Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM 2

PEMODELAN SPASIAL :

OVERLAY PETA DENGAN GEOPROCESSING

Nama : Retno Dwiyanti

NPM : 1713034044

Mata Kuliah : Sistem Informasi Geografi II

Dosen Pengampu : Listumbinang Halengkara, S.Si., M.Sc.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
ACARA 2

PEMODELAN SPASIAL :
OVERLAY PETA DENGAN GEOPROCESSING

I. Tujuan
1. Melakukan analisis Arahan Fungsi Lahan di Provinsi Lampung
2. Membuat Layout Peta Arahan Fungsi Lahan di Provinsi Lampung
3. Menghitung Luas Masing-masing Kelas Arahan Fungsi Lahan per Kabupaten
di Provinsi Lampung.

II. Alat dan Bahan


1. Seperangkat komputer/laptop
2. Perangkat Lunak ArcGIS
3. Peta Lereng Provinsi Lampung
4. Peta Tanah Provinsi Lampung
5. Peta Curah Hujan Provinsi Lampung

III. Tinjauan Pustaka

A. Analisis Spasial Overlay

Dalam SIG, segala teknik atau pendekatan perhitungan matematis


yang terkait dengan atau layer (tematik) keruangan dilakukan dalam Analisis
Spasial. Analisis spasial dapat diartikan sebagai suatu teknik ataupun proses
yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika yang dilakukan dalam
rangka mencari atau menemukan hubungan serta pola-pola yang terdapat di
antara unsur-unsur geografis yang terkandung dalam data digital dengan
batas-batas wilayah tertentu (Eddy Prahasta, 2009). Analisis spasial dalam hal
ini, juga dapat diartikan sebagai prosedur kuantitatif yang akan dilakukan
dalam analisa lokasi, analisa lokasi ini mengarah pada banyak macam operasi
dan konsep termasuk di dalamnya perhitungan sedrhana, klasifikasi, penataan,
tumpang susun geometris, dan pemodelan kartografis. Analisis spasial ini
dapat dilakukan menggunakan dua cara yaitu berbasis sistem informasi
geografis sederhana (Simple GIS-based spatial analysis) dan analisis spasial
berbasis geografi lanjut (Advanced GIS-based spatial analysis).
Tipe dasar dari analisa spasial yang dapat digunakan untuk
mengeksplorasi karakeristik spasial dan atribut dari penggabungan layer
adalah overlay. Overlay menurut Budiyanto, (2010) merupakan proses
tumpang susun beberapa buah peta tematik dalam rangkaian kegiatan
pengambilan kesimpulan secara spasial. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
overlay peta sebagai proses tumpang susun peta yang akan menghasilkan unit
peta analisa baru. Overlay peta sering dilakukan dengan proses skoring, akan
tetapi, tidak setiap proses tumpang-susun peta selalu menggunakan skoring.
Terdapat beberapa kasus dimana overlay peta digunakan dengan
menggabungkan suatu peta dengan foto udara atau citra satelit. Overlay
digunakan sebagai pemandu berbagai indikator yang berasal dari peta tematik
hingga menjadi peta analisa baru. Peta analisa baru ini pada akhirnya akan
digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan untuk suatu kasus.

Gambar 1.1 Contoh Proses Oveylay Peta

Gambar diatas, memperlihatkan bahwa sudut pada poligon yang baru


merupakan hasil perpotongan sisi-sisi poligon lama yang telah “ditumpangkan
atau disusun”. Seluruh titik dan garis yang berada di peta-peta lama, kini
ditampilkan bersama-sama denngan titik garis lain dengan perpotongan, dan
topologi serta tabel atribut baru yang disesuaikan dengan hasil overlay
poligon. Untuk dapat melakukan overlay, maka peta-peta tematik itu harus
mempunyai satu patokan dan sistem koordinat yang sama, sehingga peta
tematik baru dihasilkan dengan baik. Menurut Bernhardsen (1992), prosedur
yang dilakukan computer dalam proses overlay adalah sebagai berikut:
1. Menghitung titik-titik perpotongan.

2. Membentuk titik-titik dan keterhubungan objek.

3. Menampilkan topologi dan objek baru.

4. Menghilangkan poligon-poligon kecil yang mengganggu dan


menyatukan poligon.
5. Menghasilkan atribut baru dan proses penambahan/union di tabel atribut.

