Anda di halaman 1dari 22

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penginderaan Jauh


di Universitas Negeri Yogyakarta

Dosen Pengampu :

Bambang Syaeful Hadi, S.Pd, M.Si, M.Pd

Penulis

Disusun oleh :

Aisyah Nurul Lathifah

(25405241014)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis limpahkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul
Karakteristik Citra Satelit dengan baik.
Untuk menyelesaikan tugas ini penulis mendapatkan bantuan dan kerjasama
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Bapak Bambang Syaeful Hadi, S.Pd, M.Si, M.Pd selaku dosen pengampu.
2. Teman-teman Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh sebab itu penulis berharap
kepada berbagai pihak untuk memberikan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan tugas ini kedepannya. Semoga tugas ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Terimakasih.
Yogyakarta, 15 Juni 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ........................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3

A. Quickbird ................................................................................................................. 4
B. Ikonos ...................................................................................................................... 7
C. LANDSAT 8 ............................................................................................................ 9
D. ALOS ....................................................................................................................... 11
E. Radar ........................................................................................................................ 11
F. Lidar......................................................................................................................... 13
G. SPOT 8 dan 7 ........................................................................................................... 17
H. NOAA ...................................................................................................................... 18
I. GeoEye .................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22

3
QUICKBIRD

Sebenarnya, perusahaan swasta AS lainnya DigitalGlobe, tahun 2002


meluncurkan satelit komersial dengan kemampuan mengungguli Ikonos.
Quickbird, nama satelit ini, beresolusi spasial hingga 60 sentimeter dan 2,4 meter
untuk moda pankromatik dan multispektral. Setelah kegagalan EarlyBird, satelit
Quickbird diluncurkan tahun 2000 oleh DigitalGlobe. Namun, kembali gagal.
Akhirnya Quickbird-2 berhasil diluncurkan 2002 dan dengan resolusi spasial lebih
tinggi, yaitu 2,4 meter (multispektral) dan 60 sentimeter (pankromatik). Citra
Quickbird beresolusi spasial paling tinggi dibanding citra satelit komersial lain.
Selain resolusi spasial sangat tinggi, keempat sistem pencitraan satelit
memiliki kemiripan cara merekam, ukuran luas liputan, wilayah saluran spektral
yang digunakan, serta lisensi pemanfaatan yang ketat. Keempat sistem
menggunakan linear array CCD-biasa disebut pushbroom scanner. Scanner ini
berupa CCD yang disusun linier dan bergerak maju seiring gerakan orbit satelit.
Jangkauan liputan satelit resolusi tinggi seperti Quickbird sempit (kurang dari
20 km) karena beresolusi tinggi dan posisi orbitnya rendah, 400-600 km di atas
Bumi. Berdasarkan pengalaman penulis, dengan luas liputan 16,5 x 16,5 km², data
Quickbird untuk 4 saluran ditambah 1 saluran pankromatik telah menghabiskan
tempat 1,8 gigabyte. Data sebesar ini disimpan dalam 1 file tanpa kompresi pada
resolusi radiometrik 16 bit per pixel.
Semua sistem menghasilkan dua macam data: multispektral pada empat
saluran spektral (biru, hijau, merah, dan inframerah dekat atau B, H, M, dan IMD),
serta pankromatik (PAN) yang beroperasi di wilayah gelombang tampak mata dan
perluasannya. Semua saluran pankromatik, karena lebar spektrumnya mampu
menghasilkan resolusi spasial jauh lebih tinggi daripada saluran-saluran
multispektral. Unsur penting lain adalah ketatnya pemberian lisensi pemanfaatan.
DigitalGlobe misalnya, hanya memberikan satu jenis lisensi pemanfaatan
Quickbird pada pembeli. Jadi, bila pemerintah kota di Indonesia membeli data ini
untuk keperluan perbaikan lingkungan permukiman urban misalnya, data yang
sama tidak boleh digunakan untuk keperluan lain seperti pajak bumi dan
bangunan (PBB). Resolusi spasial tinggi ditujukan untuk mendukung aplikasi
kekotaan, seperti pengenalan pola permukiman, perkembangan dan perluasan

