Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022

Yogyakarta, 17 Juni 2006

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN JALUR


JALAN OPTIMUM KODYA YOGYAKARTA
Taufiq Hidayat, Agus Qomaruddin Munir
Laboratorium Pemrograman dan Informatika Teori, Jurusan Teknik Informatika,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indoneisa
E-mail: taufiqhid@fti.uii.ac.id

ABSTRAKSI
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah teknologi yang menjadi alat bantu dan sangat esensial untuk
menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi geografis. Terdapat 2 jenis
data dalam Sistem Informasi Geografis, yaitu data spasial dan data non-spasial. Data spasial adalah data
keruangan sebuah letak geografis, sedangkan data non-spasial menyatakan atribut dari letak geografis tersebut.
Salah satu problem dalam Sistem Informasi Geografis adalah pencarian jalur jalan. Penelitian ini
bertujuan untuk merancang perangkat lunak untuk menyelesaikan problem tersebut yang akan
diimplementasikan dengan studi kasus jaringan jalan di Kodya Yogyakarta. Rancangan berbentuk DFD,
struktur data, dan algoritma yang berbasiskan Algoritma Dijkstra.
Hasil penelitian sudah dapat diimplementasikan meskipun diperlukan beberapa kajian untuk peningkatan
efisiensi kinerja sistem.

Kata kunci: SIG, jalur jalan optimum, Algoritma Dijkstra,

1. PENDAHULUAN 2. LANDASAN TEORI


Perkembangan teknologi informasi sangat 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis
cepat seiring dengan kebutuhan akan informasi dan SIG merupakan suatu sistem atau
pertumbuhan tingkat kecerdasan manusia. Saat ini sekumpulan objek, ide yang saling berhubungan
telah banyak sistem informasi yang digunakan untuk (inter-relasi) yang bertujuan dan bersasaran untuk
menunjang dan menyelesaikan suatu permasalahan menampilkan informasi geografis sehingga dapat
yang biasanya timbul dalam suatu organisasi, mejadi suatu teknologi perangkat lunak sebagai alat
perusahaan atau instansi pemerintahan. Sistem bantu untuk pemasukkan, penyimpanan, manipulasi,
informasi diharapkan dapat meningkatkan kinerja analisis, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi
dari suatu organisasi ataupun instansi agar lebih alam dengan bantuan data atribut dan keruangan.
efektif dan efisien serta mudah dalam penerimaan Pemahaman mengenai “dunia nyata” akan semakin
informasi yang ingin disampaikan. Begitu juga baik jika proses-proses manipulasi dan presentasi
dalam bidang Sistem Informasi Geografis (SIG) atau data yang direlasikan dengan lokasi-lokasi geografis
Geographic Information System (GIS) yaitu yang telah dimengerti [1][5][5].
teknologi yang menjadi alat bantu dan sangat Menurut beberapa ahli, sistem informasi
esensial untuk menyimpan, memanipulasi, geografis memiliki pengertian yang berbeda-beda.
menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi- Berikut ini adalah definisi-definisi SIG [5][6]:
kondisi alam dengan bantuan data atribut dan 1. SIG adalah sistem komputer yang digunakan
keruangan. untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa,
Sistem Informasi Geografis (SIG) mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa,
mempunyai kemampuan untuk dapat mengubah dan menampilkan data yang berhubungan dengan
suatu sistem dari yang semula menggunakan posisi di permukaan bumi.
konvensional yaitu sistem yang hanya dapat 2. SIG adalah kombinasi perangkat keras dan
menampilkan data atribut saja menjadi sebuah perangkat lunak komputer yang memungkinkan
sistem yang mempunyai basis grafis atau gambar untuk mengelola, menganalisa, dan memetakan
berikut dengan data keruangan beserta atributnya. informasi spasial berikut data atributnya dengan
Dalam perkembangannya Sistem Informasi akurasi kartografi.
Geografis dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam 3. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan
mengambil keputusan, salah satu contohnya adalah teknologi yang diperlukan yaitu data spasial,
untuk menempuh suatu perjalanan misalnya. perangkat keras, perangkat lunak, dan struktur
Untuk itu tujuan dari makalah akan organisasi.
merancang sebuah Sistem Informasi Geografis 4. SIG adalah teknologi informasi yang dapat
tentang ruas jalan-jalan di Kodya Yogyakarta menganalisa, menyimpan, dan menampilkan baik
beserta fasilitas-fasilitas umum yang ada. Sistem ini data spasial maupun data non-spasial, yang
juga diharapkan dapat menentukan jalur jalan mengkombinasikan kekuatan perangkat lunak
optimum dari 2 tempat berbeda, baik tempat itu basisdata relasional dan paket perangkat lunak
berupa jalan maupun fasilitas umum. CAD.

I-45
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 17 Juni 2006

Didorong dengan perkembangan teknologi 2.3 Graph


dan pasar SIG, paradigma perangkat lunak SIG telah Sebuah graph (G) dinyatakan sebagai
mengalami perubahan beberapa kali [7], yaitu dari pasangan tupel
GIS functional packages hingga integrated huge G = (V, E)
system, dari modular GIS sampai component GIS, dengan
dari desktop GIS sampai network-centric GIS, dan V : himpunan berhingga verteks/node
dari traditional client/server GIS ke distributed GIS. E : himpunan berhingga edge.
Tiap-tiap perubahan tersebut menandai proses dalam
sejarah perkembangan SIG. Jika sebuah edge (v1, v2) terdapat di E maka
v1 dan v2 terdapat di V. Sebuah graph disebut
2.2 Model Data Sistem Informasi Geografis berbobot jika setiap edge (v1, v2) memiliki nilai yang
Model data yang akan digunakan dari bentuk dunia disebut sebagai bobot. Sebuah edge dalam graph
nyata harus diimplementasikan ke dalam basisdata. berbobot dinyatakan dalam bentuk (v1, v2, k)
Data ini dimasukkan ke dalam komputer yang dengan
kemudian memanipulasi objek dasar yang memiliki v1 dan v2 : verteks di V
atribut geometri (entity spasial/entity goegrafis)[5]. k : bobot
Secara umum persepsi manusia mengenai bentuk
representasi entity spasial adalah konsep raster dan Sebuah graph dapat dinyatakan dalam bentuk
vektor. Dengan demikian data spasial gambar dengan lingkaran menyatakan verteks dan
direpresentasikan di dalam basisdata sebagai raster busur yang menghubungkan lingkaran menyatakan
atau vektor. Dalam hal ini sering digunakan model sisi. Gambar 1 adalah contoh sebuah graph berbobot.
data raster atau model data vektor. Jika dinyatakan dalam bentuk G = (V, E) maka
Berikut merupakan model data Sistem V = {1, 2, 3, 4, 5}
Informasi Geografis[5]: E = {(1,2,5), (1,3,8), (2,3,1), (2,4,10),
1. Data Raster (3,4,3), (4,5,9)}
Model data raster memberikan informasi
spasial apa yang terjadi di mana saja dalam bentuk
gambaran yang digeneralisir. Dengan model ini,
dunia nyata disajikan sebagai elemen matrik atau
sel-sel grid yang homogen. Dengan model data
raster, data geografi ditandai oleh nilai-nilai
(bilangan) elemen matrik persegi panjang dari suatu
objek. Dengan demikian, secara konseptual model
data raster merupakan model data spasial yang Gambar 1. Contoh graph berbobot
paling sederhana.
Data Raster biasanya disimpan sebagai 3. PEMBAHASAN
susunan dari nilai-nilai garis dengan header yang 3.1 Analisis Kebutuhan
menyimpan metadata tentang susunan tersebut. Kebutuhan data input atau masukan terdiri
Akurasi model data ini sangat bergantung pada dari data spasial dan data non spasial. Data spasial
resolusi atau ukuran pikselnya di permukaan bumi. dalam model vektor. Untuk kebutuhan data input
atau masukan data spasial dari sistem informasi
2. Data Vektor geografis ini adalah sebagai berikut:
Model data vektor menampilkan, 1. Data jalan, berupa data tentang kode jalan,
menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan nama jalan, layer jalan dan panjang jalan.
menggunakan titik-titik, garis atau kurva, atau 2. Data network, berupa data tentang panjang
polygon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk jalan, tipe jalan, kelas jalan, nama jalan dan
dasar representasi data spasial ini, di dalam model layer network.
data vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat 3. Data fasilitas umum, berupa data tentang kode
kartesian dua dimensi (x,y). Di dalam model data fasilitas umum, nama fasilitas umum, tipe
spasial vector, garis- garis atau kurva (busur atau fasilitas umum, dan layer fasilitas umum.
arcs) merupakan sekumpulan titik-titik terurut yang 4. Data sungai, berupa data tentang kode sungai,
dihubungkan. Sedangkan luasan atau polygon juga nama sungai, layer sungai, luas sungai dan
disimpan sebagai sekumpulan list (sekumpulan data keliling sungai.
atau objek yang saling terkait secara dinamis 5. Data mainroad, berupa data tentang kode
menggunakan pointer) titik-titik, tetapi dengan mainroad, nama mainroad, luas mainroad,
asumsi bahwa titik awal dan titik akhir polygon layer mainroad dan keliling mainroad.
memiliki nilai koordinat yang sama (polygon 6. Data ringroad, berupa data tentang kode
tertutup sempurna). ringroad, nama ringroad, luas ringroad, layer
ringroad dan keliling ringroad.

I-46
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 17 Juni 2006

7. Data rel KA, berupa data tentang kode rel, layer Level 2 dari Proses Penentuan Jalur Jalan
rel dan panjang rel. ditunjukkan oleh Gambar 4.
8. Data wilayah, berupa data tentang kode
wilayah, nama wilayah, luas wilayah, layer
wilayah dan keliling wilayah.
9. Data POI (point of interest), berupa data tentang
nama, fasilitas, tipe fasilitas dan layer fasilitas.

Sedangkan kebutuhan keluaran yang


diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Informasi tentang jalur jalan optimum/rute dari
peta ruas jalan.
2. Informasi ruas jalan Kodya Yogyakarta.
3. Informasi letak fasilitas umum di Kodya
Yogyakarta.
4. Informasi sungai di Kodya Yogyakarta. Gambar 3. DFD Level 1
5. Informasi mainroad di Kodya Yogyakarta.
6. Informasi ringroad di Yogyakarta.
7. Informasi wilayah di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.

3.2 Perancangan Sistem


Perancangan sistem menggunakan diagram
aliran data (DFD, Data Flow Diagram). Rancangan
sistem yang akan ditampilkan tidak hanya
membahas rancangan sistem penentuan jalur
optimum, tetapi juga rancangan sistem jika
diimplementasikan dengan menggunakan web.

Gambar 4. DFD Level 2 dari Proses Penentuan


Jalur Jalan
Gambar 2. DFD Level 0
Ada 3 subproses dari proses tersebut. Secara
Gambar 2 adalah rancangan DFD Level 0.
ringkas ketiga subproses itu adalah:
Entitas luar Admin bertugas untuk mengelola sistem,
1. Proses Pembentukan Graph
sedangkan entitas luar User dapat menggunakan
Proses ini mengubah data spasial menjadi graph.
sistem untuk mendapatkan informasi yang
Graph ini terbentuk dari semua data spasial jalan
dibutuhkan. Data spasial berupa peta. Pada diagram,
sehingga dapat dikatakan bahwa graph ini adalah
data spasial berupa Peta Geografis untuk setiap data
representasi jaringan jalan. Verteks dari graph
spasial.
tersebut berupa persimpangan jalan. Sedangkan
Informasi tentang jalur utama diberikan lewat
edge dari graph menunjukkan jalan yang
data Rute Jalur Jalan. Untuk menentukan Rute Jalur
menghubungkan setiap persimpangan, dengan
Jalan, diperlukan data Posisi Awal dan Posisi Akhir.
bobot edge adalah jarak persimpangan.
Posisi Awal dan Posisi Akhir dapat berupa jalan atau
Dengan model ini, sebuah jalan dapat membentuk
fasilitas umum.
lebih dari satu edge. Ini tergantung banyaknya
Gambar 3 adalah DFD level 1 dari sistem.
persimpangan yang terdapat di jalan tersebut.
Proses utama dari sistem terdapat Proses 1
Selain persimpangan, maksimal 2 verteks dapat
Penentuan Jalur Jalan. Penentuan Jalur Jalan
berupa sebuah lokasi fasilitas umum. Verteks ini
membutuhkan data spasial, data non spasial, dan
adalah representasi dari posisi awal atau posisi
Posisi Awal serta Posisi Akhir dari jalur yang dicari.
akhir jika salah satu atau kedua posisi tersebut
adalah fasilitas umum.

I-47
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 17 Juni 2006

a 31,75 x 12,7 b
2. Proses Implementasi Algoritma Dijkstra
Proses ini menentukan jalur jalan optimum dari 22,22 d 28,57
graph yang menyatakan jaringan jalan. Proses 19,2 25,71

juga membutuhkan verteks awal dan verteks akhir c 12,7 e

yang menunjukkan posisi awal dan posisi akhir. 23,81 34,13


Hasil yang diberikan oleh proses ini berupa jalur 20,63 h
g
dalam bentuk urutan verteks. Proses ini 18,46 15,47 k
menggunakan algoritma Dijkstra [2][4]. y
f 10,31
3. Proses Pembentukan Route. 16,83 5,16
25,7
Proses ini membangkitkan gambar peta jaringan 19,19
i
jalan dari data spasial sekaligus jalur jalan hasil j

penentuan Proses Implementasi Algoritma Gambar 6. Graph dari Jaringan Jalan


Disjktra.
Algoritma Dijkstra untuk mencari jalur (P)
3.3 Perancangan Struktur Data dan Algoritma dari verteks z dan verteks y:
Berdasarkan perancangan sistem yang 1. Inisialisasi verteks
dibahas di subbab 3.2, diperlukan tipe data abstrak S = {x}
graph yang menyatakan jaringan jalan. Tipe data ini C (x) = [0,−]
diperlukan untuk mempermudah pencarian jalur ⎧[d , x] * , k ∈ V − {x} ∧ ( x, k , d ) ∈ E
jalan optimum yang menghubungkan dua tempat, C (k ) = ⎨
⎩[∞, x] * otherwise
yang menggunakan algoritma Disjktra.
2. Tentukan m ∈ V − S sehingga C (m) = [d , z ] *
untuk sembarang z dan d minimum.
A B
3. Ubah
X C ( m) = [ d , z ]
C
S = S ∪ {m}
D
E 4. Jika m=y maka ke langkah 7.
5. Untuk setiap n ∈ V − S , (n, m, k ) ∈ E , dan
H
G C (n) = [d n , v] * , ubah
Y ⎧ [d , v] * , d n ≤ d + k
F I K C ( n) = ⎨ n
J
⎩[d + k , m] * , otherwise
6. Kembali ke langkah 2.
Gambar 5. Peta Jaringan Jalan 7. Inisialisasi
P= y
Misalkan diketahui sebuah peta jaringan jalan v= y
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5 dan akan 8. Misal C (v) = [d v , w]
dicari jalur jalan yang menghubungkan 2 lokasi yang 9. Jika w=x maka berhenti.
digambarkan dengan segitiga dan bujursangkar. 10. Ubah
Label huruf yang ada di peta hanya sebagai ilustrasi P=w→P
untuk memudahkan penjelasan. Label a s/d k adalah v=w
persimpangan-persimpangan yang ada. Sedangkan 11. Kembali ke langkah 8.
label x dan y adalah posisi awal dan posisi akhir.
Graph berbobot yang dibentuk dari peta Misalkan Algoritma Dijkstra diterapkan
tersebut ditunjukkan pada Gambar 6. Bobot edge untuk graph pada Gambar 6, sampai langkah ke-6,
tidak harus menunjukkan jarak sebenarnya, tetapi diperoleh nilai label untuk setiap verteks seperti
jarak dalam peta juga bisa digunakan. Yang tampak pada Tabel 1a dan Tabel 1b. Iterasi
dipentingkan dari nilai bobot adalah menyatakan dihentikan pada saat diperoleh label tetap pada
perbandingan jarak. verteks y.
Misalkan diketahui sebuah graph G=(V,E) Dari Tabel 1a dan 1b, diperoleh jalur
dengan verteks awal dan verteks akhir adalah x,y∈V, minimum dari x dan y adalah sebagai berikut:
S adalah himpunan verteks-verteks pembentuk jalur, x,b,e,d,h,y
C(z) adalah label pada verteks z. C(z) = [d, v] untuk dengan total bobot adalah 95,15.
label tetap atau C(z) = [d,v]* untuk label sementara,
dengan d adalah jarak minimum z dari x dan v Jika jalur yang diperoleh tersebut
adalah verteks sebelumnya dari jalur x ke z yang dikembalikan ke peta maka jalan yang digambarkan
minimum. dengan garis putus-putus adalah jalur yang
dimaksud.

I-48
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 17 Juni 2006

Tabel 1a. Algoritma Disjktra untuk graph pada Tabel 2b. Algoritma Disjktra untuk graph pada
Gambar 1 Gambar 1
Iterasi S C(k) m Iterasi S C(k) m
0 {x} C(x) : [0,-] b 6 {x, b, a, e, C(x) : [0,-] g
C(a) : [31.75, x]* c, d, k} C(a) : [31.75, x]
C(b) : [12.7, x]* C(b) : [12.7, x]
C(c) : [∝, x]* C(c) : [53.97, a]
C(d) : [∝, x]* C(d) : [66.98, e]
C(e) : [∝, x]* C(e) : [41.27, b]
C(f) : [∝, x]* C(f) : [∝, x]*
C(g) : [∝, x]* C(g) : [77.78, c]*
C(h) : [∝, x]* C(h) : [79.68, d]*
C(i) : [∝, x]* C(i) : [∝, x]*
C(j) : [∝, x]* C(j) : [∝, x]*
C(k) : [∝, x]* C(k) : [75.4, e]
C(y) : [∝, x]* C(y) : [101, k]*
1 {x, b} C(x) : [0,-] a 7 {x, b, a, e, C(x) : [0,-] h
C(a) : [31.75, x]* c, d, k, g} C(a) : [31.75, x]
C(b) : [12.7, x] C(b) : [12.7, x]
C(c) : [53.97, a]
C© : [∝, x]* C(d) : [66.98, e]
C(d) : [∝, x]* C(e) : [41.27, b]
C(e) : [41.27, b]* C(f) : [96.24, g]*
C(f) : [∝, x]* C(g) : [77.78, c]
C(g) : [∝, x]* C(h) : [79.68, d]*
C(h) : [∝, x]* C(i) : [88.09, g]*
C(i) : [∝, x]* C(j) : [∝, x]*
C(j) : [∝, x]* C(k) : [75.4, e]
C(k) : [∝, x]* C(y) : [101, k]*
C(y) : [∝, x]* 8 {x, b, a, e, C(x) : [0,-] i
2 {x, b, a} C(x) : [0,-] e c, d, k, g, C(a) : [31.75, x]
C(a) : [31.75, x] h} C(b) : [12.7, x]
C(b) : [12.7, x] C(c) : [53.97, a]
C© : [53.97, a]* C(d) : [66.98, e]
C(d) : [∝, x]* C(e) : [41.27, b]
C(e) : [41.27, b]* C(f) : [96.24, g]*
C(f) : [∝, x]* C(g) : [77.78, c]
C(g) : [∝, x]* C(h) : [79.68, d]
C(h) : [∝, x]* C(i) : [88.09, g]*
C(i) : [∝, x]* C(j) : [101, k]*
C(j) : [∝, x]* C(k) : [75.4, e]
C(k) : [∝, x]* C(y) : [95.15, h]*
C(y) : [∝, x]* 9 {x, b, a, e, C(x) : [0,-] y
3 {x, b, a, C(x) : [0,-] c c, d, k, g, C(a) : [31.75, x]
e} C(a) : [31.75, x] h, i} C(b) : [12.7, x]
C(b) : [12.7, x] C(c) : [53.97, a]
C© : [53.97, a]* C(d) : [66.98, e]
C(d) : [66.98, e]* C(e) : [41.27, b]
C(e) : [41.27, b] C(f) : [96.24, g]*
C(g) : [77.78, c]
C(f) : [∝, x]* C(h) : [79.68, d]
C(g) : [∝, x]* C(i) : [88.09, g]
C(h) : [∝, x]* C(j) : [101, k]*
C(i) : [∝, x]* C(k) : [75.4, e]
C(j) : [∝, x]* C(y) : [95.15, h]*
C(k) : [75.4, e]* 10 {x, b, a, e, C(x) : [0,-]
C(y) : [∝, x]* c, d, k, g, C(a) : [31.75, x]
4 {x, b, a, e, C(x) : [0,-] d h, I, y} C(b) : [12.7, x]
c} C(a) : [31.75, x] C(c) : [53.97, a]
C(b) : [12.7, x] C(d) : [66.98, e]
C© : [53.97, a] C(e) : [41.27, b]
C(d) : [66.98, e]* C(f) : [96.24, g]*
C(e) : [41.27, b] C(g) : [77.78, c]
C(f) : [∝, x]* C(h) : [79.68, d]
C(g) : [77.78, c]* C(i) : [88.09, g]
C(h) : [∝, x]* C(j) : [101, k]*
C(i) : [∝, x]* C(k) : [75.4, e]
C(j) : [∝, x]* C(y) : [95.15, h]
C(k) : [75.4, e]*
C(y) : [∝, x]*
5 {x, b, a, e, C(x) : [0,-] k Untuk contoh tersebut, algoritma diterapkan
c, d} C(a) : [31.75, x] terhadap graph tidak berarah, artinya jika (v1,v2,k)∈E
C(b) : [12.7, x]
C© : [53.97, a] maka (v2,v1,k)∈E. Namun algoritma ini juga dapat
C(d) : [66.98, e] diterapkan untuk graph berarah.
C(e) : [41.27, b]
C(f) : [∝, x]* Dalam kasus jalur jalan, graph berarah ini
C(g) : [77.78, c]* diperlukan jika dalam peta terdapat jalan 1 jalur
C(h) : [79.68, d]*
C(i) : [∝, x]* untuk sebagian jalan, dan jalan 2 jalur untuk jalan
C(j) : [∝, x]* yang lain.
C(k) : [75.4, e]*
C(y) : [∝, x]*

I-49
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 17 Juni 2006

A B

C
D
E

H
G

Y
F I K
J

Gambar 7. Jalur jalan minimum dari x ke y.

4. KESIMPULAN
Rancangan yang ditampilkan dalam makalah
ini diharapkan dapat diimplementasikan. Meskipun
begitu perlu tinjauan lebih lanjut agar sistem dapat
berjalan lebih efisien. Sebagai contoh, dari
rancangan diperoleh bahwa graph yang dibentuk
akan besar jika peta semakin besar. Padahal ada
kemungkinan bahwa sebagian verteks-verteks dari
graph tidak akan digunakan dalam perhitungan
karena terlalu jauh dari jalur yang akan dicari.
Apalagi jika jalur yang dicari sebenarnya relatif
cukup dekat dibandingkan dengan luasnya peta. Hal
ini akan mengurangi efisiensi karena pembentukan
graph juga memerlukan waktu.
Efisiensi juga menjadi masalah jika setiap
dilakukan pencarian jalur, graph selalu dibentuk dari
peta. Lebih baik jika graph dibentuk saat terdapat
perubahan terhadap peta.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Aronof, S. Geographic Information System: A
Management Perspective. Ottawa: WDL
Publications. 1989.
[2] Eklund, R., Kirkby, S., and Pollit, A Dinamic
Multi-source Dijkstra Algoritmh for Vehicle
Routing,
http://www.kvocentral.com/kvopappers/jgis01.p
df, diakses tanggal 4 Oktober 2005.
[3] Juppenlatz, Morris. Geographic Information
System and Remote Sensing. Sydney: McGraw
Hill Book Company. 1996.
[4] Koch, R.. Dijsktra Algorithm.
http://www.nist.gov/dads/HTML/disjktraalgo.ht
ml, diakses tanggal 4 Oktober 2005.
[5] Prahasta, Eddy. Konsep-Konsep Dasar Sistem
Informasi Geografis. Bandung: Informatika
Bandung. 2002.
[6] Prahasta, Eddy. Sistem Informasi Geografis
Tools dan Plug-Ins. Bandung: Informatika
Bandung. 2004.
[7] Yuan, S. Development of A Distributed
Geoprocessing Service Model. University of
Calagary. Alberta. 2000.

I-50

Anda mungkin juga menyukai