Overlay yang mengkombinasikan dua layer/tematik yang menjadi


masukkanya memiliki data sebagai berikut:
1. Data Vektor: pada format ini, beberapa perangkt lunak GIS membaginya
ke dalam dua kelompok; intersect dan union. Pada intersect, layer 2 akan
memotong layer 1 untuk menghasilkan layer output yang berisi atribut-
atribut baik dari tabel atribut milik layer 1 maupun tabel atribut milik
layer 2. Sementara union, analisa spasial akan mengkombinasikan unsur-
unsur spasial baik yang terdapat pada layer 1 maupun layer 2 untuk
menghasilkan layer baru (yang berdomain spasial terluas) layer baru
yang dihasilkan akan berisi atribut yang berasal dari kedua tabel atribut
yang menjadi masukannya.
2. Data Raster: secara umum, di dalam terminology data raster, analisis
spasial overlay diwujudkan dalam bentuk pemberlakuan beberapa
operator aritmatika yang mencakup kebanyakan kasus dimana dua
masukan citra digital digunakan untuk menghasilkan citra baru. Dengan
demikian, dalam analisis spasial ini, nilai-nilai piksel citra akan
dikombinasikan dengan menggunakan operator aritmatika dan biner
untuk menghasilkan nilai-nilai piksel yang baru. Pada data raster pet
adapt dinyatakan sebagai variable-variabel aritmatika yang bisa
dikenakan oleh fungsi-fungsi aljabar.

Operasi overlay, seperti intersect, identitas, dan union dapat


menghasilkan geometri yang berbeda dalam output, akan tetapi kepentingan
utama dalam overlay adalah atribut digabungkan dari input. Overlay tidak
hanya sebuah operasi yang menggabungkan atau split fitur geometri
berdasarkan hubungan spasial fitur, tetapi kekuatan sebenarnya dari overlay
adalah atribut peta digabungkan saat fitur berpotongan dan dipertahankan
dalam tabel atribut output. Proses overlay digunkan sebagai peramu berbagai
indikator yang berasal dari peta-peta tematik hingga menjadi satu peta
analisis. Peta analisa ini akhirnya digunakan sebagai dasar penarikan untuk
kasus yang sedang diteliti. Berikut adalah contoh proses overlay peta, yang
akan dilakukan pada praktikum kali ini:
Gambar 1.2 Peta Tanah

Gambar 1.3 Peta Lereng

Gambar 1.4 Peta Curah hujan

Maka, hasil overlay dari ketiga peta diatas (peta tanah, peta lereng
dan peta curah hujan) dapat direpresentasikan sebagai berikut:
Gambar 1.5 Peta Penampalan tanah, lereng, dan curah hujan
Terdapat beberapa macam kategori overlay, namun dua yang paling
penting adalah intersect dan union. Intersect adalah penggabungan dua
layer dengan hanya menyisakan bagian yang overlap dari kedua layer
tersebut sebagai keluarannya. Sedangkan, Union adalah penggabungan dua
layer dengan tetap menyisaan seluruh bagian dari kedua layer masukan.

Metode yang digunakan dalam pembuatan peta kerawanan bencana


tanah longsor ini, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu
pendekatan berjenjang tertimbang. Pengharkatan (scoring) merupakan
proses memberi nilai pada masing-masing variable yang terdapat pada tiap
parameter. Sedangkan, tertimbang adalah adanya faktor penimbang
(weighted factor), yaitu faktor pengali yang besarnya sesuai dengan
peranan variable terhadap hasil ukur. Pembobotan adalah pemberian bobot
pada peta digital masing-masing parameter yang berpengaruh terhadap
tanah longsor, dengan didasarkan pada pertimbangan besar masing-masing
parameter tanah longsor. Parameter-parameter yang digunakan dapat
berbeda-beda sesuai dengan tujuan penulisan, data yang dimiliki, atau
pertimbangan tertentu.