4
daerah terbangun. Saluran-saluran spektral B, H, M, IMD, dan PAN cenderung
dipilih, karena telah terbukti efektif dalam menyajikan variasi fenomena yang
terkait dengan kota. Kondisi vegetasi tampak jelas pada komposisi warna semu
(false color), yang tersusun atas saluran-saluran B, H, IMD ataupun H, M, IMD
yang masingmasing ditandai dengan urutan warna biru, hijau, dan merah. Pada
citra komposit warna ini, vegetasi dengan berbagai tingkat kerapatan tampak
bergradasi kemerahan.
Teknik pengolahan citra digital dengan indeks vegetasi seringkali memilih
formula NDVI (normalised diference vegetation index= IMD-M/IMD+M). Indeks
atau nilai piksel yang dihasilkan kemudian sering dijadikan ukuran kuantitatif
tingkat kehijauan vegetasi. Apabila diterapkan di wilayah kota, maka tingkat
kehijauan lingkungan urban dapat digunakan sebagai salah satu parameter kualitas
lingkungan. Untuk lahan pertanian, NDVI terkait dengan umur, kesehatan, dan
kerapatan tanaman semusim, sehingga seringkali dipakai untuk menaksir tingkat
produksi secara regional. Kehadiran Quickbird dan Ikonos telah melahirkan eforia
baru pada praktisi inderaja yang jenuh dengan penggunaan metode baku analisis
citra berbasis Landsat dan SPOT. Klasifikasi multispektral standar berdasarkan
resolusi spasial sekitar 20-30 meter seringkali dianggap kurang halus untuk kajian
wilayah pertanian dan urban di Jawa. Model-model dengan knowledgebased
techniques (KBT) yang berbasis Landsat dan SPOT umumnya tidak tersedia
dalam menu baku di perangkat lunak komersial, dan lebih sulit dioperasikan.
Quickbird menjawab kebutuhan itu. Resolusi 60 cm bila dipadukan dengan
saluran multispektralnya akan menghasilkan pan-sharped image, yang mampu
menonjolkan variasi obyek hingga marka jalan dan tembok penjara. Citra ini
mudah sekali diinterpretasi secara visual. Meski demikian, para pakar inderaja
saat ini masih bergulat dengan pengembangan metode ekstraksi informasi
otomatis berbasis citra resolusi tinggi seperti Quickbird. Resolusi spasial yang
sangat tinggi pada Quickbird telah melahirkan masalah baru dalam inderaja digital,
di mana respons spektral obyek tidak berhubungan langsung dengan karakter
obyek secara utuh, melainkan bagian-bagiannya.
Bayangkan citra multispektral SPOT-5 beresolusi 10 meter, maka dengan
relatif mudah jaringan jalan dapat kita klasifikasi secara otomatis ke dalam

5
kategori-kategori .jalan aspal., .jalan beton., dan .jalan tanah., karena jalan-jalan
selebar sekitar 5 hingga 12 meter akan dikenali sebagai piksel-piksel dengan nilai
tertentu. Namun, pada resolusi 60 cm, jalan selebar 15 meter akan terisi dengan
pedagang kakilima, marka jalan, pengendara motor, dan bahkan koran yang
tergeletak di tengah jalan (Thoha, 2008).
Tabel 1 Karaktristik Quickbird
Sistem Quickbird
Orbit 600 km, 98.2o, sun-synchronous, 10:00
AM crossing
Sensor linear array CCD
Swath Width 20 km (CCD-array)
Off-track viewing Tidak tersedia
Revisit Time
Band-band Spektral (µm) 0.45 -0.52 (1), 0.52-0.60 (2), 0.63-0.69
(3), 0.76-0.90 (4), 1.55-1.75 (5), 10.4-
12.50 (6), 2.08-2.34 (7), 0.50-0.90
(PAN)

Ukuran Piksel Lapangan 60 cm (PAN), 2.4 m (band 1-5, 7)


(Resolusi spasial)
Arsip data
Sumber : (Thoha, 2008)
Berdasarkan uraian di atas, kesimpulan yang dapat kita ambil yaitu bahwa
satelit Quickbird Jangkauan liputan satelit resolusi tinggi seperti Quickbird sempit
(kurang dari 20 km) karena beresolusi tinggi dan posisi orbitnya rendah, 400-600
km di atas Bumi. Quickbird menjawab kebutuhan itu. Resolusi 60 cm bila
dipadukan dengan saluran multispektralnya akan menghasilkan pan-sharped
image, yang mampu menonjolkan variasi obyek hingga marka jalan dan tembok
penjara. Citra ini mudah sekali diinterpretasi secara visual.

6
IKONOS

KETIKA perang Irak berlangsung, fasilitas Irak yang menjadi target militer
Amerika Serikat sering muncul di media massa melalui rekaman satelit Ikonos.
Ikonos memang punya resolusi spasial sangat tinggi, 1 meter untuk pankromatik
dan 4 meter untuk multispektral, sehingga hasilnya amat jelas. Tahun 1992
Kongres AS meloloskan Undang-Undang Penginderaan Jauh Daratan (US Land
Remote Sensing Act). Undang-undang ini menyebutkan industri inderaja satelit
komersial sangat penting bagi kesejahteraan rakyat AS serta mengizinkan
perusahaan-perusahaan swasta mengembangkan, memiliki, mengoperasikan serta
menjual data yang dihasilkan. Dua tahun sesudahnya, lisensi diberikan pada Space
Imaging, EarthWatch, dan OrbImage, yang kemudian merancang sistem dengan
resolusi spasial 4 meter untuk moda multispektral dan 1 meter untuk moda
pankromatik. Satu lisensi lagi diberikan pada West Indian Space-perusahaan
patungan ASIsrael- untuk merancang sistem pencitraan dengan resolusi sedikit
lebih rendah, 1,8 meter.
Dari keempat perusahaan, Space Imaging yang paling cepat meluncurkan
satelit Ikonos serta memasarkan datanya. Namun, Ikonos-1 gagal diluncurkan dan
digantikan Ikonos-2, 1999. Kelahiran satelit inderaja resolusi tinggi (lebih halus
dari 10 meter) untuk keperluan sipil sebenarnya dipicu oleh kebijakan
pascaperang dingin, bukan teknologi. Bisa dikatakan teknologi militer awal tahun
1970-an sudah memungkinkan pencitraan dengan resolusi spasial kurang dari 10
meter. Kegagalan serupa dialami EarlyBird yang diluncurkan EarthWatch.
Sedang OrbImage dan West Space Imaging masing-masing meluncurkan satelit
Orbview dan EROS.
Sejak diluncurkan pada September 1999, Citra Satelit Bumi Space Imaging.s
IKONOS menyediakan data citra yang akurat, dimana menjadi standar untuk
produk-produk data satelit komersoal yang beresolusi tinggi. IKONOS
memproduksi citra 1-meter hitam dan putih (pankromatik) dan citra 4-meter
multispektral (red, blue, green dan near-infrared) yang dapat dikombinasikan
dengan berbagai cara untuk mengakomodasikan secara luas aplikasi citra
beresolusi tinggi (Space Imaging, 2004).

7
Diluncurkan pada September 1999, IKONOS dimiliki dan dioperasikan oleh
Space Imaging. Disamping mempunyai kemampuan merekam citra multispetral
pada resolusi 4 meter, IKONOS dapat juga merekam obyek-obyek sekecil satu
meter pada hitam dan putih. Dengan kombinasi sifat-sifat multispektral pada citra
4-meter dengan detail-detail data pada 1-meter, Citra IKONOS diproses untuk
menghasilkan 1-meter produk-produk berwarna
IKONOS adalah satelit komersial beresolusi tinggi pertama yang ditempatkan
di ruang angkasa. IKONOS dimiliki oleh Sapce Imaging, sebuah perusahaan
Observasi Bumi Amerika Serikat. Satelit komersial beresolusi tinggi lainnya yang
diketahui: Orbview-3 (OrbImage), Quickbird (EarthWatch) dan EROS-A1 (West
Indian Space). IKONOS diluncurkan pada September 1999 dan pengumpulan data
secara regular dilakukan sejak Maret 2000.
Sensor OSA pada satelit didasarkan pada prinsip pushbroom dan dapat secara
simultan mengambil citra pankromatik dan multispektral. IKONOS mengrimkan
resolusi sapatial tertinggi sejauh yang dicapai oleh sebuah satelit sipil. Bagian dari
resolusi spasial yang tinggi juga mempunyai resolusi radiometrik tinggi
menggunakan 11-bit (Thoha, 2008).
Tabel 2 Karaktristik Ikonos
Sistem Quickbird
Orbit 680 km, 98.2o, sun-synchronous, 10:30
AM crossing, rotasi 14 hari (repeat
cycle)
Sensor Optical Sensor Assembly (OSA)
Swath Width 11 km (12 µm CCD elements)
Off-track viewing Tersedia ± 27o across-track
Revisit Time 1-3 hari
Band-band Spektral (µm) 0.45-052 (1), 0.52-0.60 (2), 0.63-0.69
(3), 0.76-0.90(4), 0.45-0.90 (PAN)
Ukuran Piksel Lapangan 1 m (PAN), 4 m (band 1 . 4)
(Resolusi spasial)
Arsip data
Sumber : (Thoha, 2008)

8
Data IKONOS dapat digunakan untuk pemetaan topografi dari skala kecil
hingga menengah, tidak hanya menghasilkan peta baru, tetapi juga
memperbaharui peta topografi yang sudah ada. Penggunaan potensial lain
IKONOS adalah .precision agriculture.; hal ini digambarkan pada pengaturan
band multispektra, dimana mencakup band infra merah dekat (near-infrared).
Pembaharuan dari situasi lapangan dapat membantu petani untuk mengoptimalkan
penggunaan pupuk dan herbisida (Thoha, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, IKONOS menyediakan data citra yang akurat,
dimana menjadi standar untuk produk-produk data satelit komersoal yang
beresolusi tinggi. IKONOS memproduksi citra 1-meter hitam dan putih
(pankromatik) dan citra 4-meter multispektral (red, blue, green dan near-infrared)
yang dapat dikombinasikan dengan berbagai cara untuk mengakomodasikan
secara luas aplikasi citra beresolusi tinggi. Data IKONOS dapat digunakan untuk
pemetaan topografi dari skala kecil hingga menengah, tidak hanya menghasilkan
peta baru, tetapi juga memperbaharui peta topografi yang sudah ada. Penggunaan
potensial lain IKONOS adalah .precision agriculture.; hal ini digambarkan pada
pengaturan band multispektra, dimana mencakup band infra merah dekat (near-
infrared). Pembaharuan dari situasi lapangan dapat membantu petani untuk
mengoptimalkan penggunaan pupuk dan herbisida.

LANDSAT 8

Landsat 8 memiliki kemampuan untuk merekam citra dengan resolusi spasial


yang bervariasi. Variasi resolusi spasial mulai dari 15 meter sampai 100 meter
serta dilengkapi oleh 11 saluran (band) dengan resolusi spektral yang bervariasi.
Landsat 8 dilengkapi dua instrumen sensor yaitu OLI dan TIRS. Landsat 8
mampu mengumpulkan 400 scenes citra atau 150 kali lebih banyak dari Landsat
7 dalam satu hari perekamannya.
Sensor utama dari Landsat 8 adalah Operational Land Imager (OLI) yang
memiliki fungsi untuk mengumpulkan data di permukaan bumi dengan
spesifikasi resolusi spasial dan spektral yang berkesinambungan dengan data
Landsat sebelumnya. OLI didesain dalam sistem perekaman sensor push-broom
dengan empat teleskop cermin, performa signal-to-noise yang lebih baik, dan

9
penyimpanan dalam format kuantifikasi 12-bit. OLI merekam citra pada
spektrum panjang gelombang tampak, inframerah dekat, dan inframerah tengah
yang memiliki resolusi spasial 30 meter, serta saluran pankromatik yang memiliki
resolusi spasial 15 meter. Dua saluran spektral baru ditambahkan dalam sensor
OLI ini, yaitu saluran deep-blue untuk kajian perairan laut dan aeorosol serta
sebuah saluran untuk mendeteksi awan cirrus. Saluran quality assurance juga
ditambahkan untuk mengindikasi keberadaan bayangan medan, awan, dan lain-
lain (USGS, 2013).
Thermal Infrared Sensor (TIRS) merupakan sensor kedua yang tersemat
dalam Landsat 8. TIRS berfungsi untuk mengindera suhu dan aplikasi lainnya,
seperti pemodelan evapotranspirasi untuk memantau penggunaan air pada lahan
teririgasi. TIRS merekam citra pada dua saluran inframerah termal dan didesain
untuk beroperasi selama 3 tahun. Resolusi spasial yang dimiliki TIRS adalah 100
meter dan teregistrasi dengan sensor OLI sehingga menghasilkan citra yang
terkalibrasi secara radiometrik dan geometrik serta terkoreksi medan dengan
Level koreksi 1T dan disimpan dalam sistem 16-bit (USGS, 2013).
Landsat 8 memiliki tingkat keabuan (Digital Number [DN]) berkisar antara 0-
4096. Tingkat keabuan tersebut jauh lebih besar daripada pada generasi Landsat
sebelumnya yang berkisar antara 0-256. Kelebihan tersebut merupakan akibat dari
peningkatan sensitivitas Landsat yang semula setiap piksel memiliki kuantifikasi
8-bit sekarang (pada Landsat 8) meningkat menjadi 12-bit. Peningkatan tersebut
jelas akan lebih membedakan tampilan objek-objek di permukaan bumi sehingga
tampilan lebih halus baik pada saluran pankromatik maupun multispektral serta
dapat menurunkan kesalahan interpretasi.
Landsat 8 memiliki saluran-saluran dengan resolusi tingkat menengah.
Resolusi tersebut setara dengan saluran-saluran pada Landsat 5 dan 7. Oleh karena
itu, produk-produk citra yang dihasilkan oleh Landsat 5 dan 7 pada beberapa
dekade masih relevan bagi studi data time series terhadap Landsat 8. Kelebihan
utama dari Landsat 8 adalah akses data yang terbuka bebas dan gratis. Resolusi 30
m dan kuantifikasi 12-bit pada Landsat 8 akan memberikan banyak keuntungan
dan informasi penting bagi pengguna. Tambahan pula, produk citra Landsat 8 ini
bersifat time series tanpa striping (kelemahan Landsat 7 setelah tahun 2003).

10
Penggabungan citra Landsat 8 dengan memanfaatkan citra-citra sebelumnya akan
menghadirkan informasi-informasi yang kompleks dan berharga (Guntara, 2016).

ALOS

ALOS (Advanced Land Observing Satellite) merupakan satelit penginderaan


jauh Jepang yang diutamakan untuk pengamatan daratan menggunakan teknologi
satelit JERS-1 (Japanese Earht Resource Satellite-1) dan satelit ADEOS
(Advanced Earth Observing Satellite) yang telah ditingkatkan (Gokmaria, 2009).
Satelit ALOS dilengkapi dengan tiga sensor inderaja, yaitu sensor PRISM
(Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping) dan sensor
AVNIR-2 (Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type-2), serta sebuah
sensor gelombang mikro atau radar yaitu PALSAR (Phased Array type L-Band
Synthetic Aperture Radar).
Satelit ALOS diluncurkan pada tanggal 24 januari 2006 dan berhenti
beroperasi pada bulan april 2011, mempunyai 5 misi utama yaitu pegamatan
kartografi, pengamatan regional, pemantauan bencana alam, penelitian sumber
daya alam dan pengembangan teknologi satelit JERS-1 dan ADEOS.
Tabel 3 Karakteristik Citra Satelit ALOS
Sistem ALOS
Orbit Sinkron putaran matahari
Ketinggian Orbit 691.65 Km
Inklinasi 98.16 °
Resolusi Spasial 2,5m pankromatic dan 10m
multispektral
Resolusi Temporal 46 hari
Luas Cakupan Wilayah 70 x 35 m2

RADAR

Radar ( Radio Detection And Ranging) merupakan salah satu bentuk


penginderaan jauh dengan sistem aktif. Beberapa fungsionalitas dari radar sistem
aktif ini diantaranya adalah Radar Imaging System yang menghasilkan citra radar,

