SITE SUITABILITY
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 2017
Outline
Analisis Spasial
Site Suitability
Studi Kasus
Analisis Spasial
“Sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam pengolahan data SIG. Hasil
analisis data spasial sangat bergantung pada lokasi objek yang bersangkutan
(yang sedang dianalisis). Analisis spasial juga dapat diartikan sebagai teknik-
teknik yang digunakan untuk meneliti dan mengeksplorasi data dari perspektif
keruangan. Semua teknik atau pendekatan perhitungan matematis yang terkait
dengan data keruangan (spasial) dilakukan dengan fungsi analisis spasial
tersebut.”
Jenis Analisis Spasial: Query Basis Data
1. Query basisdata digunakan untuk
memanggil atau mendapatkan
kembali atribut data tanpa
mengganggu atau mengubah data
yang sudah ada.
2. Query dapat dilakukan dengan
pernyataan kondisional (conditional
statement).
3. Pernyataan kondisional melibatkan
operasi logis, yaitu AND, OR, NOT,
XOR.
Jenis Analisis Spasial: Pengukuran
Analisis spasial dapat dilakukan dengan fungsi pengukuran. Fungsi pengukuran yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Panjang. Pengukuran panjang segmen garis dalam berbagai satuan.
2. Luas. Fungsi luas ini dapat digunakan untuk menghitung luas suatu wilayah unsur-
unsur spasial. Wilayah tersebut dapat berupa poligon (vektor) ataupun juga wilayah
yang bertipe raster.
3. Keliling. Fungsi keliling ini digunakan untuk menghitung keliling (perimeter) unsur-
unsur spasial.
4. Centroid. Fungsi digunakan untuk menentukan koordinat titik pusat dari unsur-
unsur spasial yang bertipe poligon.
Jenis Analisis Spasial
II. Overlay
I. Fungsi Kedekatan
Overlay dapat menggabungkan beberapa unsur
Fungsi kedekatan adalah sebuah fungsi untuk
spasial menjadi unsur spasial yang baru. Dengan
menghitung jarak dari suatu titik, garis, ataupun
kata lain, overlay dapat didefinisikan sebagai
batas poligon. Salah satu fungsi kedekatan yang
operasi spasial yang menggabungkan layer spasial
paling banyak digunakan adalah dengan buffer.
yang berbeda untuk mendapatkan informasi baru.
Overlay dapat dilakukan pada data vektor maupun
raster.
Jenis Analisis Spasial: Model Permukaan Digital
Berikut ini adalah beberapa fungsi analisis spasial yang pada umumnya berkaitan dengan model
permukaan digital:
1. Gridding. Fungsi ini dapat mengubah (interpolasi) data permukaan digital format acak ke
dalam format grid.
2. Filtering. Fungsi ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas,
menyederhanakan detil spasial yang dianggap terlalu kompleks atau bahkan
mempertahankan detil spasial tertentu yang terdapat didalamnya.
3. Contouring. Fungsi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengubah data ketinggian suatu titik
dalam format grid menjadi data ketinggian dalam bentuk garis dengan menggunakan
interval tertentu.
4. Gradien/Slope. Fungsi ini dilakukan dengan mamasukkan data ketinggian dengan format
raster untuk menghasilkan layer baru sebagai representasi dari nilai-nilai kemiringannya.
Jenis Analisis Spasial
Union, Merge, atau Combine Delete, Erase, atau Cut
Fungsi analisis spasial ini digunakan untuk
menghapus unsur-unsur spasial yang dirasa
tidak perlu ditampilkan. Fungsi ini hanya akan
menghapus unsur-unsur spasial yang terpilih
saja.
Jenis Analisis Spasial
Split atau Clip Intersect
Fungsi analisis spasial ini bertujuan untuk Intersect adalah sebuah fungsi pada analisis
menghasilkan unsur spasial baru dengan cara spasial untuk menghasilkan unsur spasial baru
memotongnya dari unsur spasial lainnya. dari dua atau lebih unsur spasial. Fungsi ini
menghasilkan unsur spasial baru dari irisan dua
atau lebih unsur spasial sebelumnya.
Site Suitability
1. Adakalanya disebut juga site selection atau site sensitivity analysis sesuai
pengertiannya.
2. Merupakan proses generik dalam menemukan lokasi atau unsur-unsur yang sesuai
dengan kondisi yang diinginkan atau kriteria.
3. Umumnya lokasi yang dicari tersebut terbagi atas tiga kriteria yaitu cocok, cukup cocok
atau tidak cocok.
Proses
Data Site location
Analisis
Kriteria
10
Skenario
1. Ketersediaan ruang terbuka hijau kota telah menjadi perhatian bagi setiap pemerintah daerah
di Indonesia khususnya pada kota-kota besar sebagaimana tertuang dalam Undang-undang
Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 yang mengamanatkan bahwa setiap kota harus memiliki
luas ruang terbuka hijau sebesar 30% dari total luas wilayah kotanya.
2. Lokasi ruang terbuka hijau yang sesuai akan menentukan optimalnya penataan ruang terbuka
hijau pada wilayah perkotaan.
3. Analisis kesesuaian ruang terbuka hijau dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria
sebagai sub-model:
a. Kemiringan Lereng
b. Penggunaan Lahan
c. Kepadatan Penduduk
d. Aksesibilitas
e. Sarana Pendukung
Data yang dibutuhkan
1. DEM—Data raster yang mengindikasikan ketinggian vertikal setiap grid di atas
permukaan laut.
2. Penggunaan Lahan—Data vektor yang mengindikasikan tipe penggunaan lahan di
setiap lokasi.
3. Kepadatan Penduduk—Data vektor yang mengindikasikan kepadatan penduduk per
hektar.
4. Ruas Jalan—Data vektor yang mengindikasikan segmen jalan beserta klasifikasinya.
5. Pusat Kota—Data vektor yang mengindikasikan lokasi pusat kota.
Skoring Kriteria Penentuan RTH
Kemiringan Lereng
1. Buat data kemiringan lereng (slope) menggunakan data DEM.
2. Buka ArcToolbox, lalu 3D Analyst Tools > Raster Surface > Slope.
3. Pastikan nilai kemiringan lereng sudah dalam bentuk integer.
4. Konversi ke dalam format data vektor (polygon). Kemudian clip dengan batas wilayah
Sukabumi.
Kemiringan Lereng
1. Pada tahapan ini dilakukan pengisian skor pada setiap kelas kemiringan lereng dengan
mengacu pada aturan di bawah.
Overlay
Skor Total
MODUL 0