Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SUMBER DAN INTEGRASI DATA SIG

DOSEN PENGAMPU :

IBU SILVIA AGNESY WALI, S.Pd., M.Ling

DISUSUN OLEH :

MUHAMAD FATHUN CANSERINO TUANI (21376GEO0188)

IYUT ANJELIKA (21376GEO0186)

DIAN SUKMAWATI (21376GEO0183)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PELITA NUSANTARA BUTON

STKIP

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia – Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Praktikum Dasar – Dasar Komputer dan Pengenalan Arc
GIS, dengan judul “Sumber Dan Integrasi Data Sistem Informasi Geografi (SIG)”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari pula bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Baubau, 13 April 2022

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………….. 2

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Memahami Sumber Data SIG……………………………………………………… 3

B. Memahami Pengumpulan Data SIG……………………………………………. 4

C. Memahami Integrasi Data SIG ……………………………………………………. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………. 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan ilmu pengetahuan yang terdiri dari ilmu
geografi, ilmu geodesi dan ilmu karografi. Hal ini yang membuat Sistem Informasi Geografi
(SIG) sangat unik dibandingkan dengan sistem informasi yang lainnya. Sistem Informasi
Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang dapat menganalisis data spasial dan data non
spasial yang diperoleh dalam pengumpulan data, data spasial dan data non spasial tersebut
diintegrasikan secara komputerisasi sehingga menghasilkan informasi geografis untuk
mencapai tujuan dan kebutuhan user. Sistem informasi geografis (SIG) merupakan sistem
informasi yang menyimpan, mengelola dan memanipulasi daya yang bereferensi geospasial
( Wilhelmus Bunganaen Sudiyo Utomo dan Gallant B. Ratu Edo, 2017). Sistem informasi
geografis memiliki kemampuan yang dapat menghubungkan berbagai macam data pada titik
tertentu dipermukaan bumi, menggabungkannya, menganalisis serta memetakan hasilnya.
SIG merupakan data yang berbentuk spasial yang berarti data yang berorientasi geografi
dan memiliki suatu sistem koordinat sebagai bahan referensinya, sehingga penerapan SIG
dapat digunakan untuk pemetaan lokasi, kondisi dan permodelan sehingga dapat dikatakan
bahwa sistem informasi geografis berhubungan dengan objek – objek yang berada
dipermukaan bumi (Aris Sudianto dan Muhamad Sadali, 2018). SIG merupakan sistem
informasi yang dirancang menggunakan basis data yang memiliki referensi spasial atau
berkoordinat geografi. Sebagai suatu sistem yang berbasis komputer, paling tidak ada
empat pendekatan yang bisa digunakan untuk mendefinisiskan dan membagi SIG, vyaitu
pendekatan proses (process oriented), pendekatan kegunaan alat (toolbox approach),
pendekatan data base (database approach) dan pendekatan aplikasi (application approach)
(Saefudin dan diki Susandi, 2020).

Sistem Informasi Geografi tidak lepas dari data spasial, yang merupakan sebuah data
yang mengacu pada posisi, objek dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial
merupakan suatu item dari informasi dimana di dalamnya terdapat informasi mengenai
bumi termasuk permukaan bumi, dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan dan bawah
atmoser.

Sehingga dapat dirangkum sistem informasi geografi adalah sebagai berikut :

1. Sistem Informasi Geografi adalah informasi mengenai tempat di permukaan


bumi.

2. Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi komputer dan pirangkat


lunak (software).

3. Sistem Informasi Geografis digunakan untuk berbagai macam aplikasi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara agar memahami sumber data SIG?

2. Bagimana cara agar memahami pengumpulan data SIG?

3. Bagaimana cara agar memahami integrasi data SIG?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara memahami sumber data SIG.

2. Untuk mengetahui cara memahami pengumpulan data SIG.

3. Untuk mengetahui cara memahami integrasi data SIG.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sumber Data SIG

Jenis data dari system informasi geografi terbagi menjadi 4 jenis data, yakni :

1. Data spasial

Data ini merepresentasikan atau mengidentifikasi posisi ruang dan (letak


geografis) dari suatu fenomena. Contoh data spasial seperti letak suatu daratan,
informasi garis lintang dan garis bujur, kepulauan, sumber minyak, hutan, sumber
gas alam, pegunungan serta lainnya. Data spasial ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi, misalnya Kode Pos.

2. Data Atribut

Data atribut merupakan data yang menjabarkan aspek dari suatu fenomena
dalam bentuk deskripsi atau penjelasan yang terperinci. Data ini tergambar dalam
bentuk kata-kata, angka, serta tabel. Data atribut yang dapat dijumpai pada data
kepadatan penduduk, data luas wilayah, jenis-jenis tanah, data demografis dan
sebagainya.

3. Data Vektor

Data vector adalah data yang direpresentasikan sebagai suatu mozaik berupa
titik/point, garis(arc/line), polygon yaitu daerah yang dibatasi oleh garis yang
berawal dan berakhir pada titik yang sama, serta nodes yaitu titik perpotongan
antara dua garis. Kegunaan data vector ini untuk menganalisa ketepatan posisi pada
suatu wilayah atau mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa vitur.

4. Data Raster

Data raster atau sering juga disebut dengan sel grid merupakan data yang
dihasilkan dari system penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis
direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture
element). Resolusi pada data raster tergantung pada ukuran pixelnya.

• Sumber Data SIG

Data dasar yang dimasukkan dalam SIG diperoleh dari empat sumber, yaitu data
lapangan (teristris), data peta, penginderaan jauh, dan data statistic.

1. Data lapangan (teristris), yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui
hasil pengamatan dilapangan karena data ini tidak terekam dengan alat
penginderaan jauh. Misalnya, batas administrasi, kepadatan penduduk, curah hujan,
ph tanah, kemiringan lereng, suhu udara, kecepatan angin, dan gejala gunung api.

2. Data peta (map), yaitu data yang telah terekam pada kertas atau film.
Misalnya, peta geologi atau peta jenis tanah yang akan digunakan sebagai masukkan
dalam SIG, kemudian dikonversikan (diubah) ke dalam bentuk digital.

3. Data penginderaan jauh (remote sensing) adalah data dalam bentuk citra dan
foto udara atau nonfoto.

4. Data statistic (statistic), yaitu data hasil catatan statistic dalam bentuk tabel,
laporan, survey lapangan, dan sensus penduduk.

B. Pengumpulan Data SIG

Data SIG berupa data digital yang berformat raster dan vektor. Sumber data digital
dapat berupa citra satelit atau data foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi
scanning. Data lain dapat berupa data dasar terdigitasi. Untuk memperoleh data tersebut
ada beberapa metode perolehan data yang digunakan meliputi : digitasi peta-peta yang ada
dengan menggunakan digitizer, scanning peta, produksi peta foto digital, masukan manual
dari koordinat perkomputasi dan perhitungan, transfer dari sumber data digital.

TIga pengolahan data dalam SIG adalah sebagai berikut :

1. Penyiapan Data, yaitu mempersiapkan data yang akan digunakan untuk


pembuatannya yang meliputi : fungsi, grafis dan atribut. Fungsi disini yang
dimaksud adalah kita menyiapkan konsep dari aplikasi SIG yang akan dibuat ini
temanya untuk apa misalkan untuk basis lahan pertanian, dan sebagainya.
Kemudian mengenai grafis ini menyangkut tentang data-data yang digunakan
untuk bisa memberi masukan data dalam bentuk data peta. Kemudian mengenai
atribut adalah tentang data-data lapangan yang sudah dianalisa dengan
menggunakan excel.
2. Digitasi Peta, yaitu tentang bagaimana dari data raster yang sudah diperoleh dari
sebuah gambar peta kemudian dirubah ke dalam bentuk vektor. Digitasi peta ini
bisa diperoleh dari peta yang sudah di scan, atau dari data citra, atau bisa dari
hasil pemetaan dengan menggunakan GPS.
3. Pengelolaan Data, yaitu proses mengelola data yang ada tadi menjadi bentuk
lain yang mudah untuk disajikan. Kegiatan ini meliputi pengarsipan dan juga
pemodelan. Pengarsipan merupakan pembuatan data-data yang dibuat terpisah
agar nanti mudah untuk dilakukan analisa ketika ditampalkan. Pemodelan
maksudnya adalah hasil dari penampalan data yang diarsipkan tadi. Dari data
yang digabungkan akan menjadi sebuah bentuk model baru yang bisa dianalisa
lebih lanjut

Ada tiga sumber data yang digunakan ketika ingin mengetahui informasi dengan
perangkat lunak sistem informasi geografis, antara lain :

1. Data Lapangan (Teristis)

Sesuai dengan namanya, data ini diperoleh dengan cara langsung datang dan terjun
ke lapangan. Data lapangan juga bisa disebut dengan data primer. Sebagai contoh, beberapa
yang termasuk dalam kategori data lapangan, adalah: data sensus penduduk; kesuburan dan
keasaman (PH) tanah curah hujan; dan suhu.

Pada data sensus penduduk, ada beberapa komponen yang mencangkupnya, antara
lain: jenis kelamin, komposisi penduduk, dan ekonomi penduduk.

2. Data Peta
Data ini bisa dibilang adalah "data jadi". Secara pasti, data ini sudah ada dalam
bentuk peta dan sudah siap digunakan. Untuk mendukung serta menunjang keperluan SIG
lewat komputerisasi, data dari peta kemudian akan dikonversi menjadi data digital.

Tentunya, tidak sembarang peta yang bisa digunakan. Peta ini harus memenuhi
beberapa syarat lebih dulu untuk bisa di konversi, antara lain:

Jarak antar titik peta sudah sesuai dengan jarak antar titik di permukaan bumi. Luas
wilayah pada peta sudah sesuai dengan bentuk asli di permukaan bumi. Sudut dan arah
garis di peta tersebut sudah sesuai dengan kondisi aslinya. Bentuk objek dari peta harus
benar dan sesuai dengan bentuk sesungguhnya di permukaan bumi.

3. Data Penginderaan Jauh

Data ini adalah yang paling sering digunakan perihal mencari sumber data SIG. Data
penginderaan jauh bisa dalam bentuk citra foto ataupun non-foto. Pun, ada beberapa
kriteria dan proses yang berbeda perihal pengumpulan data melalui metode ini. Bila sumber
data diambil melalui udara, akan diolah lebih dulu dengan metode interpretasi, yang
kemudian disajikan dengan bentuk peta jadi.

C. Integrasi Data SIG

Definisi Overlay Overlay adalah salah satu analisis dalam SIG dengan cara jika
terdapat dua peta tematik yang berbeda, lalu di tumpang susun (Overlay), bagian yang
memiliki tumpang susun dianalisis. Hasilnya dapat digunakan untuk membuat keputusan
atau untuk analisa dalam suatu kriteria. Operasi Overlay berbeda tergantung jenis data
spasial yang digunakan. Tujuan Melakukan Overlay Tujuan dari analisis ini adalah untuk
membandingkan karakteristik dari lokasi yang sama di kedua layer data, dan untuk
menghasilkan hasil untuk setiap lokasi di layer data output. Perbedaan Overlay Analysis
pada Data Vektor dengan Data Raster Analisis Overlay pada data vector memiliki unsur
point, line, dan area. Operasi ini lebih kompleks karena bergantung kepada bentukan
geometri. Analisis ini menggunakan teori Boolean dengan beberapa jenis operasi seperti
Clip, Intersection, dan Union. Analisis Overlay pada data raster memiliki unsur pixel. Operasi
ini bergantung pada nilai pixel. Analisis ini menggunakan Map Algebra yang terdiri dari
Operasi Aritmatik dan Operasi Komparasi dan Logika.

Konsep Clip, Intersection, dan Union Clip merupakan operasi yang digunakan untuk
mengekstrak informasi pada suatu layer yang mengalami Overlay pada layer lain yang
menjadi Clip Feature. Syarat dalam operasi ini adalah jika input data dalam polygon, clip
feature harus berbentuk polygon. Jika input data dalam line, clip feature dapat berbentuk
line dan polygon. Jika input data dalam bentuk point, clip feature dapat berbentuk point,
line dan polygon. Intersection merupakan operasi yang menghitung titik temu (intersection)
geometris dari dua layer peta. Hanya feature di area yang sama untuk kedua layer yang akan
dijadikan output. Untuk melakukan operasi ini, polygon dalam layer-layer harus memiliki
topologi. Feature output memiliki atribut dari feature input dan feature intersect yang
berpotongan. Union adalah operasi yang menggabungkan feature kedua layer yang di-
Overlay. Dalam Union, layer input dan feature layer harus memiliki jenis data polygon. Hasil
outputnya adalah peta yang memiliki keseluruhan/ gabungan dari seluruh feature yang
dimasukkan.

a. Jenis-jenis analisis overlay

Berdasarkan logika analisis, overlay ini mengolah informasi dari peta dengan beberapa
logika, yaitu :

• menggunakan matriks dua dimensi,

• pendekatan kuantitatif binary,

• pendekatan kuantitatif berjenjang,

• pendekatan kuantitatif berjenjang bertimbang.

1. Metode Matriks Dua Dimensi

Metode matriks dua dimensi memanfaatkan dua informasi dari dua peta yang
berbeda. Analisis tumpangsusun dilakukan berdasarkan adanya dua macam informasi yang
tertuang dalam masing-masing poligon. Metode ini hanya bisa melakukan analisis dengan
melakukan tumpangsusun pada dua informasi dari dua peta saja. Dalam suatu aplikasi SIG
salah satu metode yang paling banyak digunakan adalah membandingkan antara dua peta
tahun yang berbeda dengan tema yang sama. Sehingga disini akan dapat diketahui
perubahan penggunaan lahan yang terjadi antara tahun pertama dan tahun kedua.

Hasil proses ini dapat digunakan untuk memonitor perubahan luas penggunaan lahan dari
waktu ke waktu. Unsur masing-masing peta biasanya memilki klasifikasi yang sama agar
perubahan bisa dipantau secara setara. Selain monitoring, aplikasi dengan proses ini dapat
digunakan pula untuk tema yang berbeda, dengan maksud untuk mengetahui keadaan
suatu wilayah berdasarkan informasi dua tema yang berbeda, seperti luas penggunaan
lahan dalam satuan wilayah administrasi, dan lain – lain.

2. Pendekatan Kuantitatif Binary

Analisis overlay dengan pendekatan kuantitatif binary merupakan suatu pendekatan


melalui kuantitas pada setiap jenis obyek kajian yang didasarkan pada logika biner, yaitu
adanya dua kemungkinan data yang bisa muncul, yaitu 1 dan 0 yang mewakili informasi ya
dan tidak.Contoh analisis menggunakan pendekatan ini adalah kesesuaian lahan untuk
permukiman. Kesesuaian lahan untuk permukiman ini menggunakan bebrapa parameter,
yaitu kemiringan lereng, bentuklahan dan tingkat kerawanan terhadap bencana.Informasi
pada setiap parameter didefinisikan menjadi dua kemungkinan, yaitu sesuai dan tidak
sesuai.Penentuan kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan meng-overlay-kan unsur-unsur
penentu kesesuaian lahannya. Misalkan dalam penentuan kesesuaian lahan permukiman,
unsur yang menjadi pertimbangan apakah lahan tersebut sesuai atau tidak adalah berupa 3
unsur peta dasar yaitu : 1) lereng, 2) bentuk lahan, 3) kerawanan bencana.

Secara mutlak lahan yang dianggap sesuai bilamana memiliki kriteria:

• kemiringan lereng lebih kecil dari 30%

• bentuk lahan selain V1, V2 dan V3

• tidak rawan bencana

Kriteria tersebut bersifat mutlak, bilamana tidak memenuhi salah satu persyaratan
tersebut maka lahan tersebut dianggap tidak sesuai.Tumpangsusun dilakukan dengan
membangun logika bahwa daerah yang sesuai adalah daerah yang meimiliki informasi
kesesuian pada ketiga parameter.Jika ada salah satu saja parameter yang tidak sesuai, maka
daerah tersebut akan dianggap tidak sesuai.Hal yang cukup penting diperhatikan dalam
pendekatan ini adalah menentukan parameter yang berhubungan dengan kesesuaian
lahannya dan juga mendefinisikan informasi menjadi dua kemungkinan (sesuai dan tidak
sesuai).Dengan logika seperti ini, pendekatan kuantitatif binary hanya cocok untuk analisis
dalam skala kecil dengan tingkat kedetilan informasi yang rendah. Penggunaan pendekatan
ini untuk skala yang lebih besar dan detil akan mempengaruhi terhadap keakuratan hasil
pemetaan.

3. Pendekatan Kuantitatif Berjenjang

Analisis overlay dengan pendekatan kuantitatif berjenjang menganggap setiap unit


dalam satu tema memiliki nilai atau harkat yang disesuaikan dengan kontribusi terhadap
penentuan hasil dari modelnya. Di sini komponen tema peta pengaruh bersifat sama atau
setara kontribusinya. Pendekatan kuantitatif berjenjang mempunyai ketelitian yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif binary. Pendekatan ini mampu
melibatkan informasi menjadi sebuah data ordinal yang bisa dirinci menjadi tingkatan
tertentu.

