Anda di halaman 1dari 34

MODUL PELATIHAN SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS)

(RECLASSIFICATION)

Disusun Oleh :
1. Vidal Soares (1724002)
2. Gita Viktoria Tanggu Dedo (1724011)
3. Aurelia Baru (1724016)
4. Petrus Sewe Sedu (1724024)
5. Dionisius Seran (1524010)
6. Maria Ade Okyana (1724051)
7. Carmelita Gida Mendes (1724053)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2019

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas rahmat-
Nya kami telah berhasil menyusun Modul GIS ini Dengan baik. Modul panduan ini
dibuat sebagai pedoman pelatihan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pelatihan
SIG Terkhususnya mengenai relating tables dan spatial join .

Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam mempersiapkan dan


melaksanakan praktikum pelatihan SIG dengan baik, terarah dan juga terencana. Pada
setiap topik telah ditetapkan dan dijelaskan berupa teori singkat untuk memperdalam
pemahanaman mahasiswa/i mengenai materi yang akan dibahas.

Penyusun meyakini bahwa dalam pembuatan modul praktikum pelatihan SIG


Relating Tables, Field Calculator(type string) dan field calculator (type date) masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun mengharap kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan modul praktikum ini di masa yang akan datang.

Akhir kata, penysusun mengucap terimakasih terhadap semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam pembuatan modul
praktikum ini.

Malang, oktober 2019

Penyusun

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page i


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Sekilas Perkembangan GIS .............................................................................. 1
1.1. Sistem Informasi Geografis ............................................................... 2
1.2. Komponen GIS ................................................................................. 3
1.3. GIS Partisipatif: Sudah Saatnya Diaplikasikan di Indonesia .............. 4
1.3.1. Pengertian GIS Partisipatif........................................................... 4
1.3.2. GIS Partisipatif Di Indonesia ....................................................... 6
RECLASSIFICATION........................................................................................8
2.1 Relating Tables .....................................................................................8
2.2 Field Calculator (Type String)…………………………………………11
2.2 Field Calculator (Type Date)………………………………………….15
2.4 Penerapan Field Calculation dalam perencanaan wilayah dan Kota…..19

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page ii


SEKILAS PERKEMBANGAN GIS

1.1. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System disingkat GIS)


adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial
(bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer
yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan
menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut
lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang
membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.

Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah,


pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute.
Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu
tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan
basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi. (sumber: wikipedia
indonesia)

Sebagai alat bantu (tools) yang dapat digunakan untuk membantu pengambil
kebijakan, GIS terus berkembang pesat dari waktu ke waktu. Demikian pula dengan
perkembangan teknologi geospatial lainnya seperti penginderaan jauh dan GPS (Global
Positioning Systems).

Pada era tahun 1970-an, data citra satelit penginderaan jauh yang tersedia hanya
mempunyai resolusi spasial menengah rendah yakni sebesar 80 meter x 80 meter, saat
ini sudah tersedia data citra satelit resolusi spasial yang tinggi seperti halnya Ikonos dan
QuickBird masing- masing beresolusi spasial 1 meter x 1 meter dan 0.6 meter x 0.6
meter.

Ketelitian data spatial juga menjadi perhatian perusahaan yang


mengembangkannya. Perkembangan GPS dari waktu ke waktu semakin meningkat
mulai dari GPS navigasi sampai dengan GPS Geodetik yang mempunyai ketelitian
tinggi. Bahkan dengan kemajuan teknologi komunikasi, saat ini sudah banyak dijumpai
handphone yang sudah terintegrasi dengan GPS.

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 1


Kalau dahulu GIS kebanyakan digunakan untuk pemetaan sumberdaya alam, saat
ini GIS digunakan di hampir semua sektor, seperti untk pencarian lokasi yang sesuai
untuk real estate, perbankan, sekolah, lahan pertanian komoditas tertentu dan masih
banyak aplikasi lainnya.

Untuk penanggulangan bencana, GIS dapat digunakan dalam penyusunan peta


bencana alam, seperti zona rawan bencana banjir, tanah longsor, gunung berapi, tsunami
dan lain-lain. Melalui peta rawan bencana ini, pengambil kebijakan dapat segera
mengambil langkah strategis yang cepat seandainya terjadi bencana di area yang sudah
dipetakan.

