Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah Indonesia merupakan wilayah maritim yang terdiri dari pulau (daratan) dan
perairan. Daratan di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara wilayah yang
satu dengan wilayah yang lainnya, dengan demikian maka pengaturan penggunaan lahan juga
berbeda antar setiap wilayah. Seperti halnya pemanfaatan lahan pertanian, di Pulau Jawa
dikhususkan sebagai sentra penanaman tanaman semusim sedangkan di luar Pulau Jawa
dikhususkan sebagai sentra tanaman perkebunan. Namun banyaknya permasalahan yang ditemui
dalam upaya peningkatan produksi pertanian terutama dari aspek tanah seperti semakin
berkurangnya lahan pertanian akibat pengalihfungsian lahan pertanian menjadi lahan industri
hingga pemukiman. Pengalihfungsian lahan tersebut terjadi akibat semakin meningkatnya
kebutuhan lahan akibat semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan penggunaan lahan yang
sangat intensif. Keterbatasan sumber daya lahan yang disebabkan penggunaan lahan yang
berlebihan, menjadikan lahan sebagai salah satu sumber daya yang langka. Oleh karena itu,
sangat diperlukan teknologi yang tepat guna untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya
lahan secara terarah dan efisien.
Evaluasi sumberdaya lahan pada dasarnya merupakan usaha manusia untuk menduga
tingkat potensi sumberdaya lahan di suatu wilayah dan bertujuan untuk memanfaatkan lahan
dalam berbagai macam usaha mulai dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, pariwisata
hingga untuk pemukiman. Evaluasi sumberdaya lahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
secara langsung dengan mendatangi lokasi yang hendak dilakukan evaluasi lahan berdasarkan
beberapa metode seperti petak percobaan, percobaan di dalam pot, produksi tanaman di
lapangan, catatan petani dan statistik pertanian. Sedangkan evaluasi sumberdaya lahan secara
tidak langsung dengan menggunakan teknologi dan internet serta menggunakan data sekunder
yang pernah ada sebelumnya. Pada dasarnya kegiatan mengevaluasi sumberdaya lahan di suatu
wilayah membutuhkan keterangan-keterangan penting yang menyangkut tiga aspek, yaitu lahan,
penggunaan lahan, dan aspek ekonomis. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk
peta dengan menyantumkan berbagai keterangan tentang faktor lingkungan yang telah
dipetakan.
Digitasi atau penggambaran peta merupakan proses pembentukan data vektor yang
digunakan sebagai dasar analisis dan berbagai proses. Digitasi pada ArcView yang terdapat pada
sistem informasi geografis dilakukan pada dokumen view. Digitasi yang dilakukan tanpa
disimpan pada sebuah tema dan naman, maka akan menjadi bentuk grafis. Data grafis ini juga
merupakan data vektor tetapi tidak memiliki basis data atributal. Selain ArcView juga terdapat
ArcGIS yang dilengkapi dengan ekstensi image analysis untuk melakukan interpretasi visual,
proses digitasi garis pantai pada citra satelit, mengolah data vektor dan pembuatan peta-peta
tematik.
Pembuatan peta tematik dalam pengklasifikasian kemampuan lahan yang dilakukan
dengan menggunakan aplikasi SIG pada umumnya lebih memanfaatkan ekstension yang
terdapat pada salah satu perangkatnya seperti ekstension geoprocessing yang terdapat dalam
ArcView, pengklasifikasian kemudian dilakukan dengan menggunakan metode overlay.
Variabel yang diamati dalam penentuan kelas kemampuan lahan dengan menggunakan
geoprocessing umumnya dibatasi oleh kemiringan lereng, potensi erosi, jenis tanah dan
kedalaman efektif tanah. Data spasial dan data atribut masing-masing peta kemudian
dimasukkan dalam program ArcGIS ataupun ArcView kemudian kegiatan overlay peta unit
lahan dilakukan dengan menggunakan ekstention geoprocessing.
Geoprocessing merupakan salah satu extensions ArcView yang mempunyai beberapa
fungsi dalam analisis spasial seperti Dissolve, Merge, Clip, Union, Intersect dan Spatial Join
baik fungsi pengumpulkan fitur-fitur ke dalam satu kelompok berdasarkan informasi,
penggabungkan dua atau lebih theme menjadi satu theme, pembuatan theme baru,
penggabungkan dua set data spasial yang saling berpotongan, hingga proses penggabungan
atribut dari dua theme yang dilakukan melalui data spatialnya. Berdasarkan fungsi-fungsi
tersebut kemudian dapat dilakukan pembuatan dan penampilan view pada layout.
GIS atau sistem informasi berbasis pemetaan dan geografi adalah sebuah alat bantu
manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan
dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi yang
digunakan dalam proses pengambilan keputusan yang telah dikenal secara global. Teknologi
sistem informasi geografis juga dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber
daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. SIG yang bisa digunakan
untuk membantu perencana secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana
alam atau SIG yang dapat digunakan untuk mencari lahan basah (wetlands) dan lahan kering

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagamaimana cara mengaktifkan Dissolve, Merge, Clip, Union, Intersect dan
Spatial Join pada extension geoprocessing pada ArcView.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat layout peta.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat dan menampilkan view pada layout.

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengaktifkan Dissolve, Merge, Clip, Union, Intersect dan Spatial Join pada
extension geoprocessing pada ArcView.
2 Mahasiswa mampu membuat layout peta.
3 Mahasiswa mampu menampilkan view pada layout.
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Marwoto dan Lestari (2012), sistem informasi geografis atau disingkat dengan
SIG merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan yang telah
dikenal secara global. SIG merupakan suatu teknologi dan alat untuk menemukan tempat yang
dicari dengan mudah, cepat dan efisien. Hal inilah yang melatarbelakangi beberapa perusahaan
besar hingga perusahaan kecil menggunakan teknologi ini. Selain itu, SIG juga mampu
memenuhi kebutuhan akan data dan informasi yang berbasiskan data spasial dengan panduan
gambar dalam bentuk peta lokasi yang menyerupai lokasi yang sebenarnya.
Teknologi SIG hingga saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan
kemampuannya untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis,
dan menampilkan semua bentuk data dan informasi ke dalam sistem yang bereferensi geografi.
Kemampuan tersebut mengakibatkan sebuah data maupun informasi dapat disajikan secara
efisien dan efektif ke dalam bentuk peta. Informasi tersebut kemudian dijadikan sebuah
kebijakan dalam pengambilan suatu keputusan dalam perencanaan maupun pengelolaan dalam
pemanfaatannya. Analisis utama data iklim yaitu suhu dengan bantuan sistem informasi geografi
sangat penting dilakukan dalam upaya memperoleh informasi spasial tentang kesesuaian lahan
terhadap tanaman yang hendak dibudidayakan (Kandari, 2013). Teknologi GIS
mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini,
seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan, serta analisis statistik dengan menggunakan
visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis
geografis melalui gambar-gambar petanya (Sudarmilah dkk., 2012).
Paramarta (2013) menambahkan bahwa, istilah SIG diantaranya adalah “geografis” yang
merupakan bagian dari “spasial” (keruangan), kedua istilah ini sering digunakan secara
bergantian sehingga timbul istilah yang ketiga, yaitu geospasial. SIG merupakan suatu kesatuan
formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-
objek tertentu yang terdapat di atas permukaan bumi. Data spasial pada sistem ini meliputi
simbol polygon yang menunjukkan area kawasan budidaya, kawasan lindung dan danau. Simbol
piont yang menunjukkan zone industri, kawasan pariwisata, pusat kegiatan wilayah (PKW) dan
pusat kegiatan lingkungan (PKL) dan sarana transportasi seperti pelabuhan laut dan lapangan
terbang. Simbol line merupakan simbol untuk menunjukkan jalan kolektor primer, jalan kolektor
sekunder, batas-batas kabupaten dan kecamatan. Sedangkan data atribut meliputi keterangan
dari data spasial yang terdapat pada peta seperti lokasi dan fungsi dari zone industri, kawasan
pariwisata, pusat kegiatan wilayah dan lingkungan serta sarana transportasi.
Digitasi peta merupakan pengambaran peta dengan menggunakan teknologi
komputerisasi dengan pengabungan citra satelit sebagai sumber datanya. Tujuan awal dari
digitasi peta sendiri diantaranya untuk memperoleh data secara cepat, akurat, dan mudah
dilakukan. Digitasi peta umumnya dilakukan dengan cara penggambaran titik yang dilakukan
secara otomatis dan programatically berdasarkan dengan atribut tabelnya. Namun, cara ini
memiliki beberapa kelemahan seperti kesalahan seleksi data, kesalahan parameter, dan
sebagainya (Awaludin, 2010). Menurut Putra (2012), salah satu perangkat lunak desktop yang
terdapat pada SIG untuk pemetaan adalah ArcView. Kemampuan-kemampuan perangkat SIG
ArcView diantarana adalah pertukaran data, membaca dan menuliskan data dari dan ke dalam
format perangkat lunak SIG lainnya, menganalisis statistik dan operasi-operasi matematis,
menampilkan informasi spasial maupun atribut, menjawab query spasial maupun atribut,
melakukan fungsi-fungsi dasar SIG dan terakhir membuat peta tematik. Selain ArcView juga
terdapat ArcGIS yang dilengkapi dengan ekstensi image analysis untuk melakukan interpretasi
visual, proses digitasi garis pantai pada citra satelit, mengolah data vektor dan pembuatan peta-
peta tematik.
Pembuatan peta tematik dalam pengklasifikasian kemampuan lahan yang dilakukan
dengan menggunakan aplikasi SIG pada umumnya lebih memanfaatkan ekstension
geoprocessing yang terdapat dalam ArcView berdasarkan metode overlay. Variabel yang diamati
dalam penentuan kelas kemampuan lahan dengan menggunakan geoprocessing umumnya
dibatasi oleh kemiringan lereng, potensi erosi, jenis tanah dan kedalaman efektif tanah. Data
spasial dan data atribut masing-masing peta kemudian dimasukkan dalam program ArcGIS
ataupun ArcView kemudian kegiatan overlay peta unit lahan dilakukan dengan menggunakan
ekstention geoprocessing (Delima dkk., 2015).
Geoprocessing merupakan salah satu extensions arcview yang mempunyai beberapa
fungsi dalam analisis spasial seperti dissolve, merge, clip, union, intersect dan spatial join.
Fungsi dissolves digunakan untuk mengumpulkan fitur-fitur ke dalam satu kelompok
berdasarkan informasi tertentu. Merge pada extensions geoprocessing berfungsi untuk
menggabungkan dua atau lebih theme menjadi satu theme. Proses merge ini akan membuat
theme baru dengan atribut dari theme yang dipilih. Clip berfungsi untuk membuat theme baru
yang dihasilkan dari proses pemotongan oleh clip theme terhadap sebuah theme input. Syarat
clip theme yaitu bertipe fitur polygon, sedangkan input theme dapat bertipe polygon, line atau
point. Fungsi union digunakan untuk membuat theme baru hasil penggabungan dari dua theme.
Intersect digunakan untuk menggabungkan dua set data spasial yang saling berpotongan, hanya
fitur-fitur yang terdapat di dalam extension kedua theme ini yang akan ditampilkan. Spatial join
merupakan proses penggabungan atribut dari dua theme yang dilakukan melalui data spatialnya.
Metode yang digunakan dalam melakukan join ini adalah nearest, inside dan part of (anonim,
2010).
Menurut Suseno dan Agus (2012), teknologi SIG dapat digunakan untuk investigasi
ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute.
SIG yang bisa digunakan untuk membantu perencana secara cepat menghitung waktu tanggap
darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG yang dapat digunakan untuk mencari lahan basah
(wetlands) dan lahan kering yang membutuhkan perlindungan dari polusi. Selain itu, SIG juga
dapat digunakan untuk mencari informasi sebuah tempat khusus dan banyak manfaat lain
sehingga dapat dikembangkan dalam sistem informasi geografis.
Pengembangan sistem evaluasi lahan secara tidak langsung yang menggunakan teknologi
SIG pada dasarnya meliputi identifikasi ciri tanah dan sifat lokasi baik sebagai kategori yang
ditentukan atau sistem kategori yang kombinasi matematik. Hasil kombinasi matematik tersebut
kemudian akan menghasilkan indeks berupa skala yang dapat diubah-ubah. Di dalam
pelaksanaanya, untuk mengevaluasi lahan yang memiliki ukuran sempit dapat dilakukan dengan
mengombinasikan data-data yang telah didapat pada lokasi yang telah ditentukan beserta dengan
keterangan-keterangan yang diperoleh dari sumber lain (Sitorus, 1995).
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu danTempat


Praktikum mata kuliah Evaluasi Sumberdaya Lahan dengan judul acara
“Geoprocessing“, dilaksanakan pada hari Senin tanggal 18 Mei 2015, pukul 16.00 sampai
dengan selesai dan bertempat di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
1. Data spasial

3.2.2 Alat
1. Laptop
2. Alat tulis

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Dissolves
1. Mengaktifkan fungsi “dissolves fitur based on an attribute” pada kotak dialog geoprocessing.
2. Mengklik icon next kemudian memilih theme yang akan di dissolves serta memilih acuan
pengelompokan dari atributnya.
3. Klik next, kemudian pada dialog berikutnya klik finish.

3.3.2 Merge
1. Mengaktifkan fungsi “merge theme together” pada kotak dialog geoprocessing.
2. Mengklik icon next kemudian memilih theme yang akan di merge dengan menekan tombol shift
pada keyboard untuk memilih theme lebih dari satu.
3. Memilih theme dengan cara mengklik theme-theme yang akan di merge.
4. Menentukan salah satu theme yang file-nya akan digunakan sebagai atribut dari theme baru.
5. Mengisi output file dan menentukan tempat penyimpanan file dengan mengklik icon
6. Klik finish untuk menyelesaikan proses tersebut.

3.3.3 Clip
1. Mengaktifkan fungsi “clip one theme based on another” pada kotak dialog geoprocessing.
2. Mengklik icon next kemudian memilih input theme dan clip theme.
3. Mengisi output file-nya dan menentukan tempat penyimpanan file dengan mengklik icon
4. Klik finish untuk menyelesaikan proses tersebut.

3.3.4 Intersect
1. Mengaktifkan fungsi “intersect two themes” pada kotak dialog geoprocessing.
2. Mengklik icon next kemudian memilih input theme dan theme overlay-nya.
3. Mengisi output file-nya dan menentukan tempat penyimpanan file tersebut dengan mengklik
icon
4. Klik finish untuk menyelesaikan proses tersebut

3.3.5 Union
1. Mengaