Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM IV

PRAKTIKUM GEOPROCESSING DAN RASTER


Yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Pemodelan Geospasial yang
diampu oleh :

Shafira Himayah, S.Pd.,M.Sc.

Nama : Ade Deni


NIM : 2200067

PROGRAM STUDI SURVEI PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFIS

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul "Laporan Geoprocessing
dan Raster " ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Praktik Pemodelan Geospasial . Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pengolahan Data Digital di Arcgis, QGIS dll.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bu Shafira Himayah,


S.Pd.,M.Sc. selaku Dosen Praktik Pemodelan Geospasial yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni ini.

Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.

Bandung, 25 Maret 2024

Ade Deni
BAB I
PENDAHULUAN

Pemodelan geospasial adalah proses untuk merepresentasikan fenomena atau objek di


permukaan bumi dalam bentuk model matematis yang dapat diolah secara komputerisasi.
Pemodelan geospasial dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti analisis spasial,
visualisasi, simulasi, prediksi, dan pengambilan keputusan. Pemodelan geospasial
memanfaatkan data geospasial yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti peta, citra satelit,
penginderaan jauh, fotogrametri, GPS, dan lainnya.
Pemodelan geospasial merupakan salah satu bidang ilmu yang berkembang pesat
seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Pemodelan geospasial
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam hal konsep, metode, alat,
dan aplikasi. Oleh karena itu, praktikum praktik pemodelan geospasial menjadi penting untuk
dilakukan oleh mahasiswa yang mempelajari ilmu geospasial. Praktikum praktik pemodelan
geospasial bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam
melakukan proses pemodelan geospasial, mulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis, hingga
penyajiandata geospasial.
Praktikum praktik pemodelan geospasial juga bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif mahasiswa dalam menyelesaikan masalah
geospasial. Praktikum praktik pemodelan geospasial dapat membantu mahasiswa untuk
menguasai konsep-konsep dasar dan terapan pemodelan geospasial, serta mengaplikasikannya
dalam studi kasus nyata. Praktikum praktik pemodelan geospasial juga dapat meningkatkan
keterampilan mahasiswa dalam menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras yang
mendukung pemodelan geospasial, seperti ArcGIS, QGIS, Google Earth, dan lainnya.

1.1 Tujuan
1) Mahasiswa mampu melakukan geoprocessing
2) Mahasiswa mampu melakukan raster analisis DEM
1.2 Alat dan Bahan
1) Seperangkat laptop/ computer
2) Perangkat lunak QGIS
3) Koneksi internet memadai
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Geoprocessing merupakan kemampuan sistem informasi geografis untuk analisis data
dan mengaplikasikan fungsi-fungsi pada data spasial, diantaranya seperti clip, intersect, union,
dissolve, dan lain sebagainya. DEM (Digital Elevation Model) adalah data Raster yang
memiliki informasi elevasi/ ketinggian pada tiap pikselnya. DEM global yang bisa diperoleh
secara gratis saat ini yang popular adalah SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) dengan
resolusi spasial ~90 m dan ~30 m. Hal yang perlu diperhatikan adalah luasan area yang akan
diteliti, jika luasnya lebih dari satu kabupaten, disarankan menggunakan DEM dengan resolusi
rendah untuk mengurangi beban waktu dan kerja pada perangkat.

2.2 Tahapan Kegiatan


1. Clip
Menentukan areal pada input yang berada di dalam areal CLIP FEATURE. Tidak ada atribut
yang berpindah dari clip feature ke output.

1) Buka menu vector > geoprocessing tools > Clip


2) Input layer adalah area yang akan dipotong

3) Overlay layer adalah polygon pemotongnya

4) Clipped, untuk menyimpan datanya 5) Run

INPUT PERHATIKAN JUMLAH FEATURENYA

OVERLAY

OUTPUT
2. Intersect

Menentukan areal yang overlapping antara fitur input. Output yang dihasilkan adalah
fitur yang ada di kedua input masing-masing.

1) Buka menu vector > geoprocessing tools > intersections

2) Input layernya adalah layer yang akan dipotong

3) Overlay layer adalah layer pemotongnya

4) Intersections > adalah untuk menyimpan filenya

5) Run
Inputnya hasil clip, overlay batas kecamatan = kolom atribut bertambah
3. Union

Menentukan areal yang berada pada salah satu layer saja atau kedua/beberapa layer. Semua
fitur yang ada pada layer input akan menjadi output. Union dapat dilakukan pada dua atau
lebih layer.

