PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tahun terakhir ini. Sebagai suatu bentuk informasi, ketepatan dan ketelitian
penyimpanan, serta pengkajian datanya. Oleh karena itu, guna memperoleh informasi
yang tepat dan akurat, semua komponen tersebut perlu dikembangkan secara terpadu
dalam suatu sistem yang dikenal dengan nama sistem informasi geografis (SIG).
menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut analisa spasial.
dengan istilah analisa spasial, tidak seperti sistem informasi yang lain yaitu dengan
attribut-attribut pada bermacam fenomena seperti umur seseorang, tipe jalan, dan
sebagainya, yang secara bersama dengan informasi seperti dimana seseorang tinggal
atau lokasi suatu jalan. Analisa Spasial dilakukan dengan mengoverlay dua peta yang
Metode Overlay adalah suatu sistem informasi dalam bentuk grafis yang
yang spesifik). Overlay peta dilakukan minimal dengan 2 jenis peta yang berbeda
166
167
secara teknis dikatakan harus adat polygon yang terbentuk dari 2 jenis peta yang
memetakan, dan menganalisis data raster berbasis sel, selain itu untuk melaksanakan
B. Tujuan Praktikum
1. Melatih mahasiswa dalam melakukan overlay dan pengolahan data berbasis data
raster.
C. Manfaat Praktikum
1. Manfaat Praktis
dipelajari dalam beberapa waktu. Bagi mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi
2. Manfaat Teoritis
langkah-langkah melakukan overlay, serta data dan tahapan apa saja dalam
D. Batasan Masalah
Kecamatan Poasia.
menggunakan basis data yang memiliki referensi spasial atau berkoordinat geografi.
Sebagai suatu sistem yang berbasis komputer, paling tidak ada empat pendekatan
yang bisa dipergunakan untuk mendefinisikan dan membagi SIG, yaitu pendekatan
perangkat keras, perangkat lunak, data geografis, dan sumberdaya manusia yang
menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis (Lestari dan Arsyad,
2018).
SIG dapat berfungsi sebagai bank data terpadu, yaitu dapat memandu data
spasial dan non spasial dalam suatu basis data terpadu. Sistem modeling dan analisis
dapat digunakan sebagai sarana evaluasi potensi wilayah dan perencanaan spasial.
operasional dan administrasi lokasi geografis. SIG juga berguna sebagai sistem
pemetaan komputasi yang dapat menyajikan suatu peta yang sesuai dengan
168
169
seperti pemetaan bencana banjir. Salah satu metode atau pendekatan yaitu
dua yaitu sistem manual (analog) dan sistem otomatis (berbasis digital). Sistem
transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistic dan laporan
survey lapangan yang dikompilasi dan dianalisis secara manual. Sedangkan sistem
melalui proses giditasi. Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau foto udara
digital serta foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi
B. Data Raster
pixel-pixel sebagai unit terkecil. Foto digital seperti foto satelit merupakan bagian
dari data raster pada peta. Data raster terdiri dari kolom dan baris, dimana tiap cell
menyimpan nilai warna. Data raster disimpan dalam berbagai format seperti TIF,
Data spasial terbagi atas 2 representasi yaitu representasi data raster dan data
vektor. Model data raster adalah model data yang berupa image. Model data raster
akan disimpan dalam bentuk grid, dimana setiap grid mewakili data tertentu. Model
170
data vektor adalah model data yang didefinisikan dalam suatu bentuk garis, poligon,
Informasi yang terdapat dalam satu pixel dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian
yaitu data atribut dimana data atribut dapat mengenai suatu object seperti perumahan,
gedung, sawah, dan lain – lain. Dan juga data koordinat yang menunjukkan posisi
spasial dengan menggunakan struktur matrix dan pixel yang membentuk garis.
Akurasi model data ini sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pixel-nya ( sel
grid ) di permukaan bumi. Contoh data raster adalah citra satelit misalnya Spot,
Landsat, dll konsep model data ini adalah dengan memberikan nilai yang berbeda
untuk tiap-tiap pixel atau grid dari kondisi yang berbeda (Budiarto, 2019).
C. Overlay
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode weighted overlay.
teknik overlay beberapa peta raster yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penilaian kerentanan suatu masalah. Salah satu fungsi dari
metode ini adalah untuk menyelesaikan masalah yang memiliki banyak kriteria
seperti pemilihan lokasi yang optimal atau pemodelan kesesuaian. Weighted Overlay
dapat mengkombinasikan berbagai macam input dalam bentuk peta grid dengan
171
Kusuma, 2020).
Metode Overlay adalah suatu sistem informasi dalam bentuk grafis yang
yang spesifik). Overlay peta dilakukan minimal dengan 2 jenis peta yang berbeda
secara teknis dikatakan harus adat polygon yang terbentuk dari 2 jenis peta yang
lainya sehingga menghasilkan data baru parameternya antara lain adalah curah hujan,
kemiringan lereng, jenis tanah, jenis batuan dan tutupan lahan yang ada selanjutnya
diurutkan dari yang paling rendah hingga tinggi lalu selanjutnya dilakukan intersect
pada aplikasi arcgis untuk menumpangsusunkan setiap 2 atau lebih data attribute
dari sebuah polygon untuk menemukan hasil nilai dari setiap data (Taruna dkk.,
2021).
menggabungkan beberapa unsur spasial menjadi unsur spasial yang baru. Dengan
kata lain, overlay dapat didefinisikan sebagai operasi spasial yang menggabungkan
layer geografik yang berbeda untuk mendapatkan informasi baru. Overlay dapat
Tahapan dalam analisis weighted overlay adalah memasukkan data yang akan
dioverlay (add raster), pemilihan field input yang akan dioverlay (select field),
pemberian bobot pada data input (asssign weights for input raster), dan evaluasi
172
untuk mendapatkan output overlay (run the weighted overlay tool) (Purwanto dan
Iswandi, 2019).
D. Banjir
penumpukan air yang jatuh dan tidak dapat ditampung oleh tanah. Peristiwa alam,
seperti banjir ini bukanlah hal yang baru terjadi pada suatu wilayah perkotaan. Banjir
adalah bencana yang diakibatkan curah hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi
dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga dapat merendam wilayah-
wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang ada di sana. Banjir yang
terjadi ini juga dapat disebabkan karena terjadinya jebol pada system aliran air yang
ada, sehingga daerah yang lebih rendah terkena dampak dari kiriman banjir (Eldi,
2020).
Banjir adalah luapan atau genangan dari sungai atau badan air lainnya yang
disebabkan oleh curah hujan yang berlebihan atau salju yang mencair atau dapat pula
karena gelombang pasang yang membanjiri kebanyakan pada dataran banjir. Potensi
bencana banjir di Indonesia sangat besar dilihat dari topografi dataran rendah,
cekungan dan sebagian besar wilayahnya adalah lautan (Mardikaningsih dkk., 2017).
air (KBBI). Bencana banjir tentu saja memiliki dampak. Dampak dari bencana banjir
173
dapat dibagi menjadi 3, yaitu dampak primer, dampak sekunder dan dampak tersier
Banjir adalah salah satu bentuk bencana di Indonesia yang terjadi hampir
setiap tahun. Dalam 10 tahun terakhir, bencana banjir selalu menempati posisi
Reference Handbook bencana banjir terbesar pernah terjadi di Indonesia, yaitu pada
Kalimantan Tengah, Bengkulu, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Papua. Banjir terjadi hampir di sebagian besar
kawasan rawan banjir, di tahun 2019 mengalami banjir besar (Qodriyatun, 2020).
Bencana banjir merupakan salah satu bencana alam yang selalu terjadi di
berbagai Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap musim hujan datang
bencana banjir selalu terjadi. Berdasarkan nilai kerusakan dan kerugian ditimbulkan
dari bencana banjir terlihat masyarakat cukup resah dengan dampak yang diterima
dari bencana ini. Intensitas curah hujan yang berlebih dan permukaan tanah yang
lebih rendah dibandingkan tinggi muka air laut menjadi salah satu faktor alam
174
175
C. Membuat field baru pada masing-masing data dengan cara mengeklik kanan
mengeklik table options setelah itu mengeklik add field, nama field ini yaitu
keterangan dengan type text kemudian ok. Memasukkan nilai pada field
keterangan sesuai dengan nilai skor yang terdapat pada atribut table.
D. Mengubah ketujuh data tersebut menjadi data raster dengan cara mengeklik
priority field masukkan field skoring setelah itu pada cellsize memasukkan nilai
30 kemudian ok.
176
kemudian pada input raster masukkan ketujuh parameter hal ini dilakukan satu
J. Pada scale valuenya nilai didalamnya disesuaikan dengan nilai skoring pada
pada masing-masing parameter yang jika dijumlahkan hasilnya sama dengan 100
kemudian ok.
dilaksanakan pada hari Sabtu, 25 Desember 2021 pada pukul 13.00 sampai 17.10
Timur, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan. Kecamatan
Lintang Selatan dan 122o32’01” – 122o36’04” Bujur Timur. Kecamatan Poasia secara
Kecamatan Abeli, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu, dan
Kecamatan Baruga. Jumlah penduduk pada Kecamatan Poasia sebesar 37.817 jiwa
(BPS, 2020).
178
Kecamatan Kambu di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mandonga,
sebelah
179
180
selatan berbatasan dengan Kecamatan Baruga dan Kecamatan Poasia, sebelah timur
B. Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
C. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
D. Data Praktikum
1. Data Primer
Data primer adalah data pertama kali yang dikumpulkan oleh peneliti melalui
upaya pengambilan data di lapangan langsung. Karena hal inilah data primer disebut
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan berbagai informasi yang telah ada sebelumnya dan
kebutuhan data penelitian. Data sekunder yang digunakan pada praktikum ini adalah
data curah hujan, data ketinggian, data kemiringan lereng, data pola permukiman,
183
data penggunaan lahan, data jarak sungai, data jenis tanah, dan peta administrasi
Kota Kendari.
E. Tahapan Praktikum
1. Tahapan Persiapan
menyiapkan alat dan bahan praktikum seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2.
2. Tahapan Literatur
Pada praktikum ini literatur yang digunakan yaitu jurnal yang dipublish 5
tahun terakhir. Jurnalnya yaitu mengenai sistem informasi geografi, data raster,
3. Tahapan Scoring
Tahapn ini dilakukan dengan memasukkan nilai bobot yang telah diberikan
sesuai dengan parameter yang telah diberikan pada atributte table masing-masing
parameter.
Analisis overlay yang digunakan pada praktikum ini adalah analisis weighted
tahapan ini dilakukan untuk membuat gambaran serta informasi yang ada di dalam
peta. Informasi yang ada seperti judul peta, legenda, skala peta, hingga sumber peta.
BAB V
HASIL
Gambar 37. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
186
187
Gambar 38. Peta Jarak dari Sungai Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
188
Gambar 39. Peta Curah Huja Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
189
Gambar 40. Peta Jenis Tanah Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
190
Gambar 41. Peta Pola Permukiman Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
191
Gambar 42. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
192
Gambar 43. Peta Rawan Bencana Banjir Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
193
Tabel 22. Potensi Rawan Bencana Banjir Kecamatan Baruga, Poasia, dan Kambu
No. Kelas Potensi Desa Kecamatan Luas (Ha)
Anggoeya Poasia 4.5
Mokoau Kambu 3.080957
Baruga Baruga 17.637619
1. Bahaya Rendah Wundudopi Baruga 12.998993
Watubangga Baruga 1.597266
Lepo-Lepo Baruga 2.25
Padaleu Kambu 2.25
Anggoeya Poasia 49.216457
Mokoau Kambu 27.220695
Baruga Baruga 56.483586
Wundudopi Baruga 46.828807
Watubangga Baruga 35.728402
Lepo-Lepo Baruga 19.84738
2. Bahaya Sedang
Anduonohu Poasia 63.944778
Rahandouna Poasia 40.220951
Matabubu Poasia 7.408247
Lalolara Kambu 7.51007
Kambu Kambu 23.967118
Padaleu Kambu 20.402653
Anggoeya Poasia 39.665317
Mokoau Kambu 54.29138
Baruga Baruga 98.037804
Wundudopi Baruga 29.452995
Watubangga Baruga 53.327217
Lepo-Lepo Baruga 43.636793
3. Bahaya Tinggi
Anduonohu Poasia 177.1657997
Rahandouna Poasia 100.543554
Matabubu Poasia 11.239257
Lalolara Kambu 68.026439
Kambu Kambu 147.946118
Padaleu Kambu 29.221399
Lepo-Lepo Baruga 9.516784
Anduonohu Poasia 7.913644
4. Bahaya Sangat Tinggi Rahandouna Poasia 5.586356
Lalolara Kambu 14.696687
Kambu Kambu 24.75
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Ketinggian
sampel adalah konstan, tetapi tidak diketahui. Metode ini memiliki parameter
hubungan spasial yang membantu menginterpolasi antar data pada daerah penelitian.
Metode ini umumnya digunakan untuk menginterpolasi data udara seperti suhu
udara, lapisan ozon, maupun curah hujan pada penelitian. Gambar kedua
dengan wilayah yang digunakan yaitu Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia Kota
Kendari. Praktikum kali ini membagi kelas titik ketinggian menjadi 5 kelas dengan
nilai ketinggian < 25 meter yaitu wilayah sangat rendah warna hijau tua dengan luas
pada wilayah kajian 1673.19 Ha , kelas kedua dengan ketinggian 25-50 meter yaitu
wilayah rendah warna hijau muda dengan luas 256.76 Ha, kelas ketiga dengan
ketinggian 50-75 meter yaitu wilayah sedang warna kuning dengan luas 756.63 Ha,
kelas keempat dengan ketinggian 75-100 meter yaitu wilayah dengan ketinggian
tinggi warna orange dengan luas 1744.94 Ha dan kelas terakhir dengan ketinggian >
100 meter yaitu wilayah yang sangat tinggi warna merah dengan luas 6912.60 Ha
B. Kemiringan
bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Gambar ketiga
kriging dengan wilayah yang digunakan yaitu Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia
202
203
Kota Kendari. Praktikum kali ini membagi kelas titik ketinggian menjadi 5 kelas
yaitu kelas pertama berwarna hijau dengan kemiringan < 3 % berwarna hijau tua
memiliki luas sebesar 10069.51 Ha, kelas kedua berwarna hijau muda dengan
kemiringan 3-8% memiliki luas sebesar 426.39 Ha, kelas ketiga berwarna kuning
kelas kemiringan sedang yaitu 8-15 % dengan luas sebesar 466.40 Ha, kelas keempat
berwarna jingga kelas kemiringan terjal yaitu 15-30 % seluas 351.73 Ha, dan kelas
kemiringan terakhir berwarna merah sangat terjal yaitu lebih dari > 30 % memiliki
C. Sungai
Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat yang
lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut, danau
atau sungai yang lebih besar. Secara alami, sungai mengalir sambil melakukan
aktivitas yang satu sama lain saling berhubungan. Gambar keempat menjelaskan
analisis sungai dengan menggunakan analisis multiple ring buffer pada wilayah Kota
Kendari Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia. Dalam analisis multiple ring buffer
interval kelas yang digunakan yaitu < 100 m dengan luas 2073.42 Ha, 100-200 m
dengan luas 1684.46 Ha, 200-500 m dengan luas 4036.18 Ha, 500-700 m dengan
D. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu tertentu
yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun evaporasi. Gambar Kelima
menjelaskan curah hujan pada Kota Kendari Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia.
204
Pada peta tersebut menjelaskan hanya ada satu kelas curah hujan yaitu wilayah
dengan curah hujan rendah yaitu < 500 mm per tahunnya dengan luas 11339.37 Ha.
E. Jenis Tanah
mineral padat yang tersedimentasi dan berasal dari pelapukan bahan organik serta
berisi zat cair dan gas yang mengisi ruang – ruang pada partikel padat. Pada gambar
6 (enam) menjelaskan jenis tanah pada wilayah Kota Kendari Kecamatan Baruga,
Kecamatan Kambu dan Kecamatan Poasia. Pada praktikum ini jenis tanah terbagi
menjadi 6 jenis tanah di Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia yaitu Kambisol
dengan luas 702.59 Ha, Litosol dengan luas 1945.28 Ha, Aluvial seluas 1746.86 Ha,
Mediteran seluas 438.78 Ha, Podsolik seluas 6088.95 Ha, dan Gleisol seluas 421.71
Ha.
F. Pola Permukiman
Kota Kendari Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia. Pada praktikum kali ini pola
pemukiman dibagi menjadi tiga bagian yaitu kurang teratur dengan luas 932.64 Ha,
pola teratur dengan luas 255.97 Ha dan pola tidak teratur dengan luas 297.17 Ha.
G. Penggunaan Lahan
permanen maupun secara siklus terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan
sumber daya buatan secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk
205
wilayah Kota Kendari Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia. Pada praktikum kali
ini penggunaan lahan pada Kecamatan Baruga, Kambu dan Poasia dibagi menjadi 10
penggunaan lahan yaitu diantaranya air laut seluas 7.66 Ha, air tambak seluas 282.94
Ha, air tawar sungai seluas 40.92 Ha, hutan rimba seluas 5655.54 Ha, padang rumput
seluas 3.33 Ha, perkebunan seluas 1937.02 Ha, permukiman dan tempat kegiatan
seluas 1485.79 Ha, sawah seluas 663.40 Ha, semak belukar atau alang-alang seluas
123.91, tanah kosong seluas 110.48 Ha, dan tegalan atau ladang seluas 1033.96 Ha.
Banjir merupakan peristiwa atau keadaan suatu daerah atau daratan terendam
karena peningkatan volume air. Dampak yang ditimbulkan dari banjir dapat berupa
adanya masalah kesehatan fisik dan mental, korban jiwa, kerusakan fasilitas umum,
dan kerugian harta benda. Gambar kesembilan menjelaskan peta rawan bencana
banjir pada wilayah Kota Kendari Kecamatan Baruga, Kecamatan Kambu dan
Kecamatan Poasia dengan menggunakan metode analisis weighted overlay pada data
lahan dan jenis tanah. Pada praktikum ini membagi kelas rawan bencana banjir
menjadi empat kelas yaitu bahaya rendah berwarna hijau tua dengan luas sebesar
44.314836 Ha, kemudian kelas bahaya sedang berwarna hijau muda dengan luas
sebesar 399.756417 Ha, selanjutnya kelas bahaya tinggi berwarna jingga dengan luas
sebesar 852.875372 Ha, dan terakhir kelas bahaya sangat tinggi berwarna merah
206
seluas 62.717084. Berdasarkan luasan tersebut maka yang mendominasi adalah kelas
bahaya tinggi.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
teknik overlay beberapa peta raster yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penilaian kerentanan suatu masalah. Salah satu fungsi dari
metode ini adalah untuk menyelesaikan masalah yang memiliki banyak kriteria
pada tiap parameter yang kemudian akan di overlay. Dari hasisl metode ini
didapatkan peta rawan bencana banjir dengan empat kelas potensi yaitu bahaya
B. Saran
Untuk dosen terima kasih atas segala materi yang telah diberi sehingga
praktikan lebih bisa menguasai materi dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
207
208
Untuk praktikan sebaiknya tidak telat dan tepat waktu saat konsul.
Selain itu, sebaiknya praktikan agar lebih menguasai teori dan tidak hanya