Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem informasi

berbasiskan komputer untuk menyimpan, mengelola dan menganalisis, serta

memanggil data bereferensi geografis yang berkembang pesat pada lima

tahun terakhir ini. Sebagai suatu bentuk informasi, ketepatan dan ketelitian

bergantung pada teknik dalam melaksanakan pengumpulan pengaturan, pengolahan,

penyimpanan, serta pengkajian datanya. Oleh karena itu, guna memperoleh informasi

yang tepat dan akurat, semua komponen tersebut perlu dikembangkan secara terpadu

dalam suatu sistem yang dikenal dengan nama sistem informasi geografis (SIG).

Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan

menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut analisa spasial.

Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering digunakan

dengan istilah analisa spasial, tidak seperti sistem informasi yang lain yaitu dengan

menambahkan dimensi ‘ruang (space)’ atau geografi. Kombinasi ini menggambarkan

attribut-attribut pada bermacam fenomena seperti umur seseorang, tipe jalan, dan

sebagainya, yang secara bersama dengan informasi seperti dimana seseorang tinggal

atau lokasi suatu jalan. Analisa Spasial dilakukan dengan mengoverlay dua peta yang

kemudian menghasilkan peta baru hasil analisis

Metode Overlay adalah suatu sistem informasi dalam bentuk grafis yang

dibentuk dari penggabungan berbagai peta individu (memiliki informasi/database

yang spesifik). Overlay peta dilakukan minimal dengan 2 jenis peta yang berbeda

166
167

secara teknis dikatakan harus adat polygon yang terbentuk dari 2 jenis peta yang

dioverlaykan. Overlay pada data raster berfungsi untuk membuat, memilih,

memetakan, dan menganalisis data raster berbasis sel, selain itu untuk melaksanakan

analisis data raster yang terintegrasi.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Melatih mahasiswa dalam melakukan overlay dan pengolahan data berbasis data

raster.

C. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Praktis

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam mengamalkan ilmu yang telah

dipelajari dalam beberapa waktu. Bagi mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi

Kebumian diharapkan bisa tersalurkan ke pembaca lainnya.

2. Manfaat Teoritis

Praktikum ini bermanfaat untuk mengetahui tentang analisis overlay,

langkah-langkah melakukan overlay, serta data dan tahapan apa saja dalam

melakukan analisis overlay pada data raster.

D. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Wilayah Kajian praktikum berada di Kecamatan Baruga, Kecamatan Kambu dan

Kecamatan Poasia.

2. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis weighted overlay.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sistem informasi yang dirancang

menggunakan basis data yang memiliki referensi spasial atau berkoordinat geografi.

Sebagai suatu sistem yang berbasis komputer, paling tidak ada empat pendekatan

yang bisa dipergunakan untuk mendefinisikan dan membagi SIG, yaitu pendekatan

proses (process oriented), pendekatan kegunaan alat (toolbox approach), pendekatan

database (database approach) dan pendekatan aplikasi (application approach)

(Saefudin dan Susandi, 2020).

Sistem informasi geografis adalah suatu komponen yang terdiri dari

perangkat keras, perangkat lunak, data geografis, dan sumberdaya manusia yang

bekerja bersama secara efektif untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki,

memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan

menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis (Lestari dan Arsyad,

2018).

SIG dapat berfungsi sebagai bank data terpadu, yaitu dapat memandu data

spasial dan non spasial dalam suatu basis data terpadu. Sistem modeling dan analisis

dapat digunakan sebagai sarana evaluasi potensi wilayah dan perencanaan spasial.

Sistem pengelolaan yang mereferensi geografis, berguna untuk mengelola

operasional dan administrasi lokasi geografis. SIG juga berguna sebagai sistem

pemetaan komputasi yang dapat menyajikan suatu peta yang sesuai dengan

kebutuhan (Ferdiansyah, 2017).

168
169

Penggunaan SIG sering dimanfaatkan dalam pemetaan daerah rawan bencana

seperti pemetaan bencana banjir. Salah satu metode atau pendekatan yaitu

partisipational mapping yang selanjutnya diinterpolasikan serta dilakukan proses

scoring dan overlay dalam SIG (Junyar dkk., 2020).

Berdasarkan cara pengelolaannya, sistem informasi goegrafis dibagi menjadi

dua yaitu sistem manual (analog) dan sistem otomatis (berbasis digital). Sistem

informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar

transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistic dan laporan

survey lapangan yang dikompilasi dan dianalisis secara manual. Sedangkan sistem

informasi geografis otomatis memanfaatkan computer sebagai sistem pengolah data

melalui proses giditasi. Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau foto udara

digital serta foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi

(Ayu dkk., 2020).

B. Data Raster

Data raster merupakan jenis gambar digital yang direpresentasikan dengan

pixel-pixel sebagai unit terkecil. Foto digital seperti foto satelit merupakan bagian

dari data raster pada peta. Data raster terdiri dari kolom dan baris, dimana tiap cell

menyimpan nilai warna. Data raster disimpan dalam berbagai format seperti TIF,

JPEG, BMP dan sebagainya (Siregar dan Arthalita, 2020).

Data spasial terbagi atas 2 representasi yaitu representasi data raster dan data

vektor. Model data raster adalah model data yang berupa image. Model data raster

akan disimpan dalam bentuk grid, dimana setiap grid mewakili data tertentu. Model
170

data vektor adalah model data yang didefinisikan dalam suatu bentuk garis, poligon,

titik dan sejenisnya (Junyar dkk., 2020).

Model data raster menampilkan menempatkan dan menyimpan data spasial

dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang membentuk grid

Informasi yang terdapat dalam satu pixel dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian

yaitu data atribut dimana data atribut dapat mengenai suatu object seperti perumahan,

gedung, sawah, dan lain – lain. Dan juga data koordinat yang menunjukkan posisi

geometris dari suatu data tersebut (Sudianto dan Sadali, 2018).

Model Data Raster yaitu menampilkan, menempatkan dan menyimpan data

spasial dengan menggunakan struktur matrix dan pixel yang membentuk garis.

Akurasi model data ini sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pixel-nya ( sel

grid ) di permukaan bumi. Contoh data raster adalah citra satelit misalnya Spot,

Landsat, dll konsep model data ini adalah dengan memberikan nilai yang berbeda

untuk tiap-tiap pixel atau grid dari kondisi yang berbeda (Budiarto, 2019).

C. Overlay

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode weighted overlay.

Metode weighted overlay merupakan analisis data spasial dengan menggunakan

teknik overlay beberapa peta raster yang berkaitan dengan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap penilaian kerentanan suatu masalah. Salah satu fungsi dari

metode ini adalah untuk menyelesaikan masalah yang memiliki banyak kriteria

seperti pemilihan lokasi yang optimal atau pemodelan kesesuaian. Weighted Overlay

dapat mengkombinasikan berbagai macam input dalam bentuk peta grid dengan
171

pembobotan dari metode Analitycal Hieararchy Process (AHP) (Khusnawati dan

Kusuma, 2020).

Metode Overlay adalah suatu sistem informasi dalam bentuk grafis yang

dibentuk dari penggabungan berbagai peta individu (memiliki informasi/database

yang spesifik). Overlay peta dilakukan minimal dengan 2 jenis peta yang berbeda

secara teknis dikatakan harus adat polygon yang terbentuk dari 2 jenis peta yang

dioverlaykan (Rachma dkk., 2018).

Metode Overlay adalah metode menggabungkan 1 layer data dengan data

lainya sehingga menghasilkan data baru parameternya antara lain adalah curah hujan,

kemiringan lereng, jenis tanah, jenis batuan dan tutupan lahan yang ada selanjutnya

akan melalui tahap pengharkatan dimana berbagai indicator terjadinya longsor

diurutkan dari yang paling rendah hingga tinggi lalu selanjutnya dilakukan intersect

pada aplikasi arcgis untuk menumpangsusunkan setiap 2 atau lebih data attribute

dari sebuah polygon untuk menemukan hasil nilai dari setiap data (Taruna dkk.,

2021).

Overlay adalah bagian penting dari analisis spasial. Overlay dapat

menggabungkan beberapa unsur spasial menjadi unsur spasial yang baru. Dengan

kata lain, overlay dapat didefinisikan sebagai operasi spasial yang menggabungkan

layer geografik yang berbeda untuk mendapatkan informasi baru. Overlay dapat

dilakukan pada data vektor maupun raster (Larasati dkk., 2017).

Tahapan dalam analisis weighted overlay adalah memasukkan data yang akan

dioverlay (add raster), pemilihan field input yang akan dioverlay (select field),

pemberian bobot pada data input (asssign weights for input raster), dan evaluasi
172

untuk mendapatkan output overlay (run the weighted overlay tool) (Purwanto dan

Iswandi, 2019).

D. Banjir

Pengertian banjir adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat adanya

penumpukan air yang jatuh dan tidak dapat ditampung oleh tanah. Peristiwa alam,

seperti banjir ini bukanlah hal yang baru terjadi pada suatu wilayah perkotaan. Banjir

adalah bencana yang diakibatkan curah hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi

dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga dapat merendam wilayah-

wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang ada di sana. Banjir yang

terjadi ini juga dapat disebabkan karena terjadinya jebol pada system aliran air yang

ada, sehingga daerah yang lebih rendah terkena dampak dari kiriman banjir (Eldi,

2020).

Banjir adalah luapan atau genangan dari sungai atau badan air lainnya yang

disebabkan oleh curah hujan yang berlebihan atau salju yang mencair atau dapat pula

karena gelombang pasang yang membanjiri kebanyakan pada dataran banjir. Potensi

bencana banjir di Indonesia sangat besar dilihat dari topografi dataran rendah,

cekungan dan sebagian besar wilayahnya adalah lautan (Mardikaningsih dkk., 2017).

Tingkat kerentanan banjir didapatkan dari beberapa indikator kerentanan,

yaitu kerentanan sosial (penduduk terpapar), kerentanan fisik, kerentanan ekonomi,

kerentanan lingkungan. Standar kerentanan berdasarkan Perka PNPB No.02 Tahun

2012. Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan karena peningkatan volume

air (KBBI). Bencana banjir tentu saja memiliki dampak. Dampak dari bencana banjir
173

dapat dibagi menjadi 3, yaitu dampak primer, dampak sekunder dan dampak tersier

(Bongi dkk., 2020).

Banjir adalah salah satu bentuk bencana di Indonesia yang terjadi hampir

setiap tahun. Dalam 10 tahun terakhir, bencana banjir selalu menempati posisi

pertama kejadian bencana. Bahkan dalam buku Indonesia Disaster Management

Reference Handbook bencana banjir terbesar pernah terjadi di Indonesia, yaitu pada

bulan Mei–Juli 2016. Banjir terjadi di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,

Kalimantan Tengah, Bengkulu, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa

Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Papua. Banjir terjadi hampir di sebagian besar

wilayah Indonesia. Bahkan beberapa wilayah yang dulunya bukan merupakan

kawasan rawan banjir, di tahun 2019 mengalami banjir besar (Qodriyatun, 2020).

Bencana banjir merupakan salah satu bencana alam yang selalu terjadi di

berbagai Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap musim hujan datang

bencana banjir selalu terjadi. Berdasarkan nilai kerusakan dan kerugian ditimbulkan

dari bencana banjir terlihat masyarakat cukup resah dengan dampak yang diterima

dari bencana ini. Intensitas curah hujan yang berlebih dan permukaan tanah yang

lebih rendah dibandingkan tinggi muka air laut menjadi salah satu faktor alam

mempengaruhi terjadinya bencana banjir (Saputra dkk., 2021).


BAB III
PROSEDUR KERJA

A. Membuka software ArcMap 10.8

B. Memasukkan data tujuh parameter bencana banjir yaitu data ketinggian,

kemiringan lereng, curah hujan, buffer sungai, pola permukiman, penggunaan

lahan, dan jenis tanah dengan cara mengeklik add data.

174
175

C. Membuat field baru pada masing-masing data dengan cara mengeklik kanan

pada data parameter kemudian mengeklik open atribut table kemudian

mengeklik table options setelah itu mengeklik add field, nama field ini yaitu

keterangan dengan type text kemudian ok. Memasukkan nilai pada field

keterangan sesuai dengan nilai skor yang terdapat pada atribut table.

D. Mengubah ketujuh data tersebut menjadi data raster dengan cara mengeklik

arctoolbox kemudian mengeklik conversion tools setelah itu mengeklik to raster

kemudian mengeklik polygon to raster. Pada input features masukkan data

kemiringan, pada value field memasukkan field keterangan kemudian pada

priority field masukkan field skoring setelah itu pada cellsize memasukkan nilai

30 kemudian ok.
176

E. Hasilnya sebagai berikut.

F. Melakukan langkah yang sama pada data parameter selanjutnya.

G. Melakukan analisis Overlay dengan menggunakan teknik weighted Overlay,

dengan cara mengeklik spasial analyst tools kemudian mengeklik Overlay

setelah itu mengeklik weighted Overlay.

H. Memasukkan ketujuh parameter dengan cara mengeklik symbol plus (+)

kemudian pada input raster masukkan ketujuh parameter hal ini dilakukan satu

persatu pada input field memilih keterangan kemudian ok


177

I. Sehingga tampilan pada weighted Overlay akan seperti ini.

J. Pada scale valuenya nilai didalamnya disesuaikan dengan nilai skoring pada

masing-masing field keterangan, kemudian pada %influence memasukkan nilai

pada masing-masing parameter yang jika dijumlahkan hasilnya sama dengan 100

kemudian ok.

K. Hasilnya sebagai berikut.


BAB IV
METODOLOGI

A. Waktu dan Lokasi Praktikum

Praktikum SIG Pemodelan acara 5 analisis overlay berbasis data raster

dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 Desember 2021 pada pukul 13.00 sampai 17.10

WITA. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Ilmu dan Teknologi

Kebumian, Universitas Halu Oleo.

Kecamatan Baruga secara astronomis terletak pada 3o59’47” – 4o5’01”

Lintang Selatan dan 122o26’37” – 122o32’57” Bujur Timur. Secara geografis di

sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Wua-Wua, sebelah selatan berbatasan

dengan Kabupaten Konawe Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan

Timur, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan. Kecamatan

Baruga memiliki jumlah penduduk sebesar 33.288 jiwa (BPS, 2021).

Kecamatan Poasia secara astronomis terletak pada 3o58’59” – 40º5’05”

Lintang Selatan dan 122o32’01” – 122o36’04” Bujur Timur. Kecamatan Poasia secara

geografis di sebelah utara berbatasan dengan Teluk Kendari, sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan, sebelah timur berbatasan dengan

Kecamatan Abeli, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu, dan

Kecamatan Baruga. Jumlah penduduk pada Kecamatan Poasia sebesar 37.817 jiwa

(BPS, 2020).

Kecamatan Kambu secara astronomis terletak pada 3o58’39” – 404’45”

Lintang Selatan dan 122o30’39” – 122o33’42” Bujur Timur. Secara geografis

178
Kecamatan Kambu di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mandonga,

sebelah

179
180

selatan berbatasan dengan Kecamatan Baruga dan Kecamatan Poasia, sebelah timur

berbatasan dengan Kecamatan Poasia, dan sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Kadia, Kecamatan Wua-Wua, dan Kecamatan Baruga. Kecamatan

Kambu memiliki jumlah penduduk sebesar 29.403 jiwa (BPS, 2020).


181

Gambar 35. Peta Lokasi Kecamatan Baruga, Kambu, dan Poasia


182

B. Alat Praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

Tabel 12. Alat praktikum dan kegunaan


No. Alat Kegunaan
1. Komputer Sebagai tempat mengolah data
2. Flashdisk Untuk menyalin data praktikum
3. Software ArcMap 10.8 Sebagai aplikasi pengolah data

C. Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

Tabel 13. Bahan praktikum dan kegunaan


No. Bahan Kegunaan
1. Data curah hujan Sebagai data yang diolah
2. Data jenis tanah Sebagai data yang diolah
3. Data ketinggian Sebagai data yang diolah
4. Data kemiringan lereng Sebagai data yang diolah
5. Data penggunaan lahan Sebagai data yang diolah
6. Data jarak sungai Sebagai data yang diolah
7. Data pola permukiman Sebagai data yang diolah
8. Peta administrasi Kota Kendari Sebagai data yang diolah

D. Data Praktikum

1. Data Primer

Data primer adalah data pertama kali yang dikumpulkan oleh peneliti melalui

upaya pengambilan data di lapangan langsung. Karena hal inilah data primer disebut

data pertama atau data mentah.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan berbagai informasi yang telah ada sebelumnya dan

dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang digunakan untuk melengkapi

kebutuhan data penelitian. Data sekunder yang digunakan pada praktikum ini adalah

data curah hujan, data ketinggian, data kemiringan lereng, data pola permukiman,
183

data penggunaan lahan, data jarak sungai, data jenis tanah, dan peta administrasi

Kota Kendari.

E. Tahapan Praktikum

1. Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah pertama

menyiapkan alat dan bahan praktikum seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2.

2. Tahapan Literatur

Pada praktikum ini literatur yang digunakan yaitu jurnal yang dipublish 5

tahun terakhir. Jurnalnya yaitu mengenai sistem informasi geografi, data raster,

overlay, dan banjir

3. Tahapan Scoring

Tahapn ini dilakukan dengan memasukkan nilai bobot yang telah diberikan

sesuai dengan parameter yang telah diberikan pada atributte table masing-masing

parameter.

4. Tahapan Weighted Overlay

Analisis overlay yang digunakan pada praktikum ini adalah analisis weighted

overlay yang dilakukan dengan memasukkan semua parameter hasil skoring.

5. Tahapan Layout Peta

Tahapan layout peta dilakukan setelah tahapan reklasifikasi selesai, dimana

tahapan ini dilakukan untuk membuat gambaran serta informasi yang ada di dalam

peta. Informasi yang ada seperti judul peta, legenda, skala peta, hingga sumber peta.
BAB V
HASIL

Gambar 36. Peta Ketinggian Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia


184
185

Gambar 37. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
186
187

Gambar 38. Peta Jarak dari Sungai Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
188

Gambar 39. Peta Curah Huja Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
189

Gambar 40. Peta Jenis Tanah Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
190

Gambar 41. Peta Pola Permukiman Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
191

Gambar 42. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
192

Gambar 43. Peta Rawan Bencana Banjir Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
193

Tabel 14. Kelas Ketinggian Kecamatan Baruga, Kambu, dan Poasia


No Kelas Ketinggian Desa Kecamatann Luas (Ha)
(m)
Lepo-Lepo Baruga 701.942289
Andonohu Poasia 623.393122
Anggoeya Poasia 357.371285
Mokoau Kambu 432.756724
Padaleu Kambu 223.23353
Baruga Baruga 2039.299124
1. <25
Watubangga Baruga 705.695714
Wundudopi Baruga 325.340458
Rahandouna Poasia 402.404625
Matabubu Poasia 262.993347
Kambu Kambu 539.19941
Lalolara Kambu 284.127546
Lepo-Lepo Baruga 35.190776
Andonohu Poasia 2818.338686
Anggoeya Poasia 153.414681
Mokoau Kambu 491.545861
Padaleu Kambu 35.440772
2. 25-50
Baruga Baruga 309.339548
Watubangga Baruga 302.943196
Wundudopi Baruga 29.308944
Rahandouna Poasia 623.393122
Matabubu Poasia 357.371285
Andonohu Poasia 121.475533
Anggoeya Poasia 92.217141
Mokoau Kambu 138.028219
3. 50-75 Baruga Baruga 145.023358
Watubangga Baruga 188.108152
Rahandouna Poasia 218.338686
Matabubu Poasia 153.414681
Andonohu Poasia 71.637798
Aanggoeya Poasia 69.120947
Mokoau Kambu 9.482901
4. 75-100 Baruga Baruga 53.919439
Watubangga Baruga 22.545833
Rahandouna Poasia 5.13327
Matabubu Poasia 20.510839
Andonohu Poasia 984.739963
Anggoeya Poasia 605.086235
5. > 100 Baruga Baruga 26.`86135
Rahandouna Poasia 2.881507
Matabubu Poasia 52.215699
194