Berbeda dengan pendekatan kuantitatif binary, informasi pada setiap parameter


dirinci menjadi tingkatan tertentu. Hal ini membuat analisis ini menjadi lebih rumit dan lebih
teliti daripada pendekatan yang pertama. Untuk itulah pengaruh komponen brainware
menjadi lebih penting, karena harus mampu menentukan tingkatan data sesuai dengan
range data yang ada. Pendekatan ini sesuai dilakukan untuk skala menengah dengan
informasi yang semi detil. Contoh aplikasi yang menggunakan pendekatan ini misalnya
adalah pemodelan spasial pengelolaan jalan raya. Model ini menganggap bahwa kondisi fisik
jalan banyak dipengaruhi oleh 4 komponen yang setimbang yaitu lereng, tekstur tanah,
drainase, dan volume lalulintas harian. Sedangkan tiap komponen memiliki unsur (atau
kelas) yang memiliki kontribusi terhadap hasil yang berjenjang 1 hingga 5.

4. Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang

Dalam analisis overlay denganpendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang, setiap


unit dalam satu tema memiliki nilai atau harkat yang disesuaikan dengan kontribusi
terhadap penentuan hasil dari modelnya. Di sini perbedaan dengan kuantitatif berjenjang
adalah tiap tema memiliki kontribusi yang berbeda sehingga harus dibuat bobot sesuai
dengan tingkat pengaruhnya terhadap hasil. Pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang
merupakan pendekatan yang paling rumit sekaligus paling teliti. Kerumitan tersebut
disebabkan karena pada pendekatan ini, informasi yang ada merupakan parameter yang
memberikan pengaruh berbeda terhadap hasil akhir analisis yang dilakukan. Hal ini
menyebabkan adanya sebuah keharusan melakukan pembobotan untuk setiap parameter
yang dimaksudkan.

Perbaikan ketelitian merupakan dampak adanya analisis terhadap besarnya


pengaruh suatu parameter terhadap hasil akhir. Contoh dari proses ini adalah pembuatan
model peta lahan kritis Kabupaten Sleman. Pembuatan ini melibatkan parameter fisik
seperti kemiringan lereng, batuan, erosi, produktivitas dan manajemen lahan. Selain
melakukan pengharkatan, harus dilakukan adanya pembobotan berdasarkan besar
pengaruh setiap parameter. Pendekatan ini memiliki tingkat kerumitan dan tingkat
keterikutcampuran operator yang tinggi dan hasil yang lebih akurat. Pendekatan ini sesuai
untuk skala yang detil atau untuk pengolahan aspek yang dipengaruhi oleh banyak
parameter dengan pengaruh yang berbeda-beda.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem Informasi Geografis digunakan untuk meengolah data melalui aplikasi yang
mampu menyelesaikan masalah routing, penentuan rute antar suatu titik atau lokasi yang
diinginkan.

2. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan masing-masing wilayah tersebut


dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan utilitas-utilitas yang
diperlukan.

3. SIG mempunyai kemampuan untuk memilih dan mencari detail yang diinginkan,
menggabungkan satu kumpulan data dengan kumpulan data lainnya, melakukan perbaikan
data dengan lebih cepat dan memodelkan data serta menganalisis suatu keputusan.

4. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik yang dapat digunakan untuk
menampilan informasi-informasi tertentu. Peta-peta tematik tersebut dapat dibuat dari
peta-peta yang sudah ada sebelumnya, hanya dengan memanipulasi atribut-atributnya.

5. Peta digital yang digunakan pada sistem informasi geografis ini sangat mudah
untuk dibuat, menggunakan sistem koordinat geografis yang akurat, dan memiliki
kemudahan dalam melakukan penyuntingan/pengeditan data misalnya untuk pemutakhiran
data atau perubahan sistem koordinat.
DAFTAR PUSTAKA

Anshari, E. (2014). Integrasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Metode Geofisika Induced
Polarization (Studi Kasus pada Eksplorasi Mineral Mangan di Kabupaten Kampar
Provinsi Riau) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Irwansyah, E. (2013). Sistem informasi geografis: prinsip dasar dan pengembangan aplikasi.
DigiBook Yogyakarta.
Irwansyah, E. (2013). Sistem informasi geografis: prinsip dasar dan pengembangan aplikasi.
DigiBook Yogyakarta.
Sugito, N. T., & SI, M. (2010). Urgensi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Mendukung
Data Geospasial.
Supuwiningsih, N. N., Januhari, N. N. U., Suniantara, I. K. P., & Hanief, S. (2022). Integrasi
Data Spasial Dan Data Non Spasial Sistem Informasi Geografis. Media Sains Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai