PERCOBAAN II
RASTER PROCESSING
OLEH :
NAMA : FAHRUN RAZI
NIM : 1811014210010
ASISTEN : KARTINI SRI ASTUTI
2020
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui cara kerja pada Raster processing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2. Hillshade
Gambar 3. Aspect
4.2 Pembahasan
Pada Percobaan kali ini kita akan membuat project peta dengan menggunakan
software Arcgis 10.3. Raster processing adalah istilah yang merujuk kepada
semua geoprocessing dan analisis spasial yang menggunakan data raster sebagai
input atau outputnya. Bahasan yang di tampilkan tidak berupa analisis yang utuh,
tetapi lebih kepada bagaimana menggunakan tool-tool di dalam ArcToolbox yang
berkaitan dengan pemerosesan raster. Data Raster merupakan Obyek di
permukaan bumi disajikan sebagai elemen matriks atau sel-sel grid yang
homogen. Model data Raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan
dataspasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang
membentuk grid. Tingkat ketelitian model data raster sangat bergantung pada
resolusi atau ukuran pikselnya terhadap obyek di permukaan bumi.
Dalam praktikum kali ini juga terdapat bagaimana cara mengoreksi
geometris, koreksi geometris terhadap data raster adalah proses manipulasi data
raster secara digital agar memiliki referensi spasial yang tepat. Data raster dapat
tidak memiliki sama sekali informasi referensi spasial dalam level pixel sehingga
keseluruhan data raster yang sudah memiliki referensi spasial tersebut dikoreksi
secara geometris terhadap satu tang dipilih sebagai citra master.
Tahapan pertama dalam raster processing adalah memasukkan data yang
berupa empat file JPG, secara berurutan S03E107.IMG; S03E108.IMG;
S04E107.IMG dan S04E108.IMG lalu add data pada layers untuk menambahkan
SHP Belitung. Setelah data telah diinput maka arahkan kursor untuk memilih Arc
Tool Box yang berwarna merah. Pilih data Management Tool untuk mendapatkan
pilihan raster lalu tekan Mosaic to New Raster. Setelah beberapa detik akan
terbuka jendela baru yang menampilkan data input, output, tempat penyimpanan
hasil data yang akan di Raster, zona transformasi geografik yang diapakai adalah
WGS 1984 UTM 48S lalu tekan OK. Dan selesailah hasil pertama yaitu mosaic
raster. Pada penamaan hasil data yang akan di-output sebaiknya menggunakan
nama yang singkat. Karena dalam beberapa kasus hasil data mosaic raster gagal
diproses akibat nama data yang terlalu panjang.
Tahapan kedua adalah clip raster. Langkah awalnya yaitu klik menu Arc
Tool Box lalu klik submenu spasial analisys tools dan tekan extraction lalu pilih
extract by mask. Tak lama kemudian akan muncul jendela baru yang memuat
input pertama pilih project raster, input kedua adalah SHP Belitungnya dan
terakhir adalah output untuk memberi nama data yaitu Clip_Raster dan mencakup
tempat penyimpanan data yang akan di-clip Raster. Tekan OK untuk mengakhiri
proses clip raster. Selang beberapa detik hasil clip raster akan muncul.
Tahapan ketiga adalah kelas Aspect, kelas Hillshade dan kelas Slope.
Perhatikan dengan baik bahwa layers yang dicentang cukup clip raster saja.
Langkah pertama adalah pilih menu Arc Tool Box lalu klik submenu 3D Analysis
Tools. Pada submenu tersebut memuat beberapa tindakan, pilih raster surface dan
pilih secara berurutan yaitu Aspect, Hillshade dan Slope. Pada kelas pertama yaitu
Aspect, klik pilihan tersebut lalu sekian detik akan muncul jendela baru yang
memuat input dan output. Pada pilihan input pilih hasil data clip raster yang telah
dibuat dan pada data output beri nama data dan mencakup tempat penyimpanan
yang diinginkan lalu klik OK. Tak lama kemudian pada layers akan muncul nama
output yang telh diketik dan submenu yang berbeda warnanya. Terdapat sepuluh
submenu dengan warna beragam.
Pada kelas kedua yaitu Hillshade. Masih di pilihan submenu yang sama
yaitu raster surface lalu klik Hillshade dan muncul jendela baru. Jendela tersebut
memuat input pilih clip raster, lalu outputnya beri nama, sesuai kelasnya yaitu
Hillshade dan pilihan dibawahnya tidak perlu diubah dan tekan OK untuk
mengakhiri proses ini. Setelah beberapa detik muncul pda layers data kelas
Hillshades dengan warna default yaitu abu-abu. Terdapat subnama High dan Low
yang dibedakan dengan gradasi warna.
Dan pada kelas terakhir yaitu Slope langkah awalnya sama seperti
sebelumya, masih pada pilihan submenu raster surface lalu klik Slope. Beebrapa
saat akan muncul jendela baru yang memuat input pilih data cip raster, output
untuk memberi nama data baru yaitu Slope dan output measurement-nya tidak
perlu diubah. Klik OK untuk mengakhiri proses kelas Slope ini. Selang beberapa
detik akan muncul pada layers data Slope yang memuat sepuluh submenu dengan
warna yang berbeda namun hampir sama dengan kelas Aspect.
Setelah ketiga kelas sudah mendapatkan hasil lalu buat layout-nya.
Langkah awalnya yaitu samakan nilai ketiga kelas. Plih data Aspect pad layers
dengan meng-klik kanan untuk mendapatkan pilihan layer properties dan arahkan
kursor ke symboligy. Pada samping kanan terdapat dua menu yaitu classes pilih
10 dan tekan pilihan clasify disampingnya, pilih metode manual dan pilihan users
dibawah metode adalah 10. Pada submenu pojok kanan yaitu Break Values pilih
angka 10; 15; 20; 25; 30; 35; 40; 45; 50; dan 55; lalu tekan OK. Perhatikan pada
break Values ini jangan sampai ada angka berbentuk pecahan harus bulat.
Sedangkan pada Hillshade, clasify-nya pada pilihan metode tetap saja yaitu layer
interval tidak usah diubah ke manual dan angkaya tetap 10. Pada layout Slope
sama dengan kelas Aspect.
Terdapat fungsi pada masing-masing ketiga kelas yang telah dibuat.
Pertama adalah fungsi Aspect. Berdasarkan masukan data ketinggian (raster/grid),
fungsi ini akan menghasilkan layer raster/grid yang menyatakan arah gradient di
setiap pikselnya. Kedua adalah Hillshade. Fungsi ini akan menghasilkan iluminasi
hipotetikal (dalam format digital raster/grid) dari sebuah permukaan digital
(raster/grid/TIN). Dan terakhir adalah Slope. Fungsi ini pada umumnya menerima
masukan data ketinggian dalam format raster/grid/TIN untuk menghasilkan layer
raster baru sebagai wujud dari nilai‐nilai kemiringan (yang siap diklasifikasikan
kembali).
Untuk pertama-tama kita masukkan ke 4 data image berformat jpg yang
telah ditentukan pada aplikasi arcmap, kemudian untuk data proyeksi raster yang
digunakan adalah WGS 1984 UTM 48S. Kenapa menggunakan datum WGS 1984
UTM 48S, karena belitung berada pada zona ini sehingga kita akan menggunakan
datum ini, jadi bisa dikatakan jika kita menggunakan lokasi yang berbeda maka
akan ada kemungkinan besar kita menggunakan datum yang berbeda juga, untuk
mengetahui zona suatu kota bahkan negara dapat diakses di
petatematikindo.wordpress.com. Pada website tersebut lengkap zona kota-kota di
Indonesia.
Dalam percobaan kali ini juga kita akan melakukan koreksi geometris
terhadap data raster. Data raster adalah peroses manipulasi raster secara digital
agar memiliki refrensi spasial yang tepat. Data raster juga dapat tidak memiliki
informassi sama sekali informasi spasial dalam level pixel sehingga keseluruhan
data raster yang sudah memiliki referensi spasial tersebut dikoreksi secara
geometris terhadap satu tang dipilih sebagai citra master.
Hasil dari pemprosesan ini dapat diberikan ‘jiwa’ atau tidak tergantung data
dan besaran nilai apakah yang kita masukkan. Nilai yang kita masukkan bisa saja
membawa atau menyajikan suatu informasi spasial atau geografis jika kita
memang memasukkan nilai-nilai yang sesuai dan sesuai fakta terhadap data raster
yang sedang kita proses yang diwakilkan oleh simbologi-simbologi warna. Model
data raster merupakan data yang sangat sederhana, dimana setiap informasi
disimpan dalam grid, yang berbentuk sebuah bidang. Grid tersebut disebut dengan
pixel. Sering mengalami kesalahan dalam menggambarkan bentuk dan garis batas
suatu objek, sangat bergantung pada resolusi spasial dan toleransi yang diberikan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Dengan menggunakan ArcMap dapat mengetahui bagaimana cara kerja raster
processing.
5.2 Saran
Longley, A., dkk. 2011. Sistem Informasi Geografis untuk pengelolaan sumber
daya alam. Center for International Foresty Research. Jakarta.
ABSTRAK
Kata Kunci : Fungsi SIG, Peralatan SIG, Data Spasial, ArcGIS 10.1, Quantum GIS 2.14.5.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi saat ini tergolong sangat cepat seiring dengan kebutuhan dan
pertumbuhan tingkat kecerdasan manusia untuk menunjang dan menyelesaikan suatu
permasalahan yang timbul dalam suatu organisasi dan perusahaan serta instansi
pemerintahan lainnya (Yusuf, 2015). Perkembangan teknologi tersebut juga mulai
marambat ke dalam industri pemetaan diantaranya perkembangan perangkat lunak
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk membuat, mengolah dan menyajikan data agar
menghasilkan informasi pemetaan yang berkualitas, akurat dan relevan sehingga dapat
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis dan pemerintahan sebagai informasi yang
strategis untuk pengambilan keputusan.
Dalam hal ini, ketersediaan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kinerja agar lebih efektif dan efisien serta mudah dalam
penerapan informasi pemetaan yang ingin disampaikan. Namun apabila dikaitkan
dengan konsep-konsep yang mendasarinya sampai dengan terbentuk suatu sistem
informasi pemetaan yang dikenal luas, rasanya belum banyak yang menyediakan dan
memahaminya sehingga hal tersebut dapat membingungkan para pengguna-pengguna
Sistem Informasi Geografis (SIG), baik dikalangan mahasiswa atau-pun masyarakat luas,
terutama di Indonesia (Prahasta, 2009).
Tingginya harga perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) yang relevan seperti
ArcGIS dengan fitur-fitur lebih lengkap yang terdahulu diperkenalkan oleh perusahaan
Environmental System Research Institute (ESRI) menjadi penyebab keterbatasan utama
untuk mempelajari konsep-konsep yang terkandung didalanya. Secara otomatis, hal
tersebut tentu menurunkan tingkat rasa ingin tahu mahasiswa ataupun masyarakat luas
terhadap pentingnya perangkat lunak teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG)
tersebut.
Ketersediaan berbagai macam jenis produk perangkat lunak Sistem Informasi Geografis
(SIG) baik bersifat berbayar maupun bersifat open source (terbuka) sudah banyak
tersedia dan bahkan akan terus dikembangkan (Prahasta, 2009). Open source
merupakan sebuah sistem terbuka yang dalam mendistribusikan perangkat lunak
kepada penggunanya dengan cara memberikan program dan source code-nya secara
gratis, bahkan pengguna dapat melakukan modifikasi untuk membuat perangkat lunak
tersebut sesuai dengan kebutuhan (Prihanto, 2012). Adapun perangkat lunak teknologi
Sistem Informasi Geografis (SIG) yang bersifat open source (terbuka) yang penulis jumpai
dan digunakan saat ini yaitu perangkat lunak Quantum GIS.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat digambarkan pelaksanaan perkerjaan yang
akan dilakukan yaitu kajian proses georeferensi, kajian proses digitasi, kajian proses
editing grafis, kajian proses editing atribut, kajian proses simbolisasi peta, kajian proses
layout peta dan kajian proses pencetakan peta dari peta digital dan data shapefile
berunsur titik, garis dan area atau poligon yang sudah ada. Dalam pelaksanaannya,
penulis melakukan pekerjaan tersebut pada perangkat lunak ArcGIS yang bersifat
berbayar dan perangkat lunak QGIS yang bersifat open source (terbuka) untuk
membandingkan fungsinya terhadap proses pekerjaan yang dilakukan.
Pelaksanaan pekerjaan meliputi kajian proses georeferensi, kajian proses digitasi, kajian
proses editing grafis, kajian proses editing atribut, kajian proses simbolisasi peta, kajian
proses layout peta dan kajian proses pencetakan peta.
Membandingkan fungsi pada perangkat lunak berbayar ArcGIS dan open source
(terbuka) QGIS terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui perbandingan fungsi,
kelebihan dan kekurangan dari perangkat lunak ArcGIS dan QGIS dalam melakukan
kajian proses georeferensi, kajian proses digitasi, kajian proses editing grafis, kajian
proses editing atribut, kajian proses simbolisasi peta, kajian proses layout peta dan
kajian proses pencetakan peta.
Manfaat dari penelitian diharapkan dapat berguna sebagai sarana bagi bidang pekerjaan
terkait ruang lingkup geodesi dalam memilih perangkat lunak SIG yang bersifat berbayar
atau-pun open source (terbuka) sesuai dengan perkembangan teknologi SIG yang
dibutuhkan dan meningkatkan wawasan serta kemampuan mahasiswa dalam
menggunakan perangkat lunak ArcGIS dan QGIS.
2. LANDASAN TEORI
SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi
dan menganalisis informasi spasial. Teknologi ini berkembang pesat sejalan dengan
perkembangan teknologi informatika atau teknologi komputer (Paryono, 1994).
Istilah SIG merupakan gabungan dari tiga unsur pokok yaitu sistem, informasi dan
geografis. Dengan melihat unsur pokoknya, maka sudah jelas bahwa SIG merupakan tipe
sistem informasi, tatapi dengan tambahan unsur geografis, istilah geografis
merupakan bagian dari spasial (keruangan). Kedua istilah ini sering digunakan
secara bergantian sehingga muncullah istilah yang ke tiga yaitu geospasial (Kraak &
Ormeling, 2006).
Peta digital adalah presentasi fenomena geografis yang disimpan untuk ditampilkan dan
dianalisis oleh komputer secara digital. Setiap objek pada peta digital disimpan
sebagai sebuah atau sekumpulan koordinat. Sebagai contoh, objek berupa lokasi
sebuah titik akan disimpan sebagai koordinat, sedangkan objek berupa wilayah akan
disimpan sebagai sekumpulan koordinat
(Nuryadin, 2005).
(Layer )
R Model
A Permukaan
S Digital
T
E
R
(Layer )
Land -cover
Permukaan Bumi
Dunia
Nyata
Model data vektor dapat menampilkan, menempatkan dan menyimpan data sapsial
dengan menggunakan titik-titik, garis-garis dan poligon beserta atribut-atributnya.
Didalam model data spasial vektor, garis-garis atau kurva merupakan sekumpulan titik-
titki terurut yang saling terhubung. Sedangkan luasan atau poligon juga disimpan
sebagai sekumpulan titik-titik, tetapi dengan catatan bahwa titik awal dan titik akhir
geometri poligon memiliki nilai koordinat yang sama atau semacam poligon tertutup
sempurna (Prahasta, 2009).
Atribut merupakan data yang menerangkan sebuah jenis entitas (Budiyanto, 2014).
Setiap tipe entitas dapat memiliki lebih dari satu atribut yang mendeskripsikan
karakteristik-karakteristik fenomena yang bersangkutan. Sebagai contoh, tipe data yang
termasuk kedalam klasifikasi bangunan boleh saja memiliki atribut-atribut terkait
material bangunan, sejarah dan atribuit-atribut lain yang lainnya. Atribut-atribut ini
berfungsi untuk mendeskripsikan objek yang bersangkutan hingga mereka dapat benar-
benar dianggap sebagai informasi oleh milik objeknya. Pada implementasinya data
atribut-atribut ini disimpan dalam tabel-tabel basis data (Prahasta, 2009).
Namun demikian pemikiran tentang pemanfaatan sistem data spasial ini sebenarnya
tidak hanya dilakukan oleh operasional SIG digital yang berlaku saat ini (Budiyanto,
2014).
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Secara visualisasi skematik diagram alir pelaksanaan pekerjaan yang dipakai dapat dilihat
pada Gambar 3. dibawah ini.
Mulai
Persiapan
Kajian Perbandingan
Hasil
Selesai
3.1 Persiapan
Tahap persiapan alat yang dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk proses
penyediaan data berbasis spasial tersebut antara lain :
Supriyono, Yanmesli
Diterima 25 April 2016, Direvisi 20 Mei 2016, Disetujui Publikasi 30 Juni 2016
Abstract
This research aims to analyze the change of physical shape of river in Sub River Basin of
Bengkulu River. Analysis of changes in physical shape of the river by interpretation of Landsat
Image from 1990, 2003 and 2014. The physical changes of the river are divided into 3 river
segments, namely Hulu, Tengah and Hilir, so that the appearance of spatial changes in more
detail. Spatial database is built based on the results of image interpretation and image
digitization with 543 band merging model, this is done to obtain data of difference of water and
land boundary is more contrast and clear. The approach method used is the result of the analysis
of the physical form data of the river in overlay with Geographic Information System to obtain the
data of physical shape of the river that is the flow pattern, the area and the river menader. Result
of research (1). The pattern of river flow is relatively fixed with the flow pattern of the river is
dominated by dentritic flow pattern that is the river and the main tributary perpendicular to each
other leads to the main rivers or directly empties into the sea, (2). The most dominant change in
river area between 2003-2014 is seen from the addition of river area of 37.88 ha. (.3). River
Meander is influenced by Sediment factor carried by a tributary that empties into the main river
of the river. The high sedimentation is due to high erosion and the human factor can be river flow
engineering and land use change.
Keywords: Landscape Image, Stream Pattern, River Area, Meander
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan bentuk fisik sungai di Sub DAS Hilir
Sungai Bengkulu. Analisis perubahan bentuk fisik sungai dengan interpretasi Citra Landsat dari
tahun 1990, 2003 dan 2014. Perubahan bentuk fisik sungai dibagi dalam 3 segmen Sungai yaitu
bagian Hulu, Tengah dan Hilir, sehingga kenampakan perubahan spasial lebih detail. Basis data
spasial dibangun berdasarkan hasil interpretasi citra dan digitasi citra dengan model
penggabungan band 543, ini dilakukan untuk memperoleh data perbedaan batas air dan daratan
lebih kontras dan jelas. Metode pendekatan yang digunakan adalah hasil analisis basis data
bentuk fisik sungai di overlay dengan Sitem Informasi Geografis untuk memperoleh data
perubahan bentuk fisik sungai yaitu pola aliran, luas dan menader sungai. Hasil penelitian (1).
Pola aliran sungai relatif tetap dengan pola aliran sungai didominasi oleh pola aliran dentritik
yaitu sungai dan anak sungai utama saling tegak lurus bermuara pada sungai-sungai utama atau
langsung bermuara ke laut, (2). Perubahan luas sungai yang paling dominan terjadi antara tahun
2003-2014 yang terlihat dari penambahan luasan sungai sebesar 37,88 ha. (.3). Meander sungai
di pengaruhi oleh faktor Sedimen yang dibawa oleh anak sungai yang bermuara ke sungai utama
aliran sungai. Tingginya sedimentasi diakibatkan erosi yang cukup tinggi dan faktor manusia
dapat berupa rekayasa alur sungai dan perubahan penggunaan tanah.
Kata Kunci : Citra Lansat, Pola Aliran, Luas Sungai, Meander
Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 37-41
KOTA MALANG
ARCGIS ONLINE UTILIZATION AS MEDIA SUBMISSION OF THE SPATIAL INFORMATION IN MALANG
1 2
Abstract. Development of technology has encouraged the delivery of information to be more interactive.
Technology is the provision of spatial information via ArcGIS Online. ArcGIS Online is a geographic information
system based on Web developed by ESRI to use, create, analyze, and share maps. ArcGIS Online can be used to
present the spatial data Malang.
presentation of spatial information Malang in the shape of an interactive The results of the analysis in the form
map that contains a general overview of Malang, geographical of
conditions, and social conditions of Malang through a feature story map in
ArcGIS Online.
Pendahuluan
Secara umum ada dua jenis data yang dapat mempresentasikan
fenomena dunia nyata. Pertama, data yang merepresentasikan
data keruangan (spasial) berisi data posisi, koordinat, ruang
atau spasial. Kedua, data yang menjelaskan aspek deskriptif
dari kenampakan di permukaan bumi, yang disebut sebagai data
non spasial atau atributnya (Prahasta, E., 2014). Informasi spasial
merupakan data yang menunjukan posisi suatu wilayah dan
penyajian data spasial merupakan salah satu hal penting
dalam proses
sistem informasi geografi.
37
Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah
untuk untuk dapat mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyampaikan
informasi spasial tentang Kota Malang dalam bentuk peta interaktif dengan