Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN DAN BENDEL LENGKAP

Oleh:
Kelompok 7/ Kelas C
Puji Rahayu 211510501009
Zulfa Maulida 211510501020
Fitri Nur rohmah 211510501024
Nazula Rahmatuzzuhairoh 211510501028
Aulia wulandari 211510501049

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………........1
penggunaan Software Qgis Dengan Objek Peta Wilayah Kota Blitar .................... 3
Review Video Mengenai Kajian Informasi Pada Peta ........................................... 14
Peta Sebaran Curah Hujan Kalimantan Timur dengan Interpolasi Idw............ 24
Modul Penggunaan Aplikasi Sas-Planet Dan Usgs ................................................ 37
(United States Geological Survei) .............................................................................. 37
Modul Pengoperasian Drone .................................................................................... 52
Digitasi........................................................................................................................ 59

2
PENGGUNAAN SOFTWARE QGIS DENGAN OBJEK PETA
WILAYAH KOTA BLITAR

1.1 Latar Belakang


Quantum GIS merupakan suatu perangkat sistem informasi geografi yang dapat
mengelola data secara spasial. GIS atau global information system merupakan suatu
perangkat yang dapat digunakan dalam menganalisis data secara spasial dari berbagai
variabel dengan tingkat akurasi yang tinggi (Mamonto et al., 2020). Dalam arti yang
sederhana, GIS dapat didefinisikan sebagai gabungan kartografi, analisis statistik dan
teknologi sistem basis data atau database (Idfi, 2021). GIS mampu membuat suatu peta
pemodelan dari suatu lingkungan dengan tingkat kalibrasi dan hitungan pixel.
Kemampuan lain dari dari SIG sendiri yaitu dapat menghubungkan berbagai data pada
suatu titik tertentu di bumi, menggabungkan, menganalisis, dan akhirnya memetakan
hasilnya. Data yang diolah pada sistem informasi geografis merupakan data spasial.
Data spasial sendiri merupakan sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan
lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya (Adil, A., &
Kom, S., 2017). Sistem informasi geografi sering digunakan dalam proses budidaya
tanaman pertanian untuk mengetahui lokasi lingkungan yang dihitung setiap pixel
lahan dan mendapatkan informasi dari lahan tersebut, umumnya digunakan dalam
memenuhi input pertanian di lahan seperti contohnya kegiatan pemupukan. Sistem
informasi geografi berfungsi untuk menghasilkan suatu analisa data secara spasial dari
satuan wilayah yang dikehendaki (Zufria et al., 2019).
Quantum GIS memiliki gudang plugin yang besar yang meningkatkan analisis
data dan juga menyediakan akses ke beberapa alat pemrosesan gambar yang disertakan
dalam program sumber terbuka lainnya (Congedo, L., 2021). Banyak jenis software
yang berbasiskan pada sistem informasi geografi, Quantum GIS merupakan salah satu
yang bersifat open source dapat dijalankan pada berbagai sistem informasi seperti
windows, linux, mac hingga android sehingga bersifat user friendly, gratis dan fleksibel
(Yilmaz, 2022). Hal ini juga merupakan suatu kelebihan dari Quantum GIS dari pada

3
sistem informasi geografi yang lain. Sistem informasi geografis selalu melakukan
geoprocessing dimana suatu proses dalam menganalisa cakupan wilayah. Selain itu
Quantum GIS dapat mengolah data vektor ataupun raster. GIS disini juga dapat
meningkatkan kemampuan visualisasi dan meningkatkan efisiensi penilaian,
perolehan, penyimpanan, pengambilan, manipulasi, dan analisis data untuk
mengembangkan informasi yang dapat mendukung pengambilan keputusan dalam
waktu yang lebih singkat (Hammami, S., et al., 2019). Teknik Quantum GIS sendiri
memfasilitasi pengolahan dan analisis data spasial dan memudahkan visualisasi,
interpretasi, dan evaluasi. Kekurangan dari Quantum GIS yaitu terletak pada tingkat
efisiensi yang kurang pada proses clip, interact, dissolve dari pada sistem informasi
geografi yang lain, akan tetapi mempunyai tingkat efektifitas yang tinggi pada buffer,
merge dan union. Geoprocessing sangat penting dalam pengoperasian perangkat
Quantum GIS seperti clip, intersection, buffer, dissolve, merge dan union.
Relevansi dengan praktikum ini adalah SIG digunakan sebagai landasan untuk
pembuatan peta geologis dalam dalam penyimpanan data atau visualisasi data untuk
diimplementasikan dalam QGIS. Wilayah yang divisualisasikan adalah kota Blitar,
sebagai bentuk integrasi data yang berasal dari beberapa sumber.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penerapan QGIS untuk pembuatan peta wilayah Kota Blitar?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui penerapan QGIS untuk pembuatan peta wilayah Kota Blitar.

4
BAB 2. BAHAN DAN METODE

2. 1 Waktu dan Tempat


Praktikum pembuatan peta administrasi desa menggunakan software QGIS
dilaksanakan pada Kamis, 14 September 2023 yang berlokasi di R.K. 2.1 Fakultas
Pertanian, Universitas Jember.

2. 2 Alat dan perangkat yang dibutuhkan


1. Laptop
2. Akun https://tanahair.indonesia.go.id/portal-web
3. Aplikasi QGIS

2. 2 Metode praktikum
1. Menginstal aplikasi QGIS
2. Mendaftar dan mengunduh peta daerah di website
3. Membuat peta daerah

5
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pembuatan Peta Administrasi Desa Menggunakan QGIS

Gambar 3.1.1 Gambar Peta Administrasi Desa Kota Blitar

Peta diatas menunjukan gambaran administrasi desa di Kota Blitar. Aspek-aspek


yang terdapat pada peta tersebut meliputi gambar peta, logo Kota Blitar, keterangan
peta, arah mata angin, skala peta, serta legenda. Untuk pembuatan peta akan dibahas
pada point selanjutnya.

3.2 Pengertian SIG


SIG atau Sistem Informasi Geografis adalah sistem yang memberikan informasi
geografis mulai dari informasi tentang tempat yang berada di permukaan bumi,
pengetahuan tentang informasi serta berbagai atribut di permukaan bumi namun
dengan posis dan letak suatu objek di permukaan bumi yang telah diketahui (Perrina,

6
2021). Sistem ini mengambil, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi,
menganalisa, serta menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kondisi
permukaan bumi. Pada SIG terdapat 2 data yaitu data grafis dan data atribut. Data grafis
merupakan data yang disimpan dalam bentuk titik, garis dan polygon. Data atribut
merupakan data yang memberikan deskripsi atau penjelasan tentang fenomena di
permukaan bumi atau penjelasan setiap objek yang ada di permukaan bumi data ini
direpresentasikan dalam bentuk kata-kata angka atau tabel.
Data yang sering digunakan dalam SIG meliputi data geografis, data citra
satelit, data penginderaan jauh, data geospasial, data topografi, data iklim, dan data
sosial-ekonomi. Menurut Rizal dkk. (2023), terdapat beberapa jenis sumber data yang
dapat digunakan dalam SIG, antara lain :
1. Sumber data primer yaitu sumber data yang dikumpulkan dari data yang
khusus untuk aplikasi SIG, seperti survey lapangan, vitra satelit, dan data GPS.
2. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang telah dikumpulkan dari data yang
telah tersedia dari sumber eksternal yang meliputi lembaga pemerintahan,
lembaga akademik, maupun perusahaan swasta.
3. Sumber data tersier yaitu sumber data yang telah disintesis atau diproses dari
sumber data primer dan sekunder.
Quantum Geographic Information System (QGIS) adalah salah satu perangkat
lunak open source yang digunakan untuk pengelolaan data spasial dan pengembangan
aplikasi sistem informasi geografi (SIG). Geographical Information System (GIS)
merupakan sistem informasi khusus terkait pengelola data dengan referensi spasial
(keruangan). Pada aplikasi QGIS terdapat ikon-ikon yang sering digunakan untuk
menyempurnakan pembuatan peta antara lain :
1. Add Map merupakan ikon yang digunakan untuk menambahkan peta yang
sudah dibuat sebelumnya
2. Add Picture merupakan ikon yang digunakan untuk menambahkan gambar.
3. Add Text merupakan ikon yang digunakan untuk menambahkan text.
4. Add label digunakan untuk membuat label

7
5. Add legend digunakan untuk menambah keterangan atau legenda
6. Scale bar digunakan untuk menambahkan skala peta yang nantinya dapat
diubah sesuai dengan keinginan editor.
7. North arrow digunakan untuk menambahkan arah mata angin.
8. Add polygon digunakan untuk menambahkan garis atau polygon.

3.3 Tutorial Penggunaan QGIS pada Peta Administratif Desa Kota Blitar
3.3.1 Buka website https://tanahair.indonesia.go.id/portal-web kemudian login pada
akun yang telah kita buat.

3.3.2 Klik download kemudian memilih peta per wilayah

8
3.3.3 Pilih daerah dan mengklik kanan daerah tersebut. Kami memilih Kota Blitar.
Lalu memilih 25K lalu download.

3.3.4 Buka aplikasi QGIS lalu masukkan ADMINISTRASIDESA untuk mengamati


batas desa Kota Blitar. Sebelumnya, pastikan bahwa peta berformat .shp

3.3.5 Kemudian membedakan warna desa mengklik ikon abc kemudian memilih ikon
kuas lalu pilih categorized lalu mengetik NAMOBJ dan memilih RdGy. Lalu klik
apply.

9
3.3.6 Kemudian masukkan tulisan dengan tempat yang sama tetapi di bawah kuas
lalu pilih single labels dan ketik NAMOBJ.

3.3.7 Klik project kemudian pilih New print layout lalu isi nama peta yang telah
dibuat.

10
3.3.8 Masukkan peta Kota Blitar dengan ikon Map.

3.3.9 Masukkan gambar dengan ikon picture lalu pada bagian properties pilih roster
image. Setelah itu masukkan gambar yang diinginkan.

3.3.10 Pilih labels untuk menambah huruf

11
3.3.11 Tambahkan keterangan peta pada ikon legend, skala pada scale bar, dan picture
untuk menambah arah mata angin. Jika semua komponen sudah masuk, tambahkan
bingkai pada icon bawah garis dan pilih Add polygon. Lalu simpan pada ikon export.
Peta ini dapat disimpan dalam bentuk image, pdf, ataupun svg.

12
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada praktikum acara ini, kelompok kami melakukan pembuatan peta geologis
dalam penyimpanan data atau visualisasi data untuk diimplementasikan dalam QGIS
dengan wilayah yang divisualisasikan adalah kota Blitar. Penggunaan aplikasi QGIS
dalam pembuatan peta administrasi desa mudah digunakan dan dimengerti bagi
pemula. Aplikasi QGIS menjadi pilihan tepat untuk membantu orang-orang yang
bersinggungan langsung di dunia pemetaan karena mudah dioperasikan serta memiliki
fitur-fitur yang beragam.

