Anda di halaman 1dari 11

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Data Spasial dan Non Spasial

Dosen Pengampu :
Dr. Purwanto , S.Pd, M.Si

Oleh :
Nama : Rizki Ari Hendriansyah

NIM : 210721611764

Offering : K-Aa

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
DEPARTEMEN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu bidang yang memanfaatkan teknologi SIG adalah bidang
perencanaan pembangunan. Pemanfaatan teknologi SIG tidak dapat dilepas akan
dari perencanaan pembangunan, khususnya dalam proses pembuatan, pengelolaan,
visuali sasi, dan analisis data-data spasial (Pratomoatmojo, 2014). SIG sebagai sistem
yang mampu mengakomodasi data spasial dengan data atribut menjadi sebuah tampilan
yang mampu memberikan analisis keruangan, sehingga dapat digunakan untuk
memberikan informasi dalam perencanaan (Sri & Ghinia, 2018). Pada umumnya, SIG
digunakan untuk membantu dalam perencanaan pembangunan daerah, inventarisasi
sumber daya alam, untuk pengawasan daerah bencana alam, dan lain lain.
Perkembangan dunia ilmu pengetahuan menjadikan Sistem Informasi Geografi
atau SIG memiliki peran penting dalam kehidupan, terutama pada kegiatan
memperoleh, merekam dan mengumpulan data yang bersifat keruangan/spasial (Fauzi,
2020). Hingga saat ini sudah banyak pemerintah daerah yang telah memanfaatkan SIG
ini untuk dimplementasikan dalam aktifitas pemerintahan. Salah satunya adalah
pemerintah daerah di tingkat kecamatan. Pada tingkat kecamatan, SIG dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan akan akses informasi yang detail dan mudah digunakan
oleh masyarakat (Manek, 2018. SIG merupakan system kompleks yang biasanya
terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem computer yang lain ditingkat fungsional
dan jaringan. Menurut Gistut, komponen SIG terdiri dari perangkat keras, perangkat
lunak, data dan informasi geografi, sera manajemen. Komponen SIG dijelaskan di
bawah ini:
a) Perangkat keras (Hardware): Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform
perangkat keras mulai dari PC desktop, workstations, hingga multiuserhost yang
dapat digunakan oleh ban-yakorang secara bersamaan dalam jaringan computer
yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (harddisk) yang
besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Walaupun demikian,
fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap karakteristik-karakteristik
fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada PC30 pun dapat
diatasi. Adapun perangkat keras yang ser-ing digunakan untuk SIG adalah
komputer(PC), mouse, digitizer, printer, plotter, dan scanner.
b) Perangkat lunak (Software):Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan
system perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana ba-sis data
memegang peranan kunci. Setiap subsistem diimplementasikan dengan
menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak
program yang masing-masing dapat dieksekusi sendiri.
c) Data dan Informasi Geografi: SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan
informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara mengimportnya
dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan
cara mendigitasi data spasial-nya dari peta dan memasukkan data atributnya dari
table-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.
d) Manajemen: Suatu proyek SIG akan berhasil jika dimanage dengan baik dan
dikerjakan oleh orang-orang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.
Subsistem yang dimiliki oleh SIG yaitu data in-put, data output, data
management, data manipulasi dan analisis. Subsistem SIG tersebut dijelaskan
dibawah ini:
a) Data Input: Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data
spasial dan data atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung
jawab dalam mengkonversi atau mentransformasi format data-data aslinya ke
dalam format yang digunakan oleh SIG.
b) Data Output: Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau
sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopyseperti:
tabel, grafik, peta dan lain-lain.
c) Data Management: Subsistem ini mengorgan-isasikan baik data spasial maupun
atribut ke da-lam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, dan
diedit.
d) Data manipulasi dan analisis: Subsistem ini menentukan informasi-informasi
yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan
manipulasi dan permodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
Menurut Kusrini (2002:22) Informasi adalah data yang sudah diolah
menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan saat ni atau mendukung sumber informasi. Kemudian
informasi menurt MC. Leod (2003:67) adalah data yang telah diproses atau data
yang memiliki arti.
Menurut Demers (2003:12) ciri-ciri SIG adalah sebagai berikut:
a) SIG memiliki sub sistem input data yang menampung dan dapat mengolah data
spasial dari berbagai sumber. Sub sistem ini juga berisi proses transformasi data
spasial yang berbeda jenisnya, misalnya dari peta kontur menjadi titik ketinggian.
b) SIG mempunyai subsistem penyimpanan dan pemanggilan data yang
memungkinkan data spasial untuk dipanggil, diedit, dan diperbaharui.
c) SIG memiliki subsistem manipulasi dan analisis data yang menyajikan peran
data, pengelompokan dan pemisahan, estimasi parameter dan hambatan, serta
fungsi permodelan
d) SIG mempunyai subsistem pelaporan yang menyajikan seluruh atau sebagian dari
basis data dalam bentuk tabel, grafis dan peta.
1.2 RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana proses pengelolaan data spasial?
- Bagaimana proses pengelolaan data non spasial?
- Bagaimana cara kerja sistem informasi geografi?
1.3 TUJUAN
- Untuk mengetahui proses pengelolaan data spasial
- Untuk mengetahui proses pengelolaan data non spasial
- Untuk mengetahui cara kerja Sistem Informasi Geografi
BAB II
METODE

2.1 Teknik Pengumpulan Data


Laporan ini menggunakan studi literatur/studi pustaka sebagai teknik pengumpulan
data. Pada dasarnya, teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan suatu informasi
yang diperoleh dari berbagai karya ilmiah, seperti jurnal integrasi, skripsi, dan lain
sebagainya sehingga diharapkan jika informasi yang didapat memiliki tingkat akurasi
dan ketepatan yang tinggi. Adapun data yang dikumpulkan dalam laporan ini adalah
berbagai informasi yang berhubungan dengan data spasial dan non-spasial.
2.2 Teknik Analisis Data
Laporan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif sebagai teknik analisis data.
Pada umumnya, metode ini dilakukan dengan cara menjabarkan data-data kualitatif ke
dalam suatu deskripsi sehingga dapat mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca.
Selain itu, metode ini juga bertujuan untuk mengeksplorasi dan memotret suatu hal atau
fenomena secara luas, menyeluruh, dan tentunya mendalam. Adapun sub-data yang
dianalisis adalah terkait dengan pengertian/definisi, fungsi/kegunaan, sumber, model,
ciri/karakteristik, contoh, perbedaan, dan hal-hal lainnya dari data spasial dan nonspasia
2.3 Diagram Alir

Studi Literatur dan Perumusan Masalah Tujuan Laporan


pengumpulan data Laporan
sekunder

Pembahasan Pengolahan Data Studi Literatur dan


mengenai Data yang Laporan Pengumpulan Data
Telah Diolah Laporan

Kesimpulan Laporan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Data Spasial
Data spasial atau yang biasa disebut dengan data keruangan ini berisi informasi lokasi,
contohnya yaitu informasi datum, proyeksi, lintang dan bujur. Data spasial adalah data
mengenai objek atau unsur geografis yang dapat diidentifikasikan dan mempunyai acuan
lokasi berdasarkan koordinat tertentu (Zendrato & Ginting, 2000). Data spasial meliputi
data grafis dan data atribut. Salah satu terwujudnya SIG adalah adanya data spasial. Data
ini memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua
bagian penting yang berbeda dari data yang lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan
informasi deskriptif (atribut). Data spasial menunjukkan posisi geografi dimana setiap
karakteristik memiliki satu lokasi yang harus ditentukan dengan cara yang unik (Sunardi et
al., 2005). Data spasial merupakan salah satu aspek dari GIS. Data spasial memuat beberapa
parameter termasuk posisi latitude dan longitude. MySQL juga memiliki tipe data Spasial
untuk menyimpan parameter-parameter data spasial.
Pada SIG, data-data yang diolah terdiri dari data spasial dan data atribut dalam
bentuk digital (Imansyah, 2019). Data spasial merupakan data memiliki referensi
ruang kebumian (georeference) dan berkaitan dengan lokasi keruangan (Fernando,
Touriano, Murad, & Bimo, 2018). Data spasial pada umumnya ditampilkan dalam
format vektor (polygon, line, point) maupun raster. Sedangkan data atribut merupakan
data tabel berisi informasi yang menjelaskan keberadaan objek dalam data
spasial(Fernando et al., 2018).
Jenis Data Spasial
1. Data Raster
Model data raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang membentuk grid
(Prahasta.E, 2001). Informasi yang terdapat dalam satu pixel dapat
dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu data atribut dimana data atribut dapat
mengenai suatu object seperti perumahan, gedung, sawah, dan lain – lain. Dan
juga data koordinat yang menunjukkan posisi geometris dari suatu data tersebut.
2. Data Vektor
Aronoff (1989) menjelaskan model data vektor yang digunakan untuk
merepresentasikan fitur-fitur spasial permukaan bumi, antara lain :
a) Model Data Spaghetti Pada model vektor data spaghetti ini, data spasial
ditranslasikan garis per garis ke dalam sistem koordinat kartesian XY.
Sebuah titik diencoding sebagai satu pasangan koordinat XY, sebuah
garis sebagai deretan pasangan koordinat XY dan area direpresentasikan
oleh poligon tertutup sempurna. Perekaman batas antara poligon yang
berdampingan dengan merekam titik-titik setiap segmen tersebut pada
setiap polygon. Model spaghetti sangat sederhana dan mudah dimengerti,
dimana model data tersebut secara nyata merupakan peta yang
diekspresikan pada koordinat kartesian walaupun model spaghetti tidak
merekam relasi spasial antar fitur geografis. Misalnya untuk analisis
poligon yang berdampingan harus dilakukan searching semua fitur
geografis kemudian baru dihitung apakan fitur-fitur tersebut saling
berdampingan atau tidak. Hal ini menyebabkan model spaghetti tidak
efisien untuk analisis data spasial dalam jumlah besar.
b) Model Data Topological
Model topologi banyak digunakan untuk encoding relasi spasial pada
SIG. Topologi merupakan metode matematis untuk mendefinisikan relasi
spasial antar fitur geografis. Bentuk dasar model ini yaitu :
➢ Arc berupa susunan titik (point) yang berawal dan berakhir pada
node;
➢ Node merupakan titik pertemuan antar dua arc atau lebih dan
node juga terletak pada ujung arc;
➢ Poligon terdiri dari rantai tertutup arc yang merepresentasikan
batas area. Topologi direkam pada 3 (tiga) data tabel untuk arc,
node, dan poligon, sedangkan data koordinat disimpan pada tabel
tersendiri. Titik dan poligon disimpan pada layer yang sama,
sedang garis disimpan pada layer berbeda, dimana set topologi
dan tabel koordinat saling terkait dengan setiap layer data.
c) Triangulated Irregular Network (TIN)
TIN adalah model data topologi berbasis vektor untuk merepresentasikan
data permukaan bumi (terrain) dalam bentuk rangkaian segitiga yang
berhubungan. Pada setiap titik direkam lokasi geografis dalam koordinat
XY dan elevasi dalam koordinat Z. TIN direpresentasikan pada tabel
node (menyebutkan nama segitiga dan node yang menyusunnya), tabel
Edge (menyebutkan daftar tiga segitiga yang berbatasan), tabel koordinat
XY dan tabel koordinat Z (menyimpan nilai koordinat tiap node).
Data spasial dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber, diantaranya adalah :
➢ Citra Satelit, data ini menggunakan satelit sebagai wahananya. Satelit tersebut
menggunakan sensor untuk dapat merekam kondisi atau gambaran dari
permukaan bumi. Umumnya diaplikasikan dalam kegiatan yang berhubungan
dengan pemantauan sumber daya alam di permukaan bumi (bahkan ada
beberapa satelit yang sanggup merekam hingga dibawah permukaan bumi),
studi perubahan lahan dan lingkungan, dan aplikasi lain yang melibatkan
aktifitas 21 manusia di permukaan bumi. Kelebihan dari teknologi terutama
dalam dekade ini adalah dalam kemampuan merekam cakupan wilayah yang
luas dan tingkat resolusi dalam merekam obyek yang sangat tinggi. Data yang
dihasilkan dari citra satelit kemudian diturunkan menjadi data tematik dan
disimpan dalam bentuk basis data untuk digunakan dalam berbagai macam
aplikasi.
➢ Peta Analog, sebenarnya jenis data ini merupakan versi awal dari data spasial,
dimana yang membedakannya adalah hanya dalam bentuk penyimpanannya
saja. Peta analog merupakan bentuk tradisional dari data spasial, dimana data
ditampilkan dalam bentuk kertas atau film. Oleh karena itu dengan
perkembangan teknologi saat ini peta analog tersebut dapat di scan menjadi
format digital untuk kemudian disimpan dalam basis data.
➢ Foto Udara (Aerial Photographs), merupakan salah satu sumber data yang
banyak digunakan untuk menghasilkan data spasial selain dari citra satelit.
Perbedaan dengan citra satelit adalah hanya pada wahana dan cakupan
wilayahnya. Biasanya foto udara menggunakan pesawat udara. Secara teknis
proses pengambilan atau perekaman datanya hampir sama dengan citra satelit.
Sebelum berkembangnya teknologi kamera digital, kamera yang digunakan
adalah menggunakan kamera konvensional menggunakan negatif film, saat ini
sudah menggunakan kamera digital, dimana data hasil perekaman dapat
langsung disimpan dalam basis data. Sedangkan untuk data lama (format foto
film) dapat disimpan dalam basis data harus dilakukan konversi dahulu dengan
mengunakan scanner, sehingga dihasilkan foto udara dalam format digital.
➢ Data Tabular, data ini berfungsi sebagai atribut bagi data spasial. Data ini
umumnya berbentuk tabel. Salah satu contoh data ini yang umumnya digunakan
adalah data sensus penduduk, data sosial, data ekonomi. Data tabular ini
kemudian di relasikan dengan data spasial untuk menghasilkan tema data
tertentu.
➢ Data Survei (Pengamatan atau pengukuran dilapangan), data ini dihasilkan dari
hasil survei atau pengamatan dilapangan. Contohnya adalah pengukuran persil
lahan dengan menggunakan metode survei terestris
Data spasial mengacu pada informasi tentang lokasi dan bentuk, dan hubungan antar
fitur geografis, biasanya disimpan sebagai koordinat dan topologi. Fungsi data spasial
digunakan untuk mengubah file data spasial, seperti peta digital, mengeditnya, dan menilai
keakuratannya, Berikut penjabarannya :
a) Format Transformasi
Format adalah pola di mana data disusun secara sistematis untuk digunakan di
komputer. Transformasi format juga dapat digunakan untuk mendapatkan suatu data
ke dalam format GIS yang dapat diterima. File Digital harus diubah ke dalam format
data yang digunakan oleh SIG, seperti transformasi dari struktur data raster ke vektor.
Data raster sering kali tidak memerlukan pemformatan ulang. Data vektor sering kali
membutuhkan topologi yang dibangun dari data koordinat, seperti terjemahan busur /
node. Transformasi juga bisa sangat mahal dan dapat memakan waktu dengan data
koordinat yang buruk.
b) Transformasi Geometris
Transformasi geometris digunakan untuk menetapkan koordinat tanah ke peta atau
lapisan data di dalam GIS atau untuk menyesuaikan satu lapisan data sehingga dapat
dihamparkan dengan benar di area lain yang sama. Prosedur yang digunakan untuk
menyelesaikan koreksi ini disebut pendaftaran. Dua pendekatan digunakan dalam
registrasi: penyesuaian posisi absolut dan penyesuaian posisi relatif. Posisi Relatif
mengacu pada lokasi fitur dalam kaitannya dengan sistem koordinat geografis. Terpal
karet (registrasi berdasarkan Posisi Relatif) adalah prosedur yang menggunakan
transformasi matematis "slave" dan "master" untuk menyesuaikan fitur cakupan
dengan cara yang tidak seragam. Tautan yang mewakili dari- dan ke-lokasi dapat
digunakan untuk menentukan suatu penyesuaian. Ini membutuhkan titik kontrol yang
mudah diidentifikasi, akurat, dan terdistribusi dengan baik. Posisi Absolut adalah
lokasi yang berhubungan dengan tanah. Pendaftaran ini dilakukan oleh lapisan
individu. Keuntungannya adalah tidak menyebarkan kesalahan.
c) Transformasi Proyeksi
Proyeksi peta merupakan transformasi matematis yang digunakan untuk
merepresentasikan permukaan bola pada peta datar. Transformasi memberikan lokasi
unik ke setiap lokasi pada permukaan bola pada peta 2 dimensi.
Proyeksi peta selalu menyebabkan distorsi: area, bentuk, jarak, atau distorsi arah. GIS
umumnya mendukung beberapa proyeksi dan memiliki sebuah perangkat lunak untuk
dapat mengubah data dari satu proyeksi ke proyeksi yang lainnya. Proyeksi peta yang
paling umum digunakan untuk pemetaan pada skala 1: 500.000 atau lebih besar di
Amerika Utara adalah Proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator). Untuk peta
luas benua, proyeksi Albers, Lambert's Azimuthal, dan Polyconic biasanya digunakan.
d) Konflasi
Konflasi adalah prosedur rekonsiliasi posisi fitur terkait di lapisan data yang berbeda.
Fungsi konflasi digunakan untuk mendamaikan perbedaan ini sehingga fitur terkait
terhampar secara tepat. Ini penting ketika data dari beberapa lapisan data digunakan
dalam analisis.
e) Pencocokan tepi
Pencocokan tepi adalah prosedur untuk menyesuaikan posisi fitur yang meluas
melintasi batas lembar peta. Fungsi ini memastikan bahwa semua fitur yang melintasi
lembar peta yang berdekatan memiliki lokasi tepi yang sama. Tautan digunakan saat
mencocokkan fitur dalam cakupan yang berdekatan.
f) Mengedit Fungsi
Fungsi pengeditan digunakan untuk menambah, menghapus, dan mengubah posisi
geografis fitur. Poligon sliver atau pecahan adalah poligon tipis yang muncul di
sepanjang tepi poligon setelah digitasi dan overlay topologis dari dua atau lebih
penutup.
Address Matching adalah mekanisme untuk menghubungkan dua file menggunakan
alamat sebagai item yang berhubungan. Koordinat geografis dan atribut dapat
ditransfer dari satu alamat ke alamat lainnya. Misalnya, file data yang berisi alamat
siswa dapat dicocokkan dengan cakupan jalan yang berisi alamat yang membuat
cakupan titik di mana siswa tinggal.
g) Penipisan Koordinat Garis
Fungsi Thinning meninjau semua data koordinat dalam sebuah file, mengidentifikasi
dan kemudian menghapus koordinat yang tidak perlu. Bergantung pada skala,
sejumlah pasangan koordinat seringkali dapat dikurangi secara signifikan tanpa
kehilangan detail.
Fungsi ini digunakan untuk mengurangi jumlah data koordinat yang harus disimpan
oleh SIG. Penipisan koordinat, dengan mengurangi jumlah titik koordinat, mengurangi
ukuran file data, sehingga mengurangi volume data yang akan disimpan dan diproses
di SIG.
3.2 Data Non Spasial
Data non spasial terdiri atas data kualitatif (contoh : nama dan alamat pemilik persil),
dan data kuantitatif (contoh : panjang jalan,luas persil). Data non spasial adalah data yang
tidak bereferensi ke georeferensi (ruang kebumian). Dalam penggambarannya, data ini
tidak menggunakan sistem koordinat, data ini juga hanya berfungsi sebagai keterangan
pelengkap saja (atribut).
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut data tekstual. Para pemerhati SIG ada
yang memberi istilah data tekstual dengan istilah umum yang sering dipakai seperti data
atribut, data deskriptif, data semantik, data tabuler, data non grafis, dan data non spasial.
Bahkan mungkin masih ada lagi yang memberi istilah lain, tergantung dari penulis yang
menjelaskan uraian-uraiannya apalagi sistem ini semakin berkembang pada saat sekarang
ini dan kemungkinan besar dimasa mendatang. Hal ini bisa dimaklumi mengingat semakin
lama semakin banyak pekerjaan yang bisa ditangani dengan mengaplikasikan SIG. Pada
dasarnya, data tekstual ini menjelaskan data spasialnya. Keterangan yang berkaitan dengan
layer/coverage dari suatu feature geografi disajikan dalam bentukbentuk non grafis. Atribut
deskriptif yang berkaitan dengan feature peta disimpan pada komputer sangat mirip dengan
bagaimana koordinat titik, garis, maupun area disimpan. Atribut disimpan sebagai
kumpulan bilangan dan karakter. Data ini memiliki beberapa metode, yaitu seperti
pengukuran, laporan, grafik, table, berikut penjelasannya :
a) Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan suatu besaran, dimensi, dan kapasitas, umumnya
digunakan untuk satuan ukur.
b) Laporan
Laporan adalah suatu kegiatan penyampaian informasi, hal-hal yang telah dilakukan,
bisa dalam bentuk tertulis, maupun lisan.
c) Grafik
Grafik adalah suatu simbol yang berguna untuk mempresentasikan suatu informasi dan
penghitungan, biasanya dalam bentuk simbol lingkaran dan juga batang.
d) Tabel
Tabel adalah susunan baris yang membentuk kotak yang berfungsi untuk menyusun
data informasi agar teratur dan tidak berantakan.
Tabel Perbedaan Data Spasial dan Non Spasial
Data Spasial Non Spasial
Data spasial adalah data mengenai objek Data non spasial adalah data yang berisi
atau unsur geografis yang dapat tentang angka-angka yang biasanya
diidentifikasikan dan mempunyai acuan digunakan untuk menjelaskan apa isi
lokasi berdasarkan koordinat tertentu dari peta itu.
Data spasial bisa dikatakan sebagai Data non spasial bisa berasal dari data
gambaran dari permukaan bumi ke sensus, survey atau data data lain yang
dalam bentukan seperti garis, titik atau berbentuk angka
polygon yang keudian bisa disebut
dengan peta
Data non spasial terdiri atas data Data Non spasial memiliki beberapa
kualitatif (contoh : nama dan alamat metode, yaitu seperti pengukuran,
pemilik persil), dan data kuantitatif laporan, grafik, dan tabel
(contoh : panjang jalan,luas persil).
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, terdapat beberapa kesimpulan yang
dapat diambil, yakni sebagai berikut.
1. Terdapat 2 macam data dalam Sistem Informasi Geografi (SIG), yakni data spasial
dan non-spasial.
2. Secara sederhana, data spasial merepresentasikan posisi atau lokasi geografis dari
suatu objek di permukaan bumi. Data spasial berasal dari peta analog, foto udara,
citra satelit, survei lapangan, dan pengukuran dengan global positioning systems
(GPS). Format data spasial secara umum dapat dikategorikan dalam format vektor
dan raster.
3. Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam sebuah
kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhor
pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua
buah garis). Keuntungan utama dari format data vector yaitu ketepatan dalam
merepresentasikan fitur titik, batasan, dan garis lurus, dimana hal ini sangat
berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basis
data batas-batas kadaster. Kelemahan data vektor yang utama adalah
ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual. Sedangkan, data
raster atau biasa disebut dengan sel grid merupakan data yang dihasilkan dari
sistem penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan
sebagai suatu struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada
data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixelnya. Dengan kata
lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang
diwakili oleh setiap pixel pada citra, dimana semakin kecil ukuran sebenarnya
permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, maka semakin tinggi
resolusinya sehingga data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas
yang berubah secara gradual seperti jenis tanah, kelembapan tanah, vegetasi, suhu
tanah, dan sebagainya.
4. Masing-masing format data di atas memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan
format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaanya, data
yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta
kemudahan dalam analisa.
5. Data non-spasial adalah data yang mendeskripsikan informasi yang terdapat di
dalam data spasial. Bentuk data non-spasial umumnya berbentuk kalimat atau
tabel. Informasi yang terdapat di dalam data non-spasial harus sesuai dengan dunia
nyata karena deskripsi yang diberikan jauh lebih akurat daripada data spasial.
Terdapat dua cara untuk mendeskripsikan data non-spasial, yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Deskripsi kualitatif lebih mengarah kepada tipe atau klasifikasi objek.
Sedangkan kuantitatif, data dideskripsikan berdasarkan tingkatan.
6. Terdapat berbagai perbedaan antara data spasial dan non-spasial, mulai dari
pengertian/definisi, fungsi/kegunaan, sumber, model, ciri/karakteristik, dan
contohnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aronoff. 1989. Sistem Informasi Geografis. Jakarta: Buana Khatulistiwa


Demers, MN 2003, Fundamental of geographic information system, Second Edition, New
Mexico State University, USA.
Fauzi, C. (2020). Pengembangan Sistem Informasi Geografis Menggunakan YWDM Dalam
Perencanaan Tata Ruang. JSAKTI (Jurnal Sains Komputer Dan Informatika), 4(2), 598–
607
Fernando, E., Touriano, D., Murad, D. F., & Bimo, A. C. (2018). Pemetaan dan Analisa
Sebaran tempat public pada Kecamatan Jambi Timur di Kota Jambi dengan Sistem
Informasi Geografis. Jurnal SISKOM-KB (Sistem Komputer Dan Kecerdasan Buatan),
2(1), 5–11
Kusrini. 2002. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi Publisher
Manek, M. P. M. (2018). Visualisasi Rencana Detail Tata Ruang Kota Berbasis Mobile GIS
(Studi Kasus: Kecamatan Lowokwaru Kota Malang). ITN malang.
Imansyah, F. (2019). Pemetaan Sebaran Data Buta Aksara dengan Sistem Informasi
Geografis dan Database Engine
Prahasta, Eddy. (2001), Konsep – Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi, Informatika,
Bandung.
Sri, R. A., & Ghinia, A. M. (2018). Pemetaan Persebaran Sarana dan Prasarana Sekolah
Menengah Atas dan Sederajat melalui Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi (SIG) di
Kabupaten Bone Bolango. SEMNAS GEOGRAFI 2018.
Sunardi, Soelistijadi, R., & Handayani, D. U. N. (2005). Pemanfaatan Analisis Spasial untuk
Pengolahan Data Spasial Sistem Informasi Geografi. Jurnal Teknologi Informasi
DINAMIK, X(2).
Zendrato, N., & Ginting, S. B. F. (2000). Sistem Informasi Geografis Pemetaan Rumah Makan
(Studi kasus pada : Wilayah Medan Kabanjahe). Publikasi Ilmiah Teknologi Informasi.

Anda mungkin juga menyukai