sebagai suatu yang
parallel dengan memiliki unsur atau jenis kata yang sama. Kesalahan dalam
menggunakan paralelis kata akan menjadikan kalimat tersebut menjadi tidak
efektif.
Contoh :
Kegiatan akhir dan percobaan itu adalah menyusun laporan, kelengkapan
materi yang harus dilampirkan, penggambaran tahap-tahap kegiatan, dan
simpulan hasil pengujian.
Ketidakparalelan kalimat tersebut, karena menparalelkan jenis kata
menyusun dengan kelengkapan, penggambaran dan simpulan. Kalimat tersebut
memparalelkan kegiatan sebagai verba maka kata lainnya seharusnya
menggunakan verba. Misalnya kata menyusun seharusnya berparalel dengan
melampirkan (materi secara lengkap) menggambarkan (tahap-tahap kegiatan),
dan menyimpulkan (hasil pengujian).
(3) Kalimat Bertele-tele
Kalimat efektif harus hemat. Kalimat hemat memiliki cirri kalimat yang
menghindari pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata
yang sudah bermakna jamak.
Contoh :
Air raksa ini harus dicampur dengan kain warna merah
Kalimat di atas kurang efektif karena menggunakan kata bermakna
hiponimi, yaitu kata warna dan merah (merah merupakan salah satu warna,
sehingga tidak perlu menggunakan kata warna).
(4) Kalimat Tidak Berpadu
Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan.
Kalimat yang tidak berpadu biasanya terjadi karena salah dalam menggunakan
verba (kata kerja) atau preposisi (kata depan) secara tidak tepat.
(5) Kalimat Kurang Logis
Kalimat yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau
pikiran sehat. Biasanya ketidaklogisan kalimat terjadi karena pemilihan kata
atau ejaan yang salah.
Contoh :
Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bersama-sama mulai
mengerjakan tugas tersebut.
Kalimat di atas memiliki makna yang tidak mungkin waktu dipersingkat,
kecuali acara yang dipersingkat atau waktu yang dihemat.
(6) Kontaminasi
Kontaminasi yang berarti merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah.
Contoh :
Sangat baik sekali
(7) Pleonasme
Pleonasme artinya berlebihan atau kalimat yang kata-katanya tumpang
tindih.
Contoh :
Para hadirin (kata hadirin sudah menunjukkan kata jamak, tidak perlu para)
Agar supaya (kata agar memiliki makna yang sama dengan supaya)
(8) Tidak Memiliki Subjek
Contoh :
Buah mangga mengandung vitamin C (S-P-O benar)
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C (K-P-O salah)
(9) Adanya Kata Depan yang Tidak Perlu
Contoh :
Kepada siswa mahasiswa semester I berkumpul di aula
(10) Salah Nalar
Contoh :
Pak saya minta izin ke belakang (toilet tidak selalu berada di belakang)
Saya absen dulu anak-anak (absen : tidak masuk, seharusnya presensi)
Bola gagal masuk gawang (kata gagal digunakan untuk subjek bernyawa)
(11) Kesalahan Pembentukan Kata
Contoh :
Mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
Mensoalkan seharusnya menyoalkan
Sejarawan seharusnya ahli sejarah
(12) Pengaruh Bahasa Asing
Contoh :
Sebab-sebab perselisihan … (cause of quarrel) kata daripada dihilangkan
Saya telah katakana … (I have told) seharusnya telah saya katakan
(13) Pengaruh Bahasa Daerah
Contoh :
Sudah pada hadir (Bahasa Jawa : Wis padha teka) seharusnya sudah hadir
Jangan-jangan (Bahasa Jawa : ojo-ojo) seharusnya mungkin
BAB 3. KESIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang bisa mewakili gagasan pembicara atau
penulis serta dapat diterima maksud atau arti serta tujuannya seperti yang
dimaksud oleh penulis atau pembicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang
padat, singkat, jelas, lengkap dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.
Unsur-unsur dalam kalimat efektif meliputi : subjek (S), predikat (P), objek
(O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket). Ciri-ciri kalimat efektif yaitu :
kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan dan
kelogisan. Kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas.
Setiap unsur yang terdapat di dalamnya yang pada umumnya terdiri dari kata
harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kalimat
tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki sifat-sifat yang terdapat pada
kalimat efektif. Ciri-ciri kalimat tidak efektif yaitu : struktur kalimat tidak
kompak, kalimat tidak paralel, kalimat bertele-tele, kalimat tidak berpadu,
kalimat kurang logis, kontaminasi, pleonasme, tidak memiliki subjek, adanya
kata depan yang tidak perlu, salah nalar, kesalahan pembentukan kata,
pengaruh bahasa asing, dan pengaruh bahasa daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Mila. 17 Juni 2015. Kalimat Efektif Makalah. (Online)


(http://dokumen.tips/education/kalimat-efektif-makalah.html diakses tanggal 20
November 2016 pukul 11:03)

Pengertian, Ciri-ciri, Contoh Kalimat Efektif dan Tidak Efektif (Online)


(http://ketikakuberkata.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-ciri-ciri-dan-contoh-
kalimat.html diakses tanggal 20 November 2016 pukul 11:24)

Anda mungkin juga menyukai