PERCOBAAN III
GEOREFERENCING
OLEH :
NAMA : FAHRUN RAZI
NIM : 1811014210010
ASISTEN : MUHAMMAD RIDHO
2020
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
(Muhammad
Ridho)
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut;
1. Untuk mengenal peroses Georefrencing pada Arcgis.
2. Untuk Mengetahui cara menggunakan fitur Georefrencing pada suatu
objek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PERCOBAAN
2. Membuka ArcMap 10.7 dan melakukan drag and drop pada file Kota
Bogor.jpg ke dalam ArcMap 10.7(Pastikan coordinate system telah
disesuaikan dengan daerah peta).
Pada praktikum kali ini kita akan membut georefrencing untuk titik acuan
jika peta hanya berupa gambar dan hal ini sangat penting jika kita ingin
mendigitasi peta tersebut karena titik acuan ini diperlukan untuk titik koordinat
peta, pertama yang akan kita lakukan adalah memasukkan gambar peta yang akan
kita georefrencing, setelah dimasukkan, klik kanan pada tab di atas dan ceklist
georefrencing, setelah itu akan muncul tool georefrencing, terus kita pilih tool add
check point, kita letakan tool ini dengan mengklik kiri, tempat kita mengklik yaitu
adalah tempat yang berada pada 2 titik grid pada gambar yang tidak tertutup,
karena hal ini untuk membuat titik koordinat jadi usahakan titiknya setepat
mungkin jadi sewaktu kita mau mengklik kiri alangkah lebih baiknya kita zoom
sebanyak mungkin, agar titiknya tidak terlalu meleset, setelah kita klik kiri
kemudian kita klik kanan, dan pilih add coordinat point, kemudian kita masukkan
koordinat sesuai pada grid tempat kita meletakan titik tersebut, kemudian kita
ulangi penambahan titik tersebut minimal sebanyak 4 kali, pada ujung-ujung
petga jadi titik yang kita buat pada pojok kiri atas, pojok kiri bawah, pojok kanan
atas, pojok kanan bawah. Caranya sama juga kita ulangi langkah dari yang
memberikan titik dan seterusnya hingga kita memasukkan titik point koordinat.
Setelah kita masukkan, hal semua titiknya, kita cek nilai RMS nya, dengan klik
link tabel pada tool georefrencing usahakan nilai rms nya dibawah 1. Jika nilainya
diatas satu kita isa menguranginya dengan mengambil ulang titk point dan kita
lebih zoom agar titik yang kita masukkan untuk lebih tepat. Setelah itu kita
masukkan juga titik pointnya kita ulangi terus hingga RMS yang kita dapatkan
diawah 1. Setelah RMS yang kita dapat kurang dari 1 maka jangan lupa kita buat
screenshot untuk sebagai bukti.
Pada praktikum ini jangan lupa juga untuk menambahkan titik koordinat
system sesuai pada daerah peta tersebut, karena tempat yang ditentukan pada
praktikum ini ada di balangan sehingga system koordinat yang kita gunakan
adalah WGS zona 50S karena berada di lokasi kalimantan selatan untuk
mengetahui lokasinya kita bisa mengetahuinya pada website tertentu yang telah
menyediakan lokasi zona WGS. Diharapkan jagan salah meletakan zona WGs
karena akan membuat system koordinat pada peta menjadi kacau.
Georeferencing adalah proses penempatan objek berupa raster atau gambar
yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem koordinat dan
proyeksi tertentu. Pada GIS, ada dua sistem koordinat, yaitu Geographic
Coordinate System (Sistem Koordinat Geografi) dan Projected Coordinate System
(Sistem Koordinat Proyeksi). Untuk memudahkan dalam menentukan sistem
koordinat yang akan digunakan, bisa ditandai dengan penggunaan degree/derajat
pada sistem koordinat geografi dan meter pada sistem koordinat proyeksi.Pada
praktikum kali ini melibatkan proses Georeferencing pada suatu file. File yang
digunakan tersebut adalah Batas Administrasi Balangan. jpg, merupakan peta
batas-batas administrasi pada kelurrahan balangan.
Georeferencing sering dikenal dengan proses pemberian referensi geografi
dari objek berupa raster atau gambar yang belum mempunyai acuan sistem
koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu. Proses ini diperlukan
ketika akan melakukan input data berupa data raster (hasil pemindaian) ke dalam
SIG (ArcGIS). Georeferencing adalah proses penempatan objek berupa raster atau
gambar yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem
koordinat dan proyeksi tertentu. Pada GIS, ada dua sistem koordinat, yaitu
Geographic Coordinate System (Sistem Koordinat Geografi) dan Projected
Coordinate System (Sistem Koordinat Proyeksi). Untuk memudahkan dalam
menentukan sistem koordinat yang akan digunakan, bisa ditandai dengan
penggunaan degree/derajat pada sistem koordinat geografi dan meter pada sistem
koordinat proyeksi. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan pada kedua sistem
koordinat tersebut. Kelebihan dari sistem koordinat geografi adalah dapat
menganalisis secara mudah, sedangkan kelebihan dari sistem proyeksi adalah
lebih detail karena satuannya meter sehingga luasannya bisa dihitung dengan
mudah. Kekurangan dari sistem koordinat geografi adalah tidak dapat menghitung
luasan/panjang pada sistem GIS dan jika perhitungan tersebut dilakukan, tinggat
error yang dihasilkan pun akan tinggi, sedangkan kekurangan dari sistem proyeksi
adalah karena satuan yang digunakan adalah meter sehingga hanya bisa
menganalisis satu kawasan saja
Dalam proses penyesuaian titik tempat berdasarkan sistem koordinat yang
tertera di peta, Memberikan titik pada file Batas Administrasi Balangan. jpg yang
sesuai koordinat berdasarkan informasi peta. Tujuannya pembuatan titik ini
merupakan langkah awal dalam proses Georeferencing. Pemberian titik pada peta
tidak sembarangan, sesuai dengan informasi pada peta. Kemudian dilakukan
pengisian nilai x dan y dengan sistem koordinat ddd°mm’ss.s” yang menyatakan
bahwa daerah Balangan, Kalimantan Selatan berada pada wilayah Lintang Selatan
(S) dan Bujur Timur (E). Dalam proses ini dibuat sebanyak 4 titik koordinat.
Kemudian, informasi nilai x dan y pada titik pertama, titik kedua disalin, hingga
titik keempat disalin. Lalu meng-klik Update Georeferencing, yang menandakan
bahwa file Batas AdministrasiBalangan.jpg telah selesai melakukan
Georeferencing.
Meski saat ini banyak metode perolehan data lapangan, analog yang ada
materi kartografi adalah sumber utama data yang dibutuhkan untuk Sistem
Informasi Geografis. Hal ini, yang ada dalam format analog, harus dibawa ke
format digital agar bisa ditafsirkan dan dianalisis menggunakan komputer dan
perangkat lunak khusus. Proses georeferensi segera mengikuti proses pemindaian
dari bahan analog ini. Dengan Georeferencing, ke peta digital dikaitkan dengan
koordinat sebenarnya (geografis atau persegi panjang). Koordinat baru harus
dikaitkan dengan proyeksi kartografi tertentu. Proses ini sangat penting, karena
georeferencing yang tidak akurat akan menghasilkan kesalahan selama proyek
berlangsung. Sebagai hasilnya, proses Georeferencing harus diobati dengan
perhatian khusus sehingga, datanya dibawa dari analog ke format digital untuk
memberikan akurasi yang tinggi agar bisa digunakan dengan sebaik-baiknya
kondisi.
File BatasAdministrasiBalangan.jpg ini dilakukan pengidentifikasian
kembali dengan meng-klik Identify. Ketika melakukan pengidentifikasian, file
tersebut telah memberikan informasi yang bisa dikatakan sesuai dengan
keterangan yang ada. Informasi tersebut menyatakan bahwa file
BatasAdministrasiBalangan.jpg ini memiliki sistem koordinat UTM (Universal
Transverse Mercator). File BatasAdministrasiBalangan.jpg ini pula dapat
dinyatakan terkoreksi geometrik. Jadi, proses Georeferencing berperan penting
dalam penentuan sistem koordinat pada suatu objek. Jadi untuk pemilihan system
koordinat jangan sampai salah wilayah lihatlah pada tempat yang telah ditentukan
dengan mencarinya di website WGS atau menanyakannya dengan asisten.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Longley, A., dkk. 2011. Sistem Informasi Geografis untuk pengelolaan sumber
daya alam. Center for International Foresty Research. Jakarta.
ABSTRAK
Kata Kunci : Fungsi SIG, Peralatan SIG, Data Spasial, ArcGIS 10.1, Quantum GIS 2.14.5.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi saat ini tergolong sangat cepat seiring dengan kebutuhan dan
pertumbuhan tingkat kecerdasan manusia untuk menunjang dan menyelesaikan suatu
permasalahan yang timbul dalam suatu organisasi dan perusahaan serta instansi
pemerintahan lainnya (Yusuf, 2015). Perkembangan teknologi tersebut juga mulai
marambat ke dalam industri pemetaan diantaranya perkembangan perangkat lunak
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk membuat, mengolah dan menyajikan data agar
menghasilkan informasi pemetaan yang berkualitas, akurat dan relevan sehingga dapat
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis dan pemerintahan sebagai informasi yang
strategis untuk pengambilan keputusan.
Dalam hal ini, ketersediaan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kinerja agar lebih efektif dan efisien serta mudah dalam
penerapan informasi pemetaan yang ingin disampaikan. Namun apabila dikaitkan
dengan konsep-konsep yang mendasarinya sampai dengan terbentuk suatu sistem
informasi pemetaan yang dikenal luas, rasanya belum banyak yang menyediakan dan
memahaminya sehingga hal tersebut dapat membingungkan para pengguna-pengguna
Sistem Informasi Geografis (SIG), baik dikalangan mahasiswa atau-pun masyarakat luas,
terutama di Indonesia (Prahasta, 2009).
Tingginya harga perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) yang relevan seperti
ArcGIS dengan fitur-fitur lebih lengkap yang terdahulu diperkenalkan oleh perusahaan
Environmental System Research Institute (ESRI) menjadi penyebab keterbatasan utama
untuk mempelajari konsep-konsep yang terkandung didalanya. Secara otomatis, hal
tersebut tentu menurunkan tingkat rasa ingin tahu mahasiswa ataupun masyarakat luas
terhadap pentingnya perangkat lunak teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG)
tersebut.
Ketersediaan berbagai macam jenis produk perangkat lunak Sistem Informasi Geografis
(SIG) baik bersifat berbayar maupun bersifat open source (terbuka) sudah banyak
tersedia dan bahkan akan terus dikembangkan (Prahasta, 2009). Open source
merupakan sebuah sistem terbuka yang dalam mendistribusikan perangkat lunak
kepada penggunanya dengan cara memberikan program dan source code-nya secara
gratis, bahkan pengguna dapat melakukan modifikasi untuk membuat perangkat lunak
tersebut sesuai dengan kebutuhan (Prihanto, 2012). Adapun perangkat lunak teknologi
Sistem Informasi Geografis (SIG) yang bersifat open source (terbuka) yang penulis jumpai
dan digunakan saat ini yaitu perangkat lunak Quantum GIS.
Pelaksanaan pekerjaan meliputi kajian proses georeferensi, kajian proses digitasi, kajian
proses editing grafis, kajian proses editing atribut, kajian proses simbolisasi peta, kajian
proses layout peta dan kajian proses pencetakan peta.
Membandingkan fungsi pada perangkat lunak berbayar ArcGIS dan open source
(terbuka) QGIS terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui perbandingan fungsi,
kelebihan dan kekurangan dari perangkat lunak ArcGIS dan QGIS dalam melakukan
kajian proses georeferensi, kajian proses digitasi, kajian proses editing grafis, kajian
proses editing atribut, kajian proses simbolisasi peta, kajian proses layout peta dan
kajian proses pencetakan peta.
Manfaat dari penelitian diharapkan dapat berguna sebagai sarana bagi bidang pekerjaan
terkait ruang lingkup geodesi dalam memilih perangkat lunak SIG yang bersifat berbayar
atau-pun open source (terbuka) sesuai dengan perkembangan teknologi SIG yang
dibutuhkan dan meningkatkan wawasan serta kemampuan mahasiswa dalam
menggunakan perangkat lunak ArcGIS dan QGIS.
2. LANDASAN TEORI
SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi
dan menganalisis informasi spasial. Teknologi ini berkembang pesat sejalan dengan
perkembangan teknologi informatika atau teknologi komputer (Paryono, 1994).
Istilah SIG merupakan gabungan dari tiga unsur pokok yaitu sistem, informasi dan
geografis. Dengan melihat unsur pokoknya, maka sudah jelas bahwa SIG merupakan tipe
sistem informasi, tatapi dengan tambahan unsur geografis, istilah geografis
merupakan bagian dari spasial (keruangan). Kedua istilah ini sering digunakan
secara bergantian sehingga muncullah istilah yang ke tiga yaitu geospasial (Kraak &
Ormeling, 2006).
2.2. Peta dan Peta Digital
Peta digital adalah presentasi fenomena geografis yang disimpan untuk ditampilkan dan
dianalisis oleh komputer secara digital. Setiap objek pada peta digital disimpan
sebagai sebuah atau sekumpulan koordinat. Sebagai contoh, objek berupa lokasi
sebuah titik akan disimpan sebagai koordinat, sedangkan objek berupa wilayah akan
disimpan sebagai sekumpulan koordinat
(Nuryadin, 2005).
(Layer )
R Model
A Permukaan
S Digital
T
E
R
(Layer )
Land -cover
Permukaan Bumi
Dunia
Nyata
Atribut merupakan data yang menerangkan sebuah jenis entitas (Budiyanto, 2014).
Setiap tipe entitas dapat memiliki lebih dari satu atribut yang mendeskripsikan
karakteristik-karakteristik fenomena yang bersangkutan. Sebagai contoh, tipe data yang
termasuk kedalam klasifikasi bangunan boleh saja memiliki atribut-atribut terkait
material bangunan, sejarah dan atribuit-atribut lain yang lainnya. Atribut-atribut ini
berfungsi untuk mendeskripsikan objek yang bersangkutan hingga mereka dapat benar-
benar dianggap sebagai informasi oleh milik objeknya. Pada implementasinya data
atribut-atribut ini disimpan dalam tabel-tabel basis data (Prahasta, 2009).
Namun demikian pemikiran tentang pemanfaatan sistem data spasial ini sebenarnya
tidak hanya dilakukan oleh operasional SIG digital yang berlaku saat ini (Budiyanto,
2014).
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Secara visualisasi skematik diagram alir pelaksanaan pekerjaan yang dipakai dapat dilihat
pada Gambar 3. dibawah ini.
Mulai
Persiapan
Kajian Perbandingan
Hasil
Selesai
3.1 Persiapan
Tahap persiapan alat yang dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk proses
penyediaan data berbasis spasial tersebut antara lain :
Supriyono, Yanmesli
Diterima 25 April 2016, Direvisi 20 Mei 2016, Disetujui Publikasi 30 Juni 2016
Abstract
This research aims to analyze the change of physical shape of river in Sub River Basin of
Bengkulu River. Analysis of changes in physical shape of the river by interpretation of Landsat
Image from 1990, 2003 and 2014. The physical changes of the river are divided into 3 river
segments, namely Hulu, Tengah and Hilir, so that the appearance of spatial changes in more
detail. Spatial database is built based on the results of image interpretation and image
digitization with 543 band merging model, this is done to obtain data of difference of water and
land boundary is more contrast and clear. The approach method used is the result of the analysis
of the physical form data of the river in overlay with Geographic Information System to obtain the
data of physical shape of the river that is the flow pattern, the area and the river menader. Result
of research (1). The pattern of river flow is relatively fixed with the flow pattern of the river is
dominated by dentritic flow pattern that is the river and the main tributary perpendicular to each
other leads to the main rivers or directly empties into the sea, (2). The most dominant change in
river area between 2003-2014 is seen from the addition of river area of 37.88 ha. (.3). River
Meander is influenced by Sediment factor carried by a tributary that empties into the main river
of the river. The high sedimentation is due to high erosion and the human factor can be river flow
engineering and land use change.
Keywords: Landscape Image, Stream Pattern, River Area, Meander
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan bentuk fisik sungai di Sub DAS Hilir
Sungai Bengkulu. Analisis perubahan bentuk fisik sungai dengan interpretasi Citra Landsat dari
tahun 1990, 2003 dan 2014. Perubahan bentuk fisik sungai dibagi dalam 3 segmen Sungai yaitu
bagian Hulu, Tengah dan Hilir, sehingga kenampakan perubahan spasial lebih detail. Basis data
spasial dibangun berdasarkan hasil interpretasi citra dan digitasi citra dengan model
penggabungan band 543, ini dilakukan untuk memperoleh data perbedaan batas air dan daratan
lebih kontras dan jelas. Metode pendekatan yang digunakan adalah hasil analisis basis data
bentuk fisik sungai di overlay dengan Sitem Informasi Geografis untuk memperoleh data
perubahan bentuk fisik sungai yaitu pola aliran, luas dan menader sungai. Hasil penelitian (1).
Pola aliran sungai relatif tetap dengan pola aliran sungai didominasi oleh pola aliran dentritik
yaitu sungai dan anak sungai utama saling tegak lurus bermuara pada sungai-sungai utama atau
langsung bermuara ke laut, (2). Perubahan luas sungai yang paling dominan terjadi antara tahun
2003-2014 yang terlihat dari penambahan luasan sungai sebesar 37,88 ha. (.3). Meander sungai
di pengaruhi oleh faktor Sedimen yang dibawa oleh anak sungai yang bermuara ke sungai utama
aliran sungai. Tingginya sedimentasi diakibatkan erosi yang cukup tinggi dan faktor manusia
dapat berupa rekayasa alur sungai dan perubahan penggunaan tanah.
Kata Kunci : Citra Lansat, Pola Aliran, Luas Sungai, Meander
Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 37-41
KOTA MALANG
ARCGIS ONLINE UTILIZATION AS MEDIA SUBMISSION OF THE SPATIAL INFORMATION IN MALANG
1 2
Abstract. Development of technology has encouraged the delivery of information to be more interactive.
Technology is the provision of spatial information via ArcGIS Online. ArcGIS Online is a geographic information
system based on Web developed by ESRI to use, create, analyze, and share maps. ArcGIS Online can be used to
present the spatial data Malang.
presentation of spatial information Malang in the shape of an interactive The results of the analysis in the form
map that contains a general overview of Malang, geographical of
conditions, and social conditions of Malang through a feature story map in
ArcGIS Online.
Pendahuluan
Secara umum ada dua jenis data yang dapat mempresentasikan
fenomena dunia nyata. Pertama, data yang merepresentasikan
data keruangan (spasial) berisi data posisi, koordinat, ruang
atau spasial. Kedua, data yang menjelaskan aspek deskriptif
dari kenampakan di permukaan bumi, yang disebut sebagai data
non spasial atau atributnya (Prahasta, E., 2014). Informasi spasial
merupakan data yang menunjukan posisi suatu wilayah dan
penyajian data spasial merupakan salah satu hal penting
dalam proses
sistem informasi geografi.
37
Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah
untuk untuk dapat mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyampaikan
informasi spasial tentang Kota Malang dalam bentuk peta interaktif dengan