I. TUJUAN 1. Melatih praktikan untuk memahami model permukaan Digital Elevation Model (DEM), Digital Terrain Model (DTM), Triangulated Irregular Network (TIN), yang meliputi : data masukan atau sampel, kaidah- kaidah dalam penentuan sampel, membangun struktur DEM dengan TIN, membuat turunan dari DEM, serta mengetahui aplikasi DTM (Digital Terrain Model). 2. Melatih mahasiswa agar terampil melakukan identifikasi model permukaan dengan analisis visual 3D. II. ALAT 1. Komputer ( PC atau Notebook) 2. Software ArcGIS 9.3 atau 10. III. BAHAN 1. Data spasial administrasi Jateng & DIY 2. Data titik ketinggian Jateng & DIY IV. DASAR TEORI Bekerjanya tenaga endogen dan eksogen telah mengakibatkan konfigurasi permukaan bumi sedemikian rupa hingga nampak seperti sekarang ini. Bekerjanya kedua tenaga atau proses tersebut telah menjadikan permukaan bumi memiliki variasi topografi ataupun relief. Kenampakan topografi ataupun relief suatu tempat, tidak dapat dipisahkan dengan data dasar yang yang menjadi analisis utamanya, yaitu elevasi atau ketinggian. Ketinggian tempat yang dinyatakan dengan unit dpal (di atas permukaan air laut) tidak hanya menjadi data dasar ketinggian permukaan tanah atau bumi, namun ketinggian atau elevasi juga menjadi data dasar penyusunan peta kontur airtanah. Perolehan data ketinggian tempat dapat dilakukan dengan pengukuran terestris (lapangan) maupun fotogrametris (Anggoro Sigit, 2008). Sampai dengan saat ini representasi data spasial dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu data raster dan data vektor, sehingga untuk menyajikan kedua jenis data tersebut digunakan model data raster dan model data vektor. Selain itu juga terdapat suatu model data yang diturunkan dari model data vektor yang disebut dengan Triangulated Irreguler Network (TIN) atau jaringan segitiga tak beraturan yang menyajikan model bentuk permukaan. Berdasarkan data ketinggian tempat, perangkat Sistem informasi Geografis (SIG) dapat digunakan sebagai tools untuk mengcreate ataupun membangun dan menganalisis konfigurasi garis kontur, kemiringan lereng, bahkan kenampakan 3-dimensi suatu permukaan. Demikian pula dengan kemampuan SIG untuk membangun dan menganalisis konfigurasi kontur tidak semata-mata berdasarkan data ketinggian tempat, namun semua data tipe point (titik) yang memiliki nilai absolut dan memiliki persebaran di permukaan bumi sehingga dapat dianalisis konturnya. DEM merupakan suatu sitem, model, metode, dan alat dalam mengumpulkan, prossesing, dan penyajian informasi medan. susnan nilai- nilai yang mewakili distribusi spasial dari karakteristik medan, distribusi spasial diwakili oleh nilai-nilai pada sistem koordinat horizontal xy dan karakteristik medan diwakili oleh ketinggian medan dalam sistem koordinat z (Frederic J. Doyle,1991). DEM khususnya digunakan untuk menggambarkan relief medan. gambaran relief muka bumi tiga dimensi (3-dimensi) yang menyerupai keadaan sebenarnya di dunia nyata (real world) divisualisasikan dengan bantuan teknologi komputer grafis dan teknologi virtual reality. (Mogal, 1993). Konsepsi Analisis 3 Dimensi Sejauh ini sistem koordinat kita hanya membahas bentuk 2-dimensi yaitu penggambaran lokasi pada peta dengan koordinat X (lintang) dan koordinat Y (bujur). Sebenarnya ada satu lagi aspek lokasiyang kita abaikan, yaitu koordinat Z atau informasi ketinggian. Dengan bertambah majunya teknologi SIG kita sekarang bisa menyimpan dan menampilkan ke-3 unsur tadi pada setiap titik yang ada pada peta digital di komputer menjadi tampilan yang lebih mendekati kenyataan. Analisis Visual 3-Dimensi Keunggulan menampilkan data spasial dalam perspektif 3-dimensi adalah bidang-bidang yang tidak terlihat dalam tampilan 2-dimensi bisa diperlihatkan bahkan didramatisir. Selain itu kita tidak perlu mengartikan garis-garis kontur atau bayangan, karena secara aktual kita dapat melihat beberapa relief slope yang ada. Pada perangkat lunak SIG saat ini, suatu bidang 3-dimensi bisa dihasilkan dari berbagai macam data dan dengan berbagai cara. Data DEM (Digital Elevation Model) adalah salah satu data 3-dimensi yang kita kenal, yang merupakan data yang menampilkan informasi ketinggian. Data tersebut dapat dihasilkan dari data-data vektor yang berupa point, line dan polygon dengan menggunakan fungsi-fungsi analisis permukaan (surface). Informasi baru dalam bentuk 3-dimensi, bisa digunakan langsung oleh SIG atau digunakan bersama data spasial dan operator lainnya dalam pemodelan (ESRI, 1997). 1. Aspect Fungsi aspect mencari arah dari penurunan yang paling tajam (steepest down-slope direction) dari masing-masing sel ke sel-sel tetangganya (nearest neighbor). Nilai output adalah arah aspect: '0'0 adalah tepat ke utara, '90'0 adalah timur, dst. 2. Slope Fungsi slope menentukan slope atau laju perubahan maksimum dari setiap sel dengan tetangganya. Fungsi ini menghasilkan theme slope grid berupa nilai slope dalam persentasi (contoh: slope 10%) atau dalam derajat (contoh: slope 45). 3. Contour Fungsi contour menghasilkan sebuah theme line. Nilai dari masing-masing garis adalah semua lokasi yang bersebelahan dengan tinggi, besaran atau konsentrasi nilai apapun yang sama pada theme grid input. Fungsi ini tidak menghubungkan pusat-pusat sel melainkan menginterpolasi sebuah garis yang menghubungkan lokasi-lokasi dengan besaran yang sama. Garis-garis ini akan dihaluskan sehingga sebuah surface contours yang realistik akan dihasilkan. 4. Hillshade Fungsi hillshade digunakan untuk memprediksi iluminasi sebuah surface untuk kegunaan analisis ataupun visualisasi. Untuk analisis, hillshade dapat digunakan untuk menentukan panjangnya waktu dan intensitas matahari pada lokasi tertentu. Untuk visualisasi, hillshade mampu menonjolkan relief dari surface. Contoh penggunaan analisis hillshade menggunakan input theme grid elevasi yang akan dianalisis dengan hillshade. V. LANGKAH KERJA 1. Buka ArcCatalog kemudian siapkan folder kerja anda di drive D: dan selanjutnya dari dalam folder tersebut buat Personal Geodatabase dengan nama Materi_V. Geodatabase ini digunakan untuk menampung hasil kerja anda. 2. Berikutnya silahkan anda copy file Kontur.shp dari folder materi ke dalam folder kerja anda. 3. Setelah anda siapkan materi pada ArcCatalog kemudian buka program ArcMap. 4. Selanjutnya munculkan (add data) Kontur ke dalam jendela view. Langkah Membuat TIN (Create TIN) 5. Jika sudah muncul Kontur kemudian anda klik menu ArcToolbox 3D Analyst Tools TIN Management Create TIN. 6. Maka akan muncul jendela Create TIN, selanjutnya pada kolom Output TIN isikan nama TIN_Lawu kemudian simpan pada folder kerja anda. Untuk Input Feature Class isikan dengan Kontur, jangan lupa atur Spatial Reference dengan koordinat UTM WGS 1984 49S lalu klik OK. 7. Setelah proses selesai maka akan muncul model permukaan (Surface Model) yang menyerupai replikasi kondisi topografis wilayah Gunung Lawu. *Catatan : Hasil yang muncul merupakan model elevasi permukan yang dibangun dari komposisi jaringan segitiga-segitiga tak beraturan. Model tersebut merupakan reprsentasi dari gambaran profil permukaan (surface) di lapangan. Langkah Pembuatan Model Turunan DEM a. Aspect 8. Setelah anda model TIN (create TIN) selanjutnya dapat anda buat kembali menjadi beberapa model turunan, yang pertama adalah Aspect. 9. Masih pada Data View yang sama, langkah pertama anda mulai dengan merubah data TIN menjadi Raster (TIN to Raster). 10. Silahkan anda klik kembali menu ArcToolbox 3D Analyst Tools Conversion From TIN TIN to Raster. 11. Selanjutnya akan muncul kotak dialog baru yang mana harus anda isikan beberapa masukanya. 12. Untuk kolom Input isikan dengan TIN_Lawu hasil pemodelan yang sudah anda buat. Pada kolom Output isikan dengan nama Raster_TIN dan simpan pada Personal Geodatabase di folder kerja anda. Output Data Tipe : Float, Method : Natural Neighbor, Sampling Distance : Observation 250. Kemudian anda klik OK. 13. Maka hasil raster luaranya seperti demikian. *Catatan : Hasil luaran raster demikian merupakan model Digital Elevation Model (DEM) yang memiliki nilai posisi dan elevasi. 14. Langkah selanjutnya yakni merubah luaran Raster menjadi model turunan DEM berupa Aspect. Langkahnya yaitu klik menu ArcToolbox 3D Analyst Tools Raster Surface Aspect. 15. Kemudian akan muncul kotak dialog baru dan isikan kolom parameter sesuai gambar sebagai berikut. 16. Setelah proses selesai maka muncul luaran kurang lebih demikian. b. Slope 17. Untuk pembuatan model Slope pada dasarnya langkah teknis yang digunakan tidak jauh berbeda. 18. Dimulai dengan klik menu ArcToolbox 3D Analyst Tools Raster Surface Slope. 19. Pada kotak dialog yang muncul masukan parameter seperti gambar dibawah ini. 20. Maka pada hasil luaranya akan nampak sebuah model permukan sebagai berikut. 21. Hasil luaran ini dapat kembali anda klasifikasikan kelasnya (Classification) dengan mengikuti prosedur sebagai berikut. 22. Pada feature Slope klik kanan properties symbology classified. 23. Kemudian anda klik tombol Classify atur menjadi 5 kelas pada kolom Method isikan : Manual pada kolom persentase atur seperti pada gambar berikut. 24. Setelah langkah nomer 23 selesai maka Slope akan terklasifikasi menurut kelas yang anda buat. *Catatan : Kelas interval pada slope mengacu pada kriteria lereng menurut Sitanala Arsyad, 1989. c. Hillshade 25. Pada teknis langkah ini dimulai kembali dengan mengaktifkan menu Arctoolbox - 3D Analyst Tools Raster Surface Hillshade. 26. Lalu pada kotak dialog yang muncul isikan parameter seperti gambar dibawah ini. 27. Maka luaran yang dihasilkan akan nampak model permukaan kurang lebih seperti pada gambar berikut. 28. Untuk mengatur kesan kenampakan permukaan yang lebih representative atur pada feature properties sebagai berikut. 29. Hasil dari model Hillshade yang diperoleh akan tersaji seperti demikian. *Catatan : Model Hillshade ini menunjukan kenampakan profil permukaan yang merepresentasikan kondisi topografis jika terkena sorot sinar matahari berikut bayangan yang dihasilkan oleh topografis tersebut. VI. HASIL PRAKTIKUM 1. Dari semua model permukaan yang sudah anda buat dalam bentuk layout silahkan anda bandingkan. 2. Kemudian lakukan analisis secara kualitatif dengan mendasarkan pada teori-toeri yang terkait.Uraikan hasil analisis anda kedalam sebuah deskripsi pada masing- masing hasil permodelan.