Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL BOOK REPORT

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI


DOSEN PENGAMPU :

DI SUSUN

Nama : Khairina Nazurah

Kelas : PTB Reguler A

NIM : 5181111011

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan Critical Book Report dengan judul “Penginderaan Jauh
dan Inteprestasi Citra.” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
Saya juga berterima kasih kepada Bapak Drs. Edim Sinuraya, S.T., M. Pd. yang telah
membimbing Saya dalam pembuatan CBR ini.

Saya sangat berharap CBR ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam CBR ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan CBR ini yang telah saya buat di masa yang akan datang.

Semoga CBR sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya CBR yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan Saya berharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan

Medan, 29 November 2019

Khairina Nazurah

NIM : 5181111011
DAFTAR ISI

Judul ..................................................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


b. Tujuan ...................................................................................................................... 2
c. Manfaat .................................................................................................................... 2
d. Identitas Buku ......................................................................................................... 2

Bab II Ringkasan Isi Buku

a. Buku Utama ............................................................................................................ 3

Bab III Pembahsan

a. Kelebihan ................................................................................................................ 10
b. Kelemahan .............................................................................................................. 10

Bab IV Penutupan

a. Kesimpulan ............................................................................................................. 11
b. Saran ........................................................................................................................ 11

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 12


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem Informasi Geografis berkembang sangat pesat sejak lima dasawarsa


terakhir ini. Perkembangannya meliputi aspek sensor, wahana atau kendaraan
pembawa sensor, jenis citra serta liputan dan ketersediaannya, alat dan analisis data,
dan jumlah pengguna serta bidang penggunaannya.

Sistem sekumpulan objek atau ide yang saling b erhubungan (inter relasi) untuk
mencapai tujuan b ersama. Sistem Informasi keterpaduan kerja untuk mend apatkan
informasi dalam pengambilan keputusan. Informasi geografis semua data dan fakta
yang t erkait dengan lokasi di permukaan bumi.

Di Indonesia, penggunaan SIG untuk survey pemetaan sumber daya telah


dimulai oleh beberapa instansi pada awal tahun 1970-an. Saat ini telah beredar banyak
jenis satelit sumber daya. Mulai dari negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada,
Perancis, Jepang, Rusia, hingga negara-negara besar namun dengan pendapatan per
kapita yang rendah seperti India dan Republik Rakyat Cina.

B. TUJUAN

1. Dapat membandingan Buku tentang Sistem Informasi Geografis


2. Menilai kekurangan dan kelebihan dari buku Sistem Informasi Geografis
3. Memenuhi tugas individu Critical Book Report.
4. Untuk media pembelajaran bagi mahasiswa dan dapat menambah wawasan
mahasiswa.

C. MANFAAT
Sebagai mahasiswa teknik bangunan tentu kita harus mengetahui tentang Sistem
Informasi Geografis karena Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu hal
penting dalam pengujian apabila kita ingin membangun suatu gedung dan kontruksi
lainnya.

1
D. IDENTITAS BUKU

BUKU UTAMA

 Judul : Sistem Informasi Geografi


 Penulis : Ir. Nur Hidayat Dipl.Ing
Prof.Seodijono Sastro Atmodji, M.Si
 Penerbit : Universitas Negeri Semarang
 Tahun Terbit : 2007
 Kota terbit : Semarang
 Jumlah Halaman : 63 halaman
 Bahasa : Indonesia
 ISBN : 978-979-175420-0

BUKU PEMBANDING

 Judul : Penginderaan Jauh untuk Geografi


 Penulis : Dr. Agus Suryanto, M.Si
 Penerbit : Penerbit Ombak
 Tahun Terbit : 2013
 Kota terbit : Jakarta
 Jumlah Halaman : 80 halaman
 Bahasa : Indonesia
 ISBN : 978-602-7544-88-8

         

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A.Ringkasan isi Buku Utama : Penginderaan Jauh dan Interprestasi Citra.

1. Bab I : PENGERTIAN SIG

Aronoff (1989) SIG adalah sistem informasi yang mendasarkan pada cara kerja
komputer yang mampu memasukkan, mengelola, me manipulasi, dan analisis data dan
memberi uraian. De Mers (1997) SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengu
mpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisa i nformasi yang berhubungan
dengan permukaan bumi.

Rice (2000) SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukk an
(capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, me manipulasi, menganalisa, dan
menampilkan data yang berhubu ngan dengan posisi di permukaan bumi. Sunji Murai SIG
adalah sistem informasi yang digunakan untuk memasukka n, menyimpan, memanggil
kembali, mengolah, menganalisis da ta bereferensi geografis (geospatial) untuk mendukung
pengam bilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan pengguna an lahan, SDA,
lingkungan, transportasi, fasilitas kota dan pelay anan umum lainnya.