11
Scatterometers, dan altimeter. Prinsip dasar dari radar ini adalah pemancaran dan
penerimaan balikan sinyal. Energi gelombang pendek dipancarkan dari sensor.
Energi tersebut akan bergerak menuju obyek. Sebagian sinyal yang mengenai
obyek tersebut akan berbalik dan kembali ditangkap oleh sensor radar tersebut.
Beberapa informasi yang dicatat dari pantulan sinyal yang tertangkap oleh sensor
tersebut diantaranya magnitude, fase sinyal, interval waktu antara saat sinyal
dipancarkan dan saat sinyal tertangkap kembali, polarisasi, frekuensi efek Doppler.
Pemancaran sinyal dan penangkapan sinyal biasanya dilakukan oleh sebuah
pemancar yang sama pada sensor radar.
Dua tipe radar yang sering digunakan adalah RAR (Real Aperture Radar) dan
SAR (Synthetic Aperture Radar). Real Aperture Radar juga sering disebut dengan
SLAR (Side Looking Airborne Radar). Kedua tipe ini sebenarnya adalah sistem
radar dengan pemancaran sinyal searah yang biasanya menggunakan pesawat
terbang. Perbedaan pokok antara sistem RAR dan SAR adalah pada arah
azimutnya. Real Aperture Radar memiliki resolusi azimut yang ditentukan oleh
lebar sapuan (beamwidth), sehingga resolusi azimutnya proporsional dengan jarak
antara radar dengan targetnya. Synthetic Aperture Radar menggunakan
pemrosesan sinyal untuk mensintesiskan beberapa rangkaian rekaman pantulan
sinyal yang tertangkap sensor.
Citra radar memiliki karakteristik yang secara mendasar berbeda dengan
berbagai citra yang diperoleh secara obtis seperti citra satelit ataupun foto udara.
Karakteristik ini terkait dengan teknik yang digunakan dalam pengambilan citra
radar dan juga pada konsep radiometri. Citra radar yang tercetak menjadi bentuk
hardcopy akan nampak sangat berbeda dengan citra yang dihasilkan dari citra
satelit lain ataupun pandangan mata manusia.
Bayangan pada citra radar terkait dengan kemiringan pancaran energi
gelombang mikro dari sistem radar, bukan karena faktor geometri sudut pancaran
matahari. Tingkat keabu-abuan (greyscale) pada citra radar terkait dengan
kekuatan relatif gelombang mikro yang dipencarbalikkan oleh elemen bentang
lahan. Intensitas nilai pencarbalikan sinyal akan berragam tergantung pada
kekasaran bentang lahan dan kemiringan lahan. Sinyal radar terutama terkait

12
dengan kondisi geometris area yang menjadi target. Parameter yang digunakan
dalam analisis citra radar adalah rona, tekstur, bentuk, struktur, dan ukuran.
Rona pada citra radar adalah intensitas rata-rata dari sinyal yang
terpencarbalikkan. Sinyal yang tinggi akan dimunculkan dengan rona yang cerah,
sedangkan sinyal rendah akan dimunculkan dengan rona gelap.
Tekstur pada citra radar terkait dengan distribusi spasial dari resolusi sel.
Terdapat tiga golongan tekstur pada citra radar ini yaitu tekstur mikro, tekstur
meso dan tekstur makro.
Bentuk dapat didefinisikan sebagai bentuk spasial yang terkait dengan kontur
yang relatif konstan atau batas-batas obyek secara sederhana. Beberapa obyek
seperti jalan, jembatan, landasan pesawat terbang, dan lain-lain dapat dikenali dari
bentuknya.
Struktur adalah susunan obyek secara spasial yang meliputi seluruh wilayah
dengan konfigurasi yang berulang.
Ukuran obyek ini digunakan sebagai elemen pengenal secara kualitatif pada
citra radar. Ukuran dari obyek yang dikenali pada citra memberikan pemahaman
relatif tentang skala dan berbagai dimensi dari obyek-obyek yang lain (Akhyar,
2013).

LIDAR

LIDAR (Light Detection and Ranging) adalah sebuah teknologi sensor jarak
jauh menggunakan properti cahaya yang tersebar untuk menemukan jarak dan
informasi suatu obyek dari target yang dituju. Metode untuk menentukan jarak
suatu obyek adalah dengan menggunakan pulsa laser. Seperti teknologi radar,
yang menggunakan gelombang radio, jarak menuju obyek ditentukan dengan
mengukur selang waktu antara transmisi pulsa dan deteksi sinyal yang
dipancarkan.
Laser (singkatan dari bahasa Inggris: Light Amplification by Stimulated
Emission of Radiation) merupakan mekanisme suatu alat yang
memancarkanradiasi elektromagnetik, biasanya dalam bentuk cahaya yang tidak
dapat dilihat maupun dapat lihat dengan mata normal, melalui proses pancaran
terstimulasi. Pancaran laser biasanya tunggal, memancarkan foton dalam

13
pancaran koheren. Laser juga dapat dikatakan efek dari mekanika kuantum.
Dalam teknologi laser,cahaya yang koheren menunjukkan suatu sumber cahaya
yang memancarkanpanjang gelombang yang diidentifikasi dari frekuensi yang
sama, beda fase yang konstandan polarisasinya. Selanjutnya untuk menghasilkan
sebuah cahaya yang koheren dari medium lasing adalah dengan mengontrol
kemurnian, ukuran, dan bentuknya. Keluaran yang berkelanjutan dari laser dengan
amplituda-konstan (dikenal sebagai CW atau gelombang berkelanjutan), atau
detak, adalah dengan menggunakan teknik Q-switching, modelocking, atau gain-
switching. Laser, mempunyai karakteristik yang berbeda dengan cahaya biasa :
1. Monokromatik (panjang gelombang yang sangat spesifik, satu warna
spesifik).
2. Koheren (‘organized’ foton).
3. Direksional (cahaya laser terfokus dan kuat)
Komponen- komponen LIDAR
1. Global Positioning System (GPS)
Dalam system LIDAR, GPS dipakai sebagai system penentuan posisi
wahana terbang secara 3D (X, Y, Z atau L, B, h) terhadap system referensi
teretentu ketika melakukan survey LIDAR. Penentuan posisi dilakukan secara
differensial sehingga bias mengamati posisi objek yang diam atau bergerak
karena pengukuran posisinya dilakukan secara real time maka metode
penentuan GPS itu dinamakan Real Time Kinematics Differential GPS
(RTK-DGPS). Ketelitian tipikal posisi yang diperoleh adalah 2 – 5 cm. Data
GPS yang dihasilkan, digabungkan dengan data IMU sehingga diperoleh
koordinat terdefinisi secara geografis
2. Inertial Navigation System (INS)
INS adalah suatu system navigasi yang mampu mendeteksi perubahan
geografis, perubahan kecepatan, serta perubahan orientasi dari suatu benda.
Sistem ini mampu mengukur besar perubahan sudut orientasi wahana terbang
terhadap arah utara, besar pergerakan sudut rotasi wahana terbang terhadap
sumbu-sumbu horisontalnya, percepatan wahana terbang, hingga temperature
dan tekanan udara di sekitar wahana terbang. Dari hasil pengukuran yang

14
dapat dilakukan oleh INS, dapat dihasilkan informasi berupa orientasi tiga
dimensi serta posisi wahana terbang.
3. Sensor Laser
Sensor LIDAR berfungsi untuk memancarkan sinar laser ke objek dan
merekam kembali gelombang pantulannya setelah mengenai objek. Pada
umumnya gelombang yang dipancarkan oleh sensor terdiri atas dua bagian,
yaitu gelombang hijau dan gelombang infra merah. Gelombang hijau
berfungsi sebagai gelombang penetrasi jika suatu sinar laser mengenai daerah
perairan. Sinar hijau berfungsi untuk mengukur data kedalaman, sedangkan
sinar infra merah berfungsi untuk mengukur data topografi daratan atau
permukaan bumi. Kekuatan sensor LIDAR sangat erat kaitannya dengan :
a. Kekuatan sinar laser yang dihasilkan
b. Cakupan dari pancaran sinar gelombang laser
c. Jumlah sinar laser yang dihasilkan tiap detik
Sensor LIDAR memiliki kemampuan dalam pengukuran multiple return.
Multiple return digunakan untuk menentukan bentuk dari objek atau vegetasi
yang menutupi permukaan tanah. Gelombang yang dipancarkan dan
dipantulkan tidak hanya mengenai permukaan tanah, tetapi juga mengenai
objek-objek yang ada di atas permukaan tanah. Masing-masing pantulan yang
dihasilkan diukur intensitasnya, sehingga diperoleh gambaran atau bentuk
dari objek yang menutupi permukaan tanah tersebut.
Setelah data mentah dari IMU, GPS, dan jarak laser diperoleh, tahap
selanjutnya adalah pengolahan data secara post processing. Yang harus
dilakukan selama post processing adalah: Mendownload data carrier phase GPS
yang dihasilkan oleh base station dan receiver yang ada pada pesawat. Data ini
kemudian diolah dengan menggunakan software GPS post processing yang akan
menghitung solusi akurasi kinematik sepanjang lintasan pesawat. Membuang
data yang tidak relevan yang dikumpulkan selama pengambilan data. Untuk
menentukan kedalaman, sinar laser dipancarkan dari pesawat udara ke bawah
dengan sudut θa (θudara) dari garis vertikal. Sudut θa merupakan sudut datang
pada permukaan air dari udara. Pada permukaan air ini, sebagian kecil dari
energi laser dipantulkan ke udara pada segala arah yang akan diterima kembali

15
oleh receiver di pesawat udara. Sedangkan sebagian besar (98%) energi laser
ditransmisikan ke dalam air dengan sudut θw.
Proses georeferensi adalah suatu proses atau tahapan untuk mendefinisikan
koordinat pusat proyeksi sinar laser sehingga terdefinisi ke suatu sistem
koordinat. Vektor dari jarak yang ditembakkan dengan sudut penyiaman η
didefinisikan terhadap kerengka referensi dari instrumen laser. Jarak yang
dihasilkan laser tersebut kemudian ditransformasikan ke pusat bumi yang
direalisasikan melalui sistem WGS 84.
Kelebihan citra satelit Lidar :
1. LiDAR manggunakan gelombang aktif sehingga akuisisi laser pun dapat
dilakukan malam hari. Tapi karena dalam paket system LiDAR sekarang
sudah include dengan sensor kamera (gelombang pasif) yang hanya bisa
pekerja baik pada siang hari, maka akuisisi hanya dapat dilakukan siang hari
supaya kedua sensor dapat bekerja
2. Sistem LiDAR dapat melakukan akuisisi jutaan titik x,y dan elevasi z dalam
per jam jauh lebih cepat dibandingkan dengan motede konvensional (survey
ground).
3. Penggunaan pesawat udara, akses lebih mudah tentunya untuk
mengakuisisi/mencapai ke setiap bagian site. Dan disamping itu dapat
menghindari kontak langsung dengan masyarakat, yang menjadi masalah
besar pada survey ground / konvensional survey.
4. Mampung masuk disela-sela vegerasi, karena karekter gelombang nya
seperti gelombang ultraviolet dan menggunakan gelombang lebih pendek
dari pada spectrum elektromagnetik yaitu sekitar nm 1064.
Berdaasarkan uraian di atas, satelit Lidar memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kekurangan citra satelit Lidar, antara lain :
1. Sensor LiDAR system tidak bekerjaan maksimal jika terhalang awan/kabut.
2. Pulse tidak dipantulkan dengan baik jika objek-objek pantul basah (berair).
Karena pulse Topographic LiDAR akan diserap / hilang jika mengenai air
seperti sungai atau pemukaan yang masih basah akhibat embun atau hujan.
LiDAR yang digunakan untuk Hydrographic berbeda dengan Topo, untuk
Hydro dikenal dengan nama SHOALS atau singkatan dari Scanning

16
Hydrographic Operational Airborne LiDAR Survey. System ini mampu
mengakuisisi permukaan air dan kedalaman air 50 s/d 60 meter dari
permukaan air.
3. Dalam kondisi vegerasi yang sangat rapat “cahaya matahari pun” tidak bisa
masuk di sela-sela dedaun, maka dapat dipastikan pulse LiDAR juga tidak
akan mampu masuk sampai ke ground (tanah).
4. Akurasi data LiDAR atau ketelitiaan yang dihasilkan LiDAR bervariatif,
sangat bergantung pada kondisi permukaan: terbuka lunak, terbuka keras,
semak beluka, hutan rawa, hutan keras, hutan virgin dan lain-lain. Untuk
area terbuka keras ketelitan bisa mencapai dibawah 5 cm. Ketelitian
Horizontal 2 kali s/d 5 kali lebih “jelek” dari dari ketelitian Vertical.

SPOT 6 DAN SPOT 7

Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 merupakan satelit kembar dari generasi SPOT
dengan spesifikasi sama. Satelit SPOT-6 diluncurkan 9 September 2012 di Pusat
Antariksa Satish Dhawan, India, sedangkan satelit SPOT-7 akan diluncurkan pada
tahun 2014 ini. Satelit SPOT-6/7 ini mempunyai bentuk satelit yang berbeda dari
generasi SPOT sebelumnya. Satelit ini dilengkapi dengan 4 fitur CMG (Control
Moment Gyroscope) pada sistem kontrolnya, sehingga satelit SPOT-6/7 dapat
melakukan manuver pergerakan yang lebih cepat daripada generasi SPOT
sebelumnya. Kelincahan SPOT-6/7 dalam gerakannya mampu mengakusisi data
permukaan bumi dalam beberapa mode akusisi, yaitu: target mode, long strip
mode, multi strip mode, dan corridor mode.
Satelit SPOT-6/7 membawa sensor NAOMI (New AstroSat Optical Modular
Instrument) dengan resolusi spasial lebih tinggi dibandingkan sensor HRVIR
SPOT-4 dan HRG SPOT-5 yang beroperasi sebelumnya, yakni 1,5 m. SPOT-6/7
merupakan generasi satelit mempunyai resolusi spatial tertinggi saat ini dari seri
satelit SPOT. Sensor NAOMI bekerja pada panjang gelombang kanal spektral
lebih lebar daripada kanal Pankromatik SPOT-4 dan SPOT-5, yakni 0,450 - 0,745
µm. Sedangkan kanal Multispektral dengan resolusi spasial 6 m terdiri dari kanal
spektral biru (0,450 - 0,520µm), hijau (0,530-0,590µm), merah (0,625-0,695µm)
dan band NIR (0,760 - 0,890 µm). SPOT-6/7 merupakan satelit generasi SPOT

17
pertama yang mempunyai kanal spektral warna biru. Kanal spektral biru
berpotensi mempertegas batas tepi pantai, sedimentasi laut dan mendeteksi
terumbu karang yang sulit dideteksi oleh kanal multispektral lainnya.
Berikut ditunjukkan sampel Citra multispektral SPOT-6 komposit warna
alami (Natural Color Composite/NCC) kombinasi kanal RGB-123 dan RGB-321.
Citra NCC RGB-321 terlihat bahwa warna tanah dan permukiman terlihat warna
biru, sedangkan pada NCC RGB-123 justru sebaliknya warna tanah dan
permukiman terlihat seperti warna aslinya kemerah-merahan, sehingga untuk citra
komposit warna SPOT-6/7 lebih cocok menggunakan NCC RGB-123. Selain itu,
data SPOT-6/7, dengan karakteristik spektral dan spatial resolusi tinggi, dapat
dihasilkan citra Pan-sharpening 1,5 m yang bisa digunakan untuk pemetaan
nasional skala 1: 10.000 (Anonim, 2014).

NOAA

NOAA singkatan dari National Oceanic and Atmospheric Administration,


yang merupakan badan pemerintah Amerika Serikat. Sensor pada misi NOAA
yang relevan untuk pengamatan bumi adalah Advanced Very High Resolution
Radiometer (AVHRR). Saat ini, dua Satelit NOAA (14 dan 15) tengah beroperasi.
Tabel 4 Karakteristik Citra Satelit NOAA
Sistem Quickbird
Orbit 850 km, 98.8o, sun-synchronous
Sensor AVHRR-3 (Advanced Very High
Resolution Radiometer)
Swath Width 2800 km (FOV=110o)
Off-track viewing Tidak tersedia
Revisit Time 2-14 kali tiap hari, tergantung pada
lintang
Band-band Spektral (µm) 00.58-0.68 (1), 0.73-1.10 (2), 3.55-3.93
(3), 10.3-11.3 (4), 11.4-12.4 (5)
Ukuran Piksel Lapangan 1 km (pada nadir) 6 km (pada limb),
(Resolusi spasial) IFOV=1.4 mrad

18
Arsip data
Sensor AVHRR mempunyai FOV sangat lebar (110o) dan dan jarak yang
jauh dari bumi, prinsip whiskbroom menyebabkan perbedaan yang besar pada
ground sel terukur dalam satu kali penyiaman (scanline). Data citra standar
produk-produk AVHRR menghasilkan data citra dengan ukuran yang sama
ukuran di lapangan (ground pixels).
Data AVHRR terutama digunakan peramalan cuaca harian dimana
memberikan data yang lebih detail daripada Meteosat. Selain itu, juga dapat
diterapkan secara luas pada banyak lahan dan perairan. Data AVHRR data
digunakan untuk membuat Peta Suhu Permukaan Laut (Sea Surface Temperature
maps/SST Maps), dimana dapat digunakan pada monitoring iklim, studi El Nino,
deteksi arus laut untuk memandu kapal-kapal pada dasar laut dengan ikan
berlimpah, dan lain-lain. Peta Tutupan Awan (Cloud Cover Maps) yang berasal
dari data AVHRR, digunakan untuk edtimasi curah hujan, dimana dapat menjadi
input dalam model pertumbuhan tanaman. Selain itu, hasil pengolahan lain dari
data AVHRR adalah Normalized Difference Vegetation Index Maps (NDVI).
Peta ini memberikan indikasi tentang kuantitas biomassa (tons/ha). Data NDVI,
digunakan oleh FAO untuk Sistem Peringatan Dini Keamanan Pangan (Food
Security Early Warning System (FEWS). Data AVHRR sangat tepat untuk
memetakan dan memonitor penggunaan lahan regional dan memperkirakan
keseimbangan energi (energy balance) pada areal pertanian (Thoha, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, citra NOAA memiliki kelebihan dan
kekurangan.kelebihan citra satelit ini antara lain :
1. Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dapat
digunakan untuk memantau keadaan bumi untuk keperluan hidrologi,
oceanografi dan meteorology termasuk memantau kebakaran hutan.
2. Mempunyai resolusi spatial 1100 x 1100 m dengan liputan sangat luas dan
NOAA merupakan seri satelit meteorologi polar yang memiliki sejarah
operasional sangat panjang.
3. Satelit pendeteksi panas bumi NOAA memiliki sifat menangkap panas bumi
sehingga meski panas itu bukan karena adanya kebakaran juga dapat
terpantau. Saat siang hari, NOAA akan mendeteksi panas pada ambang

19
temperatur 42o C, sedang malam hari satelit itu mampu mendeteksi panas
pada ambang temperatur 37o C.
4. Pengolahan citra satelit NOAA-AVHRR sebagai salah satu citra satelit
penginderaan jauh dengan resolusi spasial yang rendah dan mempunyai
kelebihan yakni resolusi temporal yang daily. Stasiun bumi NOAA menerima
data AVHRR dari satelit dalam bentuk data mentah yang dikenal dengan data
HRPT (High Resolution Picture Transmission) secara rutin 2 – 4 kali/hari.
Oleh karena itu, siklus harian NOAA cukup baik untuk mengamati perubahan
yang terjadi di laut dengan resolusi spasial yang terbatas mencapai 1,1 km.
Cakupan citranya cukup luas dengan lebar pandang mencapai 2399 km pada
setiap citra global yang dihasilkan.
Kekurangan citra satelit NOAA :
1. Kondisi penggunaan satelit NOAA-AVHRR yang sangat bergantung pada
cuaca. Dengan adanya kelemahan satelit ini, maka perlu untuk
menggabungkan satelit ini dengan data dari satelit lain dalam
pengaplikasiannya, sehingga estimasi tempat yang diberikan lebih mendekati
daerah fishing ground yang sebenarnya.
2. Secara umum hotspot hasil interpretasi satelit NOAA memiliki 3 sumber
ketidakakuratan, yaitu (1) Posisi (sudut) satelit NOAA saat melintas dengan
stasiun penerima (2) Efek yang ditimbulkan dari objek permukaan bumi
terhadap sensor satelit NOAA seperti permukaan air, lahan gundul yang
berpasir, permukaan bumi yang mengandung metal cukup tinggi (3) koreksi
geometric dari citra NOAA itu sendiri

GEOEYE

GeoEye-1 merupakan Satelit pengamat Bumi yang pembuatannya disponsori


oleh Google dan National Geospatial-Intelligence Agency (NGA) yang
diluncurkan pada 6 September 2008 dari Vandenberg Air Force Base, California,
AS. Satelit ini mampu memetakan gambar dengan resolusi gambar yang sangat
tinggi dan merupakan satelit komersial dengan pencitraan gambar tertinggi yang
ada di orbit bumi saat ini.

20
Satelit ini mampu menangkap luasan gambar setara 270 ribu mil persegi
permukaan bumi setiap harinya. Luasan tersebut setara dengan luas negara bagian
Texas Amerika. Kemampuannya menangkap detil gambar sekecil debu tentang
bumi dalam kecepatan 17.000mph di orbitnya dan hasil gambar yang diambilnya
memberikan gambaran keindahan tentang planet kita ini.
Tabel 5 Karakteristik Citra Satelit GeoEye-1
Sistem Geoeye
Orbit Sinkron putaran matahari
Periode Orbit 98 menit
Ketinggian Orbit 681 Km
Inklinasi 98°
Resolusi Spasial 0,41 m pankromatik, & I,65
multispektral

21
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. Faiz. 2014. Spesifikasi Citra Satelit GeoEye-1. Diakses pada hari
Kamis, 25 Mei 2017 pukul 08.01 WIB di www.academia.edu
Anonim. 2014. Spesifikasi Data Spot-6 dan Spot-7. Jakarta: Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Guntara, Ilham. 2016. Spesifikasi dan Karakteristik Satelit Penginderaan Jauh
Landsat 8. Diakses pada hari Kamis, 25 Mei 2017 pukul 07.55 WIB di
www.guntara.com
Thoha, Achmad Siddik. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Sumatera Utara:
Departemen Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

22

Anda mungkin juga menyukai