DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
STKIP
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia – Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Praktikum Dasar – Dasar Komputer dan Pengenalan Arc
GIS, dengan judul “Sumber Dan Integrasi Data Sistem Informasi Geografi (SIG)”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari pula bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………… 1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem informasi geografis (SIG) merupakan ilmu pengetahuan yang terdiri dari ilmu
geografi, ilmu geodesi dan ilmu karografi. Hal ini yang membuat Sistem Informasi Geografi
(SIG) sangat unik dibandingkan dengan sistem informasi yang lainnya. Sistem Informasi
Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang dapat menganalisis data spasial dan data non
spasial yang diperoleh dalam pengumpulan data, data spasial dan data non spasial tersebut
diintegrasikan secara komputerisasi sehingga menghasilkan informasi geografis untuk
mencapai tujuan dan kebutuhan user. Sistem informasi geografis (SIG) merupakan sistem
informasi yang menyimpan, mengelola dan memanipulasi daya yang bereferensi geospasial
( Wilhelmus Bunganaen Sudiyo Utomo dan Gallant B. Ratu Edo, 2017). Sistem informasi
geografis memiliki kemampuan yang dapat menghubungkan berbagai macam data pada titik
tertentu dipermukaan bumi, menggabungkannya, menganalisis serta memetakan hasilnya.
SIG merupakan data yang berbentuk spasial yang berarti data yang berorientasi geografi
dan memiliki suatu sistem koordinat sebagai bahan referensinya, sehingga penerapan SIG
dapat digunakan untuk pemetaan lokasi, kondisi dan permodelan sehingga dapat dikatakan
bahwa sistem informasi geografis berhubungan dengan objek – objek yang berada
dipermukaan bumi (Aris Sudianto dan Muhamad Sadali, 2018). SIG merupakan sistem
informasi yang dirancang menggunakan basis data yang memiliki referensi spasial atau
berkoordinat geografi. Sebagai suatu sistem yang berbasis komputer, paling tidak ada
empat pendekatan yang bisa digunakan untuk mendefinisiskan dan membagi SIG, vyaitu
pendekatan proses (process oriented), pendekatan kegunaan alat (toolbox approach),
pendekatan data base (database approach) dan pendekatan aplikasi (application approach)
(Saefudin dan diki Susandi, 2020).
Sistem Informasi Geografi tidak lepas dari data spasial, yang merupakan sebuah data
yang mengacu pada posisi, objek dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial
merupakan suatu item dari informasi dimana di dalamnya terdapat informasi mengenai
bumi termasuk permukaan bumi, dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan dan bawah
atmoser.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Jenis data dari system informasi geografi terbagi menjadi 4 jenis data, yakni :
1. Data spasial
2. Data Atribut
Data atribut merupakan data yang menjabarkan aspek dari suatu fenomena
dalam bentuk deskripsi atau penjelasan yang terperinci. Data ini tergambar dalam
bentuk kata-kata, angka, serta tabel. Data atribut yang dapat dijumpai pada data
kepadatan penduduk, data luas wilayah, jenis-jenis tanah, data demografis dan
sebagainya.
3. Data Vektor
Data vector adalah data yang direpresentasikan sebagai suatu mozaik berupa
titik/point, garis(arc/line), polygon yaitu daerah yang dibatasi oleh garis yang
berawal dan berakhir pada titik yang sama, serta nodes yaitu titik perpotongan
antara dua garis. Kegunaan data vector ini untuk menganalisa ketepatan posisi pada
suatu wilayah atau mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa vitur.
4. Data Raster
Data raster atau sering juga disebut dengan sel grid merupakan data yang
dihasilkan dari system penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis
direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture
element). Resolusi pada data raster tergantung pada ukuran pixelnya.
Data dasar yang dimasukkan dalam SIG diperoleh dari empat sumber, yaitu data
lapangan (teristris), data peta, penginderaan jauh, dan data statistic.
1. Data lapangan (teristris), yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui
hasil pengamatan dilapangan karena data ini tidak terekam dengan alat
penginderaan jauh. Misalnya, batas administrasi, kepadatan penduduk, curah hujan,
ph tanah, kemiringan lereng, suhu udara, kecepatan angin, dan gejala gunung api.
2. Data peta (map), yaitu data yang telah terekam pada kertas atau film.
Misalnya, peta geologi atau peta jenis tanah yang akan digunakan sebagai masukkan
dalam SIG, kemudian dikonversikan (diubah) ke dalam bentuk digital.
3. Data penginderaan jauh (remote sensing) adalah data dalam bentuk citra dan
foto udara atau nonfoto.
4. Data statistic (statistic), yaitu data hasil catatan statistic dalam bentuk tabel,
laporan, survey lapangan, dan sensus penduduk.
Data SIG berupa data digital yang berformat raster dan vektor. Sumber data digital
dapat berupa citra satelit atau data foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi
scanning. Data lain dapat berupa data dasar terdigitasi. Untuk memperoleh data tersebut
ada beberapa metode perolehan data yang digunakan meliputi : digitasi peta-peta yang ada
dengan menggunakan digitizer, scanning peta, produksi peta foto digital, masukan manual
dari koordinat perkomputasi dan perhitungan, transfer dari sumber data digital.
Ada tiga sumber data yang digunakan ketika ingin mengetahui informasi dengan
perangkat lunak sistem informasi geografis, antara lain :
Sesuai dengan namanya, data ini diperoleh dengan cara langsung datang dan terjun
ke lapangan. Data lapangan juga bisa disebut dengan data primer. Sebagai contoh, beberapa
yang termasuk dalam kategori data lapangan, adalah: data sensus penduduk; kesuburan dan
keasaman (PH) tanah curah hujan; dan suhu.
Pada data sensus penduduk, ada beberapa komponen yang mencangkupnya, antara
lain: jenis kelamin, komposisi penduduk, dan ekonomi penduduk.
2. Data Peta
Data ini bisa dibilang adalah "data jadi". Secara pasti, data ini sudah ada dalam
bentuk peta dan sudah siap digunakan. Untuk mendukung serta menunjang keperluan SIG
lewat komputerisasi, data dari peta kemudian akan dikonversi menjadi data digital.
Tentunya, tidak sembarang peta yang bisa digunakan. Peta ini harus memenuhi
beberapa syarat lebih dulu untuk bisa di konversi, antara lain:
Jarak antar titik peta sudah sesuai dengan jarak antar titik di permukaan bumi. Luas
wilayah pada peta sudah sesuai dengan bentuk asli di permukaan bumi. Sudut dan arah
garis di peta tersebut sudah sesuai dengan kondisi aslinya. Bentuk objek dari peta harus
benar dan sesuai dengan bentuk sesungguhnya di permukaan bumi.
Data ini adalah yang paling sering digunakan perihal mencari sumber data SIG. Data
penginderaan jauh bisa dalam bentuk citra foto ataupun non-foto. Pun, ada beberapa
kriteria dan proses yang berbeda perihal pengumpulan data melalui metode ini. Bila sumber
data diambil melalui udara, akan diolah lebih dulu dengan metode interpretasi, yang
kemudian disajikan dengan bentuk peta jadi.
Definisi Overlay Overlay adalah salah satu analisis dalam SIG dengan cara jika
terdapat dua peta tematik yang berbeda, lalu di tumpang susun (Overlay), bagian yang
memiliki tumpang susun dianalisis. Hasilnya dapat digunakan untuk membuat keputusan
atau untuk analisa dalam suatu kriteria. Operasi Overlay berbeda tergantung jenis data
spasial yang digunakan. Tujuan Melakukan Overlay Tujuan dari analisis ini adalah untuk
membandingkan karakteristik dari lokasi yang sama di kedua layer data, dan untuk
menghasilkan hasil untuk setiap lokasi di layer data output. Perbedaan Overlay Analysis
pada Data Vektor dengan Data Raster Analisis Overlay pada data vector memiliki unsur
point, line, dan area. Operasi ini lebih kompleks karena bergantung kepada bentukan
geometri. Analisis ini menggunakan teori Boolean dengan beberapa jenis operasi seperti
Clip, Intersection, dan Union. Analisis Overlay pada data raster memiliki unsur pixel. Operasi
ini bergantung pada nilai pixel. Analisis ini menggunakan Map Algebra yang terdiri dari
Operasi Aritmatik dan Operasi Komparasi dan Logika.
Konsep Clip, Intersection, dan Union Clip merupakan operasi yang digunakan untuk
mengekstrak informasi pada suatu layer yang mengalami Overlay pada layer lain yang
menjadi Clip Feature. Syarat dalam operasi ini adalah jika input data dalam polygon, clip
feature harus berbentuk polygon. Jika input data dalam line, clip feature dapat berbentuk
line dan polygon. Jika input data dalam bentuk point, clip feature dapat berbentuk point,
line dan polygon. Intersection merupakan operasi yang menghitung titik temu (intersection)
geometris dari dua layer peta. Hanya feature di area yang sama untuk kedua layer yang akan
dijadikan output. Untuk melakukan operasi ini, polygon dalam layer-layer harus memiliki
topologi. Feature output memiliki atribut dari feature input dan feature intersect yang
berpotongan. Union adalah operasi yang menggabungkan feature kedua layer yang di-
Overlay. Dalam Union, layer input dan feature layer harus memiliki jenis data polygon. Hasil
outputnya adalah peta yang memiliki keseluruhan/ gabungan dari seluruh feature yang
dimasukkan.
