1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagamaimana cara mengaktifkan Dissolve, Merge, Clip, Union, Intersect dan
Spatial Join pada extension geoprocessing pada ArcView.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat layout peta.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat dan menampilkan view pada layout.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengaktifkan Dissolve, Merge, Clip, Union, Intersect dan Spatial Join pada
extension geoprocessing pada ArcView.
2 Mahasiswa mampu membuat layout peta.
3 Mahasiswa mampu menampilkan view pada layout.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Marwoto dan Lestari (2012), sistem informasi geografis atau disingkat dengan
SIG merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan yang telah
dikenal secara global. SIG merupakan suatu teknologi dan alat untuk menemukan tempat yang
dicari dengan mudah, cepat dan efisien. Hal inilah yang melatarbelakangi beberapa perusahaan
besar hingga perusahaan kecil menggunakan teknologi ini. Selain itu, SIG juga mampu
memenuhi kebutuhan akan data dan informasi yang berbasiskan data spasial dengan panduan
gambar dalam bentuk peta lokasi yang menyerupai lokasi yang sebenarnya.
Teknologi SIG hingga saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan
kemampuannya untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis,
dan menampilkan semua bentuk data dan informasi ke dalam sistem yang bereferensi geografi.
Kemampuan tersebut mengakibatkan sebuah data maupun informasi dapat disajikan secara
efisien dan efektif ke dalam bentuk peta. Informasi tersebut kemudian dijadikan sebuah
kebijakan dalam pengambilan suatu keputusan dalam perencanaan maupun pengelolaan dalam
pemanfaatannya. Analisis utama data iklim yaitu suhu dengan bantuan sistem informasi geografi
sangat penting dilakukan dalam upaya memperoleh informasi spasial tentang kesesuaian lahan
terhadap tanaman yang hendak dibudidayakan (Kandari, 2013). Teknologi GIS
mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini,
seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan, serta analisis statistik dengan menggunakan
visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis
geografis melalui gambar-gambar petanya (Sudarmilah dkk., 2012).
Paramarta (2013) menambahkan bahwa, istilah SIG diantaranya adalah “geografis” yang
merupakan bagian dari “spasial” (keruangan), kedua istilah ini sering digunakan secara
bergantian sehingga timbul istilah yang ketiga, yaitu geospasial. SIG merupakan suatu kesatuan
formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-
objek tertentu yang terdapat di atas permukaan bumi. Data spasial pada sistem ini meliputi
simbol polygon yang menunjukkan area kawasan budidaya, kawasan lindung dan danau. Simbol
piont yang menunjukkan zone industri, kawasan pariwisata, pusat kegiatan wilayah (PKW) dan
pusat kegiatan lingkungan (PKL) dan sarana transportasi seperti pelabuhan laut dan lapangan
terbang. Simbol line merupakan simbol untuk menunjukkan jalan kolektor primer, jalan kolektor
sekunder, batas-batas kabupaten dan kecamatan. Sedangkan data atribut meliputi keterangan
dari data spasial yang terdapat pada peta seperti lokasi dan fungsi dari zone industri, kawasan
pariwisata, pusat kegiatan wilayah dan lingkungan serta sarana transportasi.
Digitasi peta merupakan pengambaran peta dengan menggunakan teknologi
komputerisasi dengan pengabungan citra satelit sebagai sumber datanya. Tujuan awal dari
digitasi peta sendiri diantaranya untuk memperoleh data secara cepat, akurat, dan mudah
dilakukan. Digitasi peta umumnya dilakukan dengan cara penggambaran titik yang dilakukan
secara otomatis dan programatically berdasarkan dengan atribut tabelnya. Namun, cara ini
memiliki beberapa kelemahan seperti kesalahan seleksi data, kesalahan parameter, dan
sebagainya (Awaludin, 2010). Menurut Putra (2012), salah satu perangkat lunak desktop yang
terdapat pada SIG untuk pemetaan adalah ArcView. Kemampuan-kemampuan perangkat SIG
ArcView diantarana adalah pertukaran data, membaca dan menuliskan data dari dan ke dalam
format perangkat lunak SIG lainnya, menganalisis statistik dan operasi-operasi matematis,
menampilkan informasi spasial maupun atribut, menjawab query spasial maupun atribut,
melakukan fungsi-fungsi dasar SIG dan terakhir membuat peta tematik. Selain ArcView juga
terdapat ArcGIS yang dilengkapi dengan ekstensi image analysis untuk melakukan interpretasi
visual, proses digitasi garis pantai pada citra satelit, mengolah data vektor dan pembuatan peta-
peta tematik.
Pembuatan peta tematik dalam pengklasifikasian kemampuan lahan yang dilakukan
dengan menggunakan aplikasi SIG pada umumnya lebih memanfaatkan ekstension
geoprocessing yang terdapat dalam ArcView berdasarkan metode overlay. Variabel yang diamati
dalam penentuan kelas kemampuan lahan dengan menggunakan geoprocessing umumnya
dibatasi oleh kemiringan lereng, potensi erosi, jenis tanah dan kedalaman efektif tanah. Data
spasial dan data atribut masing-masing peta kemudian dimasukkan dalam program ArcGIS
ataupun ArcView kemudian kegiatan overlay peta unit lahan dilakukan dengan menggunakan
ekstention geoprocessing (Delima dkk., 2015).
Geoprocessing merupakan salah satu extensions arcview yang mempunyai beberapa
fungsi dalam analisis spasial seperti dissolve, merge, clip, union, intersect dan spatial join.
Fungsi dissolves digunakan untuk mengumpulkan fitur-fitur ke dalam satu kelompok
berdasarkan informasi tertentu. Merge pada extensions geoprocessing berfungsi untuk
menggabungkan dua atau lebih theme menjadi satu theme. Proses merge ini akan membuat
theme baru dengan atribut dari theme yang dipilih. Clip berfungsi untuk membuat theme baru
yang dihasilkan dari proses pemotongan oleh clip theme terhadap sebuah theme input. Syarat
clip theme yaitu bertipe fitur polygon, sedangkan input theme dapat bertipe polygon, line atau
point. Fungsi union digunakan untuk membuat theme baru hasil penggabungan dari dua theme.
Intersect digunakan untuk menggabungkan dua set data spasial yang saling berpotongan, hanya
fitur-fitur yang terdapat di dalam extension kedua theme ini yang akan ditampilkan. Spatial join
merupakan proses penggabungan atribut dari dua theme yang dilakukan melalui data spatialnya.
Metode yang digunakan dalam melakukan join ini adalah nearest, inside dan part of (anonim,
2010).
Menurut Suseno dan Agus (2012), teknologi SIG dapat digunakan untuk investigasi
ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute.
SIG yang bisa digunakan untuk membantu perencana secara cepat menghitung waktu tanggap
darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG yang dapat digunakan untuk mencari lahan basah
(wetlands) dan lahan kering yang membutuhkan perlindungan dari polusi. Selain itu, SIG juga
dapat digunakan untuk mencari informasi sebuah tempat khusus dan banyak manfaat lain
sehingga dapat dikembangkan dalam sistem informasi geografis.
Pengembangan sistem evaluasi lahan secara tidak langsung yang menggunakan teknologi
SIG pada dasarnya meliputi identifikasi ciri tanah dan sifat lokasi baik sebagai kategori yang
ditentukan atau sistem kategori yang kombinasi matematik. Hasil kombinasi matematik tersebut
kemudian akan menghasilkan indeks berupa skala yang dapat diubah-ubah. Di dalam
pelaksanaanya, untuk mengevaluasi lahan yang memiliki ukuran sempit dapat dilakukan dengan
mengombinasikan data-data yang telah didapat pada lokasi yang telah ditentukan beserta dengan
keterangan-keterangan yang diperoleh dari sumber lain (Sitorus, 1995).
METODE PRAKTIKUM
3.2.2 Alat
1. Laptop
2. Alat tulis
3.3.2 Merge
1. Mengaktifkan fungsi “merge theme together” pada kotak dialog geoprocessing.
2. Mengklik icon next kemudian memilih theme yang akan di merge dengan menekan tombol shift
pada keyboard untuk memilih theme lebih dari satu.
3. Memilih theme dengan cara mengklik theme-theme yang akan di merge.
4. Menentukan salah satu theme yang file-nya akan digunakan sebagai atribut dari theme baru.
5. Mengisi output file dan menentukan tempat penyimpanan file dengan mengklik icon
6. Klik finish untuk menyelesaikan proses tersebut.
3.3.3 Clip
1. Mengaktifkan fungsi “clip one theme based on another” pada kotak dialog geoprocessing.
2. Mengklik icon next kemudian memilih input theme dan clip theme.
3. Mengisi output file-nya dan menentukan tempat penyimpanan file dengan mengklik icon
4. Klik finish untuk menyelesaikan proses tersebut.
3.3.4 Intersect
1. Mengaktifkan fungsi “intersect two themes” pada kotak dialog geoprocessing.
2. Mengklik icon next kemudian memilih input theme dan theme overlay-nya.
3. Mengisi output file-nya dan menentukan tempat penyimpanan file tersebut dengan mengklik
icon
4. Klik finish untuk menyelesaikan proses tersebut
3.3.5 Union
1. Mengaktifkan fungsi “union two themes‟ pada kotak dialog geoprocessing.
2. Mengklik icon next kemudian memilih input theme dan theme overlay-nya.
3. Mengisi output file-nya dan menentukan tempat penyimpanan file tersebut dengan mengklik
icon.
4. Klik finish untuk menyelesaikan proses tersebut.
3.3.6 Layout
1. Mengaktifkan extensions graticules and measured grid dan legend tool.
2. Mengaktifkan view dengan theme yang akan dibuat layoutnya.
3. Klik menu view layout hingga muncul kotak dialog “template manager‟ kemudian memilih
bentuk “portrait” atau “landscape”.
4. Klik oke.
Awaludin N. 2010. Geographical Information Systems with ArcGIS 9.X. Yogyakarta : Andi.
Delima M., Abubakar K. dan M. Yunus. 2015. Kajian Potensi Produksi Hijauan Pakan pada Lahan
Eksisting dan Potensial untuk Meningkatkan Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten Aceh
Besar. Agripet, 15(1) : 33-40.
Kandari A.M., L.O. Safuan dan L.M. Amsil. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan
Tanaman Kopi Robusta (Coffea Canephora) Berdasarkan Analisis Data Iklim Menggunakan
Aplikasi Sistem Informasi Geografi. Agroteknos, 3(1) : 8-13.
Marwoto dan Lestari U. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Pemetaan Digital Loop Carrier.
Teknologi Technoscientia, 5(1) : 116-124.
Paramarta I.K.A. 2013. Sistem Informasi Geografis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Buleleng Berbasis Web. Nasional Pendidikan Teknik Informatika, 2(3) : 243-253.
Putra M. 2012. Analisis Sistem Informasi Geografis Kepadatan Penduduk Kota Denpasar dengan
Menggunakan ArcView 3.3. Elektronik Ilmu Komputer, 1(2) : 35-47.
Sudarmilah E., F.Yasin dan A.H. Mubarok. 2012. Sistem Informasi Geografis Lokasi Tempat-Tempat
Penting di Kota Pekalongan. Komuniti, 6(1) : 80-93.
Suseno A. dan Agus R. 2012. Penggunaan Quantum GIS Dalam Sistem Informasi Geografis. Bogor :
IPB Press.
LAMPIRAN