13
REVIEW VIDEO MENGENAI KAJIAN INFORMASI PADA PETA

1.1 Latar Belakang


SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan sistem yang berbasis komputer/
aplikasi yang dapat menganalisis data tentang lingkungan hidup secara geografis.
Analisis peta merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menganalisa informasi yang
disampaikan dalam peta. Pada pembuatan peta perlu adanya konsep real world
dimana konsep ini mengubah bentuk fisik yang ada di dunia menjadi suatu sistem
informasi geografis yang bisa disimpan, diproses, dipresentasikan, bahkan
dimanipulasi. SIG merepresentasikan real world menggunakan data spasial yang
terbagi atas model data raster dan model data vektor. Salah satunya model data raster
yang digunakan untuk merepresentasikan ketinggian permukaan bumi menggunakan
data DEM, dalam setiap sel/piksel memiliki ukuran 1 km2, dan untuk dimensi setiap
sel/piksel ditentukan sesuai kebutuhan (Irwansyah, 2013).
DEM (Digital Elevation Model) merupakan data yang menerapkan berbagai
ilmu seperti teknik sipil, hidrologi, geomorfologi, serta biologi. Kegunaan dari DEM
ini sendiri yaitu sebagai upaya pencegahan berbagai jenis bencana alam, studi erosi
tanah, prakiraan cuaca, dan perubahan iklim (Mesa-Mingorance., & Ariza-López,
2020). DEM dilakukan dengan data raster yang mewakili arah aliran dengan metode
berbasis titik untuk menggambarkan daerah aliran sungai untuk setiap titik yang
dipilih (Basnet et al., 2019). Pada penelitian yang sudah dilakukan penggunaan
resolusi DEM yang digunakan berdampak pada luasan dan kedalaman banjir yang
disimulasikan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, resolusi DEM yang
digunakanuntuk lokasi tertentu setidaknya harus lebih halus dari lebar alur sungai
(Muthusamy et al., 2021).
Analisis yang dapat digunakan dengan aplikasi SIG, contohnya Arcgis ataupun
QGIS. DEM diambil dari data primer untuk dilakukan analisis lebih lanjut dengan
QGIS. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode scoring overlay intersection
lalu diberi bobot dari metode Analytic Hierarchy Process (AHP) matriks pairwise

14
comparison dan hasilnya adalah AHP dan overlay yang menjadi peta (Ryka, 2020).
Jayantara (2020) menganalisis peta banjir dilakukan dengan overlay menghasilkan
dua kategori, yaitu terdampak dan tidak terdampak. Setelah itu dilakukan pengecekan
dengan membandingkan data hasil pemetaan dengan data lapangan untuk
menentukan kesesuaian antara pengolahan data dan keadaan di lapangan (Ujung,
2019).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui kajian informasi dan tutorial pada peta DEM.
2. Mengetahui dan memahami tutorial membuat peta kontur.

15
BAB 2. BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan


- Handphone/Laptop
- Aplikasi YouTube
- Link video yang akan di review
a. Video 1 (https://youtu.be/IoI9wCoFUjw?si=OVqnuPvqeAXaJwds)
b. Video 2 (https://youtu.be/eFJk_5dF6OI?si=yXXXVkSJCjpT6BkM)
c. Video 3 (https://youtu.be/5bOrStTMtvA?si=eIXWpNlkDlV0k-UT)
d. Video 4 (https://youtu.be/ykJE7is3ftM?si=OLXo866k2m-twgf7)

2.2 Metode
1. Melihat video berdasarkan link yang sudah diberikan
2. Melakukan review pada video tersebut
3. Hasil review kemudian disusun menjadi laporan.

16
BAB 3. PEMBAHASAN

Digital Elevation Model (DEM) merupakan representasi digital dari permukaan


bumi yang menyimpan informasi ketinggian lahan. DEM dapat merepresentasikan
data ketinggian yang disimpan secara tepat dan dapat digunakan untuk berbagai
aplikasi pemetaan seperti GIS (Sutisna, A. S., & Putro, H. 2018).DEM dapat
dijadikan data dasar dalam pembuatan kontur. Kontur dan pola aliran ini dapat
digunakan untuk memisahkan antara berbagai topografi muka tanah dalampoligon
tidak beraturan yang lebih jauh dapat digunakan untuk analisis dan pemodelan
hidrologi. Data DEM yang umum digunakan pada proses penelitian dan pemodelan
adalah data advance spaceborne thermal emission radiometer-global digital elevation
model (ASTER GDEM) dan shuttle radar topographic mission (SRTM). Data SRTM
dan ASTER GDEM merupakan data topografi yang paling lengkap dan presisi di
dunia, yang telah menyediakan sumber terpercaya untuk analisis geografis. Berikut
merupakan hasil review video mengenai kajian informasi pada peta:

3.1 Video 1 (Cara Mendownload dan Menggabungkan Data DEM)


Langkah-langkah dalam mendownload file DEM yaitu:
2. 1 Membuka web tides.big.go.id. Kemudian setelah masuk web tides.big.go.id,
pilihmenu DEMNAS untuk mendownload file DEM. Untuk mendownload file DEM,
harus memiliki akun terlebih dahulu. Jika telah memiliki akun, maka dapat log in
dengan email dan password. Jika belum memiliki akun maka perlu membuat akun
terlebih dahulu.
2. 2 Setelah dapat masuk kemudian pilih menu download DEMNAS untuk
mengunduh file DEM yang dibutuhkan.
2. 3 Kemudian akan muncul peta Indonesia pada layer, pilih daerah mana yang akan
diunduh file DEMnya. Dalam peta tersebut setiap daerah terbagi menjadi kotak-kotak
untuk memisahkan antar daerahnya. Untuk memilih daerah yang

17
akan diunduh file DEMnya, dapat dilakukan dengan memilih kotak pada daerah
tersebut dengan cara klik kanan.
2. 4 Setelah di klik kanan, maka akan muncul peta daerah tersebut dan link untuk
mengunduh file DEM pada daerah tersebut. Jika kita klik link yang muncul pada
layar, maka akan ada tampilan yang berisi informasi dari file yang akan didownload
tersebut seperti URL, deskripsi, category, dan lain-lain. Pada bagian bawah tampilan,
muncul menu “start download”. Menu ini digunakan untuk mendownload file DEM
pada daerah tersebut. Untuk mendownload DEM dapat dilakukan dengan cara yang
sama.
2. 5 Setelah semua file DEM yang diinginkan telah terdownload, kemudian masuk
aplikasi QGIS dan membuka project baru. Dalam project baru, kemudian klik menu
Open Data Source untuk membuka file yang akan ditambahkan padaproject. Dalam
tools Open Data Source pilih menu Raster dan pilih data yang akan ditambahkan.
2. 6 Setelah data DEM dimasukkan pada project baru, maka akan muncul gambar
hasil penggabungan tersebut. Kemudian klik menu Raster, lalu klik Miscellaneous
dan klik Merge. Hal ini digunakan untuk menambahkan file yang akan digabungkan
dalam QGIS. Pada menu Merge ini Output Data Type yang dipilih yaitu Float32.
2. 7 Setelah beberapa file DEM tergabung, kemudian klik menu properties pada
peta, dan klik menu Symbology untuk memilih warna yang akan digunakan pada hasil
penggabungan file DEM .

3.2 Video 2 (Cara Memotong Data Raster (DEM) Sesuai Bentuk Polygon)
Cara untuk memotong DEM sesuai polygon yaitu:
1. Siapkan data raster yang akan digunakan. Data diambil dari
https://tanahair.indonesia.go.id/ lalu pilih pada pada bagian download lalupilih data
DEM.

18
2. Pilih pada salah satu kabupaten/kota yang akan dipotong lalu download
dengan cara klik kanan pada peta terpilih lalu klik download
3. Buka QGIS
4. Klik data source lalu akan muncul pop up
5. Pilih raster lalu klik pada bagian titik tiga di kanan pop up, pilih file yang
telah di download
6. Klik add
7. Pilih menu vektor lalu klik pada titik tiga untuk memilih file polygon yang
digunakan untuk memotong raster
8. Klik add
9. Maka pada display akan muncul data raster kabupaten dan polygon yang
digunakan untuk memotong
10. Pastikan koordinat dalam bentuk UTM dengan cara klik kanan pada layer peta
lalu klik properties lalu klik information
11. Untuk memotong DEM pilih raster lalu pilih extraction lalu pilih raster by
mask layer
12. Pilih data DEM dan data vektor yang digunakan
13. Scroll ke bawah untuk menentukan tempat penyimpanan
14. File yang akan disimpan akan memiliki format shp
15. Klik run
16. Maka akan muncul layer baru data DEM yang telah dipotong
17. Hapus data DEM pertama dan berikan variasi warna dengan cara klik kanan
pada layer baru lalu klik properties dan klik color

3.3 Video 3 (Cara Mengolah Data DEM)


Dalam Membuat kontur, ketinggian, kemiringan lereng, dan Hillshade dapat
dilakukan dengan yang pertama:
Mencari data DEM melalui beberapa website yang tersedia seperti dengan Earth

19
Explorer U.S. Geological Survey, DEMNAS, dan Google Earth Engine. Penggunaan
DEMNAS memiliki kelebihan karena untuk data Indonesia memiliki skala hingga 10
meter. Untuk mendownload peta menggunakan DEMNAS dilakukan dengan login
terlebih dahulu, klik download pada kanan atas, kemudian jika telah muncul peta
tinggal mengklik kotak-kotak pada peta wilayah yang diinginkan yang akan
memunculkan link, kemudian klik link danakan langsung otomatis mendownload.
- Buka QGIS kemudian panggil DEMNAS yang telah didownload.
- Selanjutnya membuat data kontur dengan cara ke tools raster kemudian
Extraction dan Contour. Pada menu Contour atur interval sesuai yang diinginkan dan
yang lain dibiarkan default. Data kontur telah jadi
- Membuat Data kemiringan lereng dilakukan dengan klik Tools Raster,
kemudian analysis, lalu pilih slope untuk kemiringan. kemudian atur apakah ingin
hasil dalam persen atau derajat.
- Untuk membuat efek 3d dilakukan dengan menduplikat data DEMNAS
terlebih dahulu dengan klik kanan data DEMNAS dan pilih duplicate layer.
- klik kanan, kemudian memilih properties, pada symbology, untuk render type
pilih hillshade. kemudian pilih resampling dalam bentuk cubic agar hasil lebih halus.
- Kemudian klik kanan properties lagi dan atur transparency hingga 55%
- Apabila ingin merubah warna dapat dilakukan dengan merubah single band
grey menjadi singleband pseudocolour pada fitur disebelah kanan. Kemudian atur
warna sesuai dengan keinginan.
3.4 Video 4 (Membuat dan Menjelaskan Peta Kontur)
Data DEMNAS adalah salah satu produk dari Badan Informasi Geospasial
untuk melayani ketersediaan data elevasi di Indonesia. DEMNAS terdiri dari integrasi
beberapa data elevasi yang diolah dengan metode GMT-surface. Kelebihan
penggunaan software QGIS yaitu gratis tidak membutuhkan biaya sama sekali, fungsi
tambahan dalam QGIS dapat ditambahkan sendiri apabila kita bisa melakukan

20
pemrograman, QGIS terus berkembang karena kebebasan semua orang yang
dapat menambahkan fitur baru atau menyempurnakan fitur yang ada.
Sebelum membuat peta kontur yang harus dipersiapkan yang pertama
adalah data DEMNAS, dan Software QGIS. Data DEMNAS bisa didapatkan dari
website DEMNAS dari tanahair.indonesia.go.id. Login apabila telah memiliki
akun, atau register apabila belum memiliki akun. Setelah masuk tampilan
websitenya akan menampilkan peta yang kemudian bisa memilih daerah mana
yang akan dipilih dalam membuat peta kontur. Tinggal klik download dan
langsung akan masuk kedalam folder. Setelah terdownload, masuk ke software
QGIS.
Tahapan:
- Open data Source Manager yang berguna untuk menambahkan berbagai
layer dari berbagai sumber atau format data seperti vector, raster, mesh, dan lain
sebagainya.
- Pilih Tools Raster dan add data yang telah didownload sebelumnya dari
DEMNAS.
- Setelah muncul peta wilayah yang didownload, klik tools buster kemudian
extraction lalu klik contour.
- Pada menu contour terdapat beberapa komponen seperti Input layer, Band
number, Interval, dan lain sebagainya. Pada input layer yang harus dimasukkan
adalah file data DEMNAS wilayah yang dibuat, dan hanya merubah interval.
Karena akan membuat peta kontur maka interval kontur diubah menjadi 25, untuk
atribut name diisi dengan elevasi dan kemudian klik run.
- Kemudian akan muncul peta wilayah yang dipilih dengan garis-garis
konturnya. Cek apakah setiap garis kontur telah memiliki elevasi yang berbeda
atau belum
- Setelah itu mengekstrak menjadi format shp dengan klik kanan pada data
kontur, kemudian pilih export dan save features as dengan format ESRI shapefile,
kemudian ubah koordinat sistem menjadi project CRS: EPSG: 4326.
- WGS 84. kemudian simpan ditempat yang diinginkan.
Untuk menambahkan label dari setiap interval dilakukan dengan klik
kanan properties, klik tools labels dan masukkan single label. Ubah value menjadi
elevasi, ubah point menjadi pixels, dan edit font atau style label sesuai dengan
keinginan lalu klik ok. Maka informasi kontur atau elevasi akan ada dari setiap
kontur yang berbeda.Garis kontur merupakan garis yang menghubungkan tempat-
tempat yang sangat tinggi dan satu permukaan tanah dalam peta. Garis kontur
dapat menggambarkan danau atau pantai. Garis kontur akan menggambarkan
bentuk-bentuk permukaanbumi yang bersifat alami dengan menggunakan garis-
garis kontur. Interval kontur adalah jarak antara dua bidang yang berdekatan,
berbanding terbalik dengan skala peta.

22
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
DEM (Digital Elevation Model) memiliki berbagai kegunaan,
diantaranyayaitu sebagai upaya pencegahan berbagai jenis bencana alam,
studi erosi tanah, prakiraan cuaca, dan perubahan iklim. Untuk mengetahui
dan memahami terkaitKajian Informasi Pada Peta dapat melakukan review
video. Terdapat referensi video di aplikasi YouTube untuk memudahkan
kita mengetahui mengenai pengelolaan DEM, pembuatan peta kontur dan
banyak informasi mengenai Kajian Informasi Pada Peta yang dengan mudah
dapat diakses.

23
PETA SEBARAN CURAH HUJAN DAERAH KALIMANTAN
TIMUR MENGGUNAKAN INTERPOLASI IDW

1.1 Latar Belakang


Curah hujan merupakan gejala alam yang banyak bergantung dari
beberapa faktor serta menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan di bumi.
Keadaan iklim yang tidak menentu akan menyebabkan curah hujan menuju ke
arah (trend) yang tidak menentu dimana akan dapat meningkat atau menurun
(Muflih dkk., 2019). Data curah hujan dari titik stasiun hujan terdekat yang ada
dalam suatu wilayah menjadi kunci utama untuk pembuatan peta curah hujan.
Semakin optimalnya jumlah titik stasiun hujan dengan data yang tekumpul akan
semakin baik dalam hasil pemetaannya. Dari setiap stasiun hujan data pengamatan
curah hujan pada satu wilayah sangat penting untuk mengukur intensitas curah
hujan di wilayah tersebut. Jumlah stasiun hujan yang tidak ideal akan berpengaruh
pada proses akuisisi data curah hujan yang merupakan kebutuhan data primer
untuk pemetaan curah hujan wilayah (Prayitno dkk., 2023).
Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan interpolasi Inverse
Distance Weighted (IDW) memungkinkan pemetaan indikator curah hujan di
daerah Kalimantan Timur. Dalam GIS, teknik interpolasi spasial digunakan untuk
memprediksi nilai suatu atribut pada lokasi yang tidak dijadikan sampel untuk
menghasilkan data spasial yang kontinu. Interpolasi IDW merupakan teknik yang
paling banyak digunakan dalam pemetaan variable (Khouniet al., 2021). Dalam
pembuatan peta curah hujan dilakukan menggunakan teknik-teknik interpolasi.
Teknik ini merupakan metode matematis untuk mengestimasi data pada lokasi
dengan data kosong berdasarkan data sampel. Salah satu teknik yang digunakan
yaitu teknik interpolasi yaitu interpolasi IDW. Metode IDW (Inverse Distance
Weighting) merupakan metode interpolasi tradisional yang memperhitungkan jarak
sebagai bobot. Jarak yang dimaksud disini yaitu jarak (datar) dari titik data (sampel)
ke blok yang akan diestimasi. Beberapa penelitian telah membandingkan IDW
dengan teknik interpolasi lainnya untuk mencapai parameter yang berbeda. Hal
tersebut telah dibuktikan bahwa kinerjanya IDW lebih baik dibandingkan teknik

24
GIS lainnya dalam penelitian yang berbeda (Salahalden et al., 2023).
Menurut Aditya (2021), variabilitas curah hujan memiliki dampak yang
dapat menyebabkan beberapa masalah bagi kehidupan manusia seperti dapat
menyebabkan banjir dan kekeringan, apalagi dengan adanya fenomena El Nino dan
La Nina saat ini. Dampak kekeringan ataupun banjir tentu akan sangat merugikan
bagi sektor pertanian yang dapat menyebabkan kerugian dari kegagalan usahatani
yang dilakukan. Data distribusi curah hujan dalam bentuk peta sebaran curah hujan
sangat bermanfaat baik untuk menanggulangi bencana atau fenomena alam lainnya,
dan bagi sektor pertanian yang bergantung pada air hujan, dan manfaat lainnya
(Nurhijriah, 2022). Oleh karena itu membutuhkan penelitian dan pengembangan
lebih lanjut tentang bagaimana sebaran curah hujan yang terjadi di daerah
Kalimantan Barat yang dapat dilakukan salah satunya menggunakan sistem
interpolasi IDW (Inverse Distance Weighting).

2. 2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kajian informasi terkait peta sebaran curah hujan di daerah
Kalimantan Timur menggunakan Interpolasi IDW

25
BAB 2. BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan


1. Handphone/Laptop
2. Aplikasi QGIS
3. Data curah hujan di Kalimantan Timur

2.2 Metode
1. Mengunduh data curah hujan Kalimantan Timur di website BMKG.

2. Login kemudian mengisi data unik

26
3. Kemudian memilih data iklim harian

4. Memilih jenis stasiun UPT, parameternya curah hujan, memilih Provinsi


Kalimantan Timur, dan mengisi parameter tanggal 1 September 2023
s/d. 30 September 2023 dan mengunduh semua stasiun yang terdapat
pada provinsi tersebut.

5. Mengisi feedback kemudian mengunduh dalam bentuk xls

27
6. Kemudian mengolah data BMKG dengan Excel, pertama mencari rata-
rata data curah hujan dari Stasiun BMKG Provinsi KALTIM

7. Lalu data semua stasiun disatukan pada file Excel yang berbeda dan di
save menggunakan format CSV

28
8. Menginterpolasi data curah hujan KALTIM dengan QGIS

9. Memasukkan data batas provinsi kemudian mengklik filter untuk


mendapatkan data Provinsi KALTIM dengan mengklik 2 kali
WADMPR kemudian memilih = lalu klik all dan memilih KALTIM lalu
klik 2 kali. Setelah itu klik ok.

10. Memasukkan data curah hujan dengan mengklik layer, add layer, lalu
memilih add delimeted text.

11. Memasukkan data curah hujan yang telah kita olah ke dalam kemudian

29
memasukkan dan memastikan bahwa X,Y,Z, dan rata-rata curah hujan
tempatnya sudah benar.

12. Menginterpolasi data tersebut dengan memilih processing, lalu toolbox


dan memilih IDW interpolation

13. Lalu memasukkan curah hujan pada vector layer dan rata-rata curah
hujan pada interpolation atribute, Lalu mengisi extent dengan Provinsi
KALTIM. Setelah itu mengklik run

30
14. Mengklik raster kemudian pilih clip raster by mask layer

15. Mengisi input layer dengan curah hujan dan mask layer dengan daerah
yang telah kita interpolasi lalu menyimpannya setelah itu klik run

16. Setelah itu mengganti format warna pada properties klik simbology

17. Lalu mengganti warna dengan rocket dan mengklik ok

31
18. Memasukkan contour dengan raster lalu memilih contour, menyimpan
ke file lalu klik run. Kemudian menambahkan provinsi di seluruh
Indonesia dengan menambahkan layer kemudian mencentangnya.
Setelah itu dimasukkan dalam print layout dan mengedit dengan
menambahkan tulisan, gambar, legenda sesuai kreasi.

32
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Gambar 3.1 Peta Sebaran Curah Hujan Daerah Kalimantan Timur menggunakan
interpolasi IDW
3.2 Pembahasan
Peta pada bagian hasil merupakan peta wilayah Kalimantan Timur dengan
luas lahan 127.267,52 km2. Kalimantan memiliki 4 stasiun cuaca, diantaranya yaitu
stasiun Balikpapan, stasiun Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, stasiun Aji
Pangeran Tumenggung Pranoto, dan stasiun Kalimarau. Curah hujan di wilayah
Kalimantan Timur berada pada rentang 4,3 sampai 10,8.
3.2.1 Peta Kalimantan Timur
Kalimantan Timur memiliki luas wilayah daratan 127.267,52 km2 dan luas
pengelolaan laut 25.656 km2 terletak antara 113º44’ Bujur Timur dan 119º00’
Bujur Timur serta diantara 2º33’ Lintang Utara dan 2º25’ Lintang Selatan.
Penduduk Kalimantan Timur tahun 2003 berjumlah 2.311.162 jiwa, tahun 2010

33
berdasarkan hasil sensus penduduk mencapai 3.047.500 jiwa. Dengan demikian
dalam kurun waktu tersebut jumlah penduduk Kalimantan Timur meningkat
sebesar 736.338 jiwa, dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya rata-rata
3,60 persen. Adapun jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak 3.300.517 jiwa
dengan komposisi penduduk menurut jenis kelamin terdiri dari penduduk
laki-laki 1.731.820 jiwa (52,47 persen) dan penduduk perempuan 1.568.697 jiwa
(47,53 %). Provinsi ini mempunyai topografi bergelombang dari kemiringan
landai sampai curam, dengan ketinggian berkisar antara 0-1500 m diatas
permukaan laut dengan kemiringan antara 0-60 persen. Daerah dataran rendah
pada umumnya dijumpai pada kawasan sepanjang sungai. Sedangkan daerah
perbukitan dan pegunungan memiliki ketinggian rata-rata lebih dari 1000 meter
di atas permukaan laut dengan kemiringan 300 persen, terdapat dibagian barat laut
yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia. Kondisi topografi tersebut
sangat berpengaruh terhadap peluang budidaya suatu jenis komoditi, potensi
dan persediaan air, dinamika hidrologi dan kerentanan terhadap erosi. Dilihat dari
topografi, sebagian besar atau 43,35 persen wilayah daratan termasuk dalam
kemiringan diatas 40 persen persen dan 43,22 persen terletak pada ketinggian 100-
1000 m diatas permukaan laut, sehingga pemanfaatan lahan di Provinsi
Kalimantan Timur harus memperhatikan karakteristik lahan tersebut.
3.2.2 Curah Hujan Kalimantan Timur
Hasil interpolasi dikelompokkan menjadi 5 kelas dan dari setiap kelas
memiliki warna yang berbeda. Semakin tinggi hasil interpolasi curah hujan maka
warna pada peta akan memiliki warna kuning, dan apabila semakin rendah hasil
interpolasi curah hujan maka warna peta akan berwarna ungu. Berdasarkan hasil
interpolasi menggunakan IDW menunjukkan kelas paling tinggi dari hasil
interpolasi curah hujan adalah 10,8 mm dan kelas paling rendah adalah antara 4,3
mm. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa curah hujan yang berada di Kalimantan
Timur memiliki curah hujan memiliki karakteristik hujan yang tinggi, durasi yang
singkat, dan memiliki intensitas curah hujan yang rendah. Beberapa hal yang dapat
mempengaruhi hasil interpolasi yaitu teknik pengambilan data sampel,
karakteristik data sampel, metode pengukuran sampel (hasil uji laboratorium),

34
pemilihan metode interpolasi (Arif, 2019).
3.2.3 Stasiun Cuaca
a. Stasiun Meteorologi Balikpapan
Stasiun cuaca Balikpapan terletak pada Lintang-1.25530 dan Bujur
116.91463. Hasil interpolasi yang tertera pada hasil merupakan hasil yang didapat
dari pengolahan data curah hujan periode bulan September 2023. Dimana curah
hujan total sebesar 128,3 dengan rata-rata curah hujan hariannya 4,27.
b. Stasiun Meteorologi Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan
Stasiun cuaca Aji Muhammad terletak pada Lintang -1.26000 dan Bujur
116.90000. Hasil interpolasi yang tertera pada hasil merupakan hasil yang didapat
dari pengolahan data curah hujan periode bulan September 2023. Dimana curah
hujan total sebesar 104,3 dengan rata-rata curah hujan hariannya 4,34..
c. Stasiun Meteorologi Aji Pangeran Tumenggung Pranoto
Stasiun cuaca Aji Pangeran terletak pada Lintang-0,48000 dan Bujur
116.91463. Hasil interpolasi yang tertera pada hasil merupakan hasil yang didapat
dari pengolahan data curah hujan periode bulan September 2023. Dimana curah
hujan total sebesar 132.3 dengan rata-rata curah hujan hariannya 4,41.
d. Stasiun Meteorologi Kalimarau
Stasiun cuaca Balikpapan terletak pada Lintang 2.14562 dan Bujur
117.43375. Hasil interpolasi yang tertera pada hasil merupakan hasil yang didapat
dari pengolahan data curah hujan periode bulan September 2023. Dimana curah
hujan total sebesar 325,3 dengan rata-rata curah hujan hariannya 10,8.

35
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Data curah hujan dari titik stasiun hujan terdekat yang ada dalam suatu
wilayah menjadi kunci utama untuk pembuatan peta curah hujan. Pemanfaatan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan interpolasi IDW untuk pemetaan
indikator curah hujan di daerah Kalimantan Timur. Tujuan pemetaan curah hujan
adalah menanggulangi bencana ataupun fenomena alam lainnya. Proses
pengolahan datanya adalah mengunduh data di BMKG kemudian mengolah
datanya di Excel, lalu mengolahnya di QGIS dan mengunduhnya. Diharapkan dari
interpolasi IDW, dapat memetakan curah hujan di Kalimantan Timur dan
menanggulangi bencana alam.

36
MODUL PENGGUNAAN APLIKASI SAS-PLANET DAN USGS
(UNITED STATES GEOLOGICAL SURVEI)

1. Pengertian dan Fungsi SAS Planet dan USGS


1.1 Sas Planet
Data citra yang akurat menentukan keefektifan data penginderaan jauh yang
digunakan untuk menginterpretasikan objek-objek yang terdapat di lapangan.
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh yang memiliki resolusi tinggi dapat
diperoleh melalui SAS Planet. Aplikasi ini adalah sebuah aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG) yang berbentuk software open source untuk menampilkan dan
melakukan download terhadap citra satelit yang beresolusi tinggi serta peta yang
dikirimkan oleh layanan pemetaan. SAS Planet dapat diakses dan digunakan secara
gratis. Peta yang digunakan untuk menjadi data utama dalam aplikasi ini dapat
bersumber dari Google Maps, Bing Maps, Yandex.Maps, Open Street Map, ESRI,
dan sumber lainnya yang dapat mendukung pencitraan satelit yang dilakukan.
Aplikasi SAS Planet memiliki banyak kelebihan salah satunya adalah dapat
digunakan untuk melakukan download citra pada Google Maps dan Open Street
Map (Mahful, 2023). Hasil dari penggunaan SAS Planet yang telah terunduh akan
tersedia dan bisa dilihat meskipun komputer sedang offline atau tanpa adanya
internet yang tersambung.
Format citra yang tersedia dalam aplikasi SAS Planet sangat banyak sekali
seperti dalam format .jpeg, .png, .bmp, ecw, dan lain sebagainya. Pilihan citra yang
tersedia memiliki perbesaran hingga 24 kali sehingga aplikasi SAS Planet dapat
menyesuaikan download yang dilakukan sesuai resolusi yang dibutuhkan. Software
ini juga memiliki perbedaan dengan layanan peta seperti Google Maps dan Google
Earth dimana SAS Planet akan mengambil resolusi dalam bentuk satu gambar
dalam sebuah file dan resolusi yang tersedia tidak memiliki batas maksimum. SAS
Planet yang memiliki kelebihan tidak memiliki batas maksimum resolusi peta yang
akan diambil, sehingga dapat melakukan download citra satelit satu kota secara utuh
dan lebih detail (Trisandi, 2021). Tentu ini merupakan kelebihan-kelebihan dan
fungsi dari Software SAS Planet yang dapat dimanfaatkan untuk pencitraan satelit

37
agar lebih detail dan akurat. Data spasial yang dihasilkan melalui SAS Planet masih
dapat dilakukan proses lebih lanjut menggunakan perangkat Sistem Informasi
Geografis (SIG) lainnya seperti Quantum GIS dan ArcGis.
1.2 USGS
United States Geological Survey (USGS) merupakan sebuah agensi ilmiah
pemerintah Amerika Serikat yang didirikan sejak tahun 1879. Dalam Usgs terdapat
organisasi yang memiliki empat disiplin ilmiah utama, yang diantaranya yaitu
biologi, geografi, geologi, dan air (Setiawan dkk., 2022). Pemanfaatan citra USGS
dapat dijadikan data dalam pembuatan peta tematik melalui aplikasi ArcGIS. Citra
satelit yang digunakan untuk USGS yaitu salah satu jenis citra yang multi spektral
dimana citra tersebut dapat digunakan untuk menilai desertifikasi batuan karst.
Dalam pemanfaatan citra USGS dapat dijadikan data pada pembuatan peta tematik
melalui aplikasi ArcGIS (Yuniawatika dkk., 2022).
Fungsi utama USGS meliputi:
1. Pemantauan Gempa Bumi, USGS dapat memantau gempa bumi di seluruh
Amerika Serikat dan menyediakan informasi seismik kepada masyarakat untuk
keperluan keselamatan.
2. Pemetaan Geospasial, USGS bertanggung jawab untuk pemetaan topografi, batas
negara bagian, peta geologi, dan informasi geospasial lainnya.
3. Monitoring Sumber Daya Alam, USGS dapat memantau sumber daya alam
seperti mineral, logam, dan bahan bakar fosil, serta menyediakan data yang
mendukung manajemen sumber daya ini.
4. Pemantauan Kualitas Lingkungan, USGS mengumpulkan data tentang kualitas
udara dan air, serta lingkungan hidup, untuk memahami dampak aktivitas manusia
pada lingkungan.

2. Perbedaan Aplikasi SAS-Planet dan USGS


Perbedaan antara SAS Planet dan situs web USGS (United States Geological
Survey) lebih berkaitan dengan cara penggunaan, sumber daya yang di tawarkan,
dan fungsionalitas yang dimiliki. SAS Planet merupakan perangkat lunak desktop
yang digunakan untuk mengakses dan mengunduh citra satelit, peta topografi, dan

38
data geospasial dari berbagai sumber termasuk Google Earth, Bing Maps, dan
lainnya. USGS adalah sebuah lembaga pemerintah Amerika Serikat yang
bertanggung jawab atas survei dan penelitian geologi, hidrologi, dan sumber daya
alam di Amerika Serikat. SAS Planet lebih berfokus pada pengunduhan dan
penyimpanan data geospasial di komputer pengguna dan memungkinkan berbagai
pilihan untuk mengakses sumber daya ini. USGS Web adalah portal untuk
menjelajahi, mencari, dan mengakses data dan informasi yang diterbitkan oleh
USGS, tetapi biasanya tidak menyediakan alat untuk mengunduh data citra satelit
atau peta topografi secara langsung seperti yang dilakukan oleh SAS Planet. SAS-
Planet dapat diakses dengan sebuah aplikasi atau software dan USGS dapat diakses
melalui sebuah web secara gratis. Citra yang dihasilkan oleh USGS masih
memerlukan bantuan aplikasi ArcGis dalam mengolah data atau gambar yang
dihasilkan sedangkan SAS-Planet dapat menampilkan citra satelit dengan resolusi
yang tinggi secara langsung.

3. Manfaat SAS-Planet dan USGS


"SAS Planet" adalah perangkat lunak yang umumnya digunakan untuk

mengakses dan mengunduh data citra satelit, peta topografi, data geospasial, dan

informasi geografis dari berbagai sumber dan penyedia data. Manfaat utama dari

penggunaan SAS Planet adalah:

1. Pemetaan dan Navigasi: SAS Planet dapat membantu dalam pemetaan


area tertentu dan navigasi. Ini dapat digunakan oleh pelaut, pendaki,
petualang luar ruangan, dan orang-orang yang membutuhkan akses cepat ke
peta dan citra satelit.
2. Penelitian: Para peneliti dapat menggunakan SAS Planet untuk mengakses
data geografis dan citra satelit yang diperlukan untuk penelitian mereka,
terutama dalam ilmu bumi, geografi, ilmu lingkungan, dan bidang terkait
lainnya.
3. Perencanaan Pertanian: Petani dan pekebun dapat menggunakan SAS
Planet untuk mendapatkan peta lahan dan citra satelit yang membantu

39
mereka merencanakan penanaman, irigasi, dan manajemen lahan dengan
lebih baik.
4. Manajemen Bencana: SAS Planet dapat digunakan dalam pemantauan
bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, dan badai. Data yang diperoleh
dari sumber satelit dapat membantu dalam pemantauan dan penanggulangan
bencana.
5. Konservasi Alam: Organisasi konservasi dan lingkungan dapat
menggunakan SAS Planet untuk mengawasi dan melindungi habitat alam,
spesies terancam punah, dan ekosistem penting.
6. Pendidikan: Sas Planet bisa digunakan dalam pendidikan sebagai alat
untuk mengajarkan pemahaman geografi, pemetaan, dan penggunaan data
geospasial.
7. Rekreasi dan Wisata: Orang-orang yang melakukan perjalanan atau
kegiatan rekreasi seperti hiking, camping, dan berburu dapat menggunakan
SAS Planet untuk merencanakan perjalanan mereka dan mengeksplorasi
area tujuan mereka.
8. Keamanan dan Pertahanan: Aparat keamanan dan militer dapat
menggunakan SAS Planet untuk pemetaan area dan analisis situasi,
termasuk dalam operasi pertahanan dan penegakan hukum.
9. Pengembangan Proyek Konstruksi: Dalam industri konstruksi, SAS
Planet dapat membantu dalam perencanaan dan pemantauan proyek
konstruksi dengan memberikan data peta dan citra satelit yang akurat.
10. Penyelidikan Kriminal: Penyidik kriminal dan penegak hukum dapat
menggunakan SAS Planet untuk analisis kejahatan, pemetaan kejahatan,
dan pemantauan aktivitas terkait keamanan.

SAS Planet membantu dalam mengakses dan menganalisis data geospasial

dengan cepat dan efisien, yang memiliki banyak aplikasi yang berkaitan dengan

pemetaan, pemantauan, dan pengambilan keputusan di berbagai bidang. Perangkat

lunak ini sering digunakan oleh individu, organisasi, dan pemerintah untuk

memenuhi kebutuhan mereka terkait dengan informasi geografis.

40
United States Geological Survey (USGS) adalah sebuah agen pemerintah

Amerika Serikat yang memiliki banyak peran penting dalam bidang ilmu bumi,

penelitian geosains, pemantauan lingkungan, dan pengumpulan data geografis.

Beberapa manfaat utama dari USGS termasuk:

1. Pemantauan Gempa Bumi: USGS mengoperasikan jaringan stasiun


pemantauan gempa bumi yang membantu dalam mendeteksi, mencatat, dan
memberikan peringatan dini tentang gempa bumi di Amerika Serikat. Ini
sangat penting untuk keselamatan publik dan mitigasi risiko bencana.
2. Pemantauan Vulkanisme: USGS memantau aktivitas gunung berapi di
Amerika Serikat dan memberikan peringatan dini tentang erupsi gunung
berapi yang mungkin terjadi. Ini membantu melindungi kehidupan dan
properti penduduk setempat.
3. Pemantauan Sungai dan Banjir: USGS memantau sungai, air sungai, dan
potensi banjir. Informasi ini digunakan untuk perencanaan manajemen air,
irigasi, dan mitigasi banjir.
4. Pemantauan Kualitas Air: USGS memantau kualitas air sungai dan danau,
mengukur polutan, suhu, oksigen terlarut, dan parameter penting lainnya
yang berhubungan dengan lingkungan air.
5. Pemetaan Geologi dan Sumber Daya Alam: USGS melakukan pemetaan
geologi untuk memahami struktur geologi dan potensi sumber daya alam.
Informasi ini penting untuk industri pertambangan, minyak dan gas, dan
lingkungan.
6. Pemantauan Lingkungan: USGS memantau kondisi lingkungan seperti
perubahan iklim, pencairan es di Kutub, perubahan tanah dan vegetasi, dan
lainnya. Data ini penting untuk memahami dampak perubahan iklim dan
pemantauan lingkungan.
7. Penelitian Ilmu Bumi: USGS melakukan penelitian ilmu bumi yang luas,
termasuk studi tentang seismologi, vulkanologi, geomagnetik, hidrologi,

41
dan geologi. Penelitian ini membantu memahami proses alam dan
memberikan wawasan ilmiah yang berharga.
8. Data Geografis: USGS menghasilkan data geografis, seperti peta topografi,
peta geologi, dan data penginderaan jauh. Data ini digunakan dalam
pemetaan, perencanaan, dan analisis geografis.
9. Pemantauan Keanekaragaman Hayati: USGS juga terlibat dalam
pemantauan dan penelitian keanekaragaman hayati, termasuk studi burung,
mamalia, dan lingkungan alam yang mempengaruhi ekosistem.
10. Sumber Informasi Ilmiah: USGS menyediakan data dan informasi ilmiah
yang penting untuk berbagai komunitas, termasuk peneliti, perencana,
pemerintah, dan masyarakat umum. Informasi ini digunakan untuk
pengambilan keputusan, penelitian, dan pengembangan kebijakan.

USGS merupakan sumber data dan pengetahuan yang sangat berharga

dalam pemahaman dan perlindungan lingkungan serta manajemen sumber daya

alam di Amerika Serikat. Banyak dari layanan dan penelitian USGS memiliki

dampak yang signifikan dalam menjaga keamanan, keberlanjutan, dan ketahanan

lingkungan dan sumber daya alam negara tersebut.

4. Tutorial Penggunaan Aplikasi SAS-Planet dan USGS


4.1 Tutorial Aplikasi Sasplanet
1) Membuka aplikasi sasplanet.exe

42
2) Mencari daerah yang akan diamati dengan menggeser peta pada sasplanet
dan memakai fitur zoom in untuk membesarkan dan zoom out untuk
mengecilkan. Kami ingin mengamati Stasiun Rambipuji dan sekitarnya
maka kami menuju daerah Rambipuji.

3) Pilih operations lalu pilih selection manager

4) Lalu pilih rectangular selection

43
5) Lalu pilih daerah yang akan diamati dengan membuat kotakan pada daerah
tersebut. Lalu muncul pemilihan dan pilih zoom 24, kemudian pada
projection pilih Geographic latitude/ longitude

6) Pada create geoferencing file, pilih .kml agar peta dapat dilihat di QGIS

7) Ganti output format menjadi Geotiff

8) Setelah itu simpan pada titik 3 di save to.

44
9) Setelah itu start dan tunggu processing hingga selesai

10) Buka QGIS untuk mengedit peta tersebut

11) Memasukkan hasil Sasplanet dari browser ke dalam QGIS kemudian


simpan

45
4.2 Tutorial penggunaan USGS
1) Membuka website https://earthexplorer.usgs.gov/ kemudian login pada
akun yang telah dibuat sebelumnya

2) Kemudian pilih Address/Place pada pilihan Select a Geocoding Method.

46
3) Mengisi address/place dengan Stasiun Rambipuji Jember kemudian klik
show, jika sudah muncul masukkan koordinat daerah tersebut pada add
coordinate

4) Kemudian zoom bagian yang telah kita cari

5) Isi data range, yaitu search from dengan mengisi tanggal 1 Oktober 2023
to 24 Oktober 2023 dan isi search months nya all

47
6) Setelah itu, buat polygon dan tandai titik di sekitar Stasiun Rambipuji

7) Edit cloud cover untuk memilih persentase tutupan awan yang diinginkan

48
8) Setelah itu, pilih data sets untuk memilih citra satellite yang diinginkan

9) Pilih landsat dan centang nomor landsat yang diinginkan, semakin banyak
menyentang maka hasilnya juga semakin banyak

49
10) Kemudian klik result hasilnya seperti ini

11) Untuk memilih, klik show footprint dan klik show browse overlay

12) Kemudian klik download options

50
13) Mengunduh file dapat semuanya atau dapat memilih salah satu dengan klik
product option atau select files

14) Membuka QGIS untuk melihat dan mengolah hasil citra

15) Memasukkan citra yang telah kita unduh di browser kemudian simpan

51
MODUL PENGOPERASIAN DRONE

1. Penjelasan Drone (Definisi)


Pertanian presisi adalah salah satu komponen penting dalam penerapan
smart farming yang merupakan sebuah konsep pertanian dengan pendekatan sistem
pertanian yang memiliki input rendah, efisiensi yang tinggi, dan berkelanjutan.
Pertanian presisi berlandaskan sebuah sistem yang memberikan perlakukan presisi
pada setiap mata rantai agribisnis dari hulu hingga hilir dengan mengoptimalkan
food productivity, food security, food quality, food safety dan food sustainability,
meminimalisir food loss, food waste, dan environmental damage (Pangestika,
2020). Praktik pertanian presisi adalah dengan menerapkan teknologi dan
kecerdasan buatan atau Artificial Inteligence (AI) dan Internet of Things (IoT).
Berbagai teknologi yang digunakan dalam praktik pertanian presisi
seperti Geographical Position System (GPS), Geographic Information
System (GIS), Variable Rate Application (VRA), Remote Sensing System, Yield
Mapping, Database Management System (DBMS), Spatial Variability.
Drone adalah teknologi pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle
(UAV) yang dikendalikan melalui computer atau remote control yang dapat
mengambil citra satelit berkualitas tinggi untuk pengamatan, pengukuran, dan
fungsi lainnya sesuai dengan jenis drone yang digunakan. Penggunaan teknologi
drone dalam sektor pertanian merupakan bentuk penerapan smart farming yang
dapat menjawab permasalahan terkait evaluasi pertanaman dalam budidaya (Farid
dkk., 2021). Penggunaan drone dalam bidang pertanian juga dapat digunakan untuk
penyemprotan pestisida dan herbisida, pemantauan lahan untuk pengambilan data
secara akurat dan real-time, membantu penyerbukan, dan lain sebagainya. Seiring
dengan kemajuan teknologi, maka pengembangan teknologi drone untuk bidang
pertanian tentu juga akan meningkat. Penerapan dan penggunaan teknologi drone
dalam pertanian juga harus memperhatikan efisiensi biaya dan fungsi yang
digunakan karena biaya yang dikeluarkan masih terbilang mahal. Menurut Siregar
(2023), penggunaan teknologi drone dalam bidang pertanian memiliki potensi besar
untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan sektor pertanian,

52
namun tetap harus memperhatikan tantangan seperti biaya investasi, pelatihan, serta
regulasi dalam penggunaan teknologi drone untuk bidang pertanian.
2. Komponen Drone

1) Frame (Rangka): Frame adalah kerangka fisik drone yang menahan semua
komponen lainnya. Bahan frame biasanya terbuat dari plastik, serat karbon,
atau logam, tergantung pada jenis drone.
2) Motor: Drone biasanya memiliki empat motor atau lebih yang
menggerakkan baling-baling atau elikopter rotor untuk menghasilkan daya
angkat. Motor ini biasanya berjenis brushless dan digerakkan oleh ESC
(Electronic Speed Controller).
3) Elikopter Rotor/Baling-Baling: Elikopter rotor atau baling-baling adalah
komponen yang menghasilkan daya angkat dan mengontrol pergerakan
drone. Baling-baling biasanya ada dalam jumlah empat dan ada drone yang
memiliki enam atau lebih baling-baling.
4) ESC (Electronic Speed Controller): ESC adalah perangkat elektronik yang
mengendalikan kecepatan putaran motor. Mereka mengatur arus listrik yang
diberikan ke motor untuk mengendalikan daya angkat dan kecepatan.
5) Flight Controller: Flight controller adalah otak drone yang mengontrol
semua aspek penerbangan. Ini mencakup sensor seperti akselerometer,

53
giroskop, dan kadang-kadang magnetometer untuk mendeteksi perubahan
posisi dan orientasi drone. Flight controller juga menerima perintah dari
pilot melalui pengendali jarak jauh dan mengontrol motor untuk
menghasilkan pergerakan yang diinginkan.
6) Baterai: Baterai memberikan daya listrik ke drone. Baterai ini biasanya
berbasis lithium polymer (LiPo) dan harus dipilih sesuai dengan kapasitas
dan waktu terbang yang diinginkan.
7) Kamera: Banyak drone dilengkapi dengan kamera yang digunakan untuk
pemantauan udara, fotografi udara, dan perekaman video. Kamera ini dapat
dipasang pada gimbal untuk menjaga gambar tetap stabil selama
penerbangan.
8) Gimbal: Gimbal adalah perangkat yang memungkinkan kamera untuk tetap
stabil selama penerbangan. Ini menyesuaikan posisi kamera untuk
mengimbangi gerakan drone.
9) Transmitter (Pengirim): Transmitter adalah pengendali jarak jauh yang
digunakan oleh pilot untuk mengendalikan drone. Ini terdiri dari stik,
tombol, dan antena untuk mengirim perintah kepada drone.
10) Receiver (Penerima): Receiver adalah perangkat yang terpasang pada drone
untuk menerima sinyal dari transmitter. Ini menerjemahkan sinyal yang
diterima ke perintah yang dikirimkan ke flight controller.
11) GPS Module (Modul GPS): Beberapa drone dilengkapi dengan modul GPS
yang memungkinkan mereka menentukan lokasi dan navigasi yang lebih
baik. GPS juga dapat digunakan untuk menjaga drone tetap dalam satu
posisi atau untuk mengikuti rute tertentu.
12) Sensor Tambahan: Beberapa drone dapat dilengkapi dengan sensor
tambahan seperti sensor jarak, sensor tekanan udara, sensor optik, dan
lainnya untuk navigasi, penghindaran hambatan, dan fungsi khusus lainnya.
13) Landing Gear (Roda Pendaratan): Landing gear adalah komponen yang
digunakan untuk mendaratkan drone dengan aman. Ini bisa berupa roda atau
kaki-kaki, tergantung pada desain drone.

54
14) LED Lights (Lampu LED): Lampu LED digunakan untuk memberikan
indikasi visual dan membantu dalam mengidentifikasi posisi dan arah
drone, terutama saat terbang pada malam hari.
15) Pelindung Baling-baling (Propeller Guards): Pelindung baling-baling
adalah perlindungan tambahan yang dapat dipasang pada baling-baling
untuk menghindari kerusakan pada baling-baling dan melindungi orang atau
benda saat drone terbang.

3. Kelebihan Dan Kekurangan Drone


Menurut Ikhwana & Hapsari (2019), dalam bidang pertanian drone dapat
menjangkau lahan seluas empat hektar hingga sampai sepuluh menit per hektar jika
tanpa ada gangguan seperti angin dengan kecepatan maksimum delapan meter per
jam. Drone juga dapat mengefektifkan waktu pemupukan pada tanaman dalam
kawasan persawahan yang luas dan mempermudah pemupukan tanpa harus
membutuhkan dan membeyar tenaga kerja. Berikut adalah kelebihan dan
kekurangan dari penggunaan drone:
3.1 Kelebihan Drone:
1) Drone dapat digunakan untuk pemotretan udara dan perekaman video yang
memungkinkan pengambilan gambar yang dramatis dan unik.
2) Drone dapat digunakan untuk pengawasan wilayah yang sulit dijangkau
atau berbahaya, seperti pemantauan lingkungan, pemadaman kebakaran,
dan pemantauan perbatasan.
3) Penggunaan Komersial, yang artinya Industri seperti pertanian, konstruksi,
dan pemetaan dapat menggunakan drone untuk meningkatkan efisiensi
operasional.
4) Drone juga digunakan untuk hobi dan hiburan, termasuk balap drone.
3.2 Kekurangan Drone:
1) Penggunaan drone sering kali tunduk pada regulasi ketat, termasuk
peraturan terbang dan privasi, yang dapat membatasi penggunaan.
2) Keterbatasan Jarak dan Waktu Terbang. Drone memiliki jarak terbang
terbatas dan waktu terbang yang singkat, tergantung pada modelnya.

55
3) Ketidakamanan atau Privasi. Penggunaan drone dapat menjadi ancaman
terhadap privasi orang lain jika tidak digunakan dengan benar.
4) Kemungkinan Kecelakaan. Drone dapat menimbulkan bahaya jika tidak
dioperasikan dengan hati-hati dan dapat menyebabkan kecelakaan jika
jatuh.

4. Manfaat Drone di Bidang Pertanian:


Drone memiliki berbagai manfaat yang signifikan bagi sektor pertanian.
Berikut adalah beberapa manfaat utama penggunaan drone dalam pertanian:
1) Pemantauan Tanaman:
Drone dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan tanaman secara
efisien. Mereka dapat mengambil gambar udara yang memberikan informasi
tentang kondisi tanaman, termasuk kelembaban tanah, kebutuhan irigasi, dan
keparahan hama atau penyakit.
2) Pemetaan Lahan:
Drone dilengkapi dengan teknologi pemetaan dan pemosisian yang
memungkinkan petani untuk membuat peta lahan dengan detail tinggi. Hal ini dapat
membantu dalam perencanaan penanaman, pemupukan, dan manajemen
keseluruhan lahan pertanian.
3) Pengawasan Hama dan Penyakit:
Drone dapat membantu mengidentifikasi infestasi hama atau penyakit pada
tanaman lebih awal, sehingga tindakan pencegahan dapat diambil dengan cepat
untuk mengurangi kerugian hasil panen.
4) Irigasi yang Efisien:
Drone dapat membantu mengidentifikasi area dengan kelembaban tanah
yang rendah dan memandu petani dalam pengelolaan irigasi yang lebih efisien,
mengurangi pemborosan air.
5) Penggunaan Pupuk yang Tepat:
Dengan pemantauan lahan yang akurat, petani dapat menentukan kebutuhan
pupuk untuk setiap area lahan secara lebih akurat, sehingga mengurangi
penggunaan pupuk yang berlebihan yang dapat merusak lingkungan.

56
6) Pengelolaan Tumpukan Sampah Organik:
Drone dapat membantu mengidentifikasi dan memantau tumpukan sampah
organik, seperti kompos, yang digunakan untuk pemupukan. Hal ini memungkinkan
pemantauan yang lebih baik terhadap kualitas dan dekomposisi sampah.
7) Pemantauan Perkebunan:
Dalam pertanian perkebunan, drone dapat membantu mengawasi kondisi
tanaman seperti pohon buah, teh, atau kopi. Ini membantu dalam perencanaan
panen yang lebih baik.
8) Pemantauan Ternak:
Drone dapat digunakan untuk pemantauan ternak dan wilayah peternakan.
Hal ini membantu dalam pengelolaan ternak dan dapat membantu mengidentifikasi
masalah kesehatan pada hewan.
9) Pengawasan Cuaca:
Drone dapat digunakan untuk pemantauan cuaca dan lingkungan sekitar
lahan pertanian, memberikan petani informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan terkait pertanian.
10) Keamanan Pertanian:
Drone dapat digunakan untuk mengawasi keamanan lahan pertanian,
mencegah pencurian, vandalisme, atau gangguan lainnya.
Penggunaan drone dalam pertanian dapat meningkatkan efisiensi,
mengurangi biaya, dan meningkatkan hasil panen. Namun, diperlukan pelatihan
dan pemahaman teknis yang baik untuk memanfaatkannya sepenuhnya.

5. Pengoperasian Drone
5.1 Hal-hal yang harus diperhatikan menurut Wibowo (2022):
1) Menerbangkan drone di bawah 400 kaki.
2) Menerbangkan dalam jarak pandang dan disarankan tidak menerbangkan
pada arah cahaya matahari.
3) Tidak menerbangkan pada bandara, pangkalan militer, dan istana negara
4) Memeriksa peralatan untuk memastikan setiap komponen berfungsi dengan
baik.

57
5) Belajar dan mengambil sertifikasi penerbangan drone.
5.2 Cara mengoperasikan drone
1) Memasang komponen drone yang belum terpasang
2) Kalibrasi drone dengan memutar secara horizontal dan vertikal
3) Menghidupkan drone dan memasangkan dengan perangkat smartphone
4) Mengaktifkan fitur return to home agar penerbangan lebih stabil, lalu ketika
akan kehabisan baterai atau hilang sinyal maka dapat pulang ke lokasi GPS
yang telah dimasukkan.
5) Menerbangkan drone secara perlahan
Bagian kiri
• Gerak atas untuk menaikkan drone
• Gerak bawah untuk menurunkan drone
• Gerak kiri memutar drone ke arah kiri
• Gerak kanan memutar drone ke arah kanan
Bagian kanan
• Gera katas memajukan drone
• Gerak bawah memundurkan drone
• Gerak kiri membelokkan laju drone ke arah kiri
• Gerak kanan membelokkan laju drone ke arah kanan
6) Memfoto objek yang diinginkan dengan melihat di layar smartphone
kemudian dipencet pada stik samping untuk memfotonya.
7) Menurunkan drone secara perlahan kemudian mematikannya

58
DIGITASI

1.1 Latar Belakang


Menurut data BPS tahun 2011, sebanyak 10.813 hektar lahan di Jawa Timur
potensial namun belum digarap. Hal tersebut terjadi karena masih kurangnya SDM
untuk melakukan digitasi petak lahan. Sistem informasi geospasial merupakan
solusi optimal untuk memberikan berharga dan tepat waktu informasi tentang
sumber daya alam dan merupakan kuncinya perencanaan, pengelolaan dan
administrasi pertanahan (Sestras, P., et al., 2019). Salah satu caranya yaitu dengan
melakukan digitasi. Digitasi merupakan suatu cara mengkonversi data analog
menjadi data digital dengan penambahan atribut sebagai informasi dari obyek yang
digunakan (Suharyo, O. S. & Hidayah, Z., 2019). Digitasi yang sering digunakan
adalah digitasi on screen yang disebut proses mengubah fitur geografis dari peta
analog menjadi format digital pada layar komputer dengan bantuan perangkat lunak
QGIS (Utomo, dkk., 2020). Digitasi memiliki dua metode yaitu digitasi digitizer
dan digitasi on screen (Mahful, R., 2023).
Digitasi digitizer merupakan digitasi yang menggunakan media digitasi
sedangkan digitasi on screen merupakan digitasi yang dapat dilakukan secara
langsung pada layar komputer. Digitasi pada QGIS dilakukan dengan mencari
daerah yang akan digitasi dengan aplikasi SAS planet ataupun aplikasi google
satellite yang lainnya. Digitasi dengan QGIS dibuat dengan titik, garis, dan poligon
(Ariyanto dkk., 2018). Metode yang dilakukan menggunakan data vektor
(shapefile) dari georeferenced photograph (Palamakumbara et al., 2020). Digitasi
dapat memetakan daerah dengan warna yang sama sehingga dapat diketahui daerah
persawahan maupun daerah pertanian. Selain itu juga dapat mengetahui jalan, aliran
air, maupun tempat-tempat lainnya. Oleh karena itu, teknologi ini berpotensi untuk
meningkatkan produksi dengan mengetahui tempat yang sangat dibutuhkan pada
sektor pertanian (Abbasi et al., 2022).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui digitasi menggunakan QGIS pada daerah Panggul, Trenggalek.

59
BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Digitasi Peta dilaksanakan pada hari Rabu, 7 November 2023 diRuang
Kopi 2.4 Fakultas Pertanian Universitas Jember.

2.2 Alat dan Bahan


1. QGIS
2. Peta Trenggalek

2.3 Langkah-Langkah
1. Buka aplikasi QGIS, scroll pada menu Browser kemudian pilih menu XYZ
Tiles. Klik menu Google Satelite untuk memunculkan map.

60
2. Atur zoom in/out untuk memilih area yang akan didigitasi.

3. Digitasi menyesuaikan area yang dipilih, seperti identifikasi jalan, rumah,


sawah, dan sungai. Klik ikon New Shape Layer.

61
4. Pilih folder untuk menyimpan layer digitasi jalan, beri nama sesuai digitasi.

5. Pilih Linestring pada bagian Geometry Type sebagai tanda digitasi jalan.

62
6. Ketik nama jalan, kemudian klik Add to Field List. Klik OK untuk
menambahkan layer jalan pada digitasi.

7. Klik ikon Toggle Editing. Pilih ikon Add Line Feature, kursor akan berubah
menjadi penanda bulat untuk mendigitasi jalan.

63
8. Tandai jalan menggunakan kursor. Digitasi jalan diberi warna merah
sebagai penanda.

9. Klik kanan mouse, kemudian isi kolom id dengan nomor sesuai urutan
penandaan jalan.

64
10. Klik kanan pada list layer “jalan”, pilih Save Layer Edits.

11. Digitasi sungai dilakukan dengan langkah yang sama, namun simpan file
layer dengan nama sungai.

65
12. Garis digitasi sungai dibedakan warnanya dengan digitasi jalan,
menggunakan garis berwarna biru.

13. Langkah digitasi rumah, hampir sama dengan digitasi sebelumnya. Namun
pada menu Geometry Type pilih Polygon.

66
14. Lakukan langkah yang sama, kali ini ikon berubah menjadi Add Polygon
Feature.

15. Digitasi rumah dilakukan dengan memberi garis disekeliling area


perumahan, kemudian garis tersebut akan membentuk polygon.

67
16. Digitasi sawah dilakukan dengan langkah yang sama dengan digitasi
rumah, namun simpan file layer dengan nama sawah.

17. Sebagai pembeda dengan layer digitasi rumah, polygon


sawahmenggunakan warna hijau.

68
18. Setelah digitasi lengkap, simpan file digitasi dengan klik ikon Save Project.
Pilih folder sesuai yang diinginkan untuk menyimpan file proyek digitasi.

19. Hasil digitasi wilayah Trenggalek dirangkai sebagai layout dengan


tambahan beberapa keterangan seperti Legenda, Skala, dan lain-lain.

69
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengertian Digitasi
Menurut Luthfina, dkk. (2019), digitasi adalah proses mengubah fitur
geografis dari peta analog (format raster) ke bentuk digital (format vektor) dengan
menggunakan digitizer yang terhubung dengan komputer. Digitizer sendiri
merupakan perangkat pada tabel digitizer yang digunakan untuk melacak fitur pada
peta analog, yang kemudian disimpan sebagai data spasial. Pemindaian juga dapat
dilakukan di layar, yaitu pemindaian di layar komputer oleh perangkat lunak, dari
proses ini secara otomatis akan diketahui informasi terkait penggunaan lahan,
termasuk keberadaan infrastruktur dan lain-lain (Utomo, E., dkk., 2022). Dalam
konteks manajemen sumber daya alam atau lingkungan, digitasi dapat membantu
dalam pemantauan dan pengelolaan area, termasuk inventarisasi vegetasi,
pemantauan perubahan lahan, dan analisis dampak lingkungan.

3.2.2 Penggunaan Digitasi di Wilayah Panggul Trenggalek


70
Peta desa disajikan untuk memberikan informasi berupa batas wilayah,
infrastruktur, bangunan, tata guna lahan dan jalan. Batas wilayah sebagai bagian
dari peta desa memang perlu dipetakan secara detail karena terkadang
menimbulkan sengketa wilayah di pedesaan. Kabupaten Trenggalek memiliki luas
wilayah 120.532.950 ha berada di Pesisir Selatan Jawa Timur. Koordinat kabupaten
ini berada antara 111° 24’ sampai dengan 112° 11 ' BT dan 7° 63 ’ sampai dengan
8° 34 ' LS. Selain itu memiliki luas pegunungan 60% dan 40% dataran rendah
(Nikmah, K., dkk., 2019).
Teknik yang digunakan dalam menentukan luas penggunaan lahan untuk
bangunan pada wilayah pemukiman Desa Panggul Trenggalek adalah dengan
melakukan digitasi on-screen pada basemap yang digunakan sebagai dasar acuan.
Adapun basemap yang kelompok kami gunakan adalah citra yang disediakan pada
google earth. Bentuk digitasi yang diterapkan adalah polygon, karena polygon
sendiri dapat dengan mudah dilakukan perhitungan luas bangunan yang ada pada
wilayah pemukiman Desa Panggul Trenggalek. Berdasarkan hasil yang didapatkan
bahwa garis warna biru merupakan jalan, sedangkan polygon berwarna biru yaitu
rumah atau pemukiman, dan polygon berwarna hijau merupakan sawah.

3.2.3 Peran dan Fungsi Digitasi


Digitasi peta menjadi langkah yang penting dalam membuat data geospasial
agar lebih mudah diakses dan dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi teknologi
informasi geografis (GIS) dan pemetaan digital. Digitasi peta merujuk pada proses
memasukkan atau merekam data spasial dari peta ke dalam format digital. Fungsi
dari digitasi peta yaitu sebagai berikut:
1. Digunakan untuk analisis spasial. Data peta yang telah didigitasi dapat
digunakan untuk melakukan analisis spasial, seperti pengukuran jarak,
perhitungan luas area, identifikasi pola spasial, dan analisis lainnya.
2. Untuk pemetaan digital. Digitasi memungkinkan pembuatan peta digital
yang lebih mudah diakses dan diolah daripada peta konvensional. Peta
digital dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk perencanaan,
manajemen sumber daya, dan pemantauan lingkungan.

71
3. Sebagai integrasi data. Data dari berbagai sumber dapat diintegrasikan ke
dalam peta digital, hal tersebut dapat memungkinkan pengguna untuk
melihat hubungan antara berbagai informasi geografis.
4. Data spasial yang didigitasi dapat digunakan dalam pemodelan geografis
untuk simulasi dan perencanaan.
5. Peta digital yang dihasilkan dari digitasi memungkinkan visualisasi yang
lebih baik dan fleksibel, termasuk zoom in dan zoom out untuk memahami
detail atau gambaran keseluruhan wilayah.
Dengan adanya penerapan digitasi ini mampu memberikan perhitungan
luasan lahan yang difungsikan sebagai bangunan pada wilayah pemukiman Desa
Panggul Trenggalek. Selain itu, proses digitasi sendiri mampu menemukan hasil
penataan antar jalan, pemukiman, dan sawah yang kurang representatif. Dengan
demikian, digitasi memainkan peran penting dalam mengubah data geografis dari
format analog ke format digital, meningkatkan ketersediaan dan kemanfaatan
informasi geospasial.

72
BAB 4. PENUTUP

Penggunaan digitasi on-screen pada basemap Desa Panggul Trenggalek


yang yang disediakan pada google earth dengan bentuk digitasi yang diterapkan
adalah polygon. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa garis warna biru
merupakan jalan, sedangkan polygon berwarna biru yaitu rumah atau pemukiman,
dan polygon berwarna hijau merupakan sawah. Fungsi dari digitasi peta yaitu untuk
analisis spasial, pemetaan digital, sebagai integrasi data, dapat digunakan dalam
pemodelan geografis untuk simulasi dan perencanaan, dan visualisasi yang lebih
baik dan fleksibel, termasuk zoom in dan zoom out untuk memahami detail atau
gambaran keseluruhan wilayah. Penerapan digitasi ini mampu memberikan
perhitungan luasan lahan yang difungsikan sebagai bangunan pada wilayah
pemukiman Desa Panggul Trenggalek.
DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, R., Martinez, P., & Ahmad, R. 2022. The digitization of agricultural
industry–a systematic literature review on agriculture 4.0. Smart
Agricultural Technology. 2: 100042.

Adil, A., dan Kom, S. 2017. Sistem Informasi Geografis. Penerbit Andi.

Aditya, F. 2021. Analisis variabilitas curah hujan di Kalimantan Barat tahun 1991-
2020. Buletin Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2(3): 9-17.

Arif, N. 2019. Studi Komparasi Kriging dan IDW untuk Estimasi Spasial Bahan
Organik Tanah. Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian.
17(2): 83-87.

Ariyanto, A., Kurniawan, D. E., & Fatulloh, A. 2018. Rancang Bangun Aplikasi
WebGIS untuk Pemetaan Kondisi Sosial Ekonomi Kota Batam. Journal of
Applied Informatics and Computing, 2(1), 27-30.

Basnet, K., Paudel, R. C., & Sherchan, B. 2019. Analysis of watersheds in


Gandaki Province, Nepal using QGIS. Technical Journal. 1(1): 16-28.

Congedo, L. 2021. Semi-Automatic Classification Plugin: A Python tool for the


download and processing of remote sensing images in QGIS. Journal of
Open Source Software, 6(64), 3172.

Farid, M., Ridwan, I., Adzima, A.F., Anshori, M.F. 2021. Penggunaan Pesawat
Tanpa Awak (Drone) Dalam Melakukan Pemantauan Dan Identifikasi
Otomatis Pada Pertanaman Jagung Di Kelompok Tani Pattarowangta,
Kabupaten Takalar. Dinamika Pengabdian, 7(1): 191-201.

Hammami, S., Zouhri, L., Souissi, D., Souei, A., Zghibi, A., Marzougui, A., and
Dlala, M. 2019. Application of the GIS based multi-criteria decision
analysis and analytical hierarchy process (AHP) in the flood susceptibility
mapping (Tunisia). Arabian Journal of Geosciences, 12, 1-16.

Idfi, G. 2021. Pengembangan Peta Evapotranspirasi Wilayah Malang Raya Dengan


Sistem Informasi Geografis. Jurnal Teknik Sipil, 10(1): 1-8.

Ikhwana, N., & Hapsari, D. R. 2019. Aplikasi drone wawasan tani untuk pertanian
di simpang lima, sungai besar, selangor. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat
(PIM), 1(1).

Irwansyah, E. 2013. Sistem informasi geografis: prinsip dasar dan pengembangan


aplikasi. DigiBook: Yogyakarta.

Jayantara, I. G. N. Y. (2020). Implementasi QGIS untuk mengestimasi kerugian

74
ekonomi akibat banjir di Kabupaten Bandung. Jurnal Pendidikan
Teknologi danKejuruan. 17(2): 231-242.

Khouni, I., Louhichi, G., dan Ghrabi, A. 2021. Use of GIS based inverse distance
weighted interpolation to assess surface water quality: case of Wadi El
Bey, Tunisia. Environmental Technology & Innovation. 24: 101892.

Luthfina, M. A. W., Sudarsono, B., & Suprayogi, A. (2019). Analisis Kesesuaian


Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010-
2030 Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Pati. Jurnal
Geodesi Undip, 8(1), 74-82.

M. 2019. Prospect of a GIS based digitization and 3D model for a better management
and land use in a specific micro-areal for crop trees. Environmental
Engineering andManagement Journal. 18(6): 1269-1277.

Mahful, R. 2023. ArcGIS untuk Pemula. CV. Mitra Cendekia Media.

Mahful, R. 2023. ArchGIS untuk pemula. Sumatera Barat: CV. Mitra Cendekia
Media.

Mamonto, A. M., Umagapi, D., dan Ambarita, A. 2020. Perancangan aplikasi gis
lokasi pariwisata di pulau morotai. IJIS-Indonesian Journal on
Information System, 5(1): 56-65.

Mesa-Mingorance, J. L., & Ariza-López, F. J. 2020. Accuracy assessment of


digital elevation models (DEMs): A critical review of practices of the
past threedecades. Remote Sensing. 12(16): 2630.

Muflih, G. Z., Sunardi, S., dan Yudhana, A. 2019. Jaringan saraf tiruan
backpropagation untuk prediksi curah hujan di Wilayah Kabupaten
Wonosobo. MUST: Journal of Mathematics Education, Science and
Technology. 4(1): 45-56.

Muthusamy, M., Casado, MR, Butler, D., & Leinster, P. 2021. Memahami
pengaruh resolusi Model Ketinggian Digital dalam pemodelan banjir
fluvial perkotaan. Jurnal Hidrologi. 596: 126088.

Nikmah, K., Widodo, S. K., & Alamsyah, A. (2019). Perkembangan Pelabuhan


Perikanan Prigi dan Dampaknya terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi
Nelayan Desa Tasikmadu, Kabupaten Trenggalek, 1978-2004. Indonesian
Historical Studies, 2(2), 107

Nurhijriah, L., Ruhiat, Y., Saefullah, A., dan Rostikawati, D.A. 2022. Distribusi
curah hujan rata-rata menggunakan metode Isohyet di Wilayah
Kabupaten Tangerang. Newton-Maxwell Journal of Physics. 3(2): 46-55.

75
Palamakumbura, R., Krabbendam, M., Whitbread, K., & Arnhardt, C. 2020. Data
acquisition by digitizing 2-D fracture networks and topographic
lineaments in geographic information systems: further development and
applications. Solid Earth. 11(5); 1731-1746.

Pangestika, M., Hohary, M., Suprihati., Agus, Y.H., Widyawati, N., Herawati,
M.M., Sutrisno, A.J., Handoko, Y.A., Simamora, L., Zebua, D.D.N.,
Nadapdap, H.J., Prihtanti, T.M., Yuliawati., Nuswantara, B., Maria. 2020.
Smart farming: pertanian di era revolusi industry 4.0. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

Perrina, M. G. 2021. Literature Review Sistem Informasi Geografis (SIG). Journal


of Information Technology and Computer Science (JOINTECOMS).1-4.

Prayitno, G., Kaunang, G. N., dan Natsir, A. A. 2023. Mapping rainfall [isohyet] in
areas with a shortage of rain stations using manual station technique and
prectotcorr merra-2 data analysis. Jurnal Teknik Informatika (Jutif). 4(4):
819-830.

Rizal, C., Susanto, A., Arief, M. H., Irfan, A., Samosir, K., Khadafi, S., ... dan
Permana, A. A. 2023. Sistem Informasi Geografis. Get Press Indonesia.

Ryka, H., Kencanawati, M., & Syahid, A. 2020. Sistem Informasi Geografis (GIS)
dengan Arcgis dalam Pemanfaatan Analisis Banjir di Kelurahan
Sepinggan: Geographic Information System (GIS) with Arcgis in
Utilizing Flood Analysis in Sepinggan Village. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil
TRANSUKMA. 3(1): 42-51.

Salahalden, V. F., Shareef, M. A., dan Al Nuaimy, Q. A. 2023. Characterization of


the Chemical Properties of Deposited Red Clay Soil Using GIS Based
Inverse Distance Weighted Method in Kirkuk City, Iraq. Ecological
Engineering & Environmental Technology (EEET). 24(7).

Sestraş, P., Sălăgean, T., Bilașco, S., Bondrea, M. V., Naș, S., Fountas, S., &
Cîmpeanu, S.

Setiawan, Y., Suprianto, S. A., Wijanarko, A., Rini, D. S., dan Yusa, M. 2022.
Pemetaan Kelompok Sebaran Titik Gempa Bumi Mentawai Dengan
Metode K-Medoids Clustering. Jurnal Teknoinfo, 16(1), 124-131.

Siregar, M.A.R. 2023. Penggunaan teknologi drone dalam monitoring dan


pengelolaan lahan pertanian. Medan: Universitas Medan Area.

Suharyo, O. S., & Hidayah, Z. 2019. Pemanfaatan Citra Satelit Resolusi Tinggi
Untuk Identifikasi Perubahan Garis Pantai Pesisir Utara Surabaya. Jurnal
Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and Technology. 12(1):
89-96.

76
Sutisna, A. S., & Putro, H. Evaluasi Tingkat Akurasi Digital Elevation Model
(DEM) SRTM dan ASTER GDEM dalam Pemodelan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciliwung. 2018. Media Komunikasi Teknik Sipil, 24(2),
105-112. ISO

Trisandi, S. 2021. Penyusunan database reboisasi hutan dan lahan berbasis peta
drone di wilayah kesatuan pengelolaan hutan (KPH) Pesisir Barat Provinsi
Lampung. Thesis. Politeknik Negeri Lampung.

Ujung, A. T., Nugraha, A. L., & Firdaus, H. S. 2019. Kajian pemetaan risiko
bencana banjir kota semarang dengan menggunakan sistem informasi
geografis. Jurnal Geodesi Undip. 8(4): 154-164.

Utomo, E., Fadila, A. N., & Pratama, M. (2022). Penggambaran Peta Wilayah Desa
Periuk Kabupetan Tana Tidung dengan Analisis Luas Bangunan Penduduk
berdasarkan Teknik Digitasi On-Screen. Indonesian Journal of
Community Empowerment and Service (ICOMES), 2(2), 83-88.

Utomo, E., Fadila, A. N., & Pratama, M. 2022. Penggambaran Peta Wilayah Desa
Periuk Kabupetan Tana Tidung dengan Analisis Luas Bangunan Penduduk
berdasarkan Teknik Digitasi On-Screen. Indonesian Journal of
Community Empowerment and Service (ICOMES). 2(2): 83-88.

Wibowo, Agus.2022. Teknologi Drone. Semarang: Universitas STEKOM

Yilmaz, E., and Bilgilioglu, S.S. 2022. MCDM: Plug-In Quantum GIS baru untuk
analisis pengambilan keputusan multi kriteria. Hari Geoinformasi
Antarbenua, 5: 90-93.

Yuniawatika, Y., Sasmito, D. A., Pratisia, T., Sembiring, D. M., dan Ananda, M.
2022. Pemanfaatan Citra USGS dan Google Earth untuk Pembuatan Peta
Tematik Desa Jambesari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(4), 530-539.

Zufria, I., Andriana, S. D., dan Lubis, M. Z. 2019. Sistem Informasi Geografis
Lahan Pertanian Pada Kecamatan Bandar Khalifah Berbasis
Pemetaan. Jistech (Journal of Islamic Science and Technology), 4(2).

77

Anda mungkin juga menyukai