Esri (Environmental System Research Institute, 1990) SIG adalah kumpulan yang
terorganisir dari perangkat ke ras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang
dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyi mpan, mengupdate, memanipulasi,
menganalisis, dan me nampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geog rafis,
Chrisman (1997) SIG adalah sistem yang terdiri atas perangkat keras, peran gkat lunak, data,
manusia (brainware), organisasi dan lem baga yang digunakan untuk mengumpulkan,
menyimpan, menganalisa dan menyebarkan informasi yang berhubun gan dengan permukaan
bumi.

Wolfgang Kainz (1995) SIG adalah Sistem yang berba sis komputer yang digunakan
untuk Input, menyim pan, analisis/manipulasi dan display data spasial, un tuk pemecahan
problema terkait kebumian. Menurut Phil Parent (1988) : Kunci GIS adalah analisi s data
untuk menghasilkan informasi baru
Penyebutan lain SIG Sistem Informasi Lahan (Land Information Sistem LIS), Sistem
Informasi Lingkungan (Environmental Informati on Sistem-EIS), Sistem Informasi Sumber
Daya (Resources Information Sistem), Sistem Informasi Perencanaan (Planning Information
Si stem), Sistem Penanganan Data keruangan (Spatial Data Hand ling Sistem).

2. BAB II : KOMPONEN SIG

Berikut merupakan komponen SIG yang secara umum diketahui :

1. Perangkat Keras (Hardware) Komputer; terdiri atas CPU (central prosesing unit) dan
memori Media penyimpan data; Hard disk,disket driv e, dan CD Room drive Media
perekaman data; keyboard,mouse, scan ner,dan digitizer Media penampilan data; VDU
(visual display unit), printer, dan plotter.

2. Perangkat lunak (software) Perangkat lunak adalah program yang digunakan pa da sistem
komputer serta seluruh dokumen yang ter kandung di dalamnya. Program aplikasi software
untuk SIG yang banyak di gunakan di Indonesia adalah Mapinfo,Arcinfo,Arcvie w dan
ArcGIS

3. Sumber daya manusia (Brainware) adalah mereka yang memiliki kepandaian dibidang SIG

a. Teknisi (D3 Survei Pemetaan)

b. Analis (S1 Kebumian)

c. Manajer (S1 Manajemen, S2/S3)

3. BAB III : TERSEDIANYA BASIS DATA

1. DATA GRAFIS

Data grafis (spatial) adalah data yang disimpan dalam bentuk garis,titi k,dan area. Topografi,
rupa bumi indonesia, lingkungan pantai in donesia, lingkungan laut nasional, benua maritim (
unclos)

2. DATA ATRIBUT (tematik) :

a. Sumber daya alam lahan, air, hutan, mineral/batuan, laut b. Lingkungan alam : abiotik :
tanah, geologi, iklim biotik : flora, fauna cultural: penduduk, administrasi, sosekbudpol
Sumber data SIG dapat diperoleh dari data langsung di la pangan, data sekunder dari
peta-peta, dan data hasil peng indraan jauh. Sumber data spasial :

1. Data survey lapangan (data langsung), hasil pengukura n di lapangan dengan alat GPS,
teodolit, meteran, dan alat ukur lapangan lainnya.

2. Data produk pemetaan dari foto uadara atau citra satelit, dengan teknik fotogrametri atau
pengolahan citra digital

3. Data peta-peta yang tersedia (peta topografi, peta rupab umi, peta-peta tematik) dari
BPN,Bakorsurtanal, PU, dan sebagainya.

Cara penyajian data spasial dan fenomena geografi atau d unia nyata (real world) ke dalam
komputer dilakukan den gan 2 bentuk (struktur), yaitu : DATA RASTER DAN DATA
VEKTOR

Raster (grid-cell) Data disimpan, diproses, dan disajikan d engan bentuk rangkaian elemen
dalam gambar.

Vektor (vector) Data disimpan, diproses dan disajikan dengan rangkaian koordinat. (10,19)
(20,19) (18,17) (11,16) (15,16) (17,15) (11,12) (10,10)

Overlay sebagai bentuk analisis & Manipulasi dalam SIG AEROPHOTOGRAPH


TOPOGRAPHIC MAP GEOMORPHOLOGY MAP DEM - SLOPE IKONOS IMAGE

Institusi GIS 1. DATA PRODUCER : instansi sektoral yang kompeten dengan sumber daya
dan ling kungan hidup. Membangun institusi gis, agar dapat memberik an informasi sebaik-
baiknya (BAKOSURTANAL, LAPAN, BPN, BMG, BPS, pusdata-dept. PU, DIRJEN
GEOLOGI, PPGL, DITOPAD, DKP, geotek-lipi) 2. DATA USER : PEMDA, LEMBAGA
DUNIA, SWASTA, LSM, PRIBADI, PEN DIDIKAN.

Aplikasi SIG 1. Sumber daya alam inventarisasi dan evaluasi kese suaian lahan untuk
pertanian, perkebunan, kehutana n, perikanan. 2. Perencanaan perencanaan permukiman,
perencan aan kota, perencanaan lokasi industri, pasar. 3. Lingkungan pemantauan
pencemaran, kerusakan lingkungan. 4. Pertanahan manajemen pertanahan, sistem infor masi
pertanahan. 5. Pariwisata inventarisasi daerah pariwisata dan an alisis potensi unggulan.
Lanjutan Aplikasi SIG 6. Ekonomi, bisnis, dan marketing penentuan lokasi Bank, swalayan,
mall, mesin ATM, show room, counter, factory outlet. 7. Telekomunikasi inventarisasi
jaringan telekomunikasi, s tasiun pemancar. 8. Pendidikan penentuan lokasi yang cocok
untuk sekolah, sistem informasi pendidikan. 9. Pertambangan lokasi cadangan bahan
tambang. 10. Transportasi inventarisasi jaringan jalan, analisis rawan kemacetan.

Lanjutan Aplikasi SIG 11. Kesehatan model penyebaran penyakit, penentuan lok asi
pelayanan kesehatan. 12.Militer analisis rute perjalanan logistik, penentuan loka si pangkalan
militer, lokasi pendataran kapal.

Measurement Pengukuran :luas, panjang,volume, what, where, how much BASIS DATA &
APLIKASI SIG Mapping Pemetaan Monitoring Pantauan Basis Data : Harga Lahan
Penggunaan Lahan Status Lahan Iklim: air Aksesibilitas Kerawanan Bencana:banjir, longsor,
gempa, tsunami, subsidence Modeling Pemodelan: DSS, EWS, AI Informasi Baru: Peta
lokasi yang sesuai utk permukiman

Teknik pengindraan jauh (inderaja) sebenarnya sudah lama di gunakan, yaitu setelah di
temukanya kamera. Percobaan pemotretan dari udara pernah di lakukan oleh seniman foto
asal Prancis bernama Gaspard Felix Tournachon atau lebih di kenal dengan panggilan Felix
Nadar (1858) memotret daerah Bievre, Prancis dari ketinggian 80 meter dengan bantuan
balon udara, hasil pemotretan ternyata dapat di gunakan oleh ahli tata ruang kota untuk
membuat peta penggunaan lahan dan peta morfologi daerah Bievre. Setelah eksperimen
tersebut berhasil maka pemotretan dengan menggunakan wahana balon semakin berkembang,
di Amerika foto udara pertama kali di buat oleh James Wallace Black tahun 1860, dengan
sebuah balon dengan ketinggian 365 meter di atas kota Boston.
Pemotretan udara juga pernah menggunakan wahan layang-layang yang pernah di
lakukan oleh ED Archibalg (inggris) tahun1882 dengan tujuan untuk memperoleh data
meteorologi. Selanjutnya tanggal 18 April 1906 pemotretan dengan layang-layang di lakukan
oleh G.R. Lawrence dari Amerika Serikat untuk memotret daerah San Fransisco setelah
kejadian bencana gempa bumi besar dan kebakaran yang melanda daerah tersebut.

Pada tahun 1903 pesawat udara baru di temukan dan uji coba terbang berhasil di
lakukan, akan tetapi pemotretan dengan wahana pesawat terbang baru di mulai pada tahun
1909 di atas Centovelli, Italia, dengan pilotnya bernama Wilbur Wright, pemanfaatan citra
inderaja banyak di gunakan juga selama perang dunia 1 maupun perang dunia ke II, saat itu
penggunaan teknik inderaja sangat berperan dalam menentukan keberhasilan suatu misi
pertempuran. Era perkembangan inderaja yang spektakuler mulai terjadi saat di temukanya
roket yang membawa satelit ke ruang angkasa. Hal ini di awali dengan peluncuran satelit
TIROS ( Television and Infared Observation Satellite) pada tahun 1960. Yang merupakan
satelit tak berawak khusus untuk pengembangan satelit cuaca. Pada perkembangan
selanjutnya di luncurkan satelit berawak seperti Merkury, Gemini, dan Apollo,

Teknologi inderaja dan pemanfaatanya terus berkembang dengan pesat. Jika dahulu
sensor yang di gunakan hanya kamera maka sekarang sudah banyak jenis sensor lain seperti
Scanner, Magnetometer dan Sonar. Dalm disiplin ilmu geografi dan ilmu-ilmu kebumian
yang lain, penggunaan tekik inderaja mejadi suatu kebutuhan. Hal ini karena citra inderaja
dapat menyajikan gambaran permukaan bumi sacara nyata sehingga semua objek dan
fenomena yang ada di pemukaan bumi terlihat dengan baik namun di batasi oleh ketajaman
citra yang di gunakan. Keadaan ini sangat membantu sekali bagi seorang ahli geografi di
dalam mempelajari objek kajian geografi seperti pola pemukiman, penggunaan lahan,
hidrografi, geologi dan geomorfologi bahkan kajian tentang iklim di atas permukaan bumi.

Seiring dengan perkembangan IPTEK, teknologi inderaja semakin canggih dan sensor
yang digunakan semakin beragam seperti infrared, sonar dan lainnya. Seiring dengan
berakhirnya perang dunia, fungsi inderaja bergeser dari asalnya untuk kepentingan ekpansi
militer kini lebih mengarah kepada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam
disiplin ilmu geografi, inderaja menjadi sebuah alat bantu yang dapat menyajikan gambaran
permukaan bumi dalam bentuk nyata.
Satelit Inderaja

Indonesia sebagai negara kepulauan sangat memerlukan inderaja untuk menginventarisasi


sumberdaya alam di seluruh pulau dalam waktu relatif cepat dan biaya yang lebih efisien.
Saat ini dengan semakin pentingnya inderaja bagi kehidupan, beberapa Fakultas Geografi di
berbagai Universitas di Indonesia mulai membuka jurusan Teknik Penginderaan Jauh yang
diharapkan nantinya akan menghasilkan ahli-ahli inderaja yang dapat membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penginderaan jauh pada dasarnya merupakan suatu
ilmu yang utuh, namun jika digunakan dalam membantu pekerjaan ilmu lain seperti geografi
maka inderaja menjadi sebuah teknik atau alat bantu dalam memecahkan masalah yang
berkaitan dengan fenomena geosfer.

2. Bab II : Komponen – komponen Penginderaan Jauh.

Pengindraan jauh sebagai  suatu  sistem  tidak bisa terlepas  dari beberapa bagian  yang 
saling terkait  antara  komponen yang  satu  dengan  komponen lainnya. Secara  skematis
sistem kerja dari pengindraan jauh dapat  dilihat pada gambar  di bawah  ini.

Komponen-komponen pengindraan jauh meliputi hal-hal berikut.

 Sumber Tenaga

Dalam  pengindraan jauh  harus  ada  tenaga  untuk  memantulkan  atau


memancarkan objek di permukaan bumi. Tenaga yang digunakan adalah tenaga
elektromagnetik, dengan  sumber utamanya  adalah matahari.  Tenaga  lain yang bisa
digunakan adalah sumber tenaga buatan, sehingga dikenal adanya pengindraan jauh
sistem pasif dan pengindraan jauh sistem aktif.
1. Pengindraan Jauh Sistem Pasif. Pada  pengindraan jauh  sistem  pasif,  tenaga
yang  menghubungkan perekam dengan objek di bumi dengan menggunakan
tenaga alamiah  yaitu matahari (dengan memanfaatkan tenaga pantulan), sehingga
perekamannya hanya  bisa dilakukan pada  siang hari dengan  kondisi cuaca yang
cerah.
2.  Pengindraan Jauh Sistem Aktif. Pada pengindraan jauh sistem aktif,
perekamannya dilakukan dengan tenaga   buatan  (dengan  tenaga   pancaran),
sehingga  memungkinkan perekamannya dapat  dilakukan pada  malam hari
maupun  siang hari, dan di segala cuaca.

 Atmosfer

Atmosfer mempunyai peranan untuk menghambat dan mengganggu tenaga atau sinar
matahari  yang datang (bersifat selektif terhadap panjang gelombang).Tidak semua
spektrum  elektromagnetik mampu  menembus lapisan  atmosfer, hanya sebagian kecil
saja yang mampu menembusnya. Hambatan pada atmosfer disebabkan oleh debu, uap air,
dan gas. Hambatan atmosfer  ini berupa serapan, pantulan,   dan  hamburan.

Hamburan adalah  pantulan  ke  segala  arah  yang disebabkan oleh benda-benda yang
permukaannya kasar dan bentukannya tidak menentu, atau  oleh  benda-benda kecil
lainnya yang  berserakan. Bagian  dari spektrum  elektromagnetik yang  mampu
menembus atmosfer  dan  sampai  ke permukaan bumi disebut jendela atmosfer. Jendela
atmosfer yang paling banyak digunakan adalah spektrum tampak yang dibatasi oleh
gelombang 0,4 mikrometer  hingga  0,7  mikrometer.

 Interaksi antara Tenaga dan Objek

Setiap objek mempunyai  sifat tertentu dalam memantulkan atau memancarkan


tenaga ke sensor. Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga akan
tampak lebih cerah, sedangkan  objek yang pantulan atau pancarannya sedikit akan
tampak  gelap. Interaksi antara  tenaga  dengan  objek dibagi menjadi 3 variasi, yaitu:
- variasi spektral, mendasarkan pada pengenalan pertama suatu objek, misal cerah
dan gelap,
- variasi spasial, mendasarkan pada  perbedaan pola keruangannya, seperti bentuk,
ukuran,  tinggi, serta panjang, dan
- variasi temporal, mendasarkan pada perbedaan waktu perekaman dan umur objek.

 SENSOR

Sensor  berfungsi untuk menerima  dan merekam  tenaga  yang datang  dari suatu
objek. Kemampuan sensor dalam merekam  objek terkecil disebut dengan resolusi
spasial. Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi 2 sebagai berikut.
1. Sensor Fotografik.
Sensor fotografik adalah sensor yang berupa kamera dengan menggunakan film
sebagai detektornya yang bekerja pada spetrum tampak. Hasil dari penggunaan sensor
fotografik adalah bentuk foto udara.
2. Sensor Elektronik
Sensor  elektronik  menggunakan tenaga  elektrik dalam  bentuk  sinyal elektrik yang
beroperasi  pada  spektrum  yang lebih luas, yaitu dari sinar X sampai gelombang
radio dengan pita magnetik sebagai detektornya. Keluaran dari penggunaan sensor
elektrik ini adalah dalam bentuk citra.

 Perolehan Data

Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual  secara visual, maupun dengan
numerik atau digital. Perolehan data dengan menggunakan cara manual yaitu cara
memperoleh data dengan  menginterpretasi foto udara secara visual. Perolehan data 
dengan  cara numerik  atau  digital yaitu dengan  menggunakan data digital melalui
komputer.

 Pengguna Data (User)

Tingkat keberhasilan  dari penerapan sistem pengindraan jauh ditentukan oleh 


pengguna data.  Kemampuan pengguna data  dalam  menerapkan hasil pengindaraan jauh
juga dipengaruhi  oleh pengetahuan yang mendalam  tentang disiplin ilmu masing-masing
maupun  cara  pengumpulan data  dari  sistem pengindraan jauh. Data yang sama dapat
digunakan  untuk mencari  info yang berbeda  bagi  pengguna (user) yang  berbeda  pula.
Berdasarkan kerincian, keandalan, dan kesesuaian data dari sistem pengindaraan jauh
akan  menentukan dapat  diterima atau tidaknya data pengindraan jauh oleh pengguna
(user).

Bab III : Kelebihan dan Kekurangan Penginderaan Jauh

Setelah dijelaskan panjang lebar mengenai inderaja, pastinya anda sudah dapat menebak
apa-apa saja kekurangan dan kelebihan dari penginderaan jauh itu sendiri.

Secara sederhana berikut adalah berbagai kelemahan dalam sistem inderaja:

1. Penginderaan jauh harus dilakukan oleh seseorang yang ahli di bidang ini karena tidak
semua orang dapat melakukannya
2. Peralatan yang digunakan mahal karena wahana yang digunakan dapat berupa
pesawat fix wing, drone, atau satelit
3. Tidak semua citra dapat didapatkan dengan mudah, beberapa citra digital bersifat
berbayar dan tidak dipublikasikan untuk umum (biasanya citra digital beresolusi
spasial tinggi)

Berikut adalah berbagai Keunggulan dari penginderaan jauh:

1. Dapat menganalisis suatu wilayah yang luas dalam waktu singkat


2. Menggambarkan kontur dari permukaan bumi secara akurat
3. Foto udara yang bersifat dua dimensi dapat dilihat secara tiga dimensi dengan
menggunakan stereoskop
4. Beberapa citra digital dapat diunduh secara gratis (misalnya Landsat 8)
5. Mengukur berbagai dimensi hutan (misalnya diameter tajuk, biomassa, luas tutupan
lahan hutan, dll)
6. Mudahnya menginterpretasikan citra digital dengan menggunakan aplikasi komputer,
seperti Erdas Imagine atau Envi

 Jenis-Jenis Citra
Citra dapat berupa citra digital ataupun citra konvensional. Namun saat ini, citra digital lebih
populer mengingat semakin majunya teknologi yang ada.
Berdasarkan cara pengambilan citra, citra dibedakan menjadi citra yang diambil dari atmosfer
dan citra yang diambil dari luar atmosfer.
Berikut adalah contoh-contoh satelit penghasil citra digital:

1. Satelit Landsat
2. Satelit SPOT
3. Satelit IKONOS
4. Satelit Terra Aster
5. Satelit Quickbird
6. Satelit Resourcesat-1 (IRS-P6)
7. Satelit ALOS
8. Satelit Worldview
9. Satelit NOAA
10. Satelit HCMM
11. Satelit GMS/ Satelit HIMAWARI
12. Satelit Terra-Aqua MODIS
13. Satelit JERS-1
14. Satelit ERS-SAR
15. Satelit GeoEye
16. Satelit Pleiades

 
Bab IV : Manfaat Penginderaan Jauh di Berbagai Bidang.

Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan oleh siapa saja, namun hanya
beberapa sektor saja yang seringkali memanfaatkan penginderaan jauh ini. Pemanfaatan
inderaja ini penting karena informasi bisa didapatkan meski tanpa ada pengukuran langsung
di lapangan secara menyeluruh.

Berikut adalah beberapa manfaat penginderaan jauh di berbagai bidang:


1. Kehutanan
Bidang kehutanan sangat membutuhkan teknologi penginderaan jauh. Sektor
kehutanan di Indonesia saat ini memiliki total luas kawasan hutan lebih dari 60% dari
seluruh daratan yang ada di Indonesia. Kawasan hutan yang luas ini perlu untuk diawasi
dan dikontrol, maka inderaja kehutanan merupakan salah satu solusinya.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kehutanan seperti FWI (Forest Watch
Indonesia) bahkan saat ini sangat intens dalam mengontrol tutupan lahan hutan di
Indonesia dengan menggunakan teknologi inderaja kehutanan.
Secara lengkap berikut peran inderaja dalam bidang kehutanan:

1. Menghitung besarnya luasan tutupan lahan hutan


2. Menghitung besarnya laju deforestasi maupun reforestasi
3. Menghitung potensi suatu kawasan hutan produksi
4. Menghitung besarnya karbon stok yang ada di hutan
5. Menganalisis jenis tutupan lahan

2. Geodesi.

Bidang geodesi sangat membutuhkan penginderaan jauh untuk melakukan berbagai


macam survey. Biasanya dalam bidang geodesi teknologi inderaja dipadukan dengan sistem
informasi geografis agar mendapat informasi yang bermanfaat.

Berikut adalah peran inderaja dalam bidang geodesi:

1. Analisis citra digital untuk berbagai keperluan penghitungan bumi


2. Pembuatan data kontur suatu wilayah
3. Perencanaan pembuatan bangunan
4. Fotogrametri

3. Hidrologi

Hidrologi sangat membutuhkan teknologi penginderaan jauh. Bencana


alam hidrometeorologis memerlukan analisis spasial yang melibatkan teknologi ini.
Aplikasi pemodelan hidrologi dalam skala DAS, SWAT pun secara tidak langsung
membutuhkan teknologi inderaja untuk membuat klasifikasi tutupan penggunaan lahan.

4. Perencanaan Wilayah

Bidang perencanaan wilayah membutuhkan inderaja untuk mengetahui informasi awal


mengenai wilayah yang akan direncanakan. Dalam bidang ini biasanya analisis terhadap
tutupan lahan sangat penting untuk menentukan perencanaan apa saja yang cocok untuk
suatu wilayah.

BAB IV

PEMBAHASAN
A.KELEBIHAN BUKU

 Buku Utama : Penginderaan Jauh dan Interprestasi Citra.

- Penulis dalam menyajikan buku ini disertai dengan menurut para ahli . Hal ini
tentu menjadi nilai plus bagi buku ini, penyertaan tersebut bisa menjadikan para
pembaca lebih banyak mendapatkan informasi sehingga mudah untuk
menyimpulkan penjelasannya .
- Isinya di rinci dengan jelas dan mudah dipahami sehingga dapat meningkatkan
peminat pembaca.

 Buku Pembanding : Penginderaan Jauh untuk Geografi

- Cetakan buku yang rapi dan jelas tidak buram membuat pembaca merasa nyaman dan
lebih mudah dipahami .
- Melampirkan gambar-gambar dan bagan-bagan yang menjelaskan tentang apa yang
sedang dibahas dalam buku ini .

B. KELEMAHAN BUKU

 Buku Utama : Penginderaan Jauh dan Interprestasi Citra.

- Ada beberapa kalimat yang masih membutuhkan penjelasan namun tidak dijelaskan.
- Didalam buku tersebut tidak adanya contoh gambar misalnya seperti contoh dari
sensor penginderaan jauh , adanya contoh gambar akan membuat pembaca akan lebih
mudah memahami dan bertambah wawasan .

 Buku Pembanding

- Gambar-gambar yang dilampirkan tidak berwarna, sehingga kurang menarik . 


- Tidak adanya di akhir bab mencamtumkan rangkuman dan soal soal atau pertanyaan
untuk melihat sejauh mana pembaca memahami masing masing bab pada buku
tersebut .

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


A.KESIMPULAN

         Persamaan dari kedua buku tersebut adalah kedua buku tersebut menjelaskan pengertian
dari Penginderaan jauh menurut Lillesand dan Keifer , namun di buku utama pada tahun 1990
sedangkan di buku pembanding pada tahun 1994 . Sensor yang dijelaskan dalam buku utama
memberikan contoh seoerti kamera , alat penyiam (scanner) dan alat radiometer yang
didalamnya dilengkapi dengan detektor , sedangkan di buku pembanding memberikan contoh
dari sensor yaitu umumnya dipasang dalam suatu platform yang berupa pesawat terbangatau
satelit .

Pada buku utama menjelaskan tetntang Konsep dasar pengertian penginderaan jauh ,
elemen-elemen penginderaan jauh , penginderaan jauh sebagai ilmu dan keunggulan
penginderaan jauh dengan terestrialsedangkan di buku pembanding membahas pengertian
penginderaan jauh , sistem penginderaan jauh , interpretasi citra dan data digital dan
perolehannya .

B. SARAN

Perbedaan contoh contoh dari sensor penginderaan jauh yang di jelaskan ke 2 buku akan
lebih memberi wawasan kepada pembaca karena buku tersebut memiliki contoh yang
berbeda . Ada baiknya jika ke 2 buku tersebut memberikan contoh dan penjelasan pada buku,
misalnya seperti contoh gambar sensor yang di jelaskan ke 2 buku tersebut  agar lebih
menarik peminat pembaca .

Daftar Pustaka
1. Koestoer Hendro Raldi dan Koestoer H.R Yanti .(1995), Penginderaan Jauh
dan Interprestasi Cita” , Universita Indonesia , Jakarta .

2. Notohadiprawiro Tejoyuwono. (2000) ,” Penginderaan Jauh Geografi“ ,


Direktorat Jendral Pendidikan , Jakarta .
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Lili Somantri, S.Pd.,M.Si. JURUSAN
PENDIDIKAN GEOGRAFI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

REFERENSI Borrough. 1986. Principles of Geographical Information Sy stem for Land


Resources Assesment. New York: Oxford U niversity Press Dulbahri.1995. Sistem Informasi
Geografis. Yogyakarta: D iktat Mata Kuliah SIG UGM. Eddy Prahasta. 2002. Konsep-
Konsep Dasar Sistem Infor masi Geografis. Informatika. Bandung. Eddy Prahasta. 2002.
Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan Arcview. Informatika. Bandung. Eko
Budiyanto. 2004. Sistem Informasi Geografis Menggu nakan MapInfo. Andi.Yogyakarta.

Sistem sekumpulan objek atau ide yang saling b erhubungan (inter relasi) untuk mencapai
tujuan b ersama. Sistem Informasi keterpaduan kerja untuk mend apatkan informasi dalam
pengambilan keputusan. Informasi geografis semua data dan fakta yang t erkait dengan lokasi
di permukaan bumi.

PENGERTIAN SIG MENURUT PARA AHLI Aronoff (1989) SIG adalah sistem informasi
yang mendasarkan pada cara kerja komputer yang mampu memasukkan, mengelola, me
manipulasi, dan analisis data dan memberi uraian. De Mers (1997) SIG adalah sistem
komputer yang digunakan untuk mengu mpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan
menganalisa i nformasi yang berhubungan dengan permukaan bumi.

Rice (2000) SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukk an (capturing),
menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, me manipulasi, menganalisa, dan menampilkan
data yang berhubu ngan dengan posisi di permukaan bumi. Sunji Murai SIG adalah sistem
informasi yang digunakan untuk memasukka n, menyimpan, memanggil kembali, mengolah,
menganalisis da ta bereferensi geografis (geospatial) untuk mendukung pengam bilan
keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan pengguna an lahan, SDA, lingkungan,
transportasi, fasilitas kota dan pelay anan umum lainnya.
Esri (Environmental System Research Institute, 1990) SIG adalah kumpulan yang
terorganisir dari perangkat ke ras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang
dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyi mpan, mengupdate, memanipulasi,
menganalisis, dan me nampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geog rafis,
Chrisman (1997) SIG adalah sistem yang terdiri atas perangkat keras, peran gkat lunak, data,
manusia (brainware), organisasi dan lem baga yang digunakan untuk mengumpulkan,
menyimpan, menganalisa dan menyebarkan informasi yang berhubun gan dengan permukaan
bumi.

Wolfgang Kainz (1995) SIG adalah Sistem yang berba sis komputer yang digunakan untuk
Input, menyim pan, analisis/manipulasi dan display data spasial, un tuk pemecahan problema
terkait kebumian. Menurut Phil Parent (1988) : Kunci GIS adalah analisi s data untuk
menghasilkan informasi baru

Penyebutan lain SIG Sistem Informasi Lahan (Land Information Sistem LIS), Sistem
Informasi Lingkungan (Environmental Informati on Sistem-EIS), Sistem Informasi Sumber
Daya (Resources Information Sistem), Sistem Informasi Perencanaan (Planning Information
Si stem), Sistem Penanganan Data keruangan (Spatial Data Hand ling Sistem).

Alasan Penggunaan SIG 1. Dapat menjawab pertanyaan2 yang berkaitan dengan spa sial. 2.
Pembentukan dan penguatan peta mental. 3. Alat bantu yang interaktif, menarik di berbagai
bidang (p endidikan, pemerintah, bisnis).

SUBSISTEM SIG 1. Masukan data (input) Peta, tabel, laporan, data statistik, foto udara, citra
sa telit, pengukuran lapangan. 2. Manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan).
Pengorganisasian data dalam basisdata 3. Analisis dan manipulasi data Pemodelan untuk
menghasilkan informasi baru. 4. Keluaran (output) Peta, tabel, grafik.
KOMPONEN SIG 1. Perangkat Keras (Hardware) Komputer; terdiri atas CPU (central
prosesing unit) dan memori Media penyimpan data; Hard disk,disket driv e, dan CD Room
drive Media perekaman data; keyboard,mouse, scan ner,dan digitizer Media penampilan data;
VDU (visual display unit), printer, dan plotter.

Perangkat keras (hardware)

2. Perangkat lunak (software) Perangkat lunak adalah program yang digunakan pa da sistem
komputer serta seluruh dokumen yang ter kandung di dalamnya. Program aplikasi software
untuk SIG yang banyak di gunakan di Indonesia adalah Mapinfo,Arcinfo,Arcvie w dan
ArcGIS

Perangkat lunak (Software)

3. Sumber daya manusia (Brainware) 1. Teknisi (D3 Survei Pemetaan) 2. Analis (S1
Kebumian) 3. Manajer (S1 Manajemen, S2/S3)

TERSEDIANYA BASIS DATA 1. DATA GRAFIS : Data grafis (spatial) adalah data yang
disimpan dalam bentuk garis,titi k,dan area. TOPOGRAFI, RUPABUMI INDONESIA,
LINGKUNGAN PANTAI IN DONESIA, LINGKUNGAN LAUT NASIONAL, BENUA
MARITIM ( UNCLOS) 2. DATA ATRIBUT (TEMATIK) : A. SUMBERDAYA ALAM
LAHAN, AIR, HUTAN, MINERAL/BATUAN, LAUT B. LINGKUNGAN ALAM :
ABIOTIK : TANAH, GEOLOGI, IKLIM BIOTIK : FLORA, FAUNA CULTURAL:
PENDUDUK, ADMINISTRASI, SOSEKBUDPOL

. DATA BASE A, B, C
Sumber data SIG dapat diperoleh dari data langsung di la pangan, data sekunder dari peta-
peta, dan data hasil peng indraan jauh. Sumber data spasial : 1. Data survey lapangan (data
langsung), hasil pengukura n di lapangan dengan alat GPS, teodolit, meteran, dan alat ukur
lapangan lainnya. 2. Data produk pemetaan dari foto uadara atau citra satelit, dengan teknik
fotogrametri atau pengolahan citra digital 3. Data peta-peta yang tersedia (peta topografi, peta
rupab umi, peta-peta tematik) dari BPN, Bakorsurtanal, PU, dan sebagainya.

Cara penyajian data spasial dan fenomena geografi atau d unia nyata (real world) ke dalam
komputer dilakukan den gan 2 bentuk (struktur), yaitu : DATA RASTER DAN DATA
VEKTOR

Raster (grid-cell) Data disimpan, diproses, dan disajikan d engan bentuk rangkaian elemen
dalam gambar.

Vektor (vector) Data disimpan, diproses dan disajikan dengan rangkaian koordinat. (10,19)
(20,19) (18,17) (11,16) (15,16) (17,15) (11,12) (10,10)

Overlay sebagai bentuk analisis & Manipulasi dalam SIG AEROPHOTOGRAPH


TOPOGRAPHIC MAP GEOMORPHOLOGY MAP DEM - SLOPE IKONOS IMAGE

Institusi GIS 1. DATA PRODUCER : instansi sektoral yang kompeten dengan sumber daya
dan ling kungan hidup. Membangun institusi gis, agar dapat memberik an informasi sebaik-
baiknya (BAKOSURTANAL, LAPAN, BPN, BMG, BPS, pusdata-dept. PU, DIRJEN
GEOLOGI, PPGL, DITOPAD, DKP, geotek-lipi) 2. DATA USER : PEMDA, LEMBAGA
DUNIA, SWASTA, LSM, PRIBADI, PEN DIDIKAN.

Aplikasi SIG 1. Sumber daya alam inventarisasi dan evaluasi kese suaian lahan untuk
pertanian, perkebunan, kehutana n, perikanan. 2. Perencanaan perencanaan permukiman,
perencan aan kota, perencanaan lokasi industri, pasar. 3. Lingkungan pemantauan
pencemaran, kerusakan lingkungan. 4. Pertanahan manajemen pertanahan, sistem infor masi
pertanahan. 5. Pariwisata inventarisasi daerah pariwisata dan an alisis potensi unggulan.

Lanjutan Aplikasi SIG 6. Ekonomi, bisnis, dan marketing penentuan lokasi Bank, swalayan,
mall, mesin ATM, show room, counter, factory outlet. 7. Telekomunikasi inventarisasi
jaringan telekomunikasi, s tasiun pemancar. 8. Pendidikan penentuan lokasi yang cocok
untuk sekolah, sistem informasi pendidikan. 9. Pertambangan lokasi cadangan bahan
tambang. 10. Transportasi inventarisasi jaringan jalan, analisis rawan kemacetan.

Lanjutan Aplikasi SIG 11. Kesehatan model penyebaran penyakit, penentuan lok asi
pelayanan kesehatan. 12.Militer analisis rute perjalanan logistik, penentuan loka si pangkalan
militer, lokasi pendataran kapal.

Measurement Pengukuran :luas, panjang,volume, what, where, how much BASIS DATA &
APLIKASI SIG Mapping Pemetaan Monitoring Pantauan Basis Data : Harga Lahan
Penggunaan Lahan Status Lahan Iklim: air Aksesibilitas Kerawanan Bencana:banjir, longsor,
gempa, tsunami, subsidence Modeling Pemodelan: DSS, EWS, AI Informasi Baru: Peta
lokasi yang sesuai utk permukiman

Sumber Referensi Bahan Kuliah S2 dari Dr. Hartono, DEA, DESS

Anda mungkin juga menyukai