Pemilihan lokasi dilakukan dengan melakukan analisis spasial. Analisis spasial merupakan
sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam pengolahan data SIG. Hasil pengolahan data spasial
sangat tergantung pada lokasi objek yang bersangkutan (yang sedang dianalisis). Analisis spasial juga
dapat diartikan sebagai teknik-teknik yang digunakan untuk meneliti dan mengeksplorasi data dari
perspektif keruangan. Terdapat banyak jenis analisis spasial seperti pengukuran, query, fungsi
kedekatan dan lainnya.
Site suitability dapat dilakukan untuk menentukan lokasi dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu
wilayah. Ketersediaan ruang terbuka hijau kota telah menjadi perhatian bagi setiap pemerintah
daerah di Indonesia khususnya pada kota-kota besar sebagaimana tertuang dalam Undang-undang
Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 yang mengamanatkan bahwa setiap kota harus memiliki luas
ruang terbuka hijau sebesar 30% dari total luas wilayah kota. Lokasi ruang terbuka hijau yang sesuai
akan menentukan optimalnya penataan ruang terbuka hijau pada wilayah perkotaan. Analisis
kesesuaian ruang terbuka hijau dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria sebagai sub-
model:
1. Kemiringan Lereng
2. Penggunaan Lahan
3. Kepadatan Penduduk
4. Aksesibilitas
5. Sarana Pendukung
Kriteria dan parameter yang digunakan dalam penentuan lokasi RTH dapat dilihat pada tabel
dibawah.
2. Pastikan sistem referensi koordinat berada dalam WGS 1984 UTM zona 48S.
3. Ubah DEM menjadi data slope dengan cara ArcToolbox 3D Analyst Tool Raster
Surface Slope.
4. Pada pengaturan masukkan DEM yang akan diolah lalu memasukkan output dari slope
yang akan dibuat. Slope disimpan kedalam geodatabase baru. Ubah satuannya menjadi
persen.
6. Data yang dihasilkan masih berbentuk raster. Konversi data raster menjadi slope vector
dengan cara arctoolbox raster math int.
7. Konversi data kemiringan ke dalam data vektor dengan cara Arc toolbox conversion
tools from raster raster to polygon. Lalu beri nama dan centang box paling bawah.
9. Lakukan pemotongan poligon sesuai dengan bentuk Wilayah Sukabumi dengan fitur Clip.
10. Tambahkan kolom “skor_lrg” dengan add field. Lakukan skoring berdasarkan kriteria.
11. Didapatkan skor akhir ketersesuaian lahan berdasarkan kemiringan lereng. Lakukan
pengaturan simbologi untuk skor 1 sampai 3.
5.1.2 Penggunaan Lahan
1. Masukkan file .shp dari Penggunaan Lahan Kota Sukabumi.
2. Buka tabel atribut dari file .shp tersebut lalu tambahkan kolom “skor_gunalahan” pada
tabel atribut.
2. Buka tabel atribut dari file .shp tersebut lalu tambahkan kolom “skor_dp” pada tabel
atribut.
2. Pilih ruas jalan yang merupakan jalan arteri. Baik itu arteri primer maupun arteri
sekunder.
3. Lakukan buffer dengan menggunakan fitur Multiple Ring Buffer untuk jarak 200 m, 400 m
dan 75000 m. Buffer 75000 m dimaksudkan agar semua wilayah tercover.
4. Akan terbentuk poligon baru hasil buffer.
2. Lakukan buffering pada pusat kota untuk jarak 500 m, 1000 m dan 75000 m.
3. Akan terbentuk poligon baru hasil buffer.
6. Buka tabel atribut “skor_pk” lalu berikan skor pada kolom yang dibuat.
Jarak 500 m memiliki skor 3
Jarak 1000 m memiliki skor 2
Jarak diluar memiliki skor 1.
3. Maka akan dihasilkan unsur spasial baru hasil intersect yang merupakan gabungan dari
unsur spasial lainnya.
7. Akan terbentuk peta kesesuaian lahan RTH. Lakukan layouting sesuai dengan kaidah
kartografi.