Ketika bencana tsunami melanda Aceh akhir tahun 2004, GIS memberikan
kontribusi yang cukup besar untuk emergency dan pembangunan kembali Aceh melalui
program rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh yang dilakukan oleh lembaga Nasional
maupun Internasional. Banyak kegiatan pemetaan yang dilakukan dalam membangun
kembali Aceh seperti penyusunan tata ruang dari level desa, kecamatan, kota sampai
provinsi dan kegiatan pemetaan yang terkait dengan lingkungan

1.2. Komponen GIS

Secara garis besar GIS terdiri dari 5 komponen yang saling terkait antara satu
komponen dan komponen lainnya. Komponen-komponen tersebut haruslah tersedia
kalau kita ingin membangun GIS. Kelima komponen tersebut adalah:
1. Hardware.
Hardware terdiri dari sistem komputer dan perangkat lain seperti printer, plotter,
scanner dan lain-lain yang diperlukan untuk mengoperasikan GIS mulai dari input,
proses dan output.
2. Software.
Software menyediakan fungsi dan tools untuk menyimpan, menganalisa, dan
menampilkan informasi geografis. Disamping software komersial seperti ArcGIS,
MapInfo dan lainnya, saat ini juga sudah banyak dijumpai open source software
yang diperoleh secara cuma- cuma seperti GRASS, Quantum, dan beberapa jenis
software lainnya.
3. Data.
Sebagian orang beranggapan bahwa data merupakan komponen terpenting dalam

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 2


GIS. Data geografis dan tabel/tabular bisa dikumpulkan, yang kemudian dikompilasi
agar dapat digunakan untuk beberapa keperluan. Data juga dapat dibeli di penyedia
data komersil. GIS dapat mengintegrasikan data geografis dengan sumber data lain
yang tersimpan dalam DBMS. Integrasi data spasial dan tabular dalam yang
tersimpan dalam DBMS adalah salah satu kemampuan utama dalam GIS.
4. Sumberdaya Manusia
Teknologi GIS akan mengalami kendala tanpa adanya sumberdaya manusia yang
dapat mengelola sistem ini dan mengembangkan perencanaan untuk menggunakan
GIS dalam mengatasi permasalahan yang sebenarnya. Tingkat pemakaian GIS
terdiri dari beragam spesifikasi mulai dari user yang menggunakan GIS untuk
membantu tugas sehari-hari sampai dengan programmer yang mendesain GIS untuk
aplikasi tertentu.
5. Metode atau Prosedur.
GIS bisa dioperasikan dengan baik bila ada rencana implementasi yang telah
dirancang dengan baik beserta aturan mainnya. Seperti halnya dalam semua
organisasi yang berhadapan dengan teknologi, peralatan baru hanya dapat digunakan
secara efektif jika terintegasi kedalam strategi bisnis dan operasional. Untuk
melakukan hal ini dengan baik, tidak hanya diperlukan adanya hardware dan
software saja, tetapi diperlukan pelatihan dan perekrutan personil untuk
menggunakan teknologi tersebut dalam konteks organisasi. Kegagalan dalam
implementasi GIS, biasanya kurangnya komitmen organisasi untuk menggunakan
dan mengembangkan GIS.
Secara sederhana dapat dikatakan, tidaklah cukup bagi suatu organisasi kalau
hanya cukup membeli komputer dengan perangkat lunak GIS, kemudian merekrut
individu yang antusias dan mengharapkan kesuksesan dalam sekejap

1.3. GIS-Partisipatif: Sudah Saatnya Diaplikasikan di Indonesia

Pemanfaatan peta dan pendekatan spatial bisa menjadi alat bantu dalam proses
imperialisme seperti dikutip dari Harley (1988). Mengembangkan proses-proses
serta kegiatan yang mampu menjadikan peta dan pendekatan spatial sebagai alat
bantu dalam pengembangan masyarakat merupakan tantangan bagi semua
masyarakat Indonesia dalam menuju masyarakat yang mandiri serta mampu
mengelola sumberdaya alamnya secara mandiri.

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 3


Bicara mengenai pendekatan partisipatif bukan merupakan hal baru di
Indonesia. Banyak sekali LSM sudah melakukan kegiatan ini dalam kaitan dengan
tujuan kegiatan masing-masing terutama yang berkaitan dengan kegiatan
pengembangan masyarakat/community development. Secara resmi pendekatan ini
pun sudah menjadi bahan wajib dalam perencanaan pembangunan di Indonesia.

1.3.1. Pengertian GIS-Partispatif

Dalam bahasa Inggris dikenal dengan Participatory GIS dapat juga diartikan
sebagai SIG- Partisipatif (Sistem Informasi Geografis yang Partisipatif), konsep ini
berkembang tahun 90-an merupakan pengembangan dari pemetaan partisipatif tahun
1980-an yang mengadopsi pendekatan Participatory Rural Apraisal (PRA) dan
Participatory Learning Action (PLA) digabungkan dengan penggunaan GIS sebagai
tools. GIS Partisipatif merupakan pendekatan yang mengintegrasikan pendekatan
partisipatif dengan metode dan teknik GIS sebagai suatu pendekatan baru .
konsep ini dikenal juga dengan nama Public Participation GIS yang
diperkenalkan pertama kali dalam sebuah seminar International Conference on
Empowerment, Marginalization and Public Participation GIS, Santa Barbara,
California 14-17 Oktober 1998, yang mencakup spesifik kajian wilayah Amerika Utara.
Participatory GIS adalah praktek nyata yang dikembangkan dari pendekatan
PRA/PLA dan kajian keruangan serta manajemen komunikasi; merupakan proses yang
berkelanjutan, fleksibel, dan dapat diadaptasi dalam sosial serta kultur serta aspek
lingkungan bio-fisik yang berbeda tergantung dari interaksi secara partisipatif oleh
stakeholder dalam menghasilkan dan mengatur spatial data, dan menggunakan hasil
informasi tersebut dalam pengambilan keputusan, memudahkan proses dialog antar
komponen, mengefektikan proses komunikasi serta mendukung advokasi dan
pelaksanaannya. Aberley dan Siebe (2005) menyebutkan beberapa aspek penting dalam
penerapan Public Paticipation GIS yang terdiri atas:

Merupakan pendekatan interdisipliner, alat bantu bagi program pengembangan


masyarakat dan penyelamatan lingkungan hidup yang mengedepankan aspek
keseimbangan sosial, kelangsungan ekologi, pengembangan kualitas hidup.
Dipraktekan secara luas, dalam kaitan ruang (bisa kota atau desa), organisasi
(LSM, pemerintah, masyarakat adat, dll), kelompok umur (orang tua, ibu-ibu
atau kaum muda, atau bahkan golongan yang termarginalkan)

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 4


Berbasis fungsi dan sangat luas aplikasinya, dapat diaplikasikan untuk
memecahkan masalah dalam sektor-sektor tertentu di dalam masyarakat atau
menyediakan penilaian yang menyeluruh dalam suatu wilayah atau bioregion
tertentu.
Akan sangat baik diaplikasikan melalui proses kerjasama antara individu,
masyarakat, organisasi pemerintah, intitusi akademik, LSM, organisasi
keagamaan dan swasta.
Mencakup proses untuk penguatan kelembagaan dalam aplikasinya.
Menghubungkan teori-teori sosial dan metode-metode dalam bidang perencanaan,
antropologi, geografi, dan ilmu sosial lainnya.
Menghubungkan metode riset kualitatif dengan pendekatan PRA dan pendekatan
partisipatif lainnya yang berbasis fakta lapang.
Merupakan alat bantu yang mengaplikasikan berbagai variasi mulai dari data
manual, data digital sampai data 3 dimensi dan pengindraan jauh.
Memungkinkan akses masyarakat atas data kondisi budaya, ekonomi, biofisik,
dimana data ini dihasilkan oleh pemerintah, swasta atau perguruan tinggi.

Mendukung interaksi yang beragam mulai dari pertemuan tatp muka sampai ke
aplikasi dengan menggunakan website.
Memungkinkan untuk adanya kegiatan pembangunan perangkat lunak yang
dapat diakses, mudah didapatkan dan mudah digunakan oleh masyarakat.
Mendukung proses belajar yang terus-menerus prak praktisi kegiatan ini yang
menghubungkan antara pihak yang berbeda budaya, disiplin ilmu, gender dan
kelas.
Merupakan proses berbagi baik itu tantangan/masalah atau peluang antara satu tempat
dengan tempat lain secara transparan.

Aspek-aspek di atas merupakan peluang pemanfaatan GIS Partisipatif, beberapa


peluang dengan mudahnya bisa kita adaptasi di Indonesia dengan menjadikan GIS
Partisipatif sebagai salah satu alat bantu dalam meningkatkan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan sumberdaya alamnya sendiri. Beberapa peluang memerlukan
dukungan dari semua pihak, sehingga apa yang menjadi tujuan aplikasi GIS Partisipatif
bisa terwujud.

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 5


1.3.2. GIS Partisipatif di Indonesia

Secara partial GIS Partisipatif sudah dipraktekan oleh banyak lembaga swadaya
masyarakat di Indonesia. Contohnya Buana Katulistiwa pernah melakukan proses
pemetaan partisipatif dengan menggunakan teknik GIS, demikian juga dengan Jaringan
Kerja Pemetaan Partisipatif yang menggunakan GPS sebagai alat bantu dalam pemetaan
partisipatif dan ditampilkan dalam perangkat lunak GIS. JKPP sebagai jaringan LSM
sendiri melakukan pemetaan partisipatif dibanyak lokasi. Data mengenai pemetaan
partisipatif oleh JKPP dapat diakses melalui web: www.jkpp.or.id.
Pengalaman penulis sendiri pernah membantu secara teknis proses GIS
Partisipatif yang dilakukan di wilayah Kemtuk Gresi dan Nimboran atas prakarsa
ptPPMA Papua bekerjasama dengan WWF-Indonesia dan DFID. Kegiatan ini
menggunakan pendekatan GIS partisipatif yang menggabungkan proses sosialisasi,
pembuatan sketsa oleh masyarakat dan identifikasi melalui citra satelit dengan
menggunakan Landsat 7 etm dan IKONOS dengan resolusi 1m. Hasil akhir dari
kegiatan ini adalah identifikasi fungsi hutan, identifikasi model pengelolaan sumberdaya
oleh masyarakat adat Sentani, Kemtuk Gresie dan Nimboran.
Pengalaman terakhir penulis adalah di Merauke pada masyarakat adat Marind,
proses ini dilakukan atas prakarsa WWF-Indonesia dalam rangka melihat pentingnya
aspek konservasi dan wilayah hutan yang penting untuk dikonservasi berdasarkan
penilaian masyarakat adat Marind. Kegiatan ini juga menghasilkan beberapa kriteria
pentingnya kawasan berdasarkan pola hidup masyarakat Marind. Dari kegiatan ini
diharapkan dalam melakukan perencanaan disuatu wilayah harus mampu
memperhatikan pola hidup masyarakat yang ada sehingga program pembangunan yang
dibuat sejalan dengan kepentingan masyarakat serta timbal baliknya kegiatan
pembangunan mampu didukung oleh masyarakat.

Perlunya Aplikasi GIS Partisipatif di Indonesia Secara Menyeluruh


Fakta di atas menunjukkan kegiatan yang menggunakan pendekatan GIS
Partisipatif telah dilakukan di Indonesia. Pemikiran selanjutnya adalah bagaimana
kegiatan ini dilakukan secara menyeluruh dan dilakukan secara bersama dengan
melakukan kolaborasi antara masyarakat, LSM, organisasi pemerintah, perguruan tinggi.
Dukungan dari organisasi terkait dengan perencanaan, konservasi dan pemberdayaan
masyarakat sangat penting dalam mensukseskan kegiatan GIS sebagai salah satu tools

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 6


yang mengintegrasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat.
Contoh paling mudah aplikasi yang membutuhkan GIS Partisipatif misalnya
dalam proses pemetaan tanah masyarakat di Aceh Pasca Tsunami. Kegiatan community
land mapping menjadi program dari berbagai lembaga pemerintah dan LSM di Aceh,
dengan menggunakan pendekatan GIS Partisipatif tentunya usaha ini bisa dilakukan
lebih mudah. Usaha yang paling penting adalah melakukan proses kerjasama/kolaborasi
antar semua pihak yang berkepentingan dalam proses pemetaan tanah masyarakat.
Contoh lain misalnya adanya kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap di
Sumatera dan Kalimantan dapat diidentifikasikan secara mudah dengan pendekatan GIS
Partisipatif melalui proses penentuan lokasi kebakaran yang melibatkan masyarakat,
pihak perkebunan dan HPH. Masih banyak peluang aplikasi GIS Partisipatif lainnya
yang perlu dilakukan di Indonesia dalam rangka menuju proses pembangunan
masyarakat yang lebih baik di masa yang akan datang.

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 7


RECLASSIFICATION

Pengertian Reclassification
Reclassify adalah untuk mengklasifikasikan atau mengklasifikasi kembali suatu data
spasial/atribut menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan kriteria tertentu.
Studi Kasus :
Database merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya,
digunakan perangkat lunak tertentu untuk memanipulasinya. Database berfungsi sebagai penyedia
informasi bagi para pemakainya.
Kota Malang adalah salah satu Kota di Provinsi Jawa Timur yang dimana Memiliki SHP
Kecamatan yang belum memiliki informasi dari database. Sementara itu dalam perencanaan kota
dibutuhkan jumlah fasilitas pendidikan di tiap kecamatan sebagai informasi untuk analisa.
2.3 Relating Tables
 Buka Arc Map

 Masukan SHP Admin Kota Malang


Klik Kanan pada SHP – Klik Open Attribute Table

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 8


 Klik pada bagian kiri paling atas – Pilih dan klik pada bagian Joins
And Relates – klik Relates

 Pada tab Relate masukan kebutuhan data yang ingin kita pakai –
Beri nama Latihan1

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 9


 Untuk mengetahui hasilnya – klik menu Identify

 Setelah muncul tab Identify – klik tanda + hingga muncul Jumlah


Sekolah

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 10


2.4 Field Calculator Type String
 Masukkan SHP ADMINISTRASIDESA_ AR_25K
Klik Kanan pada SHP – Klik Open Attribute Table

 Klik bagian kiri atas – Add Field

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 11


 Isi kolom sesuai table di sebelah – Type Text – lalu OK

 Klik Editor – Start Editing

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 12


 Pada kolom Admin – Klik Kanan – Field Calculator

 Pada tab Field Calculator – Klik String – WADMKC – WADMKK –


OK

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 13


 Hasil bisa dilihat sesuai kolom di bawah ini

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 14


Beberapa Perhitungan tipe TEXT dalam Field Calculator :

2.5 Field Calculator Type Date


 Masukkan SHP ADMINISTRASIDESA_ AR_25K
Klik Kanan pada SHP – Klik Open Attribute Table

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 15


 Klik bagian kiri atas – Add Field

 Isi kolom sesuai table di sebelah – Type Text – lalu OK

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 16


 Klik Editor – Start Editing

 Pada kolom Tanggal – Klik Kanan – Field Calculator

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 17


 Pada tab Field Calculator – Klik Date – OK

 Hasil bisa dilihat sesuai kolom di Bawah ini

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 18


2.6 Penerapan Field Calculation dalam perencanaan wilayah dan Kota
Studi Kasus :
Seorang Planner memiliki SHP Kelerengan, SHP Jenis Tanah dan SHP
Curah Hujan dan diminta membuat skoring dalam rangka rekomendasi fungsi
kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Tengah.
 Masukkan SHP Kelerengan, SHP Jenis Tanah dan SHP Curah Hujan

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 19


 Klik kanan SHP Kelerengan – Open Attribute Table

 Klik bagian kiri atas – Add Field

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 20


 Pada tab Add Field beri nama Skr_Lereng – Double – OK

 Klik kanan pada SHP Kelerengan – Start Editing

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 21


 Isi Skor Kelerengan sesuai gambar di sebelah

 Selanjutnya Klik Editor – Stop Editing

 Selanjutnya cara yang sama untuk Jenis Tanah – Isi Skor Jenis
Tanah sesuai gambar di sebelah

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 22


 Selanjutnya cara yang sama untuk Curah Hujan – Isi Skor Curah
Hujan sesuai gambar di sebelah

 Selanjutnya Klik Editor – Stop Editing

 Selanjutnya klik Arc Toolbox – Analysis Tools – Overlay - Union

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 23


 Klik Input Features – Masukkan Ketiga SHP tersebut – Simpan file
dengan nama Union Scoring.shp - OK

 Hapus kolom FID_KELERE - FID_CURAH - FID_JENIS

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 24


 Klik Add Field - Skr_Total - Double - Ok

 Klik kanan Skr_Total – Field Calculator

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 25


 Jumlahkan Skr_Lereng – Skr_Hujan – Skr_Jentan - OK

 Klik pada bagian atas – Add Field

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 26


 isi nama dengan Fungsi_Kaw – Text –OK

 Klik Selection – Select By Attributes

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 27


 Isi tab Select By Attributes – “Skr_Total” <=124 - OK

 Klik kanan pada Fungsi_Kaw – Field Calculator – String – Isi


dengan “Kawasan Hutan Produksi Tetap” - OK

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 28


 Maka pada kolom Fungsi_Kaw akan muncul tulisan seperti gambar
di samping

 Selanjutnya klik Selection – Select by Attributes

 Klik Skr_Total– Isi “Skr_Total”>124 AND”Skr_Total”<=174 - OK

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 29


 Pada tab Field Calculator klik Fungsi_Kaw – String - lalu isi
“Kawasan Hutan Produksi Terbatas” - OK

 Hasil seperti gambar di atas

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 30


 Klik kanan Union Scoring – Properties

 Klik Symbology – Categories – Add All Values - OK

PENGENALAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Page 31

Anda mungkin juga menyukai