1) Buka menu vector > geoprocessing tools > Union

2) Input layernya adalah layer yang akan satukan

3) Overlay layer adalah layer pemotongnya

4) Union > adalah untuk menyimpan filenya

5) Run

Inputnya hasil clip, overlay batas kecamatan = kolom atribut bertambah serta area yang
tidak bertampalan juga dimasukkan (kolom building ada yang menjadi null)
4. Dissolve

Menggabungkan fitur yang memiliki kesamaan atribut tertentu.

1) Buka menu vector > geoprocessing tools > Dissolve

2) Input layernya adalah layer yang akan didissolve

3) Dissolve field adalah kolom atribut yang akan disatukan fiturnya

4) dissolved > adalah untuk menyimpan filenya

5) Run
Semua fitur yang memiliki nama yang sama akan digabungkan (Kolom building)
ANALISIS DATA RASTER DEM
Akses data dapat diperoleh melalui tautan http://srtm.csi.cgiar.org/srtmdata/ atau
http://tides.big.go.id/DEMNAS/

1. Memasukan Data Raster DEM Ke QGIS


1) Klik menu layer > add layer > raster layer
2) Klik tombol browse untuk mencari lokasi file yang akan diinput
3) Cara lain, blok semua data raster yang akan dimasukkan dari halaman windows
explorer, kemudian drag dan lepaskan pada halaman QGIS
4) Perhatikan jika terdapat tanda tanay (?) di bagian kanan layer, itu menunjukkan CRS
layernya belum terdefinisi. Klik tanda tanyanya, keluar halaman pilihan CRS > pilih
CRS. Untuk data raster DEMNAS menggunakan CRS 4326 WGS 84
5) Klik properties layer > double klik > pilih information untuk melihat data dasar raster
seperti CRS dan tipe data (DEMNAS memiliki tipe Float 32)

2. Menggabung Data Raster


1) Klik menu raster > miscellaneous > merge
2) Klik tombol browse (titik tiga) pada bagian Input layer> pilih semua layer raster yang
akan digabungkan
3) Output data type menyesuaikan tipe data raster (Float 32)
4) Biarkan pilihan lainnya default
5) Klik tombol browse untuk memilih lokasi penyimpanan data
3. Memotong Data Raster
1) Siapkan layer vector sebagai area pemotongnya. Dapat berupa batas wilayah, atau
hasil digitasi on-screen
2) Klik menu raster > extraction > clip raster by mask layer
3) Input parameter adalah raster DEM yang akan dipotong
4) Mask layer adalah vector pemotongnya
5) Isikan source CRS sesuai dengan CRS inputan DEM
6) Target CRS adalah CRS yang akan dituju, misalnya UTM Projected
7) Biarkan pilihan lainnya sebagai default
8) Simpan DEM setelah dipotong
9) Run

4. Membuat Hillshade
Membuat efek 3D dengan menggunakan kombinasi bayangan dari arah datang dan sudut
cahaya. Parameter pengaruh = Z factor, Perlu diubah jika
CRS masih Geografis

L = Lintang, dalam satuan derajat


Perlu diubah ke radian (1 der × π/180 )
Jika CRS telah dalam UTM/projected, nilai Z adalah 1

1) Buka menu raster > analysis > Hillshade


2) Input layer dari data DEM (bisa dari hasil clip sebelumnya)
3) Band number 1
4) Z factor berisi 1 jika CRS nya UTM/projected
5) Azimuth of the light = sudut dating cahaya
6) Altitude of the light = sudut posisi sumber cahaya terhadap bidang horizontal
7) Biarkan yang lain menjadi default
8) Run

5. Styling hillshade
1) Klik menu symbology layer Hillsahde yang baru dibuat
2) render type adalah Singleband gray
3) blending mode = multiply
4) brightness 10
5) contrast 10
6) OK
6. Membuat Slope

Sudut kelerengan (lereng) / kemiringan permukaan bumi dihitung dalam satuan derajat (o)
atau persen (%).
1) Buka menu raster > analysis > Slope
2) Input layer adalah data DEM yang telah dipotong
3) Pada isian Slope expressed as percent instead of degrees, jika dicentang maka sataun
4) slopenya adalah persen.
5) Isikan lokasi penyimpanan
6) Run
7. Membuat Kontur

Garis kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik berketinggian sama

1) Klik menu raster > extraction > contour


2) Input layernya adalah data DEM
3) Interval kontur diisikan sesuai dengan skala peta

1/2000 : skala peta

Misal: skala peta adalah 1/50000

Maka 1/2000:1/5000 = 25 m

Artinya, kontur tersebut akan dibuat per interval 25 m.

4) Run

8. Styling kontur

Kontur yang telah dibuat perlu diatur ketebalan serta labelnya agar lebih rapih. Diperlukan
kontur indeks untuk diberi label dan memudahkan dalam membaca garisnya. Langkah
membuat kontur indeks adalah sebagai berikut.

1) Buka tabl atribut kontur


2) Pilih create new field
3) Output file name Kontur_line
4) Output type = Text (string) 5) Expression isikan case when "ELEV" %100 then 'Biasa'
else 'Indeks' end
6) OK

7) Atur symbology-nya dengan memilih symbol categorized,


8) Value Kontur_line
9) Classify
10) Atur warna ketebalan masing – masing tipe kontur (biasa 0.26 mm, indeks
0.4 mm)
9. Memberi Label kontur 1) Klik
menu label
2) Pilih Rule-based Labelling
3) Doble klik Rule label yang terbentuk di bawah
4) Isikan menu filter dengan mengkilk tombol ε

5) Masukkan ekspresinya

"kontur" = 'indeks'

6) OK
7) Pada bagian label, klik tombol ε
8) Masukkan ekspresi berikut

ELEV || ' m'


9) OK
10) Apply
11) Hasilnya sperti berikut
ANALISIS DATA RASTER DEM
Akses data dapat diperoleh melalui tautan http://srtm.csi.cgiar.org/srtmdata/ atau
http://tides.big.go.id/DEMNAS/

1. Memasukan Data Raster DEM Ke QGIS


1) Klik menu layer > add layer > raster layer
2) Klik tombol browse untuk mencari lokasi file yang akan diinput
3) Cara lain, blok semua data raster yang akan dimasukkan dari halaman windows
explorer, kemudian drag dan lepaskan pada halaman QGIS
4) Perhatikan jika terdapat tanda tanay (?) di bagian kanan layer, itu menunjukkan
CRS layernya belum terdefinisi. Klik tanda tanyanya, keluar halaman pilihan CRS >
pilih CRS. Untuk data raster DEMNAS menggunakan CRS 4326 WGS 84
5) Klik properties layer > double klik > pilih information untuk melihat data dasar
raster seperti CRS dan tipe data (DEMNAS memiliki tipe Float 32)

2. Menggabung Data Raster


1) Klik menu raster > miscellaneous > merge
2) Klik tombol browse (titik tiga) pada bagian Input layer> pilih semua layer raster
yang akan digabungkan
3) Output data type menyesuaikan tipe data raster (Float 32)
4) Biarkan pilihan lainnya default
5) Klik tombol browse untuk memilih lokasi penyimpanan data
3. Memotong Data Raster
1) Siapkan layer vector sebagai area pemotongnya. Dapat berupa batas wilayah,
atau hasil digitasi on-screen
2) Klik menu raster > extraction > clip raster by mask layer
3) Input parameter adalah raster DEM yang akan dipotong
4) Mask layer adalah vector pemotongnya
5) Isikan source CRS sesuai dengan CRS inputan DEM
6) Target CRS adalah CRS yang akan dituju, misalnya UTM Projected
7) Biarkan pilihan lainnya sebagai default
8) Simpan DEM setelah dipotong
9) Run

4. Membuat Hillshade
Membuat efek 3D dengan menggunakan kombinasi bayangan dari arah datang dan sudut
cahaya. Parameter pengaruh = Z factor, Perlu diubah jika
CRS masih Geografis

L = Lintang, dalam satuan derajat


Perlu diubah ke radian (1 der × π/180 )
Jika CRS telah dalam UTM/projected, nilai Z adalah 1

1) Buka menu raster > analysis > Hillshade


2) Input layer dari data DEM (bisa dari hasil clip sebelumnya)
3) Band number 1
4) Z factor berisi 1 jika CRS nya UTM/projected
5) Azimuth of the light = sudut dating cahaya
6) Altitude of the light = sudut posisi sumber cahaya terhadap bidang horizontal
7) Biarkan yang lain menjadi default
8) Run

5. Styling hillshade
1) Klik menu symbology layer Hillsahde yang baru dibuat
2) render type adalah Singleband gray
3) blending mode = multiply
4) brightness 10
5) contrast 10
6) OK
6. Membuat Slope

Sudut kelerengan (lereng) / kemiringan permukaan bumi dihitung dalam satuan derajat (o)
atau persen (%).
1) Buka menu raster > analysis > Slope
2) Input layer adalah data DEM yang telah dipotong
3) Pada isian Slope expressed as percent instead of degrees, jika dicentang maka
sataun
4) slopenya adalah persen.
5) Isikan lokasi penyimpanan
6) Run
7. Membuat Kontur

Garis kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik berketinggian sama

1) Klik menu raster > extraction > contour


2) Input layernya adalah data DEM
3) Interval kontur diisikan sesuai dengan skala peta

1/2000 : skala peta

Misal: skala peta adalah 1/50000

Maka 1/2000:1/5000 = 25 m

Artinya, kontur tersebut akan dibuat per interval 25 m.

4) Run
8. Styling kontur

Kontur yang telah dibuat perlu diatur ketebalan serta labelnya agar lebih rapih. Diperlukan
kontur indeks untuk diberi label dan memudahkan dalam membaca garisnya. Langkah
membuat kontur indeks adalah sebagai berikut.

1) Buka tabl atribut kontur


2) Pilih create new field
3) Output file name Kontur_line
4) Output type = Text (string) 5) Expression isikan case when "ELEV" %100 then
'Biasa' else 'Indeks' end
6) OK

7) Atur symbology-nya dengan memilih symbol categorized,


8) Value Kontur_line
9) Classify
10) Atur warna ketebalan masing – masing tipe kontur (biasa 0.26 mm, indeks
0.4 mm)
9. Memberi Label kontur 1) Klik
menu label
2) Pilih Rule-based Labelling
3) Doble klik Rule label yang terbentuk di bawah

4) Isikan menu filter dengan mengkilk tombol ε


5) Masukkan ekspresinya

"kontur" = 'indeks'

6) OK
7) Pada bagian label, klik tombol ε
8) Masukkan ekspresi berikut

ELEV || ' m'


9) OK
10) Apply
11) Hasilnya sperti berikut
BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
3.1 Hasil Analisis deskriptif pada setiap produk yang anda hasilkan (karakteristik wilayah,
geomorfologi, dan lain sebagainya

A. Hasil Layout Peta Hillshade, Slope, Kontur serta Analiisisnya


a. Peta Hillshade Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah

Peta hillshade jenis peta yang menampilkan topografi permukaan bumi. Dalam
praktikum kali ini saya menganalisis hasil peta hillshade yang ada di wilayah kota salagitiga
seperti yang telah ditunjukan di dalam peta di atas kita mengetahui data elevasi yang ditunjukan
semakin gelap maka menunjukan dataran tinggi sedangkan warna putih menunjukan dataran
rendah. Kemudian penggunaan lahan yang cocok digunakan untuk pertanian, pemukiman, dan
industry.

Dan area area yang gelap menunjukan kemiringan lereng yang lebih tinggi, sementara
area area yang terang menunjukan kemiringan lerenng yang lebih rendah dengan begitu kita
bisa menentukan hiking yang aman dan menarik pengunjung.
b. Peta Slope Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah

Peta slope (Kemiringan Lereng) di kota salatiga menunjukan bahwa area area yang ada
sebelah Utara memiliki kemiringan lereng yang sangat curam , oleh karena itu area bagian
Selatan di kota salatiga kemungkinan terjadinya risiko longsor. Peta di atas juga menunjukan
daerah Selatan yang memiliki kemiringan lereng yang datar di dan agak curam cocok
digunakan untuk pertanian dan pemukiman dan kemungkinan banyaknya Pembangunan
infrastruktur seperti jalan, jembatan dll.
c. Peta Kontur Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah

Dalam pea di atas menunjukan area bagian Utara memilki kontur yang rapat yang
menunjukan bahawa di area selatan wilayah pegunungan dan area dengan garis kontur rapat
menunjukan lereng curam, sementara araea dengan garis kontur yang terpisah menunjukan
daerah dataran dan lereng yang landai. Kemudian garis kontur yang menunjukan juga bisa
dijadikan acuan untuk rute pendakian jika garis kontur rapat menunjukan rute pendakian yang
sulit sedangakan kontur yang terpisah menunjukan rute yang lebih mudah.
KESIMPULAN

Dalam praktikum kali ini kita menaganalisis daerah kota salatiga. Melalui analisis
ketiga jenis peta tersebut kita dapat memahami karakteristik topografi dan elevasi di kota
salatiga. Dari hasil analisis , kita dapat menyimpulkan bahwa wilayah selatan memiliki
keragaman kemiringan lereng dan elevasi, dengan bagian utara cenderung lebih curam
dibandingkan dengan bagian selatan. Informasi ini penting dalam perencanaan pengelolaan
hutan dan risiko bencana di kota Salatiga.

Anda mungkin juga menyukai