Berdasarkan logika analisis, overlay ini mengolah informasi dari peta dengan beberapa
logika, yaitu :
Metode matriks dua dimensi memanfaatkan dua informasi dari dua peta yang
berbeda. Analisis tumpangsusun dilakukan berdasarkan adanya dua macam informasi yang
tertuang dalam masing-masing poligon. Metode ini hanya bisa melakukan analisis dengan
melakukan tumpangsusun pada dua informasi dari dua peta saja. Dalam suatu aplikasi SIG
salah satu metode yang paling banyak digunakan adalah membandingkan antara dua peta
tahun yang berbeda dengan tema yang sama. Sehingga disini akan dapat diketahui
perubahan penggunaan lahan yang terjadi antara tahun pertama dan tahun kedua.
Hasil proses ini dapat digunakan untuk memonitor perubahan luas penggunaan lahan dari
waktu ke waktu. Unsur masing-masing peta biasanya memilki klasifikasi yang sama agar
perubahan bisa dipantau secara setara. Selain monitoring, aplikasi dengan proses ini dapat
digunakan pula untuk tema yang berbeda, dengan maksud untuk mengetahui keadaan
suatu wilayah berdasarkan informasi dua tema yang berbeda, seperti luas penggunaan
lahan dalam satuan wilayah administrasi, dan lain – lain.
Kriteria tersebut bersifat mutlak, bilamana tidak memenuhi salah satu persyaratan
tersebut maka lahan tersebut dianggap tidak sesuai.Tumpangsusun dilakukan dengan
membangun logika bahwa daerah yang sesuai adalah daerah yang meimiliki informasi
kesesuian pada ketiga parameter.Jika ada salah satu saja parameter yang tidak sesuai, maka
daerah tersebut akan dianggap tidak sesuai.Hal yang cukup penting diperhatikan dalam
pendekatan ini adalah menentukan parameter yang berhubungan dengan kesesuaian
lahannya dan juga mendefinisikan informasi menjadi dua kemungkinan (sesuai dan tidak
sesuai).Dengan logika seperti ini, pendekatan kuantitatif binary hanya cocok untuk analisis
dalam skala kecil dengan tingkat kedetilan informasi yang rendah. Penggunaan pendekatan
ini untuk skala yang lebih besar dan detil akan mempengaruhi terhadap keakuratan hasil
pemetaan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem Informasi Geografis digunakan untuk meengolah data melalui aplikasi yang
mampu menyelesaikan masalah routing, penentuan rute antar suatu titik atau lokasi yang
diinginkan.
3. SIG mempunyai kemampuan untuk memilih dan mencari detail yang diinginkan,
menggabungkan satu kumpulan data dengan kumpulan data lainnya, melakukan perbaikan
data dengan lebih cepat dan memodelkan data serta menganalisis suatu keputusan.
4. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik yang dapat digunakan untuk
menampilan informasi-informasi tertentu. Peta-peta tematik tersebut dapat dibuat dari
peta-peta yang sudah ada sebelumnya, hanya dengan memanipulasi atribut-atributnya.
5. Peta digital yang digunakan pada sistem informasi geografis ini sangat mudah
untuk dibuat, menggunakan sistem koordinat geografis yang akurat, dan memiliki
kemudahan dalam melakukan penyuntingan/pengeditan data misalnya untuk pemutakhiran
data atau perubahan sistem koordinat.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, E. (2014). Integrasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Metode Geofisika Induced
Polarization (Studi Kasus pada Eksplorasi Mineral Mangan di Kabupaten Kampar
Provinsi Riau) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Irwansyah, E. (2013). Sistem informasi geografis: prinsip dasar dan pengembangan aplikasi.
DigiBook Yogyakarta.
Irwansyah, E. (2013). Sistem informasi geografis: prinsip dasar dan pengembangan aplikasi.
DigiBook Yogyakarta.
Sugito, N. T., & SI, M. (2010). Urgensi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Mendukung
Data Geospasial.
Supuwiningsih, N. N., Januhari, N. N. U., Suniantara, I. K. P., & Hanief, S. (2022). Integrasi
Data Spasial Dan Data Non Spasial Sistem Informasi Geografis. Media Sains Indonesia.