Data spasial merupakan informasi yang handal untuk menggambarkan fakta yang ada, khususnya
mengenai kondisi wilayah di suatu daerah. Guna mengoptimalkan penanganan perencanaan dan
pengelolaan pembangunan suatu daerah perlu dilakukan pembangunan Sistem Informasi Spasial (SIS)
guna menginformasikan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah ke khalayak.
Data Spasial
Sistem Informasi Geografis
Untuk mengetahui persebaran beberapa sumber daya alam, seperti minyak bumi,
batubara, emas, besi dan bahan tambang lain.
Untuk mengetahui persebaran area lahan, seperti:
Area lahan yang potensial dan lahan kritis
Area hutan yang masih baik dan hutan yang telah rusak
Area lahan pertanian dan perkebunan
Memanfaatkan perubahan pembangunan lahan
Rehabilitasi dan konservasi lahan
Data
Secara prinsipnya data terdiri dari dua jenis dalam SIG, yaitu:
Data Spasial
Data spasial merupakan perwujudan nyata suatu daerah yang ada di permukaan
bumi. Secara umum dipresentasikan dalam bentuk peta, gambar berformat digital dan
disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang
mempunyai nilai tertentu.
Data Non Spasial
Data non spasial merupata data berupa tabel yang mana tabel tersebut memiliki isi
informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data itu berbentuk data tabular
yang satu sama lain di integrasikan dengan data spasial yang ada.
Manusia who
Manusia adalah elemen pokok dari SIG dikarenakan manusia adalah perencana dan
pengguna SIG. Pengguna SIG mempunyai tingkatan seperti pada sistem informasi
lainnya, dari tingkat spesialis teknis yang membuat desain dan mengolah sistem,
sampai dengan pengguna yang menggunakan SIG untuk membantu pekerjaan sehari-
hari.
Metode
Setiap masalah dalam metode yang dimanfaatkan dalam SIG akan berbeda. SIG yang
baik terikat pada aspek desain dan aspek realnya.
1. Input Data
Proses input data digunakan untuk memasukkan daya spasial dan data non spasial.
Data spasial bisa berbentuk peta analog. SIG harus memakai peta digital sehingga
peta analog tersebut harus dikonversi ke bentuk peta digital dengan memakai alat
digitizer. Kecuali itu proses digitasi dapat pula dilakukan proses overlay dengan
melakukan proses scanning pada peta analog.
2. Manipulasi Data
Tipe data yang perlukan oleh SIG kemungkinan harus dimanipulasi supaya sesuai
dengan sistem yang dipakai. Untuk itu, SIG mampu melaksanakan fungsi edit baik
untuk data spasial atau non spasial
3. Manajemen Data
Jika data spasial sudah diinput maka proses selanjutnya adalah pengolahan data non
spasial. Pengolahan data non spasial meliputi pemakaian DBMS untuk menyimpan
data yang ukurannya besar.
4. Query dan Analisis
Query yaitu proses analisis yang dilaksanakan secara tabular. Secara fundamental
SIG dapat melakukan dua jenis analisis data, yaitu:
o Analisis Proximity
Analisis proximity adalah analisis geografi berbasis jarak antar layer. SIG
memakai proses buffering untuk menentukan dekatnya keterkaitan antar sifat
bagian yang ada.
o Analisis Overlay
Overlay adalah proses penyatuan data lapisan layer yang berbeda. Secara
sederhana, overlay yaitu operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer
untuk kemudian disatukan secara fisik.
5. Visualisasi
Sebagian tipe operasi geografis, hasil akhir yang paling baik ditampilkan dalam bentuk
peta atau grafik. Peta sangat efektif untuk menyimpan dan memberikan informasi
geografis.
Why
Alasan SIG dibutuhkan adalah karena untuk data spatial penanganannya sangat sulit
terutama karena peta dan data statistik cepat kadaluarsa sehingga tidak ada pelayanan
penyediaan data dan informasi yang diberikan enjadi tidak akurat. Berikut adalah dua
keistimewaan analisis melalui SIG :
a. Analisis Proximity
Analisis Proximity merupakan suatu geografi yang berbasis pada jarak antar layer.
Dalam analisis proximity SIG menggunakan proses yang disebut dengan buffering,
yaitu membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu untuk
menentukan dekatnya hugungan antara sifat bagian yang ada.
b. Analisis overlay
Proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda disebut dengan overlay.
Secara analisis membutuhkan lebih dari satu layer yang akan ditumpang susun secara
fisik agar bisa dianalisis secara visual. Dengan demikian, SIG diharapkan mampu
memberikan kemudahan-kemudahan yang diinginkan yaitu:
3. data geospasial dan informasi menjadi lebih mudah dicari, dianalisis dan
direpresentasikan
4. menjadi produk yang mempunyai nila tambah
5. kemampuan menukar data geospasial
Kelebihan
Data Geografis
Data Spasial
Data ini merepresentasikan dan/atau mengidentifikasikan posisi ruang (letak geografis) dari suatu
fenomena. Contoh data spasial seperti letak suatu daratan, informasi garis lintang dan garis bujur,
kepulauan, sumber minyak, hutan, sumber gas alam, pegunungan, serta lainnya. Data spasial ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasikan lokasi, misalnya Kode Pos.
Data Atribut
Data atribut merupakan data yang menjabarkan aspek dari suatu fenomena dalam bentuk deskripsi atau
penjelasan yang terperinci. Data ini tergambar dalam bentuk kata-kata, angka, serta tabel. Data atribut
yang dapat dijumpai pada data kepadatan penduduk, data luas wilayah, jenis-jenis tanah, data demografis,
dan sebagainya.
Data Vektor
Data vektor adalah data yang direpresentasikan sebagai suatu mozaik berupa titik/point, garis (arc/line),
polygon yaitu daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama, serta nodes
yaitu titik perpotongan antara dua garis. Kegunaan data vektor ini untuk menganalisa ketepatan posisi pada
suatu wilayah atau mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur.
Data Raster
Data raster atau sering juga disebut dengan sel grid merupakan data yang dihasilkan dari sistem
penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang
disebut dengan pixel (picture element). Resolusi pada data raster tergantung pada ukuran pixelnya. Nah,
dengan kata lain resolusi menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap
pixel pada citra.
Konsep Dasar
Pengertian Akademik:
Sistem informasi terdiri dari Non Spatial Information System dan Spatial Information System (SIS).
Sedangkan SIS terbagi dua menjadi Non Resorce SIS dan Resource SIS. Kemudian Resource SIS
terbagi dua lagi, yaitu Geographical Information System (GIS)dan Land Information System (LIS).
PENDAHULUAN
Informasi pertanahan saat ini menjadi demand/ kebutuhan pokok berbagai pihak yang harus segera
terlayani. Ketersediaan informasi pertanahan merupakan salah satu unsur penting dalam tata
pengelolaan negara guna perencanaan, perancangan dan pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan tanah. Sebelum era perkembangan sistem informasi dan teknologi informasi seperti sekarang
ini, Indonesia telah melaksanakan Sistem Informasi Pertanahan secara konvensional, yaitu sistem
manajemen basis data terpadu antara obyek grafis persil (peta) dan non-grafis (atribut persil).
Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisa informasi pertanahan lengkap dengan keseluruhan
atributnya, secara konvensional memerlukan banyak tenaga dan waktu, sulit dipertukarkan, sulit
dimutakhirkan, terbatas dalam ragam analisa dan penyajiannya.
Sekarang, dengan perkembangan sistem informasi dan teknologi informasi, termasuk perkembangan
komputer, telekomunikasi, termasuk layanan internet menjadi supply atas kebutuhan-kebutuhan akan
informasi, termasuk informasi pertanahan. Kompilasi sistem informasi dan teknologi informasi dalam
pengumpulan, pemrosesan dan pengolahan data guna menghasilkan informasi telah mendorong dan
meningkatkan : efisiensi, efektifitas, keterbukaan, jangkauan pelayanan dan interaksi karena
kemampuannya mereduksi ruang dan waktu/time and space.
Sistem Informasi merupakan sekumpulan data dasar yang memiliki keterkaitan satu dengan lainnya dan
telah melalui proses pengolahan (basis data) dengan menggunakan teknologi informasi
(media/alat/tool) guna : perencanaan, perancangan dan pengambilan berbagai keputusan berbasis
keruangan. Sedangkan teknologi informasi dapat kita katakana merupakan sekumpulan media/tool/alat
utamanya komputer dan segala software pengolahannya dan juga jaringan internet yang digunakan.
Lahirnya sistem informasi pertanahan ini dilatarbelakangi adanya kebutuhan/demand informasi guna
perencanaan, perancangan dan pengambilan keputusan secara cepat, murah dan terjangkau yang tidak
dibatasi oleh waktu dan ruang. Informasi pertanahan yang dikelola dalam Sistem Informasi Pertanahan
(SIP) menerapkan teknologi-teknologi tersebut di bidang pertanahan dan merupakan unsur dasar dalam
perencanaan, perancangan dan pengambilan keputusan keruangan. Sistem Informasi Pertanahan (SIP)
merupakan sistem informasi pendukung dalam pengelolaan (management) pertanahan secara
terintegrasi. SIP dapat didefinisikan sebagai kombinasi manusia dan sumberdaya keteknikan yang
disertai dengan tata-laksana organisasi untuk memproduksi informasi yang diperlukan untuk pendukung
pengelolaan pertanahan. Sistem Informasi Pertanahan (SIP) adalah kombinasi sumberdaya manusia dan
sumberdaya teknik bersama dengan seperangkat prosedur mengorganisir yang menghasilkan
pengumpulan, penyimpanan, pemanfaatan, penyebaran, dan pemakaian informasi pertanahan dalam
suatu cara yang sistematis (Walijatun; 2002).
Satuan spasial pertanahan yang dijadikan dasar pengelolaan adalah persil, lengkap dengan informasi
kepemilikan, ukuran, posisi (koordinat, alamat administratif) dan atribut lainnya yang melekat dengan
keberadaan tanah itu pada suatu saat tertentu. Persil dan kumpulan persil lazimnya dikelola dan
disajikan dalam bentuk peta. Bisa dipahami, karena persil harus bisa disajikan dengan teliti dan akurat,
maka peta persil pertanahan merupakan peta skala besar. Tampilan dan keluaran data ataupun
informasi SIP dengan bantuan komputer berupa peta, tabel dan bagan terpadu dalam bentuk hardcopy
(cetakan) dan softcopy (file digital).
Persoalannya adalah, bagaimana implementasi SIP yang ada dan SIP yang seharusnya?
Informasi pertanahan saat ini menjadi kebutuhan pokok berbagai pihak. Ketersediaan informasi
pertanahan merupakan salah satu unsur penting dalam tata pengelolaan negara guna perencanaan,
perancangan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tanah. Sebelum era perkembangan
sistem informasi dan teknologi informasi seperti sekarang ini, Indonesia telah melaksanakan Sistem
Informasi Pertanahan secara konvensional, yaitu sistem manajemen basis data terpadu antara obyek
grafis persil (peta) dan non-grafis (atribut persil). Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisa
informasi pertanahan lengkap dengan keseluruhan atributnya, secara konvensional memerlukan banyak
tenaga dan waktu, sulit dipertukarkan, sulit dimutakhirkan, terbatas dalam ragam analisa dan
penyajiannya.
Definisi
“Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat l k una , d t a a persil (kd t a as er) l ha an
dan sumb d er aya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan,
memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisis dan
menampilkan data dalam suatu informasi yang berisi keterangan mengenai persil lahan (status (status
kepemilikan kepemilikan, luasan, penggunaan penggunaan lahan, zoning site)”
>>> Data: diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran lapangan dan peta-peta yang sudah ada.
>>> Input data ke dalam GIS tools dapat melalui: terminal komputer interaktif, digitizers, scanners,
maupun data yang sudah ada dari media electronik, magnetik, dan optik.
>>> Proses data dalam GIS tools dibedakan antara spatial data (geometric moduls) dan textual data
(DBMS) namun mereka saling terintegrasi dan terinteraksi dalam satu sistem.
>>> Display dan reporting data: dilakukan melalui layar monitor, printer, plotter, dan media
penyimpanan seperti media penyimpanan magnetik, elektronik, dan optik.
>>> Data output: dapat berupa peta, angka, gambar, tabel, dan bentuk laporan lainnya.
Dengan demikian secara kategorial maka LIS mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
1. Brainware (manusia)
2. Data
3. Hardware (perangkat keras komputer berikut kelengkapan pendukungnya dan perangkat keras
komunikasi)
4. Software (perangkat lunak)
Data Pertanahan
a. data dan peta penatagunaan tanah (potensi, peruntukan, dan penggunaan tanah)
c. Pendaftaran tanah
d. Pajak tanah
Pendaftaran tanah mencakup subyek: a. Hak b. Luas tanah c. Jenis hak atas tanah d. T d an a b kti u h ka
atas t h ana /sertifik t tifikat t h ana e. Pembebanan hak tanggungan f. Mutasi hak
Jenis SI Pertanahan
SI Pertanahan Konvensional
Sukar untuk men‐generalisir data, misalnya data pada peta skala 1:1.000 akan dijadikan peta skala
1:10.000
• Adanya keterbatasan informasi yang dapat disajikan dalam peta agar mudah dipahami
• Analisis pada peta lebih didasarkan pada kemampuan membaca peta (secara intuitif intuitif/kualitatif
kualitatif)
SI Pertanahan Modern
Konsep, metode dan analisis Sistem Informasi Pertanahan (SIP_ contemporer contemporer adalah
SAMA dengan Sistem Informasi Informasi Geografis Geografis suatu wilayah. Perbedaan
yang ada, SIP lebih memfokuskan pada objek Tanah saja.
Manfaat
1. Mampu mengoptimalkan pengelolaan sistem administrasi pertanahan dan wilayah berdasarkan data
pertanahan yang terpadu dan mutakhir
2. Mampu mengelola basis data terpadu pertanahan sebagai data dasar dalam perencanaan dan
pengelolaan wilayah kota
3. Mudah dan cepat dalam analisa pantauan, evaluasi dan perencanaan pemanfaatan lahan,
khususnya pada wilayah kota atau relatif menjadi kota
4. Mampu meningkatkan pendapatan asli daerah secara langsung ataupun tidak langsung
5. Menghemat anggaran/biaya