B. Overlay

Overlay adalah prosedur penting dalam analisis SIG (Sistem Informasi


Geografis). Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta
diatas grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau
pada plot. Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta digital pada
peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta
gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut.
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda.
Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan
lebih dari satu layer untuk digabungkan secara fisik. Overlay adalah lembaran
kertas transparan yang diletakkan diatas ilustrasi, teks, headline, foto atau
latar belakang halaman, untuk keperluan aplikasi warna, pemindaian dan sepk
pencetakan lainnya.
Analisis overlay (tumpang tindih). Analisis ini untuk mencari dan
mendata daerah yang diliputi oleh dua tema yang berlainan. Analisis ini juga
untuk mengetahu perbedaan batas atau perubahan dari masa ke masa. Untuk

penyusunan rencana pembangunan yang tepat dibutuhkan informasi yang


lengkap dan akurat tentang berbagai masalah dan potensi sumber daya alam
yang terkandung dalam wilayah yang bersangkutan. SIG dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan dengan tepat dan cepat. Sehingga SIG daapt
dimanfaatkan untuk merencanakan pola pembangunan suatu wilayah. Berikut
adalah teknik Overlay dalam SIG:

C. Teknik Overlay dalam SIG


Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang
berbeda yaitu layer raster dan layer vektor. Secara sederhana overlay disebut
sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk
digabungkan secara fisik. Pemahaman bahwa overlay peta (minimal 2 peta)
harus menghasilkan peta baru adalah hal mutlak. Dalam bahasa teknis harus
ada poligon yang terbentuk dari 2 peta yang di-overlay. Jika dilihat data
atributnya, maka akan terdiri dari informasi peta pembentukya. Misalkan Peta
Lereng dan Peta Curah Hujan, maka di peta barunya akan menghasilkan
poligon baru berisi atribut lereng dan curah hujan.
Teknik yang digunaan untuk overlay peta dalam SIG ada 2 yakni
union dan intersect. Jika dianalogikan dengan bahasa Matematika, maka
union adalah gabungan, intersect adalah irisan. Hati-hati menggunakan union
dengan maksud overlay antara peta penduduk dan ketinggian. Secara teknik
bisa dilakukan, tetapi secara konsep overlay tidak.

D. Variabel Overlay dalam SIG


Ada beberapa fasilitas yang dapat digunakan pada overlay untuk
menggabungkan atau melapiskan dua peta dari satu daerah yang sama namun
beda atributnya yaitu :
a. Dissolve Themes
Dissolve yaitu proses untuk menghilangkan batas antara poligon yang
mempunyai data atribut yang identik atau sama dalam poligon yang
berbeda . Peta input yang telah di digitasi masih dalam keadaan kasar,
yaitu poligon-poligon yang berdekatan dan memiliki warna yang sama
masih terpisah oleh garis poligon. Kegunaan dissolve yaitu menghilangan
garis-garis poligon tersebut dan menggabungkan poligon-poligon yang
terpisah tersebut menjadi sebuah poligon besar dengan warna atau atribut
yang sama.
b. Merge Themes
Merge themes yaitu suatu proses penggabungan 2 atau lebih layer menjadi
1 buah layer dengan atribut yang berbeda dan atribut- atribut tersebut
saling mengisi atau bertampalan, dan layer-layernya saling menempel satu
sama lain.
c. Clip One Themes
Clip One themes yaitu proses menggabungkan data namun dalam wilayah
yang kecil, misalnya berdasarkan wilayah administrasi desa atau
kecamatan. Suatu wilayah besar diambil sebagian wilayah dan atributnya
berdasarkan batas administrasi yang kecil, sehingga layer yang akan
dihasilkan yaitu layer dengan luas yang kecil beserta atributnya.
d. Intersect Themes
Intersect yaitu suatu operasi yang memotong sebuah tema atau layer input
atau masukan dengan atribut dari tema atau overlay untuk menghasilkan
output dengan atribut yang memiliki data atribut dari kedua theme.
e. Union Themes
Union yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input dengan poligon
dari tema overlay untuk menghasilkan output yang mengandung tingkatan
atau kelas atribut.
f. Assign Data Themes
Assign data adalah operasi yang menggabungkan data untuk fitur theme
kedua ke fitur theme pertama yang berbagi lokasi yang sama Secara
mudahnya yaitu menggabungkan kedua tema dan atributnya.
Praktikum kali ini termasuk kedalam praktikum overlay sederhana
dimana praktikan mempersiapkan berbagai macam jenis peta, selanjutnya peta
tersebut di jiplak kedalam kertas tranparansi. Hasil akhirnya adalah peta
dengan informasi baru, yaitu hasil dari penggabungan beberapa peta menjadi
satu.

IV. Langkah Kerja

Langkah-langkah untuk mulai melakukan analisis Arahan Fungsi


Pemanfaatan Lahan di Provinsi Lampung adalah sebagai berikut:
1. Buka program ArcMap 10.3
2. Panggil peta-peta parameter (lereng.shp, tanah.shp, dan hujan.shp) melalui
button add data
3. Buka atribut dari masing-masing peta tersebut. Klik kanan pada nama peta à
Open Attribute Table dan buatlah field baru pada masing-masing peta
dengan Nama: Skor_L pada peta lereng, Skor_T pada peta tanah, dan
Skor_CH pada peta curah hujan. Caranya dengan menekan tombol Table
Option pada Attribute à Add Field. Pada bagian Type pilih Short Integer.

4. Isikan masing-masing atribut dengan klasifikasi sebagai berikut:

Kelas Kemiringan (%) Klasifikasi Nilai


Skor
I 0,00 – 8,00 Datar 20
II 8,01 – 15,00 Landai 40
III 15,00 - 25,00 Agak Curam 60
IV 25,01 - 40,00 Curam 80
V 40,01 atau lebih Sangat 100
Curam
Kelas Intensitas (mm/hari) Klasifikasi Nilai
Skor
I s/d – 13,60 Sangat 10
Rendah
II 13,61 – 20,70 Rendah 20
III 20,71 – 27,70 Sedang 30
IV 27,71 – 34,80 Tinggi 40
V 34,81 atau lebih Sangat Tinggi 50

Kelas Jenis Tanah Klasifikasi Nilai Skor


I Aluvial, Gleisol,Planosol, Tidak Peka 15
Hidromorf kelabu, Laterik
II Latosol Kurang Peka 30
III Brown forest soil, non calcic Agak Peka 45
brown, mediteran
IV Andosol, Laterit, Podsol, Peka 60
Grumusol, Podsolik
V Regosol, Litosol, Organosol, Sangat Peka 75
Renzina

5. Setelah proses skoring dilakukan pada masing-masing peta, lakukan


tumpangsusun (overlay) pada ketiga peta tersebut menggunakan button
ArcToolBox yang ada pada menu kemudian pilih Analysis Tools à Overlay
à Union.
6. Pada window intersect klik tombol panah pada bagian input features, pilih
ketiga peta yang akan di-overlay hingga muncul pada bagian features à beri
nama “Arahan” pada file hasil overlay dengan klik gambar folder pada
bagian kanan output feature class à setelah itu klik OK.
7. Setelah proses overlay selesai buka atribut peta arahan yang diperoleh dan
tambahkan field baru dengan nama Skor_Total dengan tipe (Type) Short
Integer. Hitunglah Skor Total dengan menggunakan fasilitas Field

Calculator. Caranya adalah klik kanan pada judul field Skor_Total kemudian
pilih Field Calculator. Rumus Skor Total adalah Skor_L + Skor_T +
Skor_CH
8. Setelah nilai skor total diperoleh, klasifikasikanlah skor total tersebut
menjadi kelas Arahan Fungsi Lahan menggunakan kriteria seperti pada
Tabel berikut:

Kriteria Arahan Fungsi Pemanfaatan


Lahan
Skor Total > 175 Kawasan Lindung
Skor Total 125 - 175 Kawasan Penyangga
Skor Total 0-124, dan lereng lebih Kawasan Budidaya Tanaman
besar 8% Tahunan
Skor Total 0-124, dan lereng sama Kawasan Budidaya Tanaman
dengan atau Semusim dan
lebih kecil dari 8% Permukiman

9. Untuk melakukan klasifikasi kelas arahan fungsi lahan, pertama-tama


tambahkan dulu field baru pada peta arahan dengan nama Arahan dengan
tipe (Type) berupa Text. Kemudian untuk memilih kriteria skor total sesuai
masing-masing kelas arahan gunakan fasilitas query dengan cara tekan
tombol Table Option pada Attribute à Select by Attributes.

10. Gunakan bahasa logika berikut untuk memilih kriteria pada masing-masing
kelas Arahan Fungsi Lahan.

Menu Query pada Select By Isian pada Field


Attributes Calculator
"Skor_Tot" >175 “Kawasan Lindung”
"Skor_Tot" >=125 AND “Kawasan Penyangga”
"Skor_Tot" <=175
"Skor_Tot" <=124 AND “Kawasan Budidaya Tanaman
"Skor_Ler" >=40 Tahunan”
"Skor_Tot" <=124 AND ”Kawasan Budidaya Tanaman

"Skor_Ler" <40 Semusim dan


Permukiman”

11. Untuk mengisikan keterangan pada field Arahan gunakan fasilitas Field
Calculator 12.Setelah semua kelas arahan diperoleh, berikan simbol warna
pada masing-masing kelas arahan fungsi lahan dan buatlah layout petanya.
12. Hitung luas masing-masing kelas arahan fungsi lahan per kabupaten di Provinsi
Lampung.
13. Untuk menghitungnya, lakukan overlay peta arahan dengan peta kabupaten se-
Provinsi Lampung dengan ArcToolBox à Analysis Tools à Overlay à Intersect.
14. Tunggu hingga proses overlay selesai. Buka atribut pada peta hasil, buatlah
field baru dengan nama Luas, type: Double, Precision = 10, dan Scale = 2.

15. Klik kanan pada field Luas à Calculate Geometry

16. Pilihlah unit luas (satuan) untuk perhitungan, dalam hektar (Ha) atau km2
(square kilometers). Jika Units tidak aktif, lakukan proses Define Projection
pada peta hasil overlay antara arahan dan kabupaten, dengan menggunakan
ArcToolBox à Data Management Tools à Projections and Transformations à
Define Projection
17. Pilih peta hasil overlay arahan dan kabupaten sebagai Input Dataset, kemudian
klik pada tombol di bagian kanan Coordinate System dan setting sebagai
Projected Coordinat System à UTM à WGS 1984 à Southern Hemisphere à
GCS WGS 1984 Zone 48 S.

18. Jika angka luasan sudah diperoleh, buka data atribut (.dbf) peta hasil overlay
arahan dan kabupaten melalui microsoft excel.
19. Buka program microsoft excel à klik File à Open à Pilih direktori penyimpanan
peta overlay dan pilih tipe file berupa dBase Fileà kemudian buka nama file
peta hasil overlay arahan dan kabupaten dengan format .dbf

20. Begitu tabel atribut peta overlay terbuka, segera simpan (Save As) ke dalam
bentuk format excel (.xlsx) agar data asli tidak rusak dan beri nama dengan
Tabel Luas Arahan Fungsi Lahan Kabupaten Lampung.

21. Buatlah pivot table dengan cara pilih menu Insert à Pivot Table à Pivot Table
dan ketika muncul jendela create pivot table klik OK.

22. Aturlah pivot table dengan drag nama kabupaten pada kotak sebelah kiri
bawah, kelas arahan pada kotak kanan atas dan luas pada kotak kanan bawah,
sehingga terbentuk tabel seperti berikut ini:

23. Aturlah tabel sedemikian rupa agar mudah dibaca dan dipahami.
24. Buatlah pembahasan tentang hasil analisis arahan fungsi lahan di Provinsi
Lampung.
V. Hasil Praktikum
VI. Pembahasan
Pada praktikum kedua ini yakni membahas mengenai salah satu
permodelan geospasial yakni overlay dengan geoprocessing. Dalam teknik
overlay kali ini menggunakan peta-peta tematik parameter yaitu Peta Curah
Hujan, Peta Jenis Tanah, dan Peta Kemiringan Lereng wilayah Provinsi
Lampung. Setaip jenis peta tersebut dilakukan klasifikasi berdasarkan skor serta
diberi bobot kemudian ditumpangsusunkan (overlay).
Berdasarkan pengolahan hasil skoring dan overlay ketiga kriteria penentu
yang telah dilakukan dalam penelitian ini, arahan fungsi kawasan di Provinsi
Lampung terdiri atas empat fungsi kawasan yaitu arahan kawasan lindung,
kawasan penyangga, kawasan budidaya tanaman tahunan, dan kawasan budidaya
tanaman semusim serta permukiman. Hasil arahan fungsi kawasan yang
mendominasi di Provinsi Lampung adalah kawasan dengan fungsi budidaya
tanaman semusim dan permukiman dengan luas mencapai 1227,32 km2 atau
lebih setengah dari luas daerah penelitian dengan persentase 77,67%. Kawasan
kedua yang mendominasi adalah penyangga dengan luas mencapai 244,06 km 2
atau sekitar 15,44% dari daerah penelitian. Kawasan ketiga yang mendominasi
adalah budidaya tanaman tahunan dengan luas 66,17 km 2 atau sekitar 4,19% dari
daerah penelitian. Kawasan yang memiliki daerah paling sempit di antara tiga
kawasan adalah lindung dengan luas 42,68 km 2 atau sekitar 2,70% dari daerah
penelitian.
Pada analisis daya dukung lahan Provinsi Lampung, digunakan overlay
dari shapefile curah hujan, jenis tanah, dan kelerengan serta melakukan skoring
total dari skor yang ada di ketiga shape file tersebut untuk menentukan fungsi
kawasan di Provinsi Lampung. Berdasarkan hasil praktikum, menunjukkan
bahwa Provinsi Lampung memiliki 3 fungsi utama kawasan yang tersebar di
beberapa bagian, yakni kawasan budidaya, kawasan penyangga, dan kawasan
lindung. Berdasarkan analisis daya dukung lahan, kawasan dengan total skor
kurang dari 125 yaitu kawasan budidaya di Provinsi Lampung memiliki luas
mencapai 91.561,05 hektar yang tersebar di hampir semua wilayah Provinsi
Lampung. Sebagian besar dari kawasan budidaya di Provinsi Lampung ini
digunakan oleh penduduk sebagai pemukiman, tegalan, sawah dan juga
perkebunan. Kawasan dengan total skor 125 sampai dengan 175, yaitu kawasan
penyangga di Provinsi Lampung memiliki luas mencapai 8.939,5. Kawasan
penyangga adalah kawasan yang berfungsi seperti buffer yang ditetapkan untuk
menopang keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungnya tetap terjaga
atau perbatasan antara kawasan lindung dengan kawasan budidaya. Untuk
kawasan lindung dengan total skor lebih dari 175 memiliki luas mencapai 267,9
hektar.
Penggunaan lahan yang sudah sesuai dengan arahan fungsi pemanfaatan
lahan harus dipertahankan. Pengawasan serta penjagaan dilakukan agar tidak
terjadi alih fungsi lahan yang nantinya dapat mengganggu dan bahkan merusak
keseimbangan. Kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat harus
diciptakan guna menjaga kelestarian lingkungan. Penggunaan lahan yang
tidaksesuai dengan fungsi kawasan dapat berpotensi pada beberapa dampak
negatif, seperti rusaknya lingkungan serta produktifitas lahan yang tidak optimal.
Semua itu berpengaruh pada permukiman yang berada pada kawasan-kawasan
rentan seperti kawasan lindung, maupun penyangga. Hal yang ditakutkan adalah
terjadinya longsor akibat ketidakmampuan sifat lahan dalam menopang
penggunaan di atasnya. Mayoritas ketidaksesuaian terhadap arahan fugsi kawasan
yang ada di daerah penelitian ini, disebabkan karena penggunaan lahan yang ada
tidak sesuai dengan karakteristik fisik setiap fungsi kawasan. Secara ekologi
dilihat dari arahan kawasan, daerah-daerah yang tidak sesuai ini masuk dalam
kategori penyangga atau bahkan lindung yang aktivitasnya seharusnya dibatasi
dengan pengolahan tanah minim, namun dilihat dari aspek lain daerah ini
merupakan tempat bergantungnya masyarakat untuk memenuhi kelangsungan
hidup mereka. Hal yang dikhawatirkan dari ketidaksesuaian tersebut adalah
ketidakmampuan fisik setiap kawasan menopang berbagai jenis penggunaan
lahan yang ada, sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi lingkungan dan
masyarakat, bahkan dapat berpotensi bencana. Perlunya tindakan atau
memberikan solusi untuk merelokasi penggunaan lahan yang ada bagi pemerintah
daerah sangat dibutuhkan. Solusi yang dapat diberikan untuk menanggapi
ketidaksesuaian tersebut adalah dengan tetap memperhatikan pengelolaan
penggunaan lahan yang sudah ada, serta membatasi aktivitas yang dinilai
merugikan lingungan dan dapat mengurangi keseimbangan ekologi. Pencegahan
agar ketidaksesuaian lahan tersebut tidak memberikan dampak yang lebih buruk
baik bagi alam itu sendiri maupun masyarakat. Informasi kepada masyarakat
tentang arahan fungsi kawasan dan kaitannya dengan penggunaan lahan juga bisa
dilakukan. Hal tersebut diharapkan dapat membuka atau meningkatkan kesadaran
masyarakat, bahwa tidak semua lahan dapat menopang segala jenis penggunaan
lahan. Kesadaran itulah yang nantinya akan menciptakan dan membentuk suatu
kepedulian masyarakat, sehingga mereka menjaga lingkungan yang ia tempati,
dan berusaha melakukan pengolahan serta pengelolaan yang tepat agar
lingkungan tidak rusak. Pada dasarnya masyarakat memiliki ketergantungan
(simbiosis) terhadap lingkungannya, jika lingkungannya rusak atau bahkan
sampai terjadi bencana, maka produktivitas yang dihasilkan masyarakatpun juga
akan menurun.
VII. Kesimpulan
Overlay merupakan proses tumpang susun beberapa buah peta tematik
dalam rangkaian kegiatan pengambilan kesimpulan secara spasial. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa overlay peta sebagai proses tumpang susun peta yang akan
menghasilkan unit peta analisa baru. Overlay digunakan sebagai pemandu
berbagai indikator yang berasal dari peta tematik hingga menjadi peta analisa
baru. Peta analisa baru ini pada akhirnya akan digunakan sebagai dasar penarikan
kesimpulan untuk suatu kasus. Untuk dapat melakukan overlay, maka peta-peta
tematik itu harus mempunyai satu patokan dan sistem koordinat yang sama,
sehingga peta tematik baru dihasilkan dengan baik. Terdapat beberapa macam
kategori overlay, namun dua yang paling penting adalah intersect dan union.
Intersect adalah penggabungan dua layer dengan hanya menyisakan bagian yang
overlap dari kedua layer tersebut sebagai keluarannya. Sedangkan, Union adalah
penggabungan dua layer dengan tetap menyisaan seluruh bagian dari kedua layer
masukan.
Metode yang digunakan dalam pembuatan peta kerawanan bencana
tanah longsor ini, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan
berjenjang tertimbang. Pengharkatan (scoring) merupakan proses memberi nilai
pada masing-masing variable yang terdapat pada tiap parameter. Dari parameter-
parameter penyebab tanah longsor (Peta Curah Hujan, Peta Kemiringan Lereng,
dan Peta Jenis Tanah) menghasilkan overlay peta sebagai berikut (Terbagi
kedalam 3 Zona): Kerawanan (Bencana Tanag Longsor) Rendah memiliki tingkat
kemiringan lereng yaitu berkisar 0-2% dan 3-15%, dan memiliki curah hujan
rata-rata yaitu 10002500mm/tahun. Kerawanan (Bencana Tanag Longsor) Sedang
memiliki tingkat kemiringan lereng antara 3 – 15% dan 16 – 40% dan memiliki
rerata curah hujan (intensitas) antara 1.501 – 2.000 mm/tahun dan 2.001 – 2.500
mm/tahun. Kerawnan (Bencana Tanag Longsor) Tinggi memiliki tingkat
kemiringan lereng diatas 40%, memiliki curah hujan dominan sebesar lebih dari
2500 mm/tahun, sedangkan untuk tanahnya yaitu kompleks mediteran coklat
kemerahan dan litosol serta asos andosol coklat dan regosol kelabu.

VIII. Daftar Pustaka

Budiyanto, Eko. 2002. Sistem Informasi Geografis menggunakan ArcView GIS.


Penerbit Andi. Yogyakarta.
ESRI. 1996. Avenue. Customization and Application Development for
ArcViiewGIS. New York. ESRI.

http://franson.com/coordtrans/index.asp?ref=google, Convert geographic


coordinates. Diakses pada tanggal 6 Maret 2020 Pukul 09.45 WIB.

Halengkara, Listumbinang. 2020. Panduan Praktikum Sistem Informasi Geografi


2. Lampung. Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai