Dalam bab ini akan membahas dua pokok bahasan yaitu 1) tenaga pembentuk lipatan, kubah, dan
patahan; 2) bentukan-bentukan khas di daerah berstruktur lipatan, kubah, dan struktur patahan.
Setelah membahas dua pokok bahasan tersebut, mahasiswa memahami tenaga pembentuk lipatan,
kubah, dan patahan serta memahami bentukan-bentukan hasil pelipatan, kubah, dan patahan.
Berdasarkan pemahaman tersebut, mahasiswa diharapkan dapat:
a. menyebutkan dan menjelasakan perbedaan tenaga pembentuk daerah berstruktur lipatan, kubah,
dan struktur patahan.
b. menyebutkan dan menjelaskan bentukan-bentukan khas pada daerah yang berstruktur lipatan,
kubah, dan struktur patahan.
Pemahaman materi secara baik, dapat dilakukan membaca yang mungkin harus berulang-ulang
tergantung kepada kemampuan mahasiswa. Materi yang telah disajikan dalam bahan ajar ini disertai
berbagai ilustrasi secara visual untuk membantu dan mempermudah dalam memahami materi
tersebut. Guna dapat mengetahui pemahaman mahasiswa terhadap materi ini disarankan untuk
menjawab soal-soal latihan yang disediakan pada bagian akhir bab ini.
Daerah yang berstruktur lipatan, kubah, dan struktur patahan, pada dasarnya disebabkan oleh tenaga
endogen. Hanya saja tenaga endogen pembentuk ketiga daerah struktur lipatan, kubah, dan patahan
tidak sama. Pada daerah berstruktur lipatan, disebabkan oleh tenaga endogen yang arahnya
mendatar berupa tekanan, sehingga batuan sedimen yang letak lapisan-
lapisannya mendatar berubah menjadi terlipat atau bergelombang. Daerah yang berstruktur
demimikian disebut daerah lipatan, dalam bahasa Inggris disebut folded zone. Untuk memberikan
kejelasan tentang daerah lipatan, berikut ini disajikan ilustrasi dalam Gambar 5 – 1 (Sudardja & Akub,
1977: 115).
a (dome) b (Basin)
Dip slip fault dapat dibagi lagi menjadi dua bagian berdasarkan bagian yang tergeser,
(Lobeck , 1939: 559) yaitu:
a. Kalau batuan yang terletak di atas bidang sesar yang relatif turun, maka disebut sesar
turun, normal atau gravity fault.
b. Kalau batuan yang terletak di atas bidang sesar yang relatif naik, maka dinamakan sesar
naik atau thrust fault. Sesar naik digolongkan pula menjadi dua bagian, yaitu: Reverse
fault, kalau bidang sesarnya mempunyai kemiringan lebih dari 45o dan Thrust fault atau
kelopak, jika kemiringan bidang sesar kurang daru 45o.
Strike slip fault disebut juga lateral fault yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Dextral atau right lateral fault adalah sesar yang bergerak relatif ke kanan.
b. Sinistral atau left lateral fault merupakan pergerakan sesar yang relatih ke kiri
Guna lebih mudah mengingat mengenai pembagian fault atau patahan berikut ini
disajikan dalam bentuk sistematis tentang fault tersebut (Sudardja dan Akub, 1977: 128)
dengan modifikasi.
BS = Bidang Sesar
Lobeck (1939: 559) mengemukakan ada beberapa jenis sturktur patahan, yaitu:
a. Patahan Normal (normal fault)
b. Patahan bertingkat (step fault)
c. Patahan terserpih (fault splinter)
d. Patahan membalik (reverse fault)
e. Patahan kelopak (thrust fault)
f. Patahan kelopak majemuk (multi thrust fault)
g. Patahan mendatar (foult with horizontal movement)
h. Patahan lipatan (fault passing in to a fold).
Dari masing-masing jenis patahan di atas secara visual dapat diperhatikan dalam Gambar 5 –7.
Gambar 5–7.
Jenis Patahan (Lobeck, 1939: 558)
BentukanAlan
khas di (1992:
&Arthur, daerah356)lipatan Gambar 5 – 8. Dip dan Strike perlapisan
sedimen
Pertama kali yang harus disadari bahwa
suatu daerah yang berstruktur lipatan, oleh
tenaga eksogen dihancurkan melalui proses
denudasional, sehingga permukaan menjadi
rata. Oleh karena itu kenanpakan topografi
seperti antiklinal dimungkinkan bukan
menjadi punggungan topografi, demikian pula
sinklinal ditemukan bukan merupakan
lembah. Di samping itu, dimungkinkan pula
terjadi pembalikan relief (inversion of relief)
sebagai akibat dari bekerja ulangnya tenaga
endogen.
Berikut ini disajikan mengenai perataan relief oleh tenaga eksogen dan pembalikan relief
seperti pada Gambar 5 – 9a dan 5 –9b.
Gambar 5–9a.
Perataan relief
Berdasarkan pada gambar di atas, maka relief pertama berupa daerah struktur lipatan, dimana
antiklin merupakan punggung pegunungan lipatan, tetapi setelah mengalami proses geomorfik terjadi
sebaliknya, yaitu terbentuk lembah antiklin dan pegunungan sinklin. Bentukan khas yang terdapat
pada daerah berstruktur lipatan yang berkenaan dengan pembentukan lipatan kulit bumi belum
dijumpai pembentukan baru, pada umumnya telah mengalami beberapa siklus geomorfologi,
sehingga bentanglahan yang ada banyak yang dijumpai multisiklis. Walaupun di banyak tempat di
permukaan bumi ini telah mengalami proses demikian, di daerah yang berstruktur lipat dapat dijumpai
beberapa bentukan yang merupakan bentukan khasnya. Adapun bentukan-bentukan khas tersebut
berikut ini disajikan secara satu persatu.
a. Bentukan berupa pola aliran trellis
Pada bagian terdahulu telah dikemukan mengenai pola pengaliran trellis itu terdiri atas lembah-
lembah besar yang sejajar sat sama lain (lembah subsekwen), dan anak-anak sungainya yang
bermuara tegak lurus pada sungai yang sejajar tersebut. Anak-anak sungai tersebut merupakan
lembah obsekuen, resekwen atau konsekwen. Di bawah ini merupakan pola pengaliran pada
struktur lipatan.
HOGBACK
CUESTA
MESSA
BUTTE
Suatu sinklin atau antiklin tidak memanjang tanpa batas, tetapi dapat menghilang atau berakhir secara
berangsur-angsur. Tempat dimana sinklin atau antiklin berakhir, dinamakan ujung antiklin atau pluging
point). Kenampakan ini akan sangat jelas terlihat pada bentukan cuesta atau hogback. Jika ada
kenampakan cuesta atau hogback yang berhadapan ini menunjukkan bahwa di antara kedua
bentukan tersebut adalah antiklinal dan sebaliknya jika kedua bentukan tersebut saling
membelakangi, maka di antaranya terletak sinklinal. Untuk memperjelas bentukan yang telah
dikemukan yang berkaitan dengan daerah berstrukturlipatan, berikut ini disajikan secara visual seperti
dalam Gambar 5 – 12 yaitu rangkaian bentuk punggungan dan lembah pada daerah berstruktur
lipatan dan pada Gambar 5 – 13 merupakan kaitan antara cuesta/hogback dengan daearah
berstruktur lipatan.
Sudardja &Akub, (1977: 120)
Gambar 5 – 12. Rangkaian bentuk punggungan dan lembah pada daerah berstruktur lipatan
Cuesta Cuesta
Antiklin
Cuesta
Sinklin
Gambar 5 – 13. Rangkaian bentuk punggungan dan lembah pada daerah berstruktur lipatan
Perlu diingat bahwa ujung antiklinal biasanya agak membulat dan lerengnya melandai. Tetapi
terkadang juga ada yang curam dan kemudian menghilang secara tiba-tiba. Sementara itu ujung
sinklinal berakhirnya kelihatan lebih jelas, karena menghilang dengan tiba-tiba, di samping makin
menyempit dan dibatasi dengan tebing yang curam. Guna memperjelas bagaimana cuesta yang
terdapat pada ujung antiklin, dapat dilihat pada Gambar 5 – 14.
Bentukan khas di daerah struktur kubah dan antiklin adalah berbentuk elips dan bentuknnya
tergantung pula oleh kemiringan lapisan-lapiasn batuan penyusunnya serta tingkat erosi yang telah
terjadi pada daerah tersebut. Seperti halnya di daerah struktur lipatan , pada struktur kubahpun pada
umumnya telah mengalami erosi pada tingkat lanjut dalam arti erosi yang bekerja sudah sangat
intensif.
Berbicara mengenai bentukan khas, perlu mengingat kembali tentan pembalikan relief seperti
yang telah dibicarakan pada bagian terdahulu. Dari hasil pembalikan relief tersebut akan dapat
membedakan kubah secara struktur dan kubah secara topografi. Kaitannya dengan keadaan tersebut,
maka akan ditemukan struktur positif dengan topografi negatif, struktur positif dengan topografi positif;
dan struktur negatif dengan topografi positf. Adapun bentukan-bentukan yang khas pada daerah
dengan struktur kubah adalah dlaham hal:
a. Pola pengaliran
Pola pengaliran biasanya radial pada kubah muda dengan lembah termasuk lembah konsekuen.
Pola pengaliran anular pada kubah usia dewasa. Pola ini memperlihatkan sungai-sungai besar
membentuk lingkarann dan anak-anak sungai bermuara tegak lurus dengan sengai induk.
Lembah-lembah besar melingkar berupa lembah subsekuen, sedangkan lembah-lembah
cabangnya berupa lembah resekuen/ konsekwen. Perlu diketahui pula pola pengaliran yang
sempurna seperti di atas hanya terjadi pada daerah dengan struktur kubah yang luas dan pada
kubah yang kecil (tidak luas) sungai-sungai tudak akan terbentuk. Berikut ini disajikan mengenai
pola pengaliran di daerah dome/kubah yang luas.
b. Terdapat bentukan Cuesta, Hogback, Messa, Butte, Flat iron.
Messa, butte, dan flat iron ini pada dasarnya
adalah suatu bukit sisa yang ada di daehar
yang berstruktur kubah. Biasanya bukitsisa ini
material batuannya adalah resisten, sehingga
dengan meterial yang resisten terhadap erosi
membentuk topografi yang menjulang
dibandingkan dengan deerah sekelilingnya.
Untuk itu berikut ini disajikan ilustrasi dari
bentukan fal iron paada Gambar 5 – 16.
S
umber: Lobeck (1930: 170)
Gambar 5 – 21.
Morfologi pada sesar
normal
Gambar 5 – 22.
Morfologi pada sesar
bersudut besar.
.
Bukit sisa
Ringkasan
Daftar Pustaka
Alan H Strahler & Arthur N Strahler, 1992, Modern Physical Geography, New York- Chechester-Birsbane-
Toronto-Singapore: John Wiley & Sons. Inc.
Lobeck, AK.., (1939), Geomorphology, An Introduction to the study of Lanscape, New York and London: Mc
Graw-Hill Book Company. Inc.
Mulfinger, George. Jr. M.S., & Donald E Snyder, M.Ed., ( 1979), Earth Science, Greenvile, South Carolina: Bob
Jones University Press, Inc. Textbook Division.
Sudarja Adiwikarta dan Akub Tisnasomantri, (1977), Geomorfologi Jilid II, Bandung: Jurusan Pend. Geografi
IKIP Bandung.