Anda di halaman 1dari 32

III - 1

3.1 PENDEKATAN PERENCANAAN


3.1.1 SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
Pendekatan mengenai sistem informasi geografi menjelaskan sejarah sistem
informasi geografi, pemahaman, definisi, karakteristi serta komponen – komponen sistem
informasi geografi.

A. Sejarah sistem informasi geografis


Sistem informasi geografis (SIG) pertama pada tahun 1960 yang bertujuan untuk
menyelesaikan permasalahan geografis. 40 tahun kemudian perkembangan GIS
berkembang tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografi saja tetapi
sudah merambahke berbagai bidang seperti:
 analisis penyakit epidemik (demam berdarah)
 analisis kejahatan (kerusuhan)
 navigasi dan vehicle routing (lintasan terpendek)
 analisis bisnis (sistem stock dan distribusi)
 urban (tata kota) dan regional planning (tata ruang wilayah)
 peneliti: spatial data exploration
 utility (listrik, PAM, telpon) inventory and management
 pertahanan (military simulation), dll

B. Pemahaman Geographics Information System


GIS merupakan akronim dari :
1. Geography
Istilah ini digunakan karena GIS dibangun berdasarkan pada ‘geografi’ atau ‘spasial’.
Object ini mengarah pada spesifikasi lokasi dalam suatu space. Objek bisa berupa fisik,
budaya atau ekonomi alamiah. Penampakan tersebut ditampilkan pada suatu peta
untukmemberikan gambaran yang representatif dari spasial suatu objek sesuai dengan
kenyataannya di bumi. Simbol, warna dan gaya garis digunakan untuk mewakili setiap
spasial yang berbeda pada peta dua dimensi.
Data Spasial berupa titik, garis, poligon (2-D), permukaan (3-D).

Data Spasial (Source: Purwadhi, 1997)

III - 1
Format Titik Format Garis
- Koordinat tunggal - koordinat titik awal dan akhir
- Tanpa panjang - mempunyai panjang tanpa luasan
- Tanpa luasan
Contoh: Contoh:
- lokasi kecelakaan - jalan, sungai
- Letak pohon - utility
Format Poligon Format Permukaan
koordinat dengan titik awal - area dengan koordinat vertikal dan akhir
sama
mempunyai panjang dan luasan - area dengan ketinggian
Contoh: Contoh:
- tanah persil - peta slope
- bangunan - bangunan bertingkat
Tingkat Model Data Spasial:
- Gambar kenyataan (reality): persis seperti yang kita lihat;
- Gambar abstrak (conceptual);
- Gambar kejadian tertentu (logical): berbentuk diagram atau tabel;
- Berkas struktur fisik (physical): bentuk penyimpanan pada perangkat keras

2. Information
Informasi berasal dari pengolahan sejumlah data. Dalam GIS informasi memiliki volume
terbesar. Setiap object geografi memiliki setting data tersendiri karena
tidaksepenuhnya data yang ada dapat terwakili dalam peta. Jadi, semua data harus
diasosiasikan dengan objek spasial yang dapat membuat peta menjadi intelligent. Ketika
data tersebut diasosiasikan dengan permukaan geografis yang representatif, data
tersebut mampu memberikan informasi dengan hanya mengklik mouse pada objek.
Perlu diingat bahwa semua informasi adalah data tapi tidak semua data merupakan
informasi.
3. System
Pengertian suatu sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berintegrasi dan
berinterdependensi dalam lingkungan yang dinamis untuk mencapai tujuan tertentu.

B. Definisi GIS
Geographical information system (GIS) merupakan komputer yang berbasis pada sistem
informasi yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan analisa terhadap
permukaan geografi bumi. Definisi GIS selalu berubah karena GIS merupakan bidang kajian
ilmu dan teknologi yang relatif masih baru. Beberapa definisi dari GIS adalah:
1. Definisi GIS (Rhind, 1988):
GIS is a computer system for collecting, checking, integrating and analyzing information
related to the surface of the earth.
2. Definisi GIS yang dianggap lebih memadai (Marble & Peuquet, 1983) and (Parker, 1988;
Ozemoy et al., 1981; Burrough, 1986):
GIS deals with space-time data and often but not necessarily, employs computer
hardware and software.

III - 2
3. Purwadhi, 1994:
- SIG merupakan suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), dan data, serta dapat mendaya-gunakan sistem
penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat
diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan.
- SIG merupakan manajemen data spasial dan non-spasial yang berbasis komputer
dengan tiga karakteristik dasar, yaitu: (i) mempunyai fenomena aktual (variabel
data non-lokasi) yang berhubungan dengan topik permasalahan di lokasi
bersangkutan; (ii) merupakan suatu kejadian di suatu lokasi; dan (iii) mempunyai
dimensi waktu.
Alasan GIS dibutuhkan adalah karena untuk data spatial penanganannya sangat sulit
terutama karena peta dan data statistik cepat kadaluarsa sehingga tidak ada pelayanan
penyediaan data dan informasi yang diberikan enjadi tidak akurat. Berikut adalah dua
keistimewaan analisa melalui Geographical information system (GIS) yakni :
1. Analisa Proximity
Analisa Proximity merupakan suatu geografi yang berbasis pada jarak antar layer.
Dalam analisis proximity GIS menggunakan proses yang disebut dengan buffering
(membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu untuk menentukan
dekatnya hugungan antara sifat bagian yang ada.
2. Analisa overlay
Proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda disebut dengan overlay.
Secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer yang akan ditumpang susun secara
fisik agar bisa dianalisa secara visual.
Dengan demikian, GIS diharapkan mampu memberikan kemudahan-kemudahan yang
diinginkan yaitu :
 penanganan data geospasial menjadi lebih baik dalam format baku
 revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih muda
 data geospasial dan informasi menjadi lebih mudah dicari, dianalisa dan
direpresentasikan
 menjadi produk yang mempunyai nila tambah
 kemampuan menukar data geospasial
 penghematan waktu dan biaya
 keputusan yang diambil menjai lebih baik.

C. Karakteristik SIG
Karakter SIG dapat diuraikan sebagai berikut :
 Merupakan suatu sistem hasil pengembangan perangkat keras dan perangkat lunak
untuk tujuan pemetaan, sehingga fakta wilayah dapat disajikan dalam satu sistem
berbasis komputer.
 Melibatkan ahli geografi, informatika dan komputer, serta aplikasi terkait.
 Masalah dalam pengembangan meliputi: cakupan, kualitas dan standar data, struktur,
model dan visualisasi data, koordinasi kelembagaan dan etika, pendidikan, expert
system dan decision support system serta penerapannya
 Perbedaannya dengan Sistem Informasi lainnya: data dikaitkan dengan letak geografis,
dan terdiri dari data tekstual maupun grafik

III - 3
 Bukan hanya sekedar merupakan pengubahan peta konvensional (tradisional) ke bentuk
peta dijital untuk kemudian disajikan (dicetak / diperbanyak) kembali
 Mampu mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan, menampilkan,
memanipulasi, memadukan dan menganalisis data spasial dari fenomena geografis
suatuwilayah.
 Mampu menyimpan data dasar yang dibutuhkan untuk penyelesaian suatu masalah.
Contoh : penyelesaian masalah perubahan iklim memerlukan informasi dasar seperti
curah hujan, suhu, angin, kondisi awan. Data dasar biasanya dikumpulkan secara
berkala dalam jangka yang cukup panjang.

D. Komponen pada Geographical Information System


1. Hardware
GIS membutuhkan komputer untuk penyimpanan dan pemproresan data. Ukuran dari
sistem komputerisasi bergantung pada tipe GIS itu sendiri. GIS dengan skala yang kecil
hanya membutuhkan PC (personal computer) yang kecil dan sebaliknya.
Ketika GIS yang di buat berskala besar di perlukan spesifikasi komputer yang besar pula
serta host untuk client machine yang mendukung penggunaan multiple user. Hal
tersebut disebabkan data yang digunakan dalam GIS baik data vektor maupun data
raster penyimpanannya membutuhkan ruang yang besar dan dalam proses analisanya
membutuhkan memori yang besar dan prosesor yang cepat. Untuk mengubah peta ke
dalam bentuk digital diperlukan hardware yang disebut digitizer.

General Hardware Setup for a Microcomputer-based GIS

III - 4
GIS hardware components :
* Alat masukan data (digitizer, scanner, keyboard omputer, CD reader, diskette reader)
* Alat penyimpan dan pengolah data (komputer dengan hard disk-nya, tapes or
cartridgeunit, CD writer)
* Alat penampil dan penyaji keluaran/informasi (monitor komputer, printer, plotter)
2. Software
Dalam pembuatan GIS di perlukan software yang menyediakan fungsi tool yang mampu
melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi geografis. Dengan
demikian, elemen yang harus terdapat dalam komponen software GIS adalah :
 Tool untuk melakukan input dan transformasi data geografis
 Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)
 Tool yang mendukung query geografis, analisa dan visualisasi
 Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool geografi. Inti
dari software GIS adalah software GIS itu sendiri yang mampu menyediakan
fungsi-fungsi untuk penyimpanan, pengaturan, link, query dan analisa data geografi.
Beberapa contoh software GIS adalah ArcView, MapInfo, ArcInfo untuk SIG; CAD
system untuk entry graphic data; dan ERDAS serta ER-MAP untuk proses remote
sensing data. Modul dasar perangkat lunak SIG: modul pemasukan dan pembetulan
data, modul penyimpanan dan pengorganisasian data, modul pemrosesan dan
penyajian data, modul transformasi data, modul interaksi dengan pengguna (input
query)
3. Data
 SIG merupakan perangkat pengelolaan basis data (DBMS = Data Base Management
System) dimana interaksi dengan pemakai dilakukan dengan suatu sistem antar
muka dan sistem query dan basis data dibangun untuk aplikasi multiuser.
 SIG merupakan perangkat analisis keruangan (spatial analysis) dengan kelebihan
dapat mengelola data spasial dan data non-spasial sekaligus.

E. Syarat Pengorganisasian Data


Volum kecil dengan klasifikasi data yang baik; Penyajian yang akurat; Mudah dan cepat
dalam pencarian kembali (data retrieval) dan penggabungan (proses komposit).

III - 5
Type Data
 Data lokasi:
- Koordinat lokasi
- Nama lokasi
- Lokasi topologi (letak relatif: sebelah kiri danau A, sebelah kanan
pertokoan B)
 Data non-lokasi:
- Curah hujan
- Jumlah panen padi
- Terdiri dari variabel (tanah), kelas (alluvial), nilai luas (10 ha), jenis (pasir)
 Data dimensi waktu (temporal):
- Data non-lokasi di lokasi bersangkutan dapat berubah dengan waktu
(misal:data curah hujan bulan Desember akan berbeda dengan bulan Juli)

Capturing and Displaying Data

Masukan dan Keluaran Basis Data SIG


* Sumber data SIG: data lapangan, data statistik, peta, penginderaan jauh
* Penyiapan data: data dikumpulkan, dikonversi, diklasifikasi, disunting dan
ditransformasi dalam basis data
* Pembentukan format data keruangan (spasial): dijitisasi peta (diatas peta / di-
screen monitor), interpretasi citra dijital dan konversi raster ke vektor secara
otomatis penuh atau sebelumnya di-scan dulu, import dari sumber lain
* Bentuk data masukan SIG: spasial/non-spasial, vektor/raster, tabular
alfanumerik
* Basis data SIG: posisi dan hubungan topology, data spasial dan non- spasial,
gambaran obyek dan fenomena geografis (dataran rendah tinggi, kondisi
lingkungan, kota ,sungai),obyek dikaitkan dengan koordinat bumi
* Lapis data pada basis data SIG: lapis data dibuat sesuai dengan temanya:
penggunaan lahan, jenis tanah, topografi, populasi penduduk, ada data primer
(topografi, perairan/laut/sungai, pencacahan penduduk, hujan, suhu,
kelembaban) dan sekunder (sudah diproses sebagai informasi)
* Penyajian informasi (keluaran): peta, grafik, tabel, laporan

III - 6
Capturingand Displaying Data (continuation) (Source: Purwadhi, 1997)

F. Lima Cara Perolehan Data/Informasi Geografi


Cara perolehan data untuk informasi digital, antara lain :
 Survei lapangan: pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel (polusi air),
pengumpulan data non-fisik (data sosial, politik, ekonomi dan budaya).
 Sensus: dengan pendekatan kuesioner, wawancara dan pengamatan; pengumpulan
data secara nasional dan periodik (sensus jumlah penduduk,sensus kepemilikan tanah).
 Statistik: merupakan metode pengumpulan data periodik/per-interval-waktu pada
stasiun pengamatan dan analisis data geografi tersebut, contoh: data curahhujan.
 Tracking: merupakan cara pengumpulan data dalam periode tertentu untuk tujuan
pemantauan atau pengamatan perubahan, contoh: kebakaran hutan, gunung meletus,
debit air sungai.
 Penginderaan jarak jauh (inderaja): merupakan ilmu dan seni untuk mendapatkan
informasi suatu obyek, wilayah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dari
sensor pengamat tanpa harus kontak langsung dengan obyek, wilayah atau fenomena
yang diamati (Lillesand & Kiefer, 1994).

3.1.2 SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH


Sistem distribusi air bersih adalah sistem yang langsung berhubungan dengan
konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat
ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan
perlengkapannya, hidran kebakaran, sistem pemompaan (bila diperlukan dan reservoir
distribusi.
Sistem penyedian air bersih harus dapat menyediakan jumlah air yang cukup
untuk kebutuhan yang diperlukan. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang
Sistem pengembangan air minum menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum
terdiri dari :
- Unit Air baku
- Unit Produksi
- Unit Distribusi
- Unit Pelayanan

III - 7
Gambar Skematik Sistem Penyediaan Air Minum

1. Unit Air Baku, dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan dan bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air baku,
merupakan sarana pengambilan dan penyediaan air baku. Air baku wajib memenuhi
baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Unit Produksi, merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk mengolah
air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi dan biologi. Unit produksi
dapat terdiri dari banguna pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional,
alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.
3. Unit Distribusi, terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi, banguna
penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi wajib memberikan
kepastian kuantitas, kualitas air dan kontinuitas pengaliran,yang memberikan jaminan
pengaliran 24 jam per hari.
4. Unit pelayanan, terdiri dari sambungan rumah, hidran umum dan hidran kebakaran.
Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran untuk harus di
pasang alat ukur berupa meter air. Untuk menjamin keakurasiannya, meter air wajib
ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang.
5. Unit pengolahan, terdiri dari pengolahan teknis dan pengolahan nonteknis. Pengolahan
teknis terdiri dari kegiatan operasional, pemeliharaan dan pemantauan dari unit baku,
unit produksi dan unit distribusi. Sedangkan pengelolaan nonteknis terdiri dari
administrasi dan pelayanan.
Sistem penyedian air minum harus dapat menyediakan jumlah air yang cukup untuk
kebutuhan yang diperlukan. Unsur-unsur sistem terdiri dari sumber air, fasilitas
penyimpanan, fasilitas transmisi ke unit pengolahan, fasilitas pengolahan, fasilitas
transmisi dan penyimpanan dan fasilitas distribusi
Pada pengembangan sistem peyedian air bersih, hal yang penting adalah kuantitas dan
kualitas air. George (1978), menjelaskan antara kedua faktor ini dengan setiap unsure
fungsional dijelaskan pada Tabel berikut :

III - 8
Tabel 3.1 : Tabel Unsur Fungsional dalam Sistem Penyedian Air Bersih

PRINSIP PERENCANAAN
UNSUR FUNGSIONAL KETERANGAN
(PRIMER/SEKUNDER)
Sumber –sumber air permukaan dari sungai,
Sumber Air Kuantitas/Kualitas danau, mata air (air tanah).
Fasilitas yang dipergunakan untuk
Prasedimentasi Kuantitas/Kualitas penyimpanan air permukaan biasanya
terletak pada atau dekat sumber.

Transmisi Kuantitas/Kualitas Fasilitas penyaluran air dari penyimpanan


dan pengolahan.

Pengolahan Kuantitas/Kualitas Fasilitas untuk merubah kualitas air.


Transmisi dan Kuantitas/Kualitas Fasilitas penyaluran air pengolahan ke
Penampungan reservoir distribusi.

Distribusi Kuantitas/Kualitas Fasilitas pendistribusian air ke sambung


konsumen.

Sumber: Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum, Tri Joko 2010:10

Macam-macam sumber air yang dapat digunakan untuk air bersih adalah sebagai berikut :
1. Air Laut
Mempunyai sifat asam, karena mengandung garam (NaCL), kadar garam NaCL dalam
air laut 3%. Dalam keadaan ini air laut tidak mempunyai syarat untuk air bersih.
2. Atmosfir (hujan)
Dalam keadaan murni air hujan sangat bersih, tetapi karena adanya pengotoran
udara yang disebabkan oleh kotoran industri dan lainnya, maka air ini menjadi
tercemar. Maka dari itu untuk menyediakan air hujan sebagai sumber air bersih
hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai saat hujan mulai turun,
karena masih banyak mengandung kotoran yang diakibatkan adanya pencemaran
udara.
3. Air permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi, pada umumnya air
permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh
lumpur, batang-batang kayu dan kotoran industri dan sebagainya.
Air permukaan ini terdiri dari beberapa macam yaitu :
a. Air sungai, dalam penggunaannya sebagai air bersih haruslah melalui suatu
pengolahan yang sempurna, karena air sungai ini pada umumnya tingkatkotorannya
sangat tinggi.
b. Air danau/rawa, kebanyakan air danau atau rawa ini berwarna, hal ini disebabkan
oleh adanya benda-benda yang membusuk seperti tumbuhan, lumut yang menim
bulkan warna hijau.

III - 9
4. Air tanah
Air tanah adalah air yang mempunyai rongga-rongga dalam lapisan geologi. Air tanah
merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan dimuka bumi. Jenis-jenis air tanah
antara lain:
 Air tanah dangkal
Air tanah dangkal ini terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan
tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan benda lain sehingga air tanah
akan jernih. Air tanah ini terdapat pada kedalaman ± 15 meter. Sebagai sumber air
bersih, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitasnya agak baik, tetapi kuantitas
kurang dan tergantung pada musim.
 Air tanah dalam
Air tanah dalam setelah lapisan air yang pertama, pengambilan air tanah dalam
tidak sama dengan mata air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan
memasukkan pipa kedalamnya, kedalaman 100-300 meter. Jika tekanan air tanah
besar maka air akan menyembur keluar, sehingga dalam keadaan ini disebut sumur
artesis. Jika air tidak dapat keluar dengan sendirinya maka digunakan pompa untuk
membantu pengeluaran air tanah dalam ini.
 Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Sehingga mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh
musim.
Distribusi air bersih dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung kondisi topografi
yang menghubungkan sumber air dengan konsumen. Berikut beberapa cara pengaliran
distribusi air bersih (Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum, Tri Joko 2010:15) :
1. Sistem Gravitasi
Sistem gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan
cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan
dapat dipertahankan. Sistem ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya
memanfaatkan beda ketinggian lokasi.

Gambar : Sistem Pengaliran Gravitasi

2. Sistem Pemompaan
Pada sistem ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk
mendistribusikan air dari reservoirdistribusi ke konsumen. Sistem ini digunakan jika
daerah pelayanan merupakan daerah yang datar dan tidak ada daerah yang berbukit.

III - 10
3. Sistem Gabungan
Pada sistem gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang
diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat
terjadi kebakaran atau adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air
dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi
digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian
puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.

Gambar 2.3 Sistem


Pengaliran Pemompaan

Gambar : Sistem Pengaliran Gabungan

Air yang disuplai melalui pipa mempunyai dua macam sistem :


1. Countinous Sistem
Didalam sistem ini, air bersih yang akan disuplai kepada pemakai terus menerus
selama 24 jam. Sistem ini biasanya akan diterapkan bila pada setiap waktu kuantitas
air baku dapat mensuplai seluruh kebutuhan penduduk didaerah tersebut.
Keuntungan sistem ini adalah :
 Setiap saat konsumen akan mendapatkan air bersih;
 Air yang diambil dari titik pengambilan didalam jaringan pipa distribusi selalu
didapatkan dalam keadaan segar.
Kerugian sistem ini adalah :
 Pemakaian air akan cenderung lebih boros;
 Bila sedikit kebocoran saja, air yang terbuang akan lebih besar

III - 11
2. Intermitten Sistem
Didalam sistem ini air bersih yang akan disuplai ke pemakai hanya beberapa jam dalam
satu hari, biasanya 2-4 jam dipagi hari dan 2-4 jam disore hari. Sistem ini dipilih
terutama bila kuantitas dan tekanan tersedia dalam sistem.
Kerugian sistem ini adalah :
 Bila terjadi kebakaran pada saat jam tidak beroperasi maka air pemadam
kebakaran sulit untuk didapatkan;
 Setiap rumah perlu menyediakan tempat penyimpanan air yang cukup agar
kebutuhan air dalam sehari dapat disimpan;
 Dimensi pipa yang dipakai lebih besar karena kebutuhan air dalam sehari yang
akan disuplai ditempuh dalam jangka waktu yang pendek.

A. Sistem Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi adalah rangkaian pipa yang berhubungan dan digunakan untuk
mengalirkan air ke konsumen. Tata letak distribusi ditentukan oleh kondisi topografi daerah
layanan dan lokasi pengolahan biasanya diklasifikasikan sebagai (Unit Air Baku dalam
Sistem Penyediaan Air Minum, Tri Joko 2010:17):
1. Sistem Cabang (branch)
Sistem cabang adalah sistem jaringan perpipaan dimana pengaliran air hanya menuju
kesatu arah dan pada setiap ujung akhir daerah pelayanan terdapat titik mati.
Contoh jaringan pipa dengan Sistem Bercabang (BRACH) :

Keterangan:

1. Pipa penghantar
2. Reservoir
3. Pipa induk
4. Pipa induk cabang
5. Katup

Gambar Jaringan Pipa Bercabang

Sistem ini biasanya digunakan pada daerah dengan sifat – sifat berikut :
 Perkembangan kota kearah memanjang.
 Sarana jaringan jalan induk saling berhubungan.
 Keadaan topografi dengan kemiringan medan yang menuju kesatu arah.
Keuntungan sistem cabang adalah :
 Sistem lebih sederhana sehingga penghitung dimensi pipa lebih mudah.
 Pemasangan pipa lebih mudah dan sederhana.
 Peralatan lebih sedikit.
 Perpipaan lebih ekonomis karena penggunaan pipa lebih sedikit (pipa
distribusi hanya dipasang pada daerah yang padat penduduknya).

III - 12
Kerugian sistem cabang adalah :
 Kemungkinan terjadi penimbunan kotoran dan pengendapan diujung pipa tidak
dapat dihindari, sehingga diperlukan pembersihan intensif untuk mencegah
timbulnya bau dan perubahan rasa.
 Bila terjadi kerusakan, pengaliran air dibawahnya akan terhenti.
 Kemungkinan tekanan air yang diperlukan tidak cukup bila ada sambungan
baru.
 Keseimbangan system pengaliran kurang terjamin, terutama terjadinyatekanan
kritis pada bagian pipa terjauh.
 Suplai air akan terganggu apabila terjadi kebakaran atau kerusakan pada salah
satu bagian sistem.
2. Sistem melingkar (loop)
Sistem melingkar adalah sistem jaringan perpipaan dimana didalam sistem ini jaringan
pipa induk distribusi saling berhubungan satu dengan yang lain membentuk loop –
loop, sehingga pada pipa tidak ada titik mati (dead end). Contoh jaringan pipa dengan
sistem melingkar :

Gambar : Jaringan pipa sistem melingkar

Keterangan :
1. Sumber air
2. Pipa penghantar air bersih
3. Reservoir
4. Pipa induk lingkaran
5. Pipa induk cabang
6. Katup

Sistem melingkar ini bisanya diterapkan pada :


 Daerah yang mempunyai jaringan jalan yang berhubungan.
 Daerah yang arah perkembangannya kesegala arah.
 Daerah dengan topografi yang relative datar.
Keuntungan sistem melingkar adalah :
 Kemungkinan genangan atau endapan dapat dihindari, karena air dapat
disirkulasi secara bebas.
 Keseimbangan aliran mudah dicapaiKerugian sistem melingkar adalah :
 Sistem perpipaan lebih rumit.
 Penggunaan pipa relatife lebih banyak.
 Perlengkapan pipa lebih jauh lebih banyak.

III - 13
Macam-macam yang umumnya tersedia pada sistem distribusi air bersih adalah :
1. Pipa primer atau pipa induk
Pipa primer adalah pipa yang mempunyai diameter yang relatif besar, yangfungsinya
membawa air dari instalasi pengolahan atau reservoir distribusi.
2. Pipa sekunder
Pipa sekunder merupakan pipa yang mempunyai diameter sama dengan atau kurang
dari pada pipa primer, yang disambungkan pada pipa primer.
3. Pipa tersier
Pipa tersier dapat disambungkan langsung ke pipa sekunder atau primer, yanggunanya
untuk melayani pipa service ke induk sangat tidak menguntungkan, disamping dapat
mengganggu lalu lintas kendaraan.
4. Pipa service
Pipa service mempunyai diameter yang relatif lebih kecil. Pipa disambungkan langsung
pada pipa sekunder atau tersier, yang dihubungkan pada pipa pengguna.
Jenis Pipa ditentukan berdasarkan material pipanya, seperti CI, beton (concrete), baja
(steel), AC, GI, Plastik dan PVC. (Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum, Tri Joko
2010:154-157)
1. Cast-Iron Pipe
Pipa CI tersedia untuk ukuran panjang 3,7 dan 5,5 dengan diameter 50-900 mm, serta
dapat menahan tekanan air hingga 240 m tergantung besar diameter pipa. Kelebihan :
- Harga tidak terlalu mahal
- Ekonomis karena berumur panjang (bisa mencapai 100 tahun)
- Kuat dan tahan lama
- Tahan korosi jika dilapisi
- Mudah disambung
- Dapat menahan tekanan tanpa mengalami kerusakan
Kekurangan :
- Bagian dalam pipa lama kelamaan menjadi kasar sehingga kapasitas
pengangkutan berkurang
- Pipa berdiameter besar berat dan tidak ekonomis
- Cenderung patah selama pengangkutan atau penyambungan.
2. Concrete Pipe
Pipa beton biasa digunakan jika tidak berada dalam tekanan dan kebocoran pada pipa
tidak terlalu dipersoalkan. Diameter pipa beton mencapai 610 mm.
Kelebihan :
- Bagian dalam pipa halus dan kehilangan akibat friksi paling sedikit
- Tahan lama, sekurangnya 75 tahun
- Tidak berkarat atau terbentuk lapisan didalamnya
- Biaya pemeliharaan murah
Kekurangan :
- Pipanya berat dan sulit digunakan
- Cenderung patah selama pengangkutan
- Sulit diperbaiki

III - 14
3. Steel Pipe
Pipa baja digunakan untuk memenuhi kebutuhan pipa yang berdiamter besar dan
bertekanan tinggi. Pipa ini dibuat dengan ukuran dan diameter standar. Pipa baja
kadang-kadang dilindungi dengan lapisan semen mortar.
Kelebihan :
- Kuat
- Lebih ringan daripada CI
- Mudah dipasang dan disambung
- Dapat menahan tekanan hingga 70 mka (meter kolom air)
Kekurangan :
- Mudah rusak karena air yang asam dan basa
- Daya tahan hanya 25-30 tahun kecuali dilapis dengan bahan tertentu.
4. Asbestos-Cement Pipe
Pipa ini dibuat dengan mencampurkan serat asbes dengan semen pada tekanan tinggi.
Diameternya berkisar antara 50 – 900 mm dan dapat menahan tekanan antara 50 –
250 mka tergantung kelas dan tipe pembuatan.
Kelebihan :
- Ringan dan mudah digunakan
- Tahan terhadap air yang asam dan basa
- Bagian dalamnya halus dan tahan terhadap korosi
- Tersedia untuk ukuran yang panjang sehingga sambungannya lebihsedikit
- Dapat dipotong menjadi berbagai ukuran panjang dan disambungkan seperti pipa
CI
Kekurangan :
- Rapuh dan mudah patah
- Tidak dapat digunakan untuk tekanan tinggi
5. Galvanised-Iron Pipe
Pipa GI banyak digunakan untuk saluran dalam gedung. Tersedia untuk diameter 60 –
750 mm
Kelebihan :
- Murah
- Ringan, sehingga mudah digunakan dan diangkut
- Mudah disambung
- Bagian dalamnya halus sehingga kehilangan tekanan akibat gesekan kecil
Kekurangan :
- Umurnya pendek, 7-10 tahun
- Mudah rusak karena air yang asam dan basa serta mudah terbentuk lapisan
kotoran di bagian dalamnya
- Mahal dan sering digunakan untuk kebutuhan pipa dengan diameter kecil
6. Plastic Pipe
Pipa plastik memiliki banyak kelebihan, seperti tahan terhadap korosi, ringan dan
murni. Pipa Polythene tersedia dalam warna hitam. Pipa ini lebih tahan terhadap bahan
kimia, kecuali asam nitrat dan asam kuat, lemak dan minyak.

III - 15
Pipa plastik terdiri atas 2 (dua) tipe :
- Low-Density Polythene pipe. Pipa ini lebih fleksibel, diameter yang tersedia
mencapai 63 mm, digunakan untuk jalur panjang dan tidak cocok untuk
penyediaan air minum dalam gedung.
- High-Density Polythene Pipe. Pipa ini lebih kuat dibandingkan low- density
polythene pipe. Diameter pipa berkisar antara 16 – 400 mm tetapi pipa
berdiameter besar hanya digunakan jika terdapat kesulitan menyambung pipa
berdiamter kecil. Pipa ini juga bisa dipakai untuk mengangkut air dalam jalur yang
panjang.
Pipa plastik tidak bisa memenuhi standar lingkungan, yaitu jika terjadi kontak dengan
bahan-bahan seperti asam organic, keton, ester, alcohol dan sebagainya. High-density
pipe lebih buruk dibandingkan low-density dalam permasalahan ini.
7. PVC Pipe (Unplasticised)
Kekakuan pipa PVC (polyvinyl chloride) adalah tiga kali kekakuan pipa polythene biasa.
Pipa PVC lebih kuat dan dapat menahan tekanan lebih tinggi. Sambungan lebih mudah
dibuat dengan car las.
Pipa PVC tahanp terhadap asam organik, alkali dan garam, senyawa organik serta
korosi. Pipa ini banyak digunakan untuk penyediaan air dingin di dalam maupun di luar
sistem penyediaan air minum, sistem pembuangaan dan drainase bawah tanah. Pipa
PVC tersedia dalam ukuran yang bermacam- macam.
Perpipaan distribusi yang berfungsi untuk mengaliri air dari reservoir distribusi sampai
dengan disambungkan pelanggan. (Peraturan Mentri No. 18 Tahun 2007:62)
1. Diameter Pipa Distribusi
Ukuran diameter pipa distribusi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2 : Diamter Pipa Distribusi

CAKUPAN SISTEM PIPA DISTRIBUSI PIPA DISTRIBUSI PIPA DISTRIBUSI PIPA PELAYANAN
UTAMA PEMBAWA PEMBAGI

Sistem Kecamatan ≥ 100 mm 75-100 mm 75 mm 50 mm

Sistem Kota ≥ 150 mm 100-150 mm 75-100 mm 50-75 mm


Sumber : Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No 18 Tahun 2007

2. Perlengkapan Pipa Distribusi


Untuk menunjang sistem distribusi agar dapat berfungsi secara teratur, peralatan
yang diperlukan antara lain :
a. Katup/valve
Katup berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa, dipasang
pada:
 Lokasi ujung pipa tempat aliran masuk atau aliran keluar;Setiap percabangan;

III - 16
 Pipa penguras atau wash out
Tipe katup yang dapat dipakai pada jaringan pipa distribusi adalah Katup
Gerbang (Gate Valve) dan Katup Kupu-Kupu (Butterly Valve).
b. Katup Penguras (Wash Out/Blow Off)
Dipasang pada tempat-tempat yang relatif rendah sepanjang jalur pipa, ujung
jalur pipa yang mendatar dan menurun dan titik awal jembatan.
c. Katup Udara (Air Valve)
Dipasang pada titik tertinggi disepanjang pipa distribusi, di jembatan pipa dengan
perletakan ¼ panjang bentang pipa dari arah aliran, pada jalur lurus setiap jarak
tertentu.
d. Hidran Kebakaran
Dipasang pada jaringan pipa distribusi dengan jarak antar hidran maksimum tidak
boleh lebih dari 300 m di depan gedung perkantoran kran komersil.
Reservoir distribusi merupakan bangunan penampungan air minum sebelum dilakukan
pendistribusian ke pelanggan/masyarakat, yang dapat ditempatkan di atas permukaan
tanah maupun di bawah permukaan tanah.
Bangunan reservoir umumnya diletakkan di dekat jaringan distribusi pada ketinggian yang
cukup untuk mengalirkan air secara baik dan merata ke seluruh daerah konsumen.
Volume Reservoir pelayanan atau service reservoir ditentukan berdasarkan :
 Jumlah volume air maksimum yang harus ditampung pada saat pemakaian air
minimum ditambah volume air yang harus disediakan pada saat pengaliran jam
puncak karena adanya fluktuasi pemakaian air di wilayah pelayanan dan periode
pengisian reservoir.
 Cadangan air untuk pemadam kebakaran kota sesuai dengan peraturan yang berlaku
untuk daerah setempat Dinas Kebakaran.
 Kebutuhan air khusus, yaitu pengurasan reservoir, taman dan peristiwakhusus.
Volume efektif reservoir peyeimbang atau balance reservoir ditentukan berdasarkan
keseimbangan aliran keluar dan aliran masuk reservoir selama pemakaian air didaerah
pelayanan. Sistem pengisian reservoir dapat dengan sistem pompa maupun gravitasi.

3.2 METODOLOGI PENYUSUNAN


3.2.1 METODE SURVEY SEKUNDER
Untuk mendukung tercapainya maksud dan tujuan serta kegiatan ini, maka
dibutuhkan data terkait lokasi wilayah studi yang menjadi acuan saat melakukan survey
lapangan. Berkaitan dengan kebutuhan data sebelum melakukan survey lapangan yang
harus dikumpulkan tersebut, maka diperlukan data data sekunder
Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan dalam bentuk dokumen (baik
berbentuk buku terbitan maupun peta) yang berasal dari instansi/lembaga yang terkait
dengan pekerjaan ini. Data Sekunder yang digunakan dalam kegiatan ini terutama adalah
peta berbasis GIS yang telah teroktoretifikasi. Keberadaan peta tersebut akan manjadi
pegangan para tenaga surveyor dalam melakukan survey lapangan/ primer.

III - 17
Selain data peta tersebut, dalam pekerjaan ini data sekunder yang dibutuhkan
adalah terkait lokasi dan beberapa keterangan/spesifikasi dari system penyediaan air
bersih termasuk data pelanggan dan jumlah jiwa yang terlayani. Data tersebut bisa
diperoleh dari hasil wawancara pengelola air bersih sehingga bisa menjadi alat bantu
maupun input croos check dari hasil survey primer nantinya.

3.2.2 METODE SURVEY PRIMER MENGGUNAKAN GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)


A. Pengertian GPS
GPS atau Global Positioning System, merupakan sebuah alat atau suatu sistem navigasi
yang memanfaatkan satelit dan dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya
dimana dia berada (secara global) di permukaan bumi yang berbasiskan satelit. Data
dikirim dari satelit berupa sinyal radio dengan data digital. Penerima GPS memperoleh
sinyal dari beberapa satelit yang mengorbit bumi. Satelit yang mengitari bumi pada orbit
pendek ini terdiri dari 24 susunan satelit, dengan 21 satelit aktif dan tiga buah buah satelit
sebagai cadangan. Dengan susunan orbit tertentu, maka satelit GPS bisa diterima di seluruh
permukaan bumi dengan penampakan antara empat sampai delapan buah satelit. GPS
dapat memberikan informasi posisi dan waktu dengan ketelitian sangat tinggi.

B. Segmen GPS
Secara umum ada tiga segmen dalam sistem GPS yaitu segmen sistem kontrol, segmen
satelit, dan segmen pengguna. Satelit GPS dapat dianalogikan sebagai stasiun radio
angkasa, yang diperlengkapi dengan antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-
sinyal gelombang. Sinyal-sinyal ini selanjutnya diterima oleh receiver GPS di permukaan
bumi, dan digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan, maupun waktu.
Secara umum segmen sistem kontrol berfungsi mengontrol dan memantau operasional
satelit dan memastikan bahwa satelit berfungsi sebagaimana mestinya. Segmen pengguna
terdiri dari para pengguna satelit GPS di manapun berada. Dalam hal ini alat penerima
sinyal GPS (GPS receiver) diperlukan untuk menerima dan memproses sinyal-sinyal dari
satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan dan waktu. Komponen
utama dari suatu receiver GPS secara umum adalah antena dengan pre-amplifier, bagian RF
dengan pengidentifikasi sinyal dan pemroses sinyal, pemroses mikro untuk pengontrolan
receiver, data sampling dan pemroses data (solusi navigasi), osilator presisi , catu daya, unit
perintah dan tampilan, dan memori serta perekam data. (Hasanuddin Z.Abidin,2007).

Gambar : Segmen GPS (Hasanuddin Z.Abidin,2007)

III - 18
1. Sinyal dan Bias GPS
Pada dasarnya sinyal GPS dapat dibagi atas 3 komponen yaitu :
 Penginformasian jarak (kode) yang berupa kode-P(Y) dan kode-C/A.
 Penginformasian posisi satelit (navigation message).
 Gelombang pembawa (carrier wave) L1 dan L2.
Struktur frekuensi dan karakteristik dasar dari ketiga komponen sinyal GPS tersebut
diberikan pada Gambar berikut :

Gambar : Struktur frekuensi dan parameter dasar komponen sinyal GPS


(Hasanuddin Z.Abidin,2007)

Ketika sinyal melalui lapisan atmosfer, maka sinyal tersebut akan terganggu oleh
konten dari atmosfer tersebut. Besarnya gangguan disebut bias. Bias sinyal yang ada
utamanya terdiri dari dua macam yaitu bias ionosfer dan bias troposfer. Bias ini harus
diperhitungkan (dimodelkan atau diestimasi atau melakukan teknik differencing untuk
metode diferensial dengan jarak baseline yang tidak terlalu panjang) untuk
mendapatkan solusi akhir koordinat dengan ketelitian yang baik. Apabila bias diabaikan
maka dapat memberikan kesalahan posisi sampai dengan orde meter.
Pada sistem GPS terdapat beberapa kesalahan komponen sistem yang akan
mempengaruhi ketelitian hasil posisi yang diperoleh. Kesalahan-kesalahan tersebut
contohnya kesalahan orbit satelit, kesalahan jam satelit, kesalahan jam receiver,
kesalahan pusat fase antena, dan Multipath. Hal-hal lainnya juga ada yang mengiringi
kesalahan sistem seperti efek imaging, dan noise. Kesalahan ini dapat dieliminir salah
satunya dengan menggunakan teknik differencing data.
2. Prinsip Penentuan GPS
Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu menggunakan metode reseksi jarak, dimana
pengukuran jarak dilakukan secara simultan ke beberapa satelit yang telah diketahui
koordinatnya. Pada pengukuran GPS, setiap epoknya memiliki empat parameter yang
harus ditentukan yaitu tiga parameter koordinat X,Y,Z atau L,B,h dan satu parameter
kesalahan waktu akibat ketidaksinkronan jam osilator di satelit dengan jam di receiver
GPS. Oleh karena diperlukan minimal pengukuran jarak ke empat satelit.
Untuk penentuan posisi di atas permukaan bumi ini minimal terjangkau oleh 3-4 satelit.
Pada prakteknya, setiap GPS terbaru bisa menerima sampai dengan 12 channel satelit

III - 19
sekaligus. Kondisi langit yang cerah dan bebas dari halangan membuat GPS dapat
dengan mudah menangkap sinyal yang dikirimkan oleh satelit. Semakin banyak satelit
yang diterima oleh GPS, maka akurasi yang diberikan juga akan semakin tinggi.
Cara kerja GPS ada lima langkah :
a. Memakai perhitungan “triangulation” dari satelit.
b. Untuk perhitungan “triangulation”, GPS mengukur jarak menggunakan
travel time sinyal radio.
c. Untuk mengukur travel time, GPS memerlukan memerlukan akurasi waktu yang
tinggi.
d. Untuk perhitungan jarak, kita harus tahu dengan pasti posisi satelit dan ketingian
pada orbitnya.
e. Terakhir harus mengoreksi delay sinyal waktu perjalanan di atmosfer sampai
diterima receiver.

Gambar: Ilustrasi Satelit GPS


(Sumber: www.geomatika.its.ac.id/lang/id/archieves/3388,2014)

Satelit GPS berputar mengelilingi bumi selama 12 jam di dalam orbit yang akurat dan
mengirimkan sinyal informasi ke bumi. GPS receiver mengambil informasi itu dan
dengan menggunakan perhitungan “triangulation” menghitung lokasi user dengan tepat.
GPS receiver membandingkan waktu sinyal di kirim dengan waktu sinyal tersebut
diterima. Dari informasi itu didapat diketahui berapa jarak satelit, dengan perhitungan
jarak GPS receiver yang dapat melakukan perhitungan dan menentukan posisi user dan
menampilkan dalam peta elektronik.
Sebuah GPS receiver harus mengunci sinyal minimal tiga satelit untukmenghitung posisi
2D (latitude dan longitude) dan track pergerakan. Jika GPS receiver dapat menerima
empat atau lebih satelit, maka dapat menghitung posisi 3D (latitude, longitude dan
altitude). Jika sudah dapat menentukan posisi user, selanjutnya GPS dapat menghitung
informasi lain, seperti kecepatan, arah yang dituju, jalur, tujuan perjalanan, jarak tujuan,
matahari terbit dan matahari terbenam dan masih banyak lagi.
Satelit GPS dalam mengirim informasi waktu sangat presisi karena satelit tersebut
memakai jam atom. Jam atom yang ada pada satelit berjalan dengan partikel atom
yang di isolasi, sehingga dapat menghasilkan jam yang akurat dibandingkan dengan
jam biasa. Perhitungan waktu yang akurat sangat menentukan akurasi perhitungan
untuk menentukan informasi suatu lokasi . Selain itu semakin banyak sinyal satelit yang
dapat diterima maka akan semakin presisi data yang diterima karena satelit mengirim
pseudo-random code dan waktu yang sama.

III - 20
3. Metode Penentuan dengan GPS
Metode penentuan posisi dengan GPS pertama-tama terbagi dua, yaitu :
a. Metode penentuan posisi absolut adalah metode penentuan posisi paling mendasar
dari GPS. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah
sebagai berikut :
 Metode ini kadang dinamakan metode point positioning, karena penentuan
posisi dapat dilakukan per titik tanpa tergantung pada titik lainnya.
 Posisi ditentukan dalam sistem WGS-84 terhadap pusat massa bumi.
 Prinsip penentuan posisi adalah reseksi dengan jarak ke beberapa satelit secara
simultan.
 Untuk penentuan posisi hanya memerlukan satu receiver GPS, dan tipe receiver
yang umum digunakan adalah tipe navigasi atau tipe genggam (hand held).
 Titik yang ditentukanposisinya bisa dalam keadaan diam maupun dalam
keadaan bergerak.
 Biasanya menggunakan data pseudorange.
 Ketelitian posisi yang diperoleh sangat tergantung pada tingkat ketelitian data
serta geometri satelit.
 Aplikasi utama dari metode ini adalah untuk keperluan navigasi atau aplikasi-
aplikasi lain.
Tingkat ketelitian yang diberikan oleh pelayanan SPS (Standard Positioning Service)
dan PPS (Precise Positioning Service) pada metode penentuan posisi secara absolut
dapatsecara dramatis ditingkatkan dengan menggunakan metode penentuan posisi
diferensial dan juga data pengamatan fase. Ketelitian posisi yang diperoleh pada
penentuan posisi secara absolut dengan pseudorange umumnya dikarakterisir
sebagai fungsi dari geometri satelit dan ketelitian data pseudorange. Umumnya hal
ini dapat diformulasikan dengan hubungan berikut ini:
Ketelitian parameter = DOP x ketelitian pseudorange (Hasanuddin Z.Abidin,2007).
DOP (Dilution Of Precision) adalah bilangan yang digunakan untuk kekuatan
geometri dari konstelasi satelit. Nilai DOP yang kecil menunjukan geometri satelit
yang kuat (baik), dan nilai DOP yang besar menunjukkan geometri satelit yang
lemah (buruk). Berdasarkan pada parameter yang diestimasi, dikenal beberapa jenis
DOP, yaitu :
- GDOP : Geometrical DOP (posisi 3D dan waktu).
- PDOP : Positional DOP (posisi 3D).
- HDOP : Horizontal DOP (posisi horizontal).
- VDOP : Vertical DOP (tinggi).
- TDOP : Time DOP (waktu).

Nilai DOP dihitung berdasarkan matriks ko-faktor dari parameter yang diestimasi.
Matriks ko-faktor ini dihitung dengan menggunakan matriks desain A, dan
komponen dari matriks A dihitung dengan menggunakan koordinat pendekatan dari
pengamat serta koordinat pendekatan satelit yang umumnya dihitung dengan
menggunakan data almanak satelit. Oleh karena itu, nilai DOP akan bervariasi
secara spasial maupun temporal. (Hasanuddin Z.Abidin,2007).
Matriks ko-faktor yang dinyatakan dalam DOP merupakan fungsi dari geometri
satelit yang diamati receiver. Geometri yang baik memberikan nilai DOP yang kecil,
sementara geometri satelit yang buruk dapat memberi nilai DOP yang sangat besar.
(Sabri, 2011). Berikut perhitungan nilai DOP untuk penentuan posisi secara absolut.

III - 21
Gambar : Matrik Nilai DOP (Hasanuddin Z.Abidin,2007)
b. Metode penentuan posisi diferensial adalah penentuan posisi suatu titik ditentukan
relatif terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya. Penentuan posisi
diferensial dapat dioperasionalkan baik dalam moda statik maupun kinematik.
Pada metode diferensial dengan mengurangkan data yang diamati oleh dua receiver
GPS pada waktu yang bersamaan, maka beberapa jenis kesalahan dan bias dari
data dapat dieliminasi atau direduksi. Pengeliminasian dan pereduksian ini akan
meningkatkan akurasi dan presisi data, dan selanjutnya akan meningkatkan tingkat
akurasi dan presisi suatu posisi yang diperoleh.
Masing-masing metode kemudian dapat dilakukan dengan cara real time dan post-
processing. Apabila objek yang ditentukan posisinya diam maka metodenya disebut
Statik. Sebaliknya apabila objek yang ditentukan posisinya bergerak maka metodenya
disebut kinematik. Selanjutnya lebih detail lagi kita akan menemukan metode-metode
seperti SPP, DGPS, RTK, Survei GPS, Rapid statik, pseudo kinematik, dan stop and go,
serta masih ada beberapa metode lainnya.

Gambar : Metode Penentuan Posisi GPS(Hasanuddin Z.Abidin,2007)

III - 22
4. Data Pengamatan GPS
Ada dua kode pseudo-random noise (PRN) yang dikirimkan oleh satelit GPS dan
digunakan sebagai penginformasian jarak, yaitu kode-P (P = Precise atau Private) dan
kode-C/A (C/A = Coarse Acquisition atau Clear Access). Kode kode tersebut merupakan
suatu rangkaian kombinasi bilangan 0 dan 1 (biner) seperti yang dicontohkan pada
Gambar berikut :

Gambar : Contoh Struktur Kode pada Sinyal GPS (Hasanuddin Z.Abidin,2007)

Secara sepintas kode-kode tersebut nampak seperti rangkaian kombinasi 0 dan 1 yang
acak, sehingga dinamakan pseudo-random. Sebenarnya kode-kode tersebut punya
struktur yang unik dan tertentu yang dibangun menggunakan suatu algoritma
matematis tertentu. Pada dua kode PRN yang sama, strukturnya hanya akan berimpit
(sama) sekali saja dalam susunannya atau dengan kata lain kedua kode akan
mempunyai korelasi maksimum hanya kalau keduanya berimpit (zero lag). Perlu
ditekankan bahwa setiap satelit GPS mempunyai struktur kode yang unik dan berbeda
dengan satelit-satelit GPS lainnya. Hal ini memungkinkan receiver GPS mengenali dan
membedakan sinyal-sinyal yang datang dari satelit-satelit yang berbeda.
5. Ketelitian Posisi GPS
Ketelitian posisi yang didapat dengan pengamatan GPS secara umum akan bergantung
pada empat faktor yaitu : metode penentuan posisi yang digunakan, geometri dan
distribusi dari satelit-satelit yang diamati, ketelitian data yang digunakan, dan metode
pengolahan data yang diterapkan. Masing-masing faktor tersebut mempunyai beberapa
parameter yang berpengaruh pada ketelitian posisi yang akan diperoleh dari GPS.

Gambar : Faktor dan Parameter yang Mempengaruhi Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS (Hasanuddin
Z.Abidin,2007)

III - 23
3.2.3 METODE PEMBUATAN PETA
UU No. 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospatial telah disyahkan pada tanggal 21 April
2011. Lahirnya undang-undang ini menjamin ketersediaan dan akses terhadap informasi
geospatial yang dapat dipertanggungjawabkan. Informasi geospatial sangat diperlukan
untuk mendukung berbagai proses pembangunan dan menjadi dasar perencanaan
penataan ruang, penanggulangan bencana, pengelolaan sumber daya alam, dan
sumberdaya lainnya, sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat Indonesia.
Sesuai dengan telah diterbitkan nya UU No 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospatial
maka selanjutnya untuk menghasilkan produk perencanaan yang tepat dan dapat
diaplikasikan secara terpusat dan sesuai dengan keadaan kondisi rupa bumi Indonesia
maka dalam pengerjaan Pemetaan Kawasan yang akan dilakukan perencanaan Detail
menggunakan standard-standard sesuai dengan BIG (Badan Informasi Geospatial). Hal ini
juga dilakukan dengan tujuan untuk kemudahan updating database dalam lingkup
Pemetaan Nasional.
Sehubungan dengan persyaratan pembuatan peta dengan format SHP, maka untuk
mendukung hal tersebut maka konsultan akan menggunakan perangkat computer dan
software untuk pengolahan peta maka digunakan kombinasi software Acr GIS 10, ER
MAPPER, dan AUTOCAD R 2008.
Produksi peta tematik pekerjaan ini dengan ketentuan akan memberikan hasil yang cukup
optimal dan dapat memuhi skala yang diminta (1 : 5000) sedangkan print out peta dalam
bentuk album peta di cetak dengan skala 1 : 5.000. Disamping itu juga dengan
menggunakan perangkat ini maka kualitas peta dapat dikoreksi dengan cepat dan waktu
penyelesaian pekerjaan dapat lebih efisien.

A. Data Spasial
1. Definisi Data Spasial
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam GIS merupakan data spasial yaitu
sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai
dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari
data lain, yaitu informasi lokasi (spatial) dan informasi deskriptif (attribute) yang
dijelaskan berikut ini:
 Informasi lokasi (spatial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat
geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi
datum dan proyeksi.
 Informasi deskriptif (attribute) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang
memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, Data tersebut bidsa
berdasarkan berdasarkan Permenpu No. 18 Tahun 2001 adalah sebagai berikut:
a) Peta Jaringan Pipa Eksisting
- Sumber Air
- Jaringan Sistem Transmisi
- Jaringan Sistem Distribusi
- Reservoir

III - 24
b) Jaringan Pipa Pengembangan
- Jaringan Sistem Transmisi dan Distribusi
- Sumber Air dan Reservoir
c) Batas Administrasi
- Batas Cabang Pelayanan
- Batas Kecamatan
- Batas Kelurahan
Data-data spasial ini dapat dibuat dengan menggunakan berbagai tools Sistem
Informasi Geografis (GIS tools) seperti MapInfo atau ArcView. Dalam kasus ini, data
spasial yang diperlukan dibuat dengan menggunakan MapInfo.
Layer-layer data spasial yang disiapkan yaitu batas kecamatan, batas kelurahan,
jalan, jalur pipa, meter induk, pipa sekunder, pipa tersier, pipa utama,pipa transmisi
reservoir,sumber, sungai, valve dan reservoir pengembangan
2. Format Data Spasial
Secara sederhana format, dalam bahasa komputer, berarti bentuk dan kode
penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam GIS, data
spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu :
a. Data Vektor
Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan
garis (line), area atau polygon (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan
berakhir pada titik yang sama), titik (point) dan nodes (merupakan titik
perpotongan antara dua buah garis). Data vektor didefinisikan oleh sistem
koordinat kartesian dua dimensi (x,y)
Keuntungan utama dari format data vektor adalah
ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik,
batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk
analisa yang membutuhkan ketepatan posisi,
misalnya pada basisdata batas-batas kadaster.
Contoh penggunaan lainnya adalah untuk
mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur.
Kelemahan data vektor yang utama adalah
ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.
b. Data Raster
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari
sistem penginderaan jarak jauh seperti citra satelit atau foto udara. Pada data
raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut
dengan pixel (picture element).
Pada data raster, resolusi (definisi visual)
tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan
kata lain, resolusi pixel menggambarkan
ukuran sebenarnya di permukaan bumi
yang diwakili oleh setiap pixel pada citra.
Semakin kecil ukuran permukaan bumi
yang direpresentasikan oleh satu sel,
semakin tinggi resolusinya. Data raster

III - 25
sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual,
seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya.
Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi
resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada
kapasistas perangkat keras yang tersedia.
Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format
data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia,
volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam
analisa.
Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi
sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sedangkan data raster
biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya
lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis. Sebagai ilustrasi,
perbedaan antara data vektor dan data raster adalah sebagai berikut :

VECTOR DATA RASTER DATA

Polygon Line Point Citra Satelit

3. Sumber Data Spasial


Data spasial dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain:
a. Peta Analog
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta
dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi,
kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata
angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta
analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi
format vektor melalui proses digitasi sehingga dapat menunjukan koordinat
sebenarnya di permukaan bumi.
b. Data Sistem Penginderaan Jauh
Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya),
merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara
berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di
ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh

III - 26
berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya
direpresentasikan dalam format raster.
c. Data Hasil Pengukuran Lapangan
Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan
tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut contohnya:
batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan
hutan dan lain-lain.
d. Data GPS (Global Positioning System)
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG.
Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi.
Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor.

B. Konsep Layer

Data pada peta diorganisasikan


dalam bentuk layers (lembaran).
Layer merupakan lapisan atau
lembaran yang digunakan untuk
menampilkan peta. Layer dapat
berupa lapisan vektor atau raster.
Misalnya, layer berupa batas
administrasi, garis jalan, garis sungai,
lokasi perkantoran dan lain
sebagainya. Layer-layer tersebut jika
digabungkan (overlay) akan
membentuk sebuah peta tertentu.
Ilustrasi disamping ini dapat
menggambarkan hal tersebut.

C. Sistem Proyeksi yang Digunakan


Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk menggambarkan
sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu dilakukan langkah-langkah
agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat didatarkan dan distorsinya dapat
terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang datar. Untuk memproyeksi suatu peta
dapat dilakukan dengan dasar sebagai berikut:
1. Berdasar Mempertahankan Sifat Aslinya
 Luas permukaan yang tetap (ekuivalen)
 Bentuk yang tetap (konform)
 Jarak yang tetap (ekuidistan)
Perbandingan dari daerah yang sama untuk
proyeksi yang berbeda seperti terlihat pada
gambar disamping

III - 27
2. Berdasar Bidang Proyeksi yang Digunakan

 Proyeksi Bidang Datar Proyeksi Universal Tranverse Mercator


(UTM)
Posisi suatu unsur geografik di
permukaan bumi dinyatakan oleh nilai
lintang (lattitude) dan bujur (longitude).
Unsur tersebut menggunakan unit satuan
derajat.

 Proyeksi Kerucut Longitude (garis bujur pada bola dunia)


dan latitude (garis lintang pada bola
dunia) adalah sudut yang diukur dari titik
tengah bumi terhadap titik pada
permukaan bumi

 Proyeksi Silinder
Selain itu dapat juga dinyatakan dalam
sistem proyeksi peta misalnya
mercatore, polyeder dan lainnya.
Indonesia menganut sistem proyeksi
Tranverse Mercatore dengan sistem
koordinat UTM (Universal Tranverse
Mercatore). Proyeksi UTM merupakan
proyeksi silinder yang dibuat oleh US
Army sekitar tahun 1940-an. Sejak saat
itu proyeksi ini menjadi standar untuk
pemetaan topografi di Indonesia.

Sifat-sifat Proyeksi UTM


 Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse
Mercator yang memotong bola bumi pada dua
buah meridian, yang disebut dengan meridian
standar. Meridian pada pusat zone disebut
sebagai meridian tengah.
 Daerah diantara dua meridian ini disebut zone.
Lebar zone adalah 6 sehingga bola bumi dibagi
menjadi 60 zone.
 Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996.
 Perbesaran pada meridian standar adalah 1.
 Perbesaran pada meridian tepi adalah 1,001.
 Satuan ukuran yang digunakan adalah meter.

III - 28
Wilayah Indonesia (90° – 144° BT dan 11° LS – 6° LU) terbagi dalam 9 zone UTM, dengan
demikian wilayah Indonesia dimulai dari zona 46 sampai zona 54 (meridian sentral 93° –
141° BT).

Gambar Zona UTM Inonesia

Untuk Kawasan Gresik Selatan yang merupakan beberapa BWP di 3 Kecamtan di


Kabupaten Gresik memiliki zona yang sama dalam satu kabupaten tersebut. Zona UTM
untuk kabupaten Gresik adalah WGS 1984 ZONE 49 S.

III - 29
D. Layout Peta
Penyusunan Layout Peta untuk pekerjaa ini menyseuaiakan dengan tema dan kesepakatan
dengan pemberi kerja dikarenakan tidak ada ketentuan dari peraturan yang berlaku .
Adapun proses pembuatan layout peta dapat ilihat pada gambar berikut ini :

Contoh Pembuatan Layout pada Peta

III - 30
Menggunakan format Menggunakan format
SHP JPEG

III - 31

Anda mungkin juga menyukai