Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS DEM DENGAN METODE TIN DAN IDW

DEM ANALYSIS BASED ON TIN AND IDW METHOD

Ridho Aditya Dwi Putra


Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jalan Kamper, Kampus IPB Dramaga,
Bogor, 16680
ridhoaditya12@yahoo.com

Abstrak: Interpolasi adalah metode untuk mendapatkan data berdasarkan beberapa data yang telah diketahui.
Dalam pemetaan, interpolasi adalah proses estimasi nilai pada wilayah yang tidak disampel Metode Inverse
Distance Weighted (IDW) merupakan metode deterministik yang sederhana dengan mempertimbangkan titik
disekitarnya. TIN adalah bentuk data geografis digital berbasis vektor dan dibangun oleh triangulasi satu set
simpul ( titik ). ArcMap adalah aplikasi utama untuk kebanyakan proses GIS dan pemetaan dengan komputer.
ArcScene adalah berfungsi untuk visualisasi 3D, yaitu menyajikan tampilan yang perspektif, bernavigasi dan
berinteraksi dengan data fitur 3D dan raster. TIN hampir sama dengan grid yang merupakan data digital untuk
merepresentasikan suatu permukaan, namun TIN merepresentasikan permukaan sebagai suatu kesatuan yang
berlanjut tanpa ada segitiga yang saling menampal. IDW atau Inverse Distance Weighted adalah suatu metode
yang mensyaratkan kondisi nilai estimasi sebuah titik dipengaruhi oleh titik terdekat yang diketahui dibandingkan
titik yang semakin jauh.
Kata kunci: Interpolasi, IDW, TIN

Abstract: Interpolation is a method for data to be used based on known data. In mapping, interpolation is not
sampled The Inverse Distance Weighted Method (IDW) is a simple deterministic method with the topic of the
starting point around it. TIN is a vector-based digital image data form and built by triangulating a set of vertices
(dots). ArcMap is a main application for main GIS process and computer mapping. ArcScene is for 3D
visualization, which is a view of the display being, navigating and interacting with 3D and raster feature data.
TIN is almost the same as a grid that represents a digital data to represent a surface, but TIN represents the
surface as a continuous union with no triangles intercepting each other. IDW or Inverse Distance Weighted is a
method that requires a turning point condition by a nearby point known as a longer distance.
Kata kunci: IDW, Interpolation, TIN

PENDAHULUAN
Fotogrametri atau aerial surveying adalah teknik pemetaan melalui fotoudara. Hasil
pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapat langsung dijadikan dasar atau
lampiran penerbitan peta. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi
pengukuran secara terestris, mulaidari penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga
kepada pengukuranbatas tanah. Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus
diukur dilapangan. Fotogrametri adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperolehdata-
data tentang objek fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui prosesperekaman,
pengukuran, dan penafsiran citra fotografik. Citra fotografik adalahfoto udara yang diperoleh
dari pemotretan dari udara yang menggunakan pesawatterbang atau wahana terbang lainnya.
Hasil dari proses fotogrametri adalah berupapeta foto atau peta garis. Peta ini umumnya
dipergunakan untuk berbagai kegiatanperencanaan dan desain seperti jalan raya, jalan kereta
api, jembatan, jalur pipa,tanggul, jaringan listrik, jaringan telepon, bendungan,pelabuhan,
pembangunanperkotaan, dsb.
Digital Elevation Model (DEM) adalah model dijital yang memberikan informasi bentuk
permukaan (topografi) dalam bentuk data raster, vektor atau bentuk data lainnya. DEM memuat
informasi ketinggian dan kemiringan yang mempermudah interpretasi. sehingga dapat
digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam bidang kebencanaan DEM dapat
digunakan untuk membuat peta rawan bencana banjir atau tanah longsor. Dalam bidang
manajemen sumberdaya DEM dapat digunakan untuk mendapatkan lokasi penambangan. Dan
masih banyak kegunaan lainnya dari DEM. Salah satu sumber data untuk pembentukan DEM
adalah foto udara. Foto udara yang dapat digunakan merupakan foto udara stereo atau foto
udara yang bertampalan kanan dan kiri. Hal ini dimaksudkan agar didapatkan tidak hanya data
X atau Y namun juga Z yang merepresentasikan ketinggian. Foto udara yang dipakai
merupakan foto udara skala besar yaitu 1:10.000. Dalam penelitian ini sumber data yang
dipakai merupakan dari foto udara skala besar karena representasi permukaan akan tampak
lebih jelas dibandingkan dengan foto udara skala menengah maupun dari citra. Foto udara
dengan skala kecil sangat bermanfaat terutama untuk manajemen tata ruang sehingga dengan
mengolah informasi DEM dari foto udara skala ini dapat memberikan informasi yang lebih
detail mengenai relief permukaan bumi yang dipetakan. DEM dari foto udara salah satunya
dapat diolah dari titik dan garis ketinggian yang diolah menggunakan perangkat lunak Summit
Evolution. Titik dan garis ini diperoleh dari persebaran mass point, breaklines, unsur
hidrografi, serta transportasi dari suatu data foto udara stereo. Titik dan garis ketinggian inilah
yang kemudian disatukan untuk membuat DEM dengan beberapa metode yang ditentukan.
Tahapan yang digunakan dalam pembuatan unsur-unsur pembentuk ketinggian adalah
stereoplotting. Stereoplotting adalah ekstraksi data dari sumber data berupa data radar menjadi
data vektor yang dilakukan dengan cara digitasi 3 dimensi secara stereoskopis. Melalui tahapan
ini akan didapati informasi mengenai posisi planimetris serta ketinggiannya sesuai dengan yang
ada di lapangan. Plotting pada foto udara skala besar juga akan memberikan informasi yang
lebih detail data yang ada di lapangan. Dari unsur pembentuk ketinggian tersebut selanjutnya
dapat dibuat DEM dari wilayah yang dipetakan. Pembuatan DEM ini dapat melalui beberapa
metode yaitu TIN dan IDW.

METODOLOGI
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu siapkan data yang telah diberikan oleh
asisten praktikum, lalu buka aplikasi arcgis dan pilih blank page. Kemudian pilih add data dan
masukkan elevasi_praktikum_7 yang telah diberikan. Kemudian akan muncul data yang sudah
dimasukkan tadi ke dalam layer, lalu klik kanan pada data yang muncul tersebut dan pilih
display XY data. Setelah itu akan muncul kotak spatial reference properties, ubah z menjadi
data tinggi dan masukka referensi geometri UTM WGS 1984 UTM Zone 48S dan klik ok.
Selanjutnya klik kanan pada data kontur yang sudah diubah XYnya, pilih data dan klik export
data. Kemudian muncul kotak export data dengan pilihan all features pada bagian exports, use
the same coordinate system as this layer’s source data, dan output feature class dengan
menggunakan tempat yang telah ditentukan. Lalu akan muncul gambar yang sama dengan
tampilan berbeda yang telah di export tersebut.
Langkah selanjutnya pilih gambar yang telah diexport tersebut pada layer dan kemudian
pada arc toolbox pilih raster interpolation dan klik IDW. Kemudian akan muncul kotak IDW,
untuk input point features di pilih data yang telah diexport, z value field di pilih tinggi, output
raster dengan menempatkan hasil tersebut di tempat yang telah ditentukan, ouput cell size yaitu
30, search radius (optional) dipilih variable, dan number of points yaitu 12, dan klik ok.
Kemudian akan muncul hasil interpolasi raster dari idw. Lalu pilih hasil idw tersebut, pada arc
toolbox pilih raster surface dan klik slope, dan akan muncul hasilnya pada layer dengan nama
slope_idw_baru. Selanjutnya untuk classify raster pada arc toolbox dipilih raster reclass dan
klik reclassify, kemudian akan muncul kotak reclassify dan untuk input raster diilih
slope_idw_baru, reclass field dipilih value, kemudian pilih method manual dan isikan break
value dengan 8, 15, 25, 40, 60 dan kemudian file hasil diubah komposisi warnanya dan diberi
label sesuai informasi elevasi dan klik ok. Untuk membuat kontur maka pada arc toolbox
dipilih raster surface dan klik contour. Setelah itu akan muncul box contour dan isi input raster
dengan Idw_shp2 yaitu data yang diexport sebelumnya, output polyline features ditempatkan
sesuai dengan yang ditentukan, masukkan niali contour interval yaitu 10, base contour 0, dan
z factor adalah 1 kemudian klik ok.
Langkah selanjutnya untuk smoothing contour yaitu pada arc toolbox pilih catography
tools, pilih generalization, dan klik smooth line. Kemudian muncul box smooth line, input
features diisi dengan kontur, output feature class ditempatkan sesuai dengan yang ditentukan,
smoothing tolerance dipilih PAEK, smoothing tolerance yaitu 100 meter dengan menceklis
preserve endpoint for closed lines, dan handing topological errors dipilih No_check dan klik
ok. Kemudian untuk membuat kontur dengan metode TIN yaitu pada arc toolbox pilih 3D
analyst tools, pilih data management, pilih TIN, dan klik create TIN. Kemudian akan muncul
box create TIN, output TIN ditempatkan sesuai dengan yang ditentukan, coordinate system
dengan WGS 1984 UTM Zone 48S, input feature dengan export_output dan tag field yaitu
tinggi lalu klik ok. Selanjutnya untuk createTin1, pada arc toolbox dipilih 3D analyst tools,
pilih conversion, pilih from TIN, klik TIN to Raster. Input TIN diisi dengan createtin, output
raster ditempatkan sesuai dengan kebutuhan, input data type di pilih float, method di pilih
dengan Linear, sampling distance dipilih cell size 30, dan z factor diisi dengan 1 dan klik ok.
Kemudian lakukan sesuai dengan langkah seperti diatas seperti langkah contour dan smooth
line. Setelah semua data selesai diolah di arcmap, kemudian tampilkan visualisasi di arcscene,
dengan langkah yaitu buka arcscene, kemudian open idw dan klik kanan property dan pilih
base heights dan pilih floating on custom surface kemudian isikan elevation from features
custom 10 dan klik ok. Kemudian add data contour idw smooth line dan ganti base heights 10
m dan lakukan hal yang sama untuk TIN. Kemudian buat layout gambar.
Prosedur atau langkah-langkah dalam mengenai pengklasifikasian lahan secara lebih
ringkas disajikan pada Gambar 1.

Mulai

siapkan data yang telah diberikan oleh asisten praktikum, buka aplikasi arcgis

pilih add data dan masukkan elevasi_praktikum_7 yang telah diberikan. Akan
muncul data yang sudah dimasukkan tadi ke dalam layer

klik kanan pada data yang muncul tersebut dan pilih display XY data. Setelah itu
akan muncul kotak spatial reference properties, ubah z menjadi data tinggi dan
masukka referensi geometri UTM WGS 1984 UTM Zone 48S dan klik ok

klik kanan pada data kontur yang sudah diubah XYnya, pilih data dan klik
export data. Muncul kotak export data dengan pilihan all features pada bagian
exports, use the same coordinate system as this layer’s source data. Lalu akan
muncul gambar yang sama dengan tampilan berbeda yang telah di export
tersebut.
pilih gambar yang telah diexport tersebut pada layer dan kemudian pada arc
toolbox pilih raster interpolation dan klik IDW

muncul kotak IDW, input point features pilih data yang telah diexport, z value
field di pilih tinggi, output raster di tempat yang telah ditentukan, ouput cell size
yaitu 30, search radius (optional) dipilih variable, dan number of points yaitu 12,
dan klik ok

pilih hasil idw tersebut, pada arc toolbox pilih raster surface dan klik slope, dan
akan muncul hasilnya pada layer dengan nama slope_idw_baru

Pada arc toolbox dipilih raster reclass dan klik reclassify

Muncul kotak reclassify, input raster dipilih slope_idw_baru, reclass field dipilih
value, pilih method manual dan isikan break value dengan 8, 15, 25, 40, 60 dan
file hasil diubah komposisi warnanya dan diberi label sesuai informasi elevasi
dan klik ok

Membuat kontur maka pada arc toolbox dipilih raster surface dan klik contour

Muncul box contour dan isi input raster dengan Idw_shp2 yaitu data yang
diexport sebelumnya, output polyline features ditempatkan sesuai dengan yang
ditentukan, masukkan niali contour interval yaitu 10, base contour 0, dan z
factor adalah 1 dan klik ok

untuk smoothing contour yaitu pada arc toolbox pilih catography tools, pilih
generalization, dan klik smooth line

muncul box smooth line, input features diisi dengan kontur, output feature class
ditempatkan sesuai dengan yang ditentukan, smoothing tolerance dipilih PAEK,
smoothing tolerance yaitu 100 meter dengan menceklis preserve endpoint for
closed lines, dan handing topological errors dipilih No_check dan klik ok

membuat kontur dengan metode TIN yaitu pada arc toolbox pilih 3D analyst
tools, pilih data management, pilih TIN, dan klik create TIN

Muncul box create TIN, output TIN ditempatkan sesuai dengan yang ditentukan,
coordinate system dengan WGS 1984 UTM Zone 48S, input feature dengan
export_output dan tag field yaitu tinggi lalu klik ok
untuk createTin1, pada arc toolbox dipilih 3D analyst tools, pilih conversion,
pilih from TIN, klik TIN to Raster. Input TIN diisi dengan createtin, output
raster ditempatkan sesuai dengan kebutuhan, input data type di pilih float,
method di pilih dengan Linear, sampling distance dipilih cell size 30, dan z
factor diisi dengan 1 dan klik ok

lakukan sesuai dengan langkah seperti diatas seperti langkah contour dan
smooth line

Setelah semua data selesai diolah di arcmap, kemudian tampilkan visualisai di


arcscene, dengan langkah yaitu buka arcscene, kemudian open idw dan klik
kanan property dan pilih base heights dan pilih floating on custom surface
kemudian isikan elevation from features custom 10 dan klik ok

add data contour idw smooth line dan ganti base heights 10 m dan lakukan hal
yang sama untuk TIN

buat layout gambar

Selesai

Gambar 1. Bagan alir prosedur pembuatan kontur lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Interpolasi secara umum dipakai di GIS sebagai teknik unttuk membuat permukaan yang
kontinu dari poin diskrit. Dalam pemetaan, interpolasi adalah proses estimasi nilai pada
wilayah yang tidak disampel atau diukur, sehingga terbentuk peta atau sebaran nilai pada
seluruh wilayah.
Metode Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan metode deterministic yang
sederhana dengan mempertimbangkan titik disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai
interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat daripada yang lebih jauh. Bobot
(weight) akan berubah secara linear sesuai dengan jaraknya dengan data sampel. Bobot ini
tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data sampel. TIN adalah bentuk data geografis digital
berbasis vektor dan dibangun oleh triangulasi satu set simpul ( titik ). Simpul tersebut
terhubung dengan serangkaian tepi kemudian membentuk jaringan segitiga.
Model data permukaan TIN terdiri dari node, tepi, segitiga, poligon lambung (hull), dan
topologi.
(a) (b) (c) (d)
Gambar 2. (a) nodes; (b) edges; (c) segitiga: (d) polygon lambung

Nodes adalah blok bangunan dasar TIN. Simpul berasal dari titik-titik dan
garis simpul yang terkandung dalam sumber data input. Setiap simpul
tergabung dalam triangulasi TIN. Setiap node dalam model permukaan TIN harus memiliki
nilai z. Sementara pada edges, setiap node bergabung dengan tetangga terdekatnya dengan tepi
untuk membentuk segitiga, yang memenuhi kriteria Delaunay. Setiap sisi memiliki dua node,
tetapi node mungkin memiliki dua atau lebih tepi. Karena tepi memiliki node dengan nilai z
pada setiap akhir, adalah mungkin untuk menghitung kemiringan di sepanjang tepi dari satu
node ke yang lain. Setiap aspek segitiga menggambarkan perilaku dari sebagian permukaan
TIN itu. X, y, z dan nilai koordinat segitiga tiga node dapat digunakan untuk memperoleh
informasi tentang aspek, seperti lereng, aspek, luas permukaan, dan panjang permukaan.
Mengingat seluruh himpunan segitiga secara keseluruhan, adalah mungkin untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang permukaan, termasuk volume, profil permukaan, dan analisis
visibilitas. Lambung TIN terbentuk oleh satu atau lebih poligon yang berisi seluruh himpunan
titik data yang digunakan untuk membangun TIN tersebut . Poligon lambung menentukan zona
interpolasi TIN tersebut . Di dalam atau di tepi poligon lambung , adalah mungkin untuk
interpolasi permukaan z - nilai , melakukan analisis , dan menghasilkan tampilan permukaan .
Di luar poligon lambung , tidak mungkin untuk memperoleh informasi tentang permukaan .
Lambung TIN dapat dibentuk oleh satu atau lebih poligon , yang dapat nonconvex . Sebuah
lambung nonconvex harus ditetapkan pengguna dengan memasukkan Clip dan fitur
pengecualian Erase selama pembangunan TIN tersebut . Fitur-fitur ini secara eksplisit
menentukan tepi permukaan . Bila tidak ada fitur pengecualian digunakan untuk
mendefinisikan lambung , generator TIN menciptakan convex hull untuk menentukan tepi
melompat-lompat dari TIN tersebut . Sebuah convex hull adalah poligon dengan properti
bahwa setiap garis yang menghubungkan dua titik dari TIN harus sendiri terletak di dalam atau
menentukan tepi convex hull . Definisi dari lambung nonconvex sangat penting untuk
mencegah generasi informasi yang keliru di daerah TIN di luar dataset yang sebenarnya, tetapi
dalam convex hull.
TIN hampir sama dengan grid yang merupakan data digital untuk merepresentasikan
suatu permukaan, namun TIN merepresentasikan permukaan sebagai suatu kesatuan yang
berlanjut tanpa ada segitiga yang saling menampal. IDW atau Inverse Distance Weighted
adalah suatu metode yang mensyaratkan kondisi nilai estimasi sebuah titik dipengaruhi oleh
titik terdekat yang diketahui dibandingkan titik yang semakin jauh. ArcMap adalah aplikasi
utama untuk kebanyakan proses GIS dan pemetaan dengan komputer.
ArcMap memiliki kemampuan utama untuk visualisasi, membangun database spasial
yang baru, memilih (query), editing, menciptakan desain-desain peta, analisis dan pembuatan
tampilan akhir dalam laporan-laporan kegiatan. ArcScene adalah berfungsi untuk visualisasi
3D, yaitu menyajikan tampilan yang perspektif, bernavigasi dan berinteraksi dengan data fitur
3D dan raster. Software ini biasa digunakan untuk cakupan lokal atau tidak terlalu luas,
misalnya untuk visualisasi sebuah kota kecil, kawasan hutan, bendungan, dan sebagainya.

KESIMPULAN
Interpolasi adalah metode untuk mendapatkan data berdasarkan beberapa data yang telah
diketahui. Dalam pemetaan, interpolasi adalah proses estimasi nilai pada wilayah yang tidak
disampel Metode Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan metode deterministik yang
sederhana dengan mempertimbangkan titik disekitarnya. TIN adalah bentuk data geografis
digital berbasis vektor dan dibangun oleh triangulasi satu set simpul ( titik ). ArcMap adalah
aplikasi utama untuk kebanyakan proses GIS dan pemetaan dengan komputer. ArcScene adalah
berfungsi untuk visualisasi 3D, yaitu menyajikan tampilan yang perspektif, bernavigasi dan
berinteraksi dengan data fitur 3D dan raster. TIN hampir sama dengan grid yang merupakan
data digital untuk merepresentasikan suatu permukaan, namun TIN merepresentasikan
permukaan sebagai suatu kesatuan yang berlanjut tanpa ada segitiga yang saling menampal.
IDW atau Inverse Distance Weighted adalah suatu metode yang mensyaratkan kondisi nilai
estimasi sebuah titik dipengaruhi oleh titik terdekat yang diketahui dibandingkan titik yang
semakin jauh.

DAFTAR PUSTAKA
Prhasta dan Eddy. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung(ID):
Informatika
Watson, D.F. & Philip G.M. 1985. A Refinement of Inverse Distance Weighted
Interpolation. GeoProcessing 2: 315-327
Yousman dan Yeyep. 2004. Sistem Informasi Geografis dengan MapInfo Profesional.
Yogyakarta(ID): Andi

Anda mungkin juga menyukai