Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA 11
ANALISIS 3D

Disusun Oleh :
RAYENDRA
21.85.0150

Universitas AMIKOM YOGYAKARTA


2022/2023
ACARA 11
ANALISIS 3D
A. Tujuan
1. Mahasiswa memahami konsep analisis data 3 dimensi
2. Mahasiswa mampu menampilkan dan menganalisis data 3 dimensi pada objek
geografi
3. Mahasiswa dapat melakukan pegolahan data raster untuk ditampilkan secara analisis
3D dengan menggunakan data DEM ( DigitaL elevation model )
4. Mahsiswa dapat membuat peta kemiringan lereng (slope) berdasarkan DEM( DigitaL
elevation model )

B. Alat dan Bahan


1. Seperangkat komputer
2. Software ArcGIS 10.3

C. Dasar Teori
Sistem informasi geografis memungkinkan pengguna untuk melakukan analisis tiga
dimensi. Dimensi ketiga dalam hal ini dapat berupa data ketinggian, tinggi muka
airtanah, curah hujan, kelembapan dan lain-lain. Fitur ini dapat dimanfaatkan untuk
melakukan berbagai analisis antara lain analisis data medan (terrain), pemodelan
fenomena bawah permukaan (airtanah, pertambangan, dll), pemodelan fenomena
atmosfer ataupun pemodelan yang berkaitan dengan permukaan bumi.

Persyaratan utama dari sumber data 3 dimensi adalah dapat merepresentasikan data yang
kontinu untuk membentuk model permukaan (surface model). Data vektor kurang baik
merepresentasikan model permukaan. Sumber data yang paling baik dalam membentuk
model permukaan adalah data grid dan data TIN (Triangular Irregular Network).

Hillshade atau shaded relief merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
mempresentasikan gambaran relief sebuah wilayah pada data raster yang masih dalam
format 2-D (2 dimensi) dengan cara memberikan kesan 3-D (3 dimensi) pada data raster
tersebut. Contoh data tiga dimensi yang paling mudah dijumpai adalah data ketinggian
tempat atau elevasi. Data ketinggian tempat ini dapat diolah menjadi data DEM (Digital
Elevation Model). Digital Elevation Model (DEM) merupakan representasi digital
distrubusi spasial titik elevasi pada suatu daerah dengan interval horizontal yang teratur
(Meijerink et al, 1994). Data DEM umumnya terdapat dalam tiga bentuk yaitu data grid,
data TIN (Triangular Irregular Network) dan data kontur.

Data DEM dapat dimanfaatkan dalam berbagai analisis. Analisis dasar yang dapat
dilakukan menggunakan data DEM antara lain klasifisikasi kelerengan (slope). Slope
adalah kenampakan permukan alam disebabkan adanya perbedaan ketinggian antar dua
tempat. Sudut yang membentuk  2 ketinggian tersebut biasannya kita sebut sudut
kemiringan /slope. Untuk daerah yang relatif flat (datar) memiliki nilai slope yang kecil.
Untuk daerah yang berupa dataran tinggi terjal biasanya memiliki niai slope / kemiringan
lereng yang tinggi. DEM yang digunakan dalam praktikum ini merupakan ekstraksi dari
citra ASTER. Data DEM juga dapat diekstraksi dari titik ketinggian pada Peta Rupa
Bumi Indonesia.

Layout peta adalah cara penempatan isi peta beserta unsur-unsur kartografis lainnya. Unsur-
unsur kartografis lain yang dimaksud adalah judul peta, skala peta, legenda/ keterangan tentang
isi peta, petunjuk lokasi peta (inset), dan unsur penting lainnya. Penempatan unsur-unsur
tersebut beserta dengan isi peta, selain memperhatikan faktor estetika juga harus
memperhatikan faktor kemudahan bagi pembaca untuk memahami isi dari peta. Dalam
kerangka Sistem Informasi Geografis (SIG), proses layout peta merupakan satu tahap terakhir.
Data spasial yang sudah diinput, dianalisis, dan divisualisasikan kemudian disusun dan diatur
untuk menjadi keluaran (output) proses SIG.

D. Langkah Kerja
1) Add data DEM Kulonprogo pada layer.
2) Aktifkan ArcToolbox pilih 3D Analyst Tools > Raster Surface > Hillshade. Isi input
raster dengan demkulonprogo. Tentukan nama file output dan folder penyimpanan
output raster. Azimuth merupakan arah sinar datang, arah default dari ArcGIS adalah
315o atau arah barat laut. Altitude merupakan sudut yang dibentuk antara tanah dengan
sumber cahaya, default ArcGIS adalah 45oC. Lalu klik OK. Hillshade ini berfungsi
untuk memberikan kesan 3D pada peta.
3) Untuk melakukan klasifikasi kemiringan lereng, pilih 3D Analyst Tools >
RasterSurface > Slope. Isi input raster dengan demkulonprogo. Tentukan nama file
dan folder penyimpanan output. Output kemiringan lereng dapat berupa derajat
ataupun persen. Dalam praktikum ini satuan kemiringan lereng berupa persen.
4) Klasifikasikan kemiringan lereng berdasarkan kriteria berikut:

Kelas kemiringan lereng


Kemiringan (persen) Kategori
0-8 Datar
8 - 15 Landai
15 - 25 Agak curam
25 - 45 Curam
>45 Sangat curam

5) Klasifikasi lereng dapat dilakukan dengan menggunakan 3D Analyst Tools >


Raster Reclass > Reclassify. Isi input raster dengan slope. Klik Classify untuk
merubah klasifikasi menjadi 5 kelas. Klasifikasi lereng diisikan ke dalam tabel.
Pilih klasifikasi manual. Klik OK.
6) Layout peta kemiringan lereng yang telah dibuat.

E. Hasil Praktikum
1) Tangkapan layar penuh hasil proses hillshading
2) Tangkapan layar penuh hasil proses klasifikasi kemiringan lereng (slope)

3) Peta kemiringan lereng Kabupaten Kulonprogo, hasil reclassify (layout lengkap)


F. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang diadakan pada tanggal 29 juli 2022 adalah praktikan akan
membuat hillshade, slope dan hasil lay out peta DEM kulon progo. Hillshade ini sendiri
berfungsi untuk analisis visualisasi bentuk lahan. Relief pada hillshade terlihat kasar pada
bagian barat kulon progo yang membentang dari utara ke selatan. Sedangkan untuk slpoe
digunakan untuk melihat kemiringan suatu daerah. Slope dapat diidentifikasi
kemiringannya dengan melihat warna pada wilayahnya. Warna hijau pada peta
menggambarkan dataran rendah, sedangkan warna merah menandakan dataran tinggi,
sedangkan warna kuning adalah dataran yang lebih rendah dari warna merah. Lalu
praktikan juga akan melakukan proses lay out pada peta supaya mempermudah
pembacaan peta yaitu dengan cara membuat tampilan pada peta yang mudah dibaca dan
dipahami serta menambahkan kelengkapan suatu komponen pada peta.
G. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bawhwa :
1) Hillshade terlihat kekasarannya pada bagian barat yang terbentang dari utara ke
selatan .
2) Slope untuk melihat kemiringan pada suatu daerah pada kemiringan yang
terlihat pada warna yang digunakan.
3) Praktikan dapat membuat lay out peta kulon progo dengan baik dan benar.

H. Daftar Pustaka

Meijerink, AMJ., Brouwer, H., Valenzuela, CR,. CM., Mannerts. 1994. Introduction to
the Use o Geographic Information Systems for Practical Hydrology . UNESCO, IHP:
Paris and Encshede.

Nuarsa IW. 2005. Belajar Sendiri Menganalisis Data Spasial Dengan Software
ARCVIEW GIS 3.3 untuk Pemula. Jakarta: PT Alex Media Computindo.

Yousman, Yeyep. 2004. Sistem Informasi Geografis dengan ArcView3.3 Professional


Yogyakarta: Andi Offset

https://geosis.id/blog/membuat-hillshade-atau-shaded-relief-di-arcgis#:~:text=Hillshade
%20atau%20Shaded%20Relief%20merupakan,Dimensi)%20pada%20data%

http://terra-image.com/slope-kemiringan-lereng/

https://geospasialis.com/layout-peta/

Anda mungkin juga menyukai