Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PERCOBAAN III
GEOREFERENCING

OLEH :
NAMA : FAHRUN RAZI
NIM : 1811014210010
ASISTEN : MUHAMMAD RIDHO

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FISIKA
BANJARBARU

2020
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Nama : Fahrun Razi


NIM : 1811014210010
Judul Percobaan : Georeferencing
Tanggal Percobaan : 25 Maret 2021
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi : S-1 Fisika
Asisten : Muhammad Ridho

Nilai Banjarbaru , 2021


Asisten

(Muhammad
Ridho)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Informasi Geografis merupakan sistem informasi berbasis
komputer yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap objek geografi serta
atribut data non spasial yang dihubungkan dengan objek geografi di permukaan
bumi. Kunci fundamental dari data dasar dalam Sistem Informasi Geografis adalah
bahwa data tersebut merupakan suatu informasi atau koleksi informasi yang
mempunyai referensi terhadap suatu tempat di bumi (geo-referenced) melalui suatu
sistem koordinat tertentu. Dalam Sistem Informasi Geografis, para penggunanya bisa
mengatur sekaligus menganalisis sistem koordinat dari suatu gambar.
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada
suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya
memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu
sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem
koordinat tertentu, sebagai dasar r menjawab atau menyelesaikan suatu masalah
dalam ruang muka bumi tertentu. Informasi berbasis geografi dapat menjelaskan
berbagai hal, mulai dari batas wilayah antar negara sampa desa, memberikan
informasi sebaran infrastruktur, ketinggian dataran, kelerengan, curah hujan,
informasi wilayah budidaya dan non budidaya dan lain-lain. SIG mampu
menyediakan referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan
pemetaan dan perencanaan.
Georeferencing merupakan proses pemberian sistem koordinat pada
suatu objek gambar dengan cara menempatkan suatu titik control terhadap suatu
persimpangan antara garis lintang dan bujur pada gambar berupa objek tersebut,
atau dengan menempatkan titik ikat pada lokasi yang sudah diketahui koordinatnya.
menjawab atau menyelesaikan suatu masalah dalam ruang muka bumi tertentu.
Inform asiberbasis geografi dapat menjelaskan berbagai hal, mulai dari batas
wilayah antar negara sampai desa, memberikan informasi sebaran infrastruktur,
ketinggian dataran, kelerengan, curah hujan, informasi wilayah budidaya dan non
budidaya dan lain-lain. SIG mampu menyediakan referensi keruangan untuk
berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut;
1. Untuk mengenal peroses Georefrencing pada Arcgis.
2. Untuk Mengetahui cara menggunakan fitur Georefrencing pada suatu
objek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang berdasar


pada data keruangan dan merepresentasikan obyek di bumi. Dalam SIG sendiri
teknologi informasi merupakan perangkat yang membantu dalam menyimpan
datas, memproses data, menganalisa data, mengelola data dan menyajikan
informasi. SIG merupakan sistem yang terkomputerisasi yang menolong dalam
me-maintain data tentang lingkungan dalam bidang geografis (De Bay, 2002).
SIG selalu memiliki relasi dengan disiplin keilmuan Geografi, hal tersebut
memiliki hubungan dengan disiplin yang berkenaan dengan yang ada di
permukaan bumi, termasuk didalamnya adalah perencanaan dan arsitektur wilayah
(Longley, 2001).
Sistem Informasi Geografis merupakan sistem informasi berbasis komputer
yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap objek geografi serta atribut
data non spasial yang dihubungkan dengan objek geografi di permukaan bumi.
Kunci fundamental dari data dasar dalam Sistem Informasi Geografis adalah
bahwa data tersebut merupakan suatu informasi atau koleksi informasi yang
mempunyai referensi terhadap suatu tempat di bumi (geo-referenced) melalui
suatu sistem koordinat tertentu. Dalam Sistem Informasi Geografis, para
penggunanya bisa mengatur sekaligus menganalisis sistem koordinat dari suatu
gambar (Danoedoro, 1990).
Georeferencing sering dikenal dengan proses pemberian referensi geografi
dari objek berupa raster atau gambar yang belum mempunyai acuan sistem
koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu. Proses ini diperlukan
ketika akan melakukan input data berupa data raster (hasil pemindaian) ke dalam
SIG (ArcGIS). Georeferencing adalah proses penempatan objek berupa raster atau
gambar yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem
koordinat dan proyeksi tertentu. Pada GIS, ada dua sistem koordinat, yaitu
Geographic Coordinate System (Sistem Koordinat Geografi) dan Projected
Coordinate System (Sistem Koordinat Proyeksi). Untuk memudahkan dalam
menentukan sistem koordinat yang akan digunakan, bisa ditandai dengan
penggunaan degree/derajat pada sistem koordinat geografi dan meter pada sistem
koordinat proyeksi. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan pada kedua sistem
koordinat tersebut. Kelebihan dari sistem koordinat geografi adalah dapat
menganalisis secara mudah, sedangkan kelebihan dari sistem proyeksi adalah
lebih detail karena satuannya meter sehingga luasannya bisa dihitung dengan
mudah. Kekurangan dari sistem koordinat geografi adalah tidak dapat menghitung
luasan/panjang pada sistem GIS dan jika perhitungan tersebut dilakukan, tinggat
error yang dihasilkan pun akan tinggi, sedangkan kekurangan dari sistem proyeksi
adalah karena satuan yang digunakan adalah meter sehingga hanya bisa
menganalisis satu kawasan saja (Soenarmo, 1994).
Meski saat ini banyak metode perolehan data lapangan, analog yang ada
materi kartografi adalah sumber utama data yang dibutuhkan untuk Sistem
Informasi Geografis. Hal ini, yang ada dalam format analog, harus dibawa ke
format digital agar bisa ditafsirkan dan dianalisis menggunakan komputer dan
perangkat lunak khusus. Proses georeferensi segera mengikuti proses pemindaian
dari bahan analog ini. Dengan Georeferencing, ke peta digital dikaitkan dengan
koordinat sebenarnya (geografis atau persegi panjang). Koordinat baru harus
dikaitkan dengan proyeksi kartografi tertentu. Proses ini sangat penting, karena
georeferencing yang tidak akurat akan menghasilkan kesalahan selama proyek
berlangsung. Sebagai hasilnya, proses Georeferencing harus diobati dengan
perhatian khusus sehingga, datanya dibawa dari analog ke format digital untuk
memberikan akurasi yang tinggi agar bisa digunakan dengan sebaik-baiknya
kondisi (Herbei, 2010).
Georeferencing adalah proses penempatan objek berupa raster atau image
yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sitem koordinat dan
proyeksi tertentu. Pada GIS, ada 2 sistem koordinat, yaitu geographic coordinate
system/sistem koordinat geografi dan projected coordinate system/sistem
koordinat proyeksi. Untuk memudahkan dalam menentukan sistem koordinat
yang akan digunakan bisa ditandai dengan penggunaan degree/derajat pada sistem
koordinat geografi dan meter pada sistem koordinat proyeksi. Ada beberapa
kelebihan dan kekurangan pada kedua sistem koordinat tersebut. Kelebihan dari
sistem koordinat geografi adalah dapat menganalisis secara mudah, sedangkan
kelebihan dari sistem proyeksi adalah lebih detail karena satuannya meter
sehingga luasannya bisa dihitung dengan mudah. Kekurangan dari sistem
koordinat geografi adalah tidak dapat menghitung luasan/panjang pada sistem GIS
dan jika perhitungan tersebut dilakukan, tinggat error yang dihasilkan pun akan
tinggi, sedangkan kekurangan dari sistem proyeksi adalah karena satuan yang
digunakan adalah meter sehingga hanya bisa menganalisis satu kawasan saja
(Danang,2018).
Georeferencing merupakan proses pemberian sistem koordinat pada suatu
objek gambar dengan cara menempatkan suatu titik kontrol terhadap suatu
persimpangan antara garis lintang dan bujur pada gambar berupa objek tersebut,
atau dengan menempatkan titik ikat pada lokasi yang sudah diketahui
koordinatnya. Pada pembahasan ini akan diberikan gambaran proses
Georeferencing peta di software ArcGIS. Sebelum memulai tahapan ini, pastikan
sudah menyediakan peta yang akan dilakukan Georeferencing / register. Apabila
peta berformat *.jpg, sebaiknya diubah terlebih dahulu peta tersebut menjadi
berformat *.tif. Alasannya, agar saat peta diperbesar dengan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi, peta tidak akan mengalami ketidakjelasan warna. Terdapat dua
cara dalam proses Georeferencing di ArcGIS. Pertama, dengan menempatkan titik
kontrol pada suatu garis perpotongan lintang dan bujur, kemudian untuk
memasukan nilai koordinatnya, meng-klik kanan pada titik kontrol tersebut, lalu
memilih input X and Y atau input DMS of Lon and Lat. Akan tetapi cara tersebut
cenderung akan menghasilkan RMS Error yang cukup besar, tergantung dari
tingkat ketelitian saat menempatkan titik kontrol. Dan cara yang kedua adalah
dengan menempatkan titik kontrol pada peta kemudian memasukan nilai
koordinat titik kontrol tersebut dengan menggunakan titik acuan yang sebelumnya
telah dibuat. Cara ini lebih mudah dari cara yang pertama, dan hasil RMS Error
akan lebih kecil.

Gambar 2.1 Beberapa fitur pada proses Georeferencing


(Septiana, 2015).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Maret 2021 pukul 16.00 –
selesai WITA bertempat di ruang Laboratorium Komputasi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Seperangkat komputer atau laptop, digunakan untuk menjalankan software.
2. Software ArcGIS 10.7, digunakan untuk mengelola dan mengatur file.
3. File KotaBogor.jpg, digunakan sebagai bahan yang akan diatur dalam software.
3.3 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaannya adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan data berupa file peta yang berformat .jpg (Yang telah
didapat dari mendownload di internet).

2. Membuka ArcMap 10.7 dan melakukan drag and drop pada file Kota
Bogor.jpg ke dalam ArcMap 10.7(Pastikan coordinate system telah
disesuaikan dengan daerah peta).

3. Meng-aktifkan menu Georeferencing pada Costumize dan Meng-klik


Add Control Points pada menu Georeferencing.

4. Memberikan titik pada file KotaBogor.jpg yang sesuai koordinat


berdasarkan informasi peta.
5. Mengatur nilai lintang dan bujur pada titik – titik yang dibuat. Apabila
semakin banyak titik yang dibuat, maka semakin akurat hasil
georeferensinya.

6. Meng-klik Update Georeferencing pada menu Georeferencing.


7. Mengamati informasi dari hasil Identify. Apabila lokasinya
menunjukkan sesuai dengan keterangan peta, maka file .jpg sudah
tergeoreferensi dan memasukannya ke hasil.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Titik Koordinat

Gambar 1. Titik Koordinat

Gambar 2. Hasil Georefrencing


4.2 Nilai Forward

Pada praktikum kali ini kita akan membut georefrencing untuk titik acuan
jika peta hanya berupa gambar dan hal ini sangat penting jika kita ingin
mendigitasi peta tersebut karena titik acuan ini diperlukan untuk titik koordinat
peta, pertama yang akan kita lakukan adalah memasukkan gambar peta yang akan
kita georefrencing, setelah dimasukkan, klik kanan pada tab di atas dan ceklist
georefrencing, setelah itu akan muncul tool georefrencing, terus kita pilih tool add
check point, kita letakan tool ini dengan mengklik kiri, tempat kita mengklik yaitu
adalah tempat yang berada pada 2 titik grid pada gambar yang tidak tertutup,
karena hal ini untuk membuat titik koordinat jadi usahakan titiknya setepat
mungkin jadi sewaktu kita mau mengklik kiri alangkah lebih baiknya kita zoom
sebanyak mungkin, agar titiknya tidak terlalu meleset, setelah kita klik kiri
kemudian kita klik kanan, dan pilih add coordinat point, kemudian kita masukkan
koordinat sesuai pada grid tempat kita meletakan titik tersebut, kemudian kita
ulangi penambahan titik tersebut minimal sebanyak 4 kali, pada ujung-ujung
petga jadi titik yang kita buat pada pojok kiri atas, pojok kiri bawah, pojok kanan
atas, pojok kanan bawah. Caranya sama juga kita ulangi langkah dari yang
memberikan titik dan seterusnya hingga kita memasukkan titik point koordinat.
Setelah kita masukkan, hal semua titiknya, kita cek nilai RMS nya, dengan klik
link tabel pada tool georefrencing usahakan nilai rms nya dibawah 1. Jika nilainya
diatas satu kita isa menguranginya dengan mengambil ulang titk point dan kita
lebih zoom agar titik yang kita masukkan untuk lebih tepat. Setelah itu kita
masukkan juga titik pointnya kita ulangi terus hingga RMS yang kita dapatkan
diawah 1. Setelah RMS yang kita dapat kurang dari 1 maka jangan lupa kita buat
screenshot untuk sebagai bukti.
Pada praktikum ini jangan lupa juga untuk menambahkan titik koordinat
system sesuai pada daerah peta tersebut, karena tempat yang ditentukan pada
praktikum ini ada di balangan sehingga system koordinat yang kita gunakan
adalah WGS zona 50S karena berada di lokasi kalimantan selatan untuk
mengetahui lokasinya kita bisa mengetahuinya pada website tertentu yang telah
menyediakan lokasi zona WGS. Diharapkan jagan salah meletakan zona WGs
karena akan membuat system koordinat pada peta menjadi kacau.
Georeferencing adalah proses penempatan objek berupa raster atau gambar
yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem koordinat dan
proyeksi tertentu. Pada GIS, ada dua sistem koordinat, yaitu Geographic
Coordinate System (Sistem Koordinat Geografi) dan Projected Coordinate System
(Sistem Koordinat Proyeksi). Untuk memudahkan dalam menentukan sistem
koordinat yang akan digunakan, bisa ditandai dengan penggunaan degree/derajat
pada sistem koordinat geografi dan meter pada sistem koordinat proyeksi.Pada
praktikum kali ini melibatkan proses Georeferencing pada suatu file. File yang
digunakan tersebut adalah Batas Administrasi Balangan. jpg, merupakan peta
batas-batas administrasi pada kelurrahan balangan.
Georeferencing sering dikenal dengan proses pemberian referensi geografi
dari objek berupa raster atau gambar yang belum mempunyai acuan sistem
koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu. Proses ini diperlukan
ketika akan melakukan input data berupa data raster (hasil pemindaian) ke dalam
SIG (ArcGIS). Georeferencing adalah proses penempatan objek berupa raster atau
gambar yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem
koordinat dan proyeksi tertentu. Pada GIS, ada dua sistem koordinat, yaitu
Geographic Coordinate System (Sistem Koordinat Geografi) dan Projected
Coordinate System (Sistem Koordinat Proyeksi). Untuk memudahkan dalam
menentukan sistem koordinat yang akan digunakan, bisa ditandai dengan
penggunaan degree/derajat pada sistem koordinat geografi dan meter pada sistem
koordinat proyeksi. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan pada kedua sistem
koordinat tersebut. Kelebihan dari sistem koordinat geografi adalah dapat
menganalisis secara mudah, sedangkan kelebihan dari sistem proyeksi adalah
lebih detail karena satuannya meter sehingga luasannya bisa dihitung dengan
mudah. Kekurangan dari sistem koordinat geografi adalah tidak dapat menghitung
luasan/panjang pada sistem GIS dan jika perhitungan tersebut dilakukan, tinggat
error yang dihasilkan pun akan tinggi, sedangkan kekurangan dari sistem proyeksi
adalah karena satuan yang digunakan adalah meter sehingga hanya bisa
menganalisis satu kawasan saja
Dalam proses penyesuaian titik tempat berdasarkan sistem koordinat yang
tertera di peta, Memberikan titik pada file Batas Administrasi Balangan. jpg yang
sesuai koordinat berdasarkan informasi peta. Tujuannya pembuatan titik ini
merupakan langkah awal dalam proses Georeferencing. Pemberian titik pada peta
tidak sembarangan, sesuai dengan informasi pada peta. Kemudian dilakukan
pengisian nilai x dan y dengan sistem koordinat ddd°mm’ss.s” yang menyatakan
bahwa daerah Balangan, Kalimantan Selatan berada pada wilayah Lintang Selatan
(S) dan Bujur Timur (E). Dalam proses ini dibuat sebanyak 4 titik koordinat.
Kemudian, informasi nilai x dan y pada titik pertama, titik kedua disalin, hingga
titik keempat disalin. Lalu meng-klik Update Georeferencing, yang menandakan
bahwa file Batas AdministrasiBalangan.jpg telah selesai melakukan
Georeferencing.
Meski saat ini banyak metode perolehan data lapangan, analog yang ada
materi kartografi adalah sumber utama data yang dibutuhkan untuk Sistem
Informasi Geografis. Hal ini, yang ada dalam format analog, harus dibawa ke
format digital agar bisa ditafsirkan dan dianalisis menggunakan komputer dan
perangkat lunak khusus. Proses georeferensi segera mengikuti proses pemindaian
dari bahan analog ini. Dengan Georeferencing, ke peta digital dikaitkan dengan
koordinat sebenarnya (geografis atau persegi panjang). Koordinat baru harus
dikaitkan dengan proyeksi kartografi tertentu. Proses ini sangat penting, karena
georeferencing yang tidak akurat akan menghasilkan kesalahan selama proyek
berlangsung. Sebagai hasilnya, proses Georeferencing harus diobati dengan
perhatian khusus sehingga, datanya dibawa dari analog ke format digital untuk
memberikan akurasi yang tinggi agar bisa digunakan dengan sebaik-baiknya
kondisi.
File BatasAdministrasiBalangan.jpg ini dilakukan pengidentifikasian
kembali dengan meng-klik Identify. Ketika melakukan pengidentifikasian, file
tersebut telah memberikan informasi yang bisa dikatakan sesuai dengan
keterangan yang ada. Informasi tersebut menyatakan bahwa file
BatasAdministrasiBalangan.jpg ini memiliki sistem koordinat UTM (Universal
Transverse Mercator). File BatasAdministrasiBalangan.jpg ini pula dapat
dinyatakan terkoreksi geometrik. Jadi, proses Georeferencing berperan penting
dalam penentuan sistem koordinat pada suatu objek. Jadi untuk pemilihan system
koordinat jangan sampai salah wilayah lihatlah pada tempat yang telah ditentukan
dengan mencarinya di website WGS atau menanyakannya dengan asisten.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah :


1. Georeferencing adalah proses penempatan objek berupa raster atau image yang
belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem koordinat dan
proyeksi tertentu.
2. Proses Georeferencing pada suatu raster atau image mampu mengoreksikan
sekaligus mengatur informasi sistem koordinat dan proyeksi tertentu lebih detail
dan kredibel.
5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah :

1. Sebaiknya praktikan yang mengalami error lebih responsif karena waktu


praktikum waktu menjadi molor dan membuat praktikan lain beserta asisten
menunggu cukup lama.
DAFTAR PUSTAKA

Chang. 2002. Geographical Informastion Systems with ArcGIS 9.x. ANDI.


Yogyakarta.

Danoedoro, P. 1990. Beberapa Teknik Operasi dalam Sistem Informasi Geografis.


Puspics UGM – Bakosurtanal. Yogyakarta.

Hamdani. 2019. Pemanfaatan Arcgis Online Sebagai Media Penyampaian


Informasi Spasial Kota Malang. UNICHECK. Ethos (Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat): 37―41.

Kurniawan, 2016. Perbandingan Fungsi Software Arcgis 10.1 Dengan Software


Quantum Gis 2.14.5 Untuk Ketersediaan Data Berbasis Spasial. Jurnal
Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik Geodesi. 1 (1): 1―11.

Longley, A., dkk. 2011. Sistem Informasi Geografis untuk pengelolaan sumber
daya alam. Center for International Foresty Research. Jakarta.

Prahasta. 2001. Teknik survey dan pemetaan. Departemen pembinaan sekolah


menengah kejuruan. Bandung.

Supriyono. 2016. Analisis Spasial Perubahan Bentuk Fisik Sungai Melalui


Integrasi Citra Landsat Dan Gis Di Sub Das Hilir Sungai Bengkulu. Jurnal
Georafflesia. 1 (1): 11―22.

Yakub. 2012. Pengantar Sistem Informasi. Graha Ilmu. Yogyakarta.


PERBANDINGAN FUNGSI SOFTWARE ARCGIS 10.1 DENGAN SOFTWARE
QUANTUM

GIS 2.14.5 UNTUK KETERSEDIAAN DATA BERBASIS SPASIAL

Jeri Kurniawan1, Bebas Purnawan2, Dessy Apriyanti3

ABSTRAK

Ketersediaan berbagai macam jenis produk perangkat lunak Sistem Informasi


Geografis (SIG) baik bersifat berbayar maupun bersifat open source (terbuka) sudah
banyak tersedia dan bahkan akan terus dikembangkan. Pemicunya berasal dari
perkembangan teknologi komputer yang semakin maju. Penelitian dalam penulisan
Tugas Akhir ini melakukan pengolahan data spasial dan non-spasial termasuk model data
raster, model data vektor dan data atribut pada perangkat lunak ArcGIS 10.1 dan
perangkat lunak Quantum GIS 2.14.5 sebagai alat untuk menghasilkan langkah-langkah
kerja dalam proses georeferensi citra, proses digitasi citra, proses editing grafis, proses
editing atribut, proses simbolisasi peta, proses layout peta dan proses pencetakan peta
sehingga dapat diketahui berbagai macam jenis fungsi dan tool yang digunakan.

Kemudian langkah-langkah hasil proses pekerjaan tersebut dilakukan kajian


perbandingan fungsi dan tool yang digunakan. Hasil yang didapat yaitu menyajikan
persamaan fungsi dan perbedaan fungsi pada perangkat lunak ArcGIS 10.1 dan
perangkat lunak Quantum GIS 2.14.5 serta tool yang disajikan dalam bentuk ikon dan
jendela-jendela menu yang berbeda namun memiliki fungsi yang sama pada setiap
proses pekerjaan yang dilakukan.

Kata Kunci : Fungsi SIG, Peralatan SIG, Data Spasial, ArcGIS 10.1, Quantum GIS 2.14.5.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini tergolong sangat cepat seiring dengan kebutuhan dan
pertumbuhan tingkat kecerdasan manusia untuk menunjang dan menyelesaikan suatu
permasalahan yang timbul dalam suatu organisasi dan perusahaan serta instansi
pemerintahan lainnya (Yusuf, 2015). Perkembangan teknologi tersebut juga mulai
marambat ke dalam industri pemetaan diantaranya perkembangan perangkat lunak
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk membuat, mengolah dan menyajikan data agar
menghasilkan informasi pemetaan yang berkualitas, akurat dan relevan sehingga dapat
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis dan pemerintahan sebagai informasi yang
strategis untuk pengambilan keputusan.
Dalam hal ini, ketersediaan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kinerja agar lebih efektif dan efisien serta mudah dalam
penerapan informasi pemetaan yang ingin disampaikan. Namun apabila dikaitkan
dengan konsep-konsep yang mendasarinya sampai dengan terbentuk suatu sistem
informasi pemetaan yang dikenal luas, rasanya belum banyak yang menyediakan dan
memahaminya sehingga hal tersebut dapat membingungkan para pengguna-pengguna
Sistem Informasi Geografis (SIG), baik dikalangan mahasiswa atau-pun masyarakat luas,
terutama di Indonesia (Prahasta, 2009).

Tingginya harga perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) yang relevan seperti
ArcGIS dengan fitur-fitur lebih lengkap yang terdahulu diperkenalkan oleh perusahaan
Environmental System Research Institute (ESRI) menjadi penyebab keterbatasan utama
untuk mempelajari konsep-konsep yang terkandung didalanya. Secara otomatis, hal
tersebut tentu menurunkan tingkat rasa ingin tahu mahasiswa ataupun masyarakat luas
terhadap pentingnya perangkat lunak teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG)
tersebut.

Ketersediaan berbagai macam jenis produk perangkat lunak Sistem Informasi Geografis
(SIG) baik bersifat berbayar maupun bersifat open source (terbuka) sudah banyak
tersedia dan bahkan akan terus dikembangkan (Prahasta, 2009). Open source
merupakan sebuah sistem terbuka yang dalam mendistribusikan perangkat lunak
kepada penggunanya dengan cara memberikan program dan source code-nya secara
gratis, bahkan pengguna dapat melakukan modifikasi untuk membuat perangkat lunak
tersebut sesuai dengan kebutuhan (Prihanto, 2012). Adapun perangkat lunak teknologi
Sistem Informasi Geografis (SIG) yang bersifat open source (terbuka) yang penulis jumpai
dan digunakan saat ini yaitu perangkat lunak Quantum GIS.

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat digambarkan pelaksanaan perkerjaan yang


akan dilakukan yaitu kajian proses georeferensi, kajian proses digitasi, kajian proses
editing grafis, kajian proses editing atribut, kajian proses simbolisasi peta, kajian proses
layout peta dan kajian proses pencetakan peta dari peta digital dan data shapefile
berunsur titik, garis dan area atau poligon yang sudah ada. Dalam pelaksanaannya,
penulis melakukan pekerjaan tersebut pada perangkat lunak ArcGIS yang bersifat
berbayar dan perangkat lunak QGIS yang bersifat open source (terbuka) untuk
membandingkan fungsinya terhadap proses pekerjaan yang dilakukan.

Secara umum, penelitian ini menghasilkan langkah-langkah pekerjaan yang dilaksanakan


dan perbandingan fungsi pada perangkat lunak ArcGIS 10.1 yang bersifat berbayar
dengan perangkat lunak Quantum GIS yang bersipat open source (terbuka) sesuai
dengan proses pekerjaan yang dilakukan baik dalam bentuk persamaan fungsi dan
perbedaan fungsinya.

1.2. Perumusan Masalah

Pelaksanaan pekerjaan meliputi kajian proses georeferensi, kajian proses digitasi, kajian
proses editing grafis, kajian proses editing atribut, kajian proses simbolisasi peta, kajian
proses layout peta dan kajian proses pencetakan peta.

Membandingkan fungsi pada perangkat lunak berbayar ArcGIS dan open source
(terbuka) QGIS terhadap pekerjaan yang dilakukan.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui perbandingan fungsi,
kelebihan dan kekurangan dari perangkat lunak ArcGIS dan QGIS dalam melakukan
kajian proses georeferensi, kajian proses digitasi, kajian proses editing grafis, kajian
proses editing atribut, kajian proses simbolisasi peta, kajian proses layout peta dan
kajian proses pencetakan peta.

Manfaat dari penelitian diharapkan dapat berguna sebagai sarana bagi bidang pekerjaan
terkait ruang lingkup geodesi dalam memilih perangkat lunak SIG yang bersifat berbayar
atau-pun open source (terbuka) sesuai dengan perkembangan teknologi SIG yang
dibutuhkan dan meningkatkan wawasan serta kemampuan mahasiswa dalam
menggunakan perangkat lunak ArcGIS dan QGIS.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Informasi Geografis (SIG)

SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi
dan menganalisis informasi spasial. Teknologi ini berkembang pesat sejalan dengan
perkembangan teknologi informatika atau teknologi komputer (Paryono, 1994).

Istilah SIG merupakan gabungan dari tiga unsur pokok yaitu sistem, informasi dan
geografis. Dengan melihat unsur pokoknya, maka sudah jelas bahwa SIG merupakan tipe
sistem informasi, tatapi dengan tambahan unsur geografis, istilah geografis
merupakan bagian dari spasial (keruangan). Kedua istilah ini sering digunakan
secara bergantian sehingga muncullah istilah yang ke tiga yaitu geospasial (Kraak &
Ormeling, 2006).
2.2. Peta dan Peta Digital

Menurut (ICA (International Cartographic Association), peta


merupakan gambaran representasi unsur-unsur kenampakan abstrak yang dipilih
dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi dan
benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan
diperkecil atau diskalakan.

Peta digital adalah presentasi fenomena geografis yang disimpan untuk ditampilkan dan
dianalisis oleh komputer secara digital. Setiap objek pada peta digital disimpan
sebagai sebuah atau sekumpulan koordinat. Sebagai contoh, objek berupa lokasi
sebuah titik akan disimpan sebagai koordinat, sedangkan objek berupa wilayah akan
disimpan sebagai sekumpulan koordinat
(Nuryadin, 2005).

2.3. Model Data Spasial

Model data merupakan kumpulan perangkat konseptual yang digunakan


untuk mendeskripsikan (menggambarkan) data, hubungan atar relasi data, makna
data, dan batasan mengenai data yang bersangkutan model data dalam hal ini
merupakan cara yang digunakan untuk mengorganisasikan sekumpulan fakta
mengenai sistem yang diamati dan cara atau konsep dalam mengorganisasikan
fenomenafenomena yang sedang diamati.

2.3.1. Data Raster

Data raster bertugas untuk menampilkan, menempatkan dan menyimpan


content data spasial dengan menggunakan struktur semacam matriks atau susunan
piksel-piksel yang membentuk suatu grid, dari setiap piksel atau grid ini memiliki atribut
tersendiri termasuk koordinatnya. Akurasi spasial data raster sangat bergantung pada
resolusi spasial atau ukuran pikselnya dipermukaan bumi. Sebagai ilustrasi, beberapa
sumber entitas spasial raster adalah citra digital satelit (contohnya : NOAA, Spot,
Landsat, Ikonos, QuickBird dan jenis lainnya), citra digital radar, dan model ketinggian
digital (DEM) (Prahasta, 2009).

(Layer )
R Model
A Permukaan
S Digital
T
E
R
(Layer )
Land -cover

Permukaan Bumi

Dunia
Nyata

Gambar 1. Data Raster

2.3.2. Data Vektor


Model data vektor dapat menampilkan, menempatkan dan menyimpan data sapsial
dengan menggunakan titik-titik, garis-garis dan poligon beserta atribut-atributnya.
Didalam model data spasial vektor, garis-garis atau kurva merupakan sekumpulan titik-
titki terurut yang saling terhubung. Sedangkan luasan atau poligon juga disimpan
sebagai sekumpulan titik-titik, tetapi dengan catatan bahwa titik awal dan titik akhir
geometri poligon memiliki nilai koordinat yang sama atau semacam poligon tertutup
sempurna (Prahasta, 2009).

Unsur Titik Unsur Garis Unsur Area atau Poligon

Gambar 2. Data Vektor

2.3.3 Data Atribut

Atribut merupakan data yang menerangkan sebuah jenis entitas (Budiyanto, 2014).
Setiap tipe entitas dapat memiliki lebih dari satu atribut yang mendeskripsikan
karakteristik-karakteristik fenomena yang bersangkutan. Sebagai contoh, tipe data yang
termasuk kedalam klasifikasi bangunan boleh saja memiliki atribut-atribut terkait
material bangunan, sejarah dan atribuit-atribut lain yang lainnya. Atribut-atribut ini
berfungsi untuk mendeskripsikan objek yang bersangkutan hingga mereka dapat benar-
benar dianggap sebagai informasi oleh milik objeknya. Pada implementasinya data
atribut-atribut ini disimpan dalam tabel-tabel basis data (Prahasta, 2009).

Namun demikian pemikiran tentang pemanfaatan sistem data spasial ini sebenarnya
tidak hanya dilakukan oleh operasional SIG digital yang berlaku saat ini (Budiyanto,
2014).

3. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Secara visualisasi skematik diagram alir pelaksanaan pekerjaan yang dipakai dapat dilihat
pada Gambar 3. dibawah ini.
Mulai

Persiapan

Pengumpulan Data, meliputi :


1. Peta Digital (*.jpg) Pengumpulan Materi, meliputi :
2. Data Shapefile (*.shp) berunsur 1. Buku dan Materi lain yang berkaitan
Titik , Garis dan Area atau Poligon

Software ArcGIS 10.1 dan Software QGIS 2.14.5

Proses Penyajian Peta, meliputi :


Proses Pembuatan Data, meliputi : Proses Pengolahan Data , meliputi :
1. Simbolisasi Peta
1. Georeferensi 1. Editing Grafis
2. Layout Peta
2. Digitasi 2. Editing Atribut
3. Pencetakan Peta

Kajian Perbandingan

Hasil

Selesai

Gambar 3. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan

3.1 Persiapan

Untuk melakukan proses pelaksaan pekerjaan Georeferensi, Digitasi, Editing Grafis,


Editing Atribut, Simbolisasi Peta, Layout Peta dan Pencetakan Peta menggunakan
perangkat lunak ArcGIS dan perangkat lunak QGIS perlu adanya persiapan yang
mencakup peralatan kerja dan data pendukungnya.

3.1.1 Peralatan Kerja

Tahap persiapan alat yang dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk proses
penyediaan data berbasis spasial tersebut antara lain :

1. Perangkat Keras (Laptop) dengan spesifikasi sebagai berikut :


a. Microsoft Windows 7.
Artikel ilmiah Pendidikan Geografi

Analisis Spasial Perubahan Bentuk Fisik Sungai Melalui


Integrasi Citra Landsat Dan GIS Di Sub DAS Hilir
Sungai Bengkulu

Supriyono, Yanmesli

Prodi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Prof Dr Hazairin SH


Email : supriunihaz@gmail.com

Diterima 25 April 2016, Direvisi 20 Mei 2016, Disetujui Publikasi 30 Juni 2016

Abstract
This research aims to analyze the change of physical shape of river in Sub River Basin of
Bengkulu River. Analysis of changes in physical shape of the river by interpretation of Landsat
Image from 1990, 2003 and 2014. The physical changes of the river are divided into 3 river
segments, namely Hulu, Tengah and Hilir, so that the appearance of spatial changes in more
detail. Spatial database is built based on the results of image interpretation and image
digitization with 543 band merging model, this is done to obtain data of difference of water and
land boundary is more contrast and clear. The approach method used is the result of the analysis
of the physical form data of the river in overlay with Geographic Information System to obtain the
data of physical shape of the river that is the flow pattern, the area and the river menader. Result
of research (1). The pattern of river flow is relatively fixed with the flow pattern of the river is
dominated by dentritic flow pattern that is the river and the main tributary perpendicular to each
other leads to the main rivers or directly empties into the sea, (2). The most dominant change in
river area between 2003-2014 is seen from the addition of river area of 37.88 ha. (.3). River
Meander is influenced by Sediment factor carried by a tributary that empties into the main river
of the river. The high sedimentation is due to high erosion and the human factor can be river flow
engineering and land use change.
Keywords: Landscape Image, Stream Pattern, River Area, Meander

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan bentuk fisik sungai di Sub DAS Hilir
Sungai Bengkulu. Analisis perubahan bentuk fisik sungai dengan interpretasi Citra Landsat dari
tahun 1990, 2003 dan 2014. Perubahan bentuk fisik sungai dibagi dalam 3 segmen Sungai yaitu
bagian Hulu, Tengah dan Hilir, sehingga kenampakan perubahan spasial lebih detail. Basis data
spasial dibangun berdasarkan hasil interpretasi citra dan digitasi citra dengan model
penggabungan band 543, ini dilakukan untuk memperoleh data perbedaan batas air dan daratan
lebih kontras dan jelas. Metode pendekatan yang digunakan adalah hasil analisis basis data
bentuk fisik sungai di overlay dengan Sitem Informasi Geografis untuk memperoleh data
perubahan bentuk fisik sungai yaitu pola aliran, luas dan menader sungai. Hasil penelitian (1).
Pola aliran sungai relatif tetap dengan pola aliran sungai didominasi oleh pola aliran dentritik
yaitu sungai dan anak sungai utama saling tegak lurus bermuara pada sungai-sungai utama atau
langsung bermuara ke laut, (2). Perubahan luas sungai yang paling dominan terjadi antara tahun
2003-2014 yang terlihat dari penambahan luasan sungai sebesar 37,88 ha. (.3). Meander sungai
di pengaruhi oleh faktor Sedimen yang dibawa oleh anak sungai yang bermuara ke sungai utama
aliran sungai. Tingginya sedimentasi diakibatkan erosi yang cukup tinggi dan faktor manusia
dapat berupa rekayasa alur sungai dan perubahan penggunaan tanah.
Kata Kunci : Citra Lansat, Pola Aliran, Luas Sungai, Meander
Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 37-41

PEMANFAATAN ARCGIS ONLINE SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN INFORMASI SPASIAL

KOTA MALANG
ARCGIS ONLINE UTILIZATION AS MEDIA SUBMISSION OF THE SPATIAL INFORMATION IN MALANG

1 2 Akhmad Faruq Hamdani, Achmad


Maulana Malik Jamil
1,2

Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Kanjuruhan Malang Jl. S. Supriadi 48


Malang

1 2

E-mail: hamdani_af@ymail.com, maulana3188@gmail.com

Abstract. Development of technology has encouraged the delivery of information to be more interactive.
Technology is the provision of spatial information via ArcGIS Online. ArcGIS Online is a geographic information
system based on Web developed by ESRI to use, create, analyze, and share maps. ArcGIS Online can be used to
present the spatial data Malang.
presentation of spatial information Malang in the shape of an interactive The results of the analysis in the form
map that contains a general overview of Malang, geographical of
conditions, and social conditions of Malang through a feature story map in
ArcGIS Online.

Keywords: Information, Spatial, Malang City ArcGIS Online.

Abstrak. Perkembangan teknologi telah mendorong penyampaian


informasi menjadi lebih interaktif. Salah satu pemanfaatan teknologi
adalah penyampaian informasi spasial melalui ArcGIS Online. ArcGIS
Online adalah sistem informasi geografi yang berbasis Web yang
dikembangkan oleh ESRI untuk menggunakan, membuat,
menganalisis, dan berbagi peta. Salah satu pemanfaatan ArcGIS
Online adalah dapat digunakan untuk menyajikan data spasial Kota
Malang. Hasil analisis berupa penyajian informasi spasial Kota
Malang dalam bentuk peta interaktif yang berisi tentang gambaran
umum Kota Malang, kondisi geografis kota malang, dan kondisi
sosial Kota Malang melalui fitur story map yang ada di ArcGIS Online.

Kata kunci: Infromasi, Spasial, Kota Malang, ArcGIS Online.

Pendahuluan
Secara umum ada dua jenis data yang dapat mempresentasikan
fenomena dunia nyata. Pertama, data yang merepresentasikan
data keruangan (spasial) berisi data posisi, koordinat, ruang
atau spasial. Kedua, data yang menjelaskan aspek deskriptif
dari kenampakan di permukaan bumi, yang disebut sebagai data
non spasial atau atributnya (Prahasta, E., 2014). Informasi spasial
merupakan data yang menunjukan posisi suatu wilayah dan
penyajian data spasial merupakan salah satu hal penting
dalam proses
sistem informasi geografi.

Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sistem


informasi yang dirancang untuk mengelola, menganalisa, dan
memetakan informasi yang bereferensi geografis berikut
atributnya. SIG juga merupakan alat untuk membuat peta,
menganalisis data, serta melaporkan hasilnya (ESRI, 2010). SIG
ada atas kebutuhan pengelolaan data keruangan (spasial)
agar menjadi lebih efisien dan efektif. Teknologi SIG terus
berkembang dan mengalami perbaikan seiiring dengan semakin
banyaknya pihak yang

membutuhkan dan meanfaatkannya.

SIG yang berada pada pertengahan revolusi sistem


informasi. Geografi data atau lebih banyak dikenal dengan
data spasial sekarang dapat didaptakan dari beberapa
teknologi penentuan lokasi, seperti data GPS, sensor jaringan,
dan sistem penginderaan jauh (Jhummarwala, et al., 2014).
Melalui SIG proses perorganisasian, pengelolaan,

37

38 | Akhmad Faruq Hamdani, et al.

dan memodifikasi data lebih mudah dilakukan. SIG menangkap


persebaran fenomena

spasial yang terjadi di muka bumi (Zhu, X., 2014)

Fungsi nyata SIG dapat dideskripsikan menjadi tiga


fungsi utama. Pertama, fungsi merepresentasikan secara spasial
gambaran permukaan bumi. Fungsi ini menjadi fungsi paling
sederhana dan paling dasar dari adanya sistem informasi
geografi. Peta digital ini memberikan gambaran lokasi geografi
serta penjelaskan atribut yang ada di lokasi tersebeut. Kedua,
fungsi pengelolaan data spasial. Pengelolaan data spasial dalam
bentuk layer peta digital yang memiliki beberapa tema tertentu.
Pengelolaan data spasial dapat disesuaikan berdasarkan
kebutuhan pengguna data. Ketiga, fungsi analisis spasial dan
permodelan. Fungsi ini berdasarkan lokasi objek yang telah
dianalisis, kemampuan mensimulasikan beberapa data spasial
dengan data atribut sangat berguna dalam

perencanaan strategis suatu wilayah (Zhu, X., 2014).


Sistem informasi geografi sebagai sistem pengumpul
data spasial terus mengalami perkembangan seiring
berjalannya waktu. Generasi pertama dari SIG dikenal sebagai
SIG model Desktop terus berkembang menjadi SIG dengan model
Web (Jhummarwala, et al., 2014). ArcGIS Online adalah sistem
informasi geografi yang berbasis Web yang dikembangkan oleh
Environmental Systems Research Institute (ESRI) dan
merupakan bagian dari sistem ArcGIS . ArcGIS Online merupakan
web kolaboratif yang memungkinkan untuk menggunakan,
membuat, menganalisis, dan berbagi peta. Hal ini karena
ArcGIS Online merupakan bagian dari sistem ArcGIS Desktop,
ArcGIS for Desktop, ArcGIS Server, ArcGIS Web APIs, dan
ArcGIS Runtime SDKs.

Salah satu pemanfaatan ArcGIS Online adalah dapat


digunakan untuk mempresentasikan data spasial Kota Malang.
Kota Malang merupakan salah satu kota

terbesar di Provinsi Jawa Timur. Secara astronomis Kota Malang


terletak pada posisi
0 0 0 0 2

112,06 – 112,07 BT dan 7,06 – 8,07 LS, dengan luas wilayah


sebesar 110,06 km yang terbagi menjadi lima kecamatan,
yakni Kecamatan Kedungkandang, Klojen, Sukun, Blimbing, dan
Lowokwaru (BPS, 2016). Kota Malang sebagai salah satu kota di
Jawa Timur perlu memberikan informasi tentang perkembangan
yang ada di Kota

Malang. Oleh karenanya pemanfaatan ArcGIS online sebagai


media penyampaian infomasi spasial Kota Malang menjadi hal
yang penting.

Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah
untuk untuk dapat mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyampaikan
informasi spasial tentang Kota Malang dalam bentuk peta interaktif dengan

Anda mungkin juga menyukai