Tabel 15. Kemiringan Lereng Kecamatan Baruga, Kambu, dan Poasia


No. Kelas Kelerengan Desa Kecamatan Luas (Ha)
(%)
Lepo-Lepo Baruga 733.056817
Andonohu Poasia 1383.20709
Anggoeya Poasia 798.097778
Mokoau Kambu 1064.043489
Padaleu Kambu 258.674091
Baruga Baruga 2501.587728
1. <3
Watubangga Baruga 1203.481362
Wundudopi Baruga 354.649413
Rahandouna Poasia 512.764587
Matabubu Poasia 391.839372
Kambu Kambu 539.199419
Lalolara Kambu 283.302166
Lepo-Lepo Baruga 3.353225
Andonohu Poasia 195.828058
Anggoeya Poasia 129.255465
Mokoau Kambu 6.047195
2. 3-8
Baruga Baruga 45.4856553
Watubangga Baruga 13.154457
Rahandouna Poasia 4.58153
Matabubu Poasia 28.39979
Lepo-Lepo Baruga 0.723023
Andonohu Poasia 253.057482
Anggoeya Poasia 167.586399
3. 8-15
Mokoau Kambu 0.723023
Rahandouna Poasia 2.156128
Matabubu Poasia 19.493485
Andonohu Poasia 179.299728
Anggoeya Poasia 164.7775678
4. 15-30 Baruga Baruga 3.825369
Rahandouna Poasia 0.482015
Matabubu Poasia 3.257113
Andonohu Poasia 8.192593
5. >30
Anggoeya Poasia 17.387268
195

Tabel 16. Curah Hujan Kecamatan Baruga, Poasia, dan Kambu


No. Curah Hujan (mm/tahun) Desa Kecamatan Luas (Ha)
Lepo-Lepo Baruga 737.133056
Andonohu Poasia 2013.654476
Anggoeya Poasia 1273.572854
Mokoau Kambu 1070.8137
Padaleu Kambu 258.674096
Baruga Baruga 2568.012737
1. < 500
Watubangga Baruga 1214.677197
Wundudopi Baruga 353.453463
Rahandouna Poasia 517.191071
Matabubu Poasia 436.282877
Kambu Kambu 539.199419
Lalolara Kambu 278.592903
196

Tabel 17. Jenis Tanah Kecamatan Baruga, Poasia, dan Kambu


No. Jenis Tanah Desa Kecamatan Luas (Ha)
Lepo-Lepo Baruga 0.278086
Baruga Baruga 428.466378
1. Kambisol
Watubangga Baruga 269.035297
Wundudopi Baruga 0.973466
Andonohu Poasia 1065.46158
Anggoeya Poasia 578.908947
2. Litosol
Baruga Baruga 271.698971
Matabubu Poasia 26.894414
Lepo-Lepo Baruga 191.251626
Andonohu Poasia 89.299426
Padaleu Kambu 0.000358
3. Aluvial Baruga Baruga 1037.246544
Wundudopi Baruga 30.007574
Kambu Kambu 256.973066
Lalolara Kambu 137.779413
4. Mediteran Watubangga Baruga 412.124051
Watubangga Baruga 485.736002
Wundudopi Baruga 6.336643
Andonohu Poasia 412.805057
Anggoeya Poasia 183.885777
Mokoau Kambu 139.315373
5. Podsolik Rahandouna Poasia 395.38092
Matabubu Poasia 89.545395
Kambu Kambu 6.56344
Lepo-Lepo Baruga 150.058797
Baruga Baruga 475.071258
Lalolara Kambu 38.882324
Andonohu Poasia 140.662014
Anggoeya Poasia 2.063055
6. Gleisol Rahandouna Poasia 85.909081
Kambu Kambu 88.559778
Lalolara Kambu 103.044558
197

Tabel 18. Pola Permukiman Kecamatan Baruga, Poasia, dan Kambu


No. Pola Permukiman Desa Kecamatan Luas (Ha)
Lepo-Lepo Baruga 15.738237
Andonohu Poasia 38.391331
Anggoeya Poasia 14.296592
Mokoau Kambu 54.992066
Padaleu Kambu 9.860595
Baruga Baruga 48.673927
1. Teratur
Watubangga Baruga 26.946872
Wundudopi Baruga 23.45432
Rahandouna Poasia 10.124631
Matabubu Poasia 0.716189
Kambu Kambu 5.089147
Lalolara Kambu 7.556165
Lepo-Lepo Baruga 56.775617
Andonohu Poasia 110.306724
Anggoeya Poasia 82.604811
Mokoau Kambu 19.414254
Padaleu Kambu 46.385534
Baruga Baruga 133.65505
2. Kurang Teratur
Watubangga Baruga 106.166956
Wundudopi Baruga 56.885066
Rahandouna Poasia 86.14502
Matabubu Poasia 25.7457497
Kambu Kambu 165.832899
Lalolara Kambu 41.4023369
Lepo-Lepo Baruga 38.917662
Andonohu Poasia 103.177568
Anggoeya Poasia 0.00038
Wundudopi Baruga 9.757111
3. Tidak Teratur
Rahandouna Poasia 64.599316
Matabubu Poasia 0.000604
Kambu Kambu 35.495742
Lalolara Kambu 43.188656
198

Tabel 19. Penggunaan Lahan Kecamatan Baruga


No Penggunaan Lahan Desa Kecamatan Luas (Ha)
1 Air Tawar Sungai Baruga Baruga 6.061
2 Air Tawar Sungai Lepo-Lepo Baruga 13.595
3 Hutan Rimba Baruga Baruga 1430.165
4 Hutan Rimba Wundudopi Baruga 68.227
5 Hutan Rimba Watubangga Baruga 275.819
6 Hutan Rimba Lepo-Lepo Baruga 447.830
7 Padang Rumput Watubangga Baruga 3.338
8 Perkebunan / Kebun Baruga Baruga 232.937
9 Perkebunan / Kebun Wundudopi Baruga 160.863
10 Perkebunan / Kebun Watubangga Baruga 734.763
11 Perkebunan / Kebun Lepo-Lepo Baruga 55.413
12 Permukiman dan Tempat Kegiatan Baruga Baruga 191.253
13 Permukiman dan Tempat Kegiatan Wundudopi Baruga 114.606
14 Permukiman dan Tempat Kegiatan Watubangga Baruga 125.790
15 Permukiman dan Tempat Kegiatan Lepo-Lepo Baruga 88.010
16 Sawah Baruga Baruga 592.835
17 Sawah Lepo-Lepo Baruga 70.564
18 Semak Belukar / Alang Alang Baruga Baruga 16.025
19 Semak Belukar / Alang Alang Wundudopi Baruga 9.994
20 Semak Belukar / Alang Alang Watubangga Baruga 91.378
21 Tegalan / Ladang Baruga Baruga 73.574
22 Tegalan / Ladang Wundudopi Baruga 38.995
23 Tegalan / Ladang Watubangga Baruga 9.715
24 Tegalan / Ladang Lepo-Lepo Baruga 71.481
25 Hutan Rimba Baruga Baruga 0.064
26 Permukiman dan Tempat Kegiatan Baruga Baruga 0.064
27 Hutan Rimba Baruga Baruga 0.008
28 Sawah Baruga Baruga 0.008

Tabel 20. Penggunaan Lahan Kecamatan Poasia


No Penggunaan Lahan Desa Kecamatan Luas (Ha)
1 Air Laut Anggoeya Poasia 3.775
2 Air Laut Anduonohu Poasia 0.888
3 Air Laut Rahandouna Poasia 1.929
4 Air Tambak Anggoeya Poasia 31.159
5 Air Tambak Anduonohu Poasia 42.609
6 Air Tambak Rahandouna Poasia 30.040
7 Air Tambak Matabubu Poasia 1.082
8 Air Tawar Sungai Anggoeya Poasia 0.043
9 Air Tawar Sungai Anduonohu Poasia 1.012
199

10 Air Tawar Sungai Matabubu Poasia 0.328


11 Hutan Rimba Anggoeya Poasia 714.545
12 Hutan Rimba Anduonohu Poasia 652.476
13 Hutan Rimba Rahandouna Poasia 547.931
14 Hutan Rimba Matabubu Poasia 468.371
15 Perkebunan / Kebun Anggoeya Poasia 168.870
16 Perkebunan / Kebun Anduonohu Poasia 98.691
17 Perkebunan / Kebun Rahandouna Poasia 179.368
18 Perkebunan / Kebun Matabubu Poasia 109.589
19 Permukiman dan Tempat Kegiatan Anggoeya Poasia 96.513
20 Permukiman dan Tempat Kegiatan Anduonohu Poasia 244.839
21 Permukiman dan Tempat Kegiatan Rahandouna Poasia 159.615
22 Permukiman dan Tempat Kegiatan Matabubu Poasia 29.134
23 Tanah Kosong / Gundul Anggoeya Poasia 9.661
24 Tanah Kosong / Gundul Anduonohu Poasia 7.421
25 Tanah Kosong / Gundul Rahandouna Poasia 11.387
26 Tanah Kosong / Gundul Matabubu Poasia 0.205
27 Tegalan / Ladang Anggoeya Poasia 96.538
28 Tegalan / Ladang Anduonohu Poasia 363.063
29 Tegalan / Ladang Rahandouna Poasia 150.445
30 Perkebunan / Kebun Rahandouna Poasia 0.860
31 Permukiman dan Tempat Kegiatan Rahandouna Poasia 0.860

Tabel 21. Penggunaan Lahan Kecamatan Kambu


No Penggunaan Lahan Desa Kecamatan Luas (Ha)
1 Air Laut Lalolara Kambu 0.123
2 Air Laut Kambu Kambu 0.946
3 Air Tambak Lalolara Kambu 94.878
4 Air Tambak Kambu Kambu 83.178
5 Air Tawar Sungai Lalolara Kambu 14.687
6 Air Tawar Sungai Kambu Kambu 5.198
7 Hutan Rimba Mokoau Kambu 852.785
8 Hutan Rimba Padaleu Kambu 197.321
9 Perkebunan / Kebun Mokoau Kambu 0.394
10 Perkebunan / Kebun Lalolara Kambu 24.951
11 Perkebunan / Kebun Kambu Kambu 167.282
12 Perkebunan / Kebun Padaleu Kambu 3.044
13 Permukiman dan Tempat Kegiatan Mokoau Kambu 76.929
14 Permukiman dan Tempat Kegiatan Lalolara Kambu 93.622
15 Permukiman dan Tempat Kegiatan Kambu Kambu 209.054
16 Permukiman dan Tempat Kegiatan Padaleu Kambu 55.507
17 Semak Belukar / Alang Alang Kambu Kambu 6.517
200

18 Tanah Kosong / Gundul Lalolara Kambu 48.257


19 Tanah Kosong / Gundul Kambu Kambu 33.552
20 Tegalan / Ladang Mokoau Kambu 146.482
21 Tegalan / Ladang Lalolara Kambu 14.317
22 Tegalan / Ladang Kambu Kambu 66.986
23 Tegalan / Ladang Padaleu Kambu 2.363
201

Tabel 22. Potensi Rawan Bencana Banjir Kecamatan Baruga, Poasia, dan Kambu
No. Kelas Potensi Desa Kecamatan Luas (Ha)
Anggoeya Poasia 4.5
Mokoau Kambu 3.080957
Baruga Baruga 17.637619
1. Bahaya Rendah Wundudopi Baruga 12.998993
Watubangga Baruga 1.597266
Lepo-Lepo Baruga 2.25
Padaleu Kambu 2.25
Anggoeya Poasia 49.216457
Mokoau Kambu 27.220695
Baruga Baruga 56.483586
Wundudopi Baruga 46.828807
Watubangga Baruga 35.728402
Lepo-Lepo Baruga 19.84738
2. Bahaya Sedang
Anduonohu Poasia 63.944778
Rahandouna Poasia 40.220951
Matabubu Poasia 7.408247
Lalolara Kambu 7.51007
Kambu Kambu 23.967118
Padaleu Kambu 20.402653
Anggoeya Poasia 39.665317
Mokoau Kambu 54.29138
Baruga Baruga 98.037804
Wundudopi Baruga 29.452995
Watubangga Baruga 53.327217
Lepo-Lepo Baruga 43.636793
3. Bahaya Tinggi
Anduonohu Poasia 177.1657997
Rahandouna Poasia 100.543554
Matabubu Poasia 11.239257
Lalolara Kambu 68.026439
Kambu Kambu 147.946118
Padaleu Kambu 29.221399
Lepo-Lepo Baruga 9.516784
Anduonohu Poasia 7.913644
4. Bahaya Sangat Tinggi Rahandouna Poasia 5.586356
Lalolara Kambu 14.696687
Kambu Kambu 24.75
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Ketinggian

Metode Kriging mengasumsikan bahwa nilai tengah (mean) pada populasi

sampel adalah konstan, tetapi tidak diketahui. Metode ini memiliki parameter

hubungan spasial yang membantu menginterpolasi antar data pada daerah penelitian.

Metode ini umumnya digunakan untuk menginterpolasi data udara seperti suhu

udara, lapisan ozon, maupun curah hujan pada penelitian. Gambar kedua

menjelaskan analisis ketinggian dengan menggunakan metode interpolasi kriging

dengan wilayah yang digunakan yaitu Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia Kota

Kendari. Praktikum kali ini membagi kelas titik ketinggian menjadi 5 kelas dengan

nilai ketinggian < 25 meter yaitu wilayah sangat rendah warna hijau tua dengan luas

pada wilayah kajian 1673.19 Ha , kelas kedua dengan ketinggian 25-50 meter yaitu

wilayah rendah warna hijau muda dengan luas 256.76 Ha, kelas ketiga dengan

ketinggian 50-75 meter yaitu wilayah sedang warna kuning dengan luas 756.63 Ha,

kelas keempat dengan ketinggian 75-100 meter yaitu wilayah dengan ketinggian

tinggi warna orange dengan luas 1744.94 Ha dan kelas terakhir dengan ketinggian >

100 meter yaitu wilayah yang sangat tinggi warna merah dengan luas 6912.60 Ha

B. Kemiringan

Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relatif terhadap

bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Gambar ketiga

menjelaskan analisis kemiringan lereng dengan menggunakan metode interpolasi

kriging dengan wilayah yang digunakan yaitu Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia

202
203

Kota Kendari. Praktikum kali ini membagi kelas titik ketinggian menjadi 5 kelas

yaitu kelas pertama berwarna hijau dengan kemiringan < 3 % berwarna hijau tua

memiliki luas sebesar 10069.51 Ha, kelas kedua berwarna hijau muda dengan

kemiringan 3-8% memiliki luas sebesar 426.39 Ha, kelas ketiga berwarna kuning

kelas kemiringan sedang yaitu 8-15 % dengan luas sebesar 466.40 Ha, kelas keempat

berwarna jingga kelas kemiringan terjal yaitu 15-30 % seluas 351.73 Ha, dan kelas

kemiringan terakhir berwarna merah sangat terjal yaitu lebih dari > 30 % memiliki

luas sebesar 25.57 Ha.

C. Sungai

Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat yang

lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut, danau

atau sungai yang lebih besar. Secara alami, sungai mengalir sambil melakukan

aktivitas yang satu sama lain saling berhubungan. Gambar keempat menjelaskan

analisis sungai dengan menggunakan analisis multiple ring buffer pada wilayah Kota

Kendari Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia. Dalam analisis multiple ring buffer

interval kelas yang digunakan yaitu < 100 m dengan luas 2073.42 Ha, 100-200 m

dengan luas 1684.46 Ha, 200-500 m dengan luas 4036.18 Ha, 500-700 m dengan

luas 1652 Ha dan > 700 m dengan luas 1069.69 Ha.

D. Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu tertentu

yang pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas permukaan tanah horizontal

yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun evaporasi. Gambar Kelima

menjelaskan curah hujan pada Kota Kendari Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia.
204

Pada peta tersebut menjelaskan hanya ada satu kelas curah hujan yaitu wilayah

dengan curah hujan rendah yaitu < 500 mm per tahunnya dengan luas 11339.37 Ha.

E. Jenis Tanah

Tanah merupakan salah satu material yang di dalamnya mengandung butiran

mineral padat yang tersedimentasi dan berasal dari pelapukan bahan organik serta

berisi zat cair dan gas yang mengisi ruang – ruang pada partikel padat. Pada gambar

6 (enam) menjelaskan jenis tanah pada wilayah Kota Kendari Kecamatan Baruga,

Kecamatan Kambu dan Kecamatan Poasia. Pada praktikum ini jenis tanah terbagi

menjadi 6 jenis tanah di Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia yaitu Kambisol

dengan luas 702.59 Ha, Litosol dengan luas 1945.28 Ha, Aluvial seluas 1746.86 Ha,

Mediteran seluas 438.78 Ha, Podsolik seluas 6088.95 Ha, dan Gleisol seluas 421.71

Ha.

F. Pola Permukiman

Pola permukiman adalah tempat manusia bermukim dan melakukan aktivitas

sehari-hari. Bentuk penyebaran penduduk dapat dilihat berdasarkan kondisi alam dan

aktivitas penduduk. Gambar ketujuh menjelaskan pola pemukiman pada wilayah

Kota Kendari Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia. Pada praktikum kali ini pola

pemukiman dibagi menjadi tiga bagian yaitu kurang teratur dengan luas 932.64 Ha,

pola teratur dengan luas 255.97 Ha dan pola tidak teratur dengan luas 297.17 Ha.

G. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia, baik secara

permanen maupun secara siklus terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan

sumber daya buatan secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk
205

mencukupi kebutuhan-kebutuhannya baik secara kebendaan maupun spiritual

ataupun dua-duanya. Gambar kedelapan menjelaskan penggunaan lahan pada

wilayah Kota Kendari Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia. Pada praktikum kali

ini penggunaan lahan pada Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia dibagi menjadi 10

penggunaan lahan yaitu diantaranya air laut seluas 7.66 Ha, air tambak seluas 282.94

Ha, air tawar sungai seluas 40.92 Ha, hutan rimba seluas 5655.54 Ha, padang rumput

seluas 3.33 Ha, perkebunan seluas 1937.02 Ha, permukiman dan tempat kegiatan

seluas 1485.79 Ha, sawah seluas 663.40 Ha, semak belukar atau alang-alang seluas

123.91, tanah kosong seluas 110.48 Ha, dan tegalan atau ladang seluas 1033.96 Ha.

H. Peta Rawan Bencana Banjir

Banjir merupakan peristiwa atau keadaan suatu daerah atau daratan terendam

karena peningkatan volume air. Dampak yang ditimbulkan dari banjir dapat berupa

adanya masalah kesehatan fisik dan mental, korban jiwa, kerusakan fasilitas umum,

dan kerugian harta benda. Gambar kesembilan menjelaskan peta rawan bencana

banjir pada wilayah Kota Kendari Kecamatan Baruga, Kecamatan Kambu dan

Kecamatan Poasia dengan menggunakan metode analisis weighted overlay pada data

titik ketinggian, kemiringan curah hujan, sungai, pola permukiman, penggunaan

lahan dan jenis tanah. Pada praktikum ini membagi kelas rawan bencana banjir

menjadi empat kelas yaitu bahaya rendah berwarna hijau tua dengan luas sebesar

44.314836 Ha, kemudian kelas bahaya sedang berwarna hijau muda dengan luas

sebesar 399.756417 Ha, selanjutnya kelas bahaya tinggi berwarna jingga dengan luas

sebesar 852.875372 Ha, dan terakhir kelas bahaya sangat tinggi berwarna merah
206

seluas 62.717084. Berdasarkan luasan tersebut maka yang mendominasi adalah kelas

bahaya tinggi.
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Metode weighted overlay merupakan analisis data spasial dengan menggunakan

teknik overlay beberapa peta raster yang berkaitan dengan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap penilaian kerentanan suatu masalah. Salah satu fungsi dari

metode ini adalah untuk menyelesaikan masalah yang memiliki banyak kriteria

seperti pemilihan lokasi yang optimal atau pemodelan kesesuaian.

2. Analisis overlay dengan metode weighted yaitu dengan melakukan pembobotan

pada tiap parameter yang kemudian akan di overlay. Dari hasisl metode ini

didapatkan peta rawan bencana banjir dengan empat kelas potensi yaitu bahaya

renda, bahaya sedang, bahaya tinggi, dan bahaya sangat tinggi.

B. Saran

Adapun saran dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Saran untuk Dosen

Untuk dosen terima kasih atas segala materi yang telah diberi sehingga

praktikan lebih bisa menguasai materi dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

2. Saran untuk Asisten

Saran untuk asisten diharapkan kedepannya dalam menjelaskan agar lebih

jelas dan tidak terburu-buru.

207
208

3. Saran untuk Praktikan

Untuk praktikan sebaiknya tidak telat dan tepat waktu saat konsul.

Selain itu, sebaiknya praktikan agar lebih menguasai teori dan tidak hanya

sekedar lancar di praktikum saja.

Anda mungkin juga menyukai