(RECLASSIFICATION)
Disusun Oleh :
1. Vidal Soares (1724002)
2. Gita Viktoria Tanggu Dedo (1724011)
3. Aurelia Baru (1724016)
4. Petrus Sewe Sedu (1724024)
5. Dionisius Seran (1524010)
6. Maria Ade Okyana (1724051)
7. Carmelita Gida Mendes (1724053)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas rahmat-
Nya kami telah berhasil menyusun Modul GIS ini Dengan baik. Modul panduan ini
dibuat sebagai pedoman pelatihan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pelatihan
SIG Terkhususnya mengenai relating tables dan spatial join .
Akhir kata, penysusun mengucap terimakasih terhadap semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam pembuatan modul
praktikum ini.
Penyusun
Sebagai alat bantu (tools) yang dapat digunakan untuk membantu pengambil
kebijakan, GIS terus berkembang pesat dari waktu ke waktu. Demikian pula dengan
perkembangan teknologi geospatial lainnya seperti penginderaan jauh dan GPS (Global
Positioning Systems).
Pada era tahun 1970-an, data citra satelit penginderaan jauh yang tersedia hanya
mempunyai resolusi spasial menengah rendah yakni sebesar 80 meter x 80 meter, saat
ini sudah tersedia data citra satelit resolusi spasial yang tinggi seperti halnya Ikonos dan
QuickBird masing- masing beresolusi spasial 1 meter x 1 meter dan 0.6 meter x 0.6
meter.
Ketika bencana tsunami melanda Aceh akhir tahun 2004, GIS memberikan
kontribusi yang cukup besar untuk emergency dan pembangunan kembali Aceh melalui
program rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh yang dilakukan oleh lembaga Nasional
maupun Internasional. Banyak kegiatan pemetaan yang dilakukan dalam membangun
kembali Aceh seperti penyusunan tata ruang dari level desa, kecamatan, kota sampai
provinsi dan kegiatan pemetaan yang terkait dengan lingkungan
Secara garis besar GIS terdiri dari 5 komponen yang saling terkait antara satu
komponen dan komponen lainnya. Komponen-komponen tersebut haruslah tersedia
kalau kita ingin membangun GIS. Kelima komponen tersebut adalah:
1. Hardware.
Hardware terdiri dari sistem komputer dan perangkat lain seperti printer, plotter,
scanner dan lain-lain yang diperlukan untuk mengoperasikan GIS mulai dari input,
proses dan output.
2. Software.
Software menyediakan fungsi dan tools untuk menyimpan, menganalisa, dan
menampilkan informasi geografis. Disamping software komersial seperti ArcGIS,
MapInfo dan lainnya, saat ini juga sudah banyak dijumpai open source software
yang diperoleh secara cuma- cuma seperti GRASS, Quantum, dan beberapa jenis
software lainnya.
3. Data.
Sebagian orang beranggapan bahwa data merupakan komponen terpenting dalam
Pemanfaatan peta dan pendekatan spatial bisa menjadi alat bantu dalam proses
imperialisme seperti dikutip dari Harley (1988). Mengembangkan proses-proses
serta kegiatan yang mampu menjadikan peta dan pendekatan spatial sebagai alat
bantu dalam pengembangan masyarakat merupakan tantangan bagi semua
masyarakat Indonesia dalam menuju masyarakat yang mandiri serta mampu
mengelola sumberdaya alamnya secara mandiri.
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan Participatory GIS dapat juga diartikan
sebagai SIG- Partisipatif (Sistem Informasi Geografis yang Partisipatif), konsep ini
berkembang tahun 90-an merupakan pengembangan dari pemetaan partisipatif tahun
1980-an yang mengadopsi pendekatan Participatory Rural Apraisal (PRA) dan
Participatory Learning Action (PLA) digabungkan dengan penggunaan GIS sebagai
tools. GIS Partisipatif merupakan pendekatan yang mengintegrasikan pendekatan
partisipatif dengan metode dan teknik GIS sebagai suatu pendekatan baru .
konsep ini dikenal juga dengan nama Public Participation GIS yang
diperkenalkan pertama kali dalam sebuah seminar International Conference on
Empowerment, Marginalization and Public Participation GIS, Santa Barbara,
California 14-17 Oktober 1998, yang mencakup spesifik kajian wilayah Amerika Utara.
Participatory GIS adalah praktek nyata yang dikembangkan dari pendekatan
PRA/PLA dan kajian keruangan serta manajemen komunikasi; merupakan proses yang
berkelanjutan, fleksibel, dan dapat diadaptasi dalam sosial serta kultur serta aspek
lingkungan bio-fisik yang berbeda tergantung dari interaksi secara partisipatif oleh
stakeholder dalam menghasilkan dan mengatur spatial data, dan menggunakan hasil
informasi tersebut dalam pengambilan keputusan, memudahkan proses dialog antar
komponen, mengefektikan proses komunikasi serta mendukung advokasi dan
pelaksanaannya. Aberley dan Siebe (2005) menyebutkan beberapa aspek penting dalam
penerapan Public Paticipation GIS yang terdiri atas:
Mendukung interaksi yang beragam mulai dari pertemuan tatp muka sampai ke
aplikasi dengan menggunakan website.
Memungkinkan untuk adanya kegiatan pembangunan perangkat lunak yang
dapat diakses, mudah didapatkan dan mudah digunakan oleh masyarakat.
Mendukung proses belajar yang terus-menerus prak praktisi kegiatan ini yang
menghubungkan antara pihak yang berbeda budaya, disiplin ilmu, gender dan
kelas.
Merupakan proses berbagi baik itu tantangan/masalah atau peluang antara satu tempat
dengan tempat lain secara transparan.
Secara partial GIS Partisipatif sudah dipraktekan oleh banyak lembaga swadaya
masyarakat di Indonesia. Contohnya Buana Katulistiwa pernah melakukan proses
pemetaan partisipatif dengan menggunakan teknik GIS, demikian juga dengan Jaringan
Kerja Pemetaan Partisipatif yang menggunakan GPS sebagai alat bantu dalam pemetaan
partisipatif dan ditampilkan dalam perangkat lunak GIS. JKPP sebagai jaringan LSM
sendiri melakukan pemetaan partisipatif dibanyak lokasi. Data mengenai pemetaan
partisipatif oleh JKPP dapat diakses melalui web: www.jkpp.or.id.
Pengalaman penulis sendiri pernah membantu secara teknis proses GIS
Partisipatif yang dilakukan di wilayah Kemtuk Gresi dan Nimboran atas prakarsa
ptPPMA Papua bekerjasama dengan WWF-Indonesia dan DFID. Kegiatan ini
menggunakan pendekatan GIS partisipatif yang menggabungkan proses sosialisasi,
pembuatan sketsa oleh masyarakat dan identifikasi melalui citra satelit dengan
menggunakan Landsat 7 etm dan IKONOS dengan resolusi 1m. Hasil akhir dari
kegiatan ini adalah identifikasi fungsi hutan, identifikasi model pengelolaan sumberdaya
oleh masyarakat adat Sentani, Kemtuk Gresie dan Nimboran.
Pengalaman terakhir penulis adalah di Merauke pada masyarakat adat Marind,
proses ini dilakukan atas prakarsa WWF-Indonesia dalam rangka melihat pentingnya
aspek konservasi dan wilayah hutan yang penting untuk dikonservasi berdasarkan
penilaian masyarakat adat Marind. Kegiatan ini juga menghasilkan beberapa kriteria
pentingnya kawasan berdasarkan pola hidup masyarakat Marind. Dari kegiatan ini
diharapkan dalam melakukan perencanaan disuatu wilayah harus mampu
memperhatikan pola hidup masyarakat yang ada sehingga program pembangunan yang
dibuat sejalan dengan kepentingan masyarakat serta timbal baliknya kegiatan
pembangunan mampu didukung oleh masyarakat.
Pengertian Reclassification
Reclassify adalah untuk mengklasifikasikan atau mengklasifikasi kembali suatu data
spasial/atribut menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan kriteria tertentu.
Studi Kasus :
Database merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya,
digunakan perangkat lunak tertentu untuk memanipulasinya. Database berfungsi sebagai penyedia
informasi bagi para pemakainya.
Kota Malang adalah salah satu Kota di Provinsi Jawa Timur yang dimana Memiliki SHP
Kecamatan yang belum memiliki informasi dari database. Sementara itu dalam perencanaan kota
dibutuhkan jumlah fasilitas pendidikan di tiap kecamatan sebagai informasi untuk analisa.
2.3 Relating Tables
Buka Arc Map
Pada tab Relate masukan kebutuhan data yang ingin kita pakai –
Beri nama Latihan1
Selanjutnya cara yang sama untuk Jenis Tanah – Isi Skor Jenis
Tanah sesuai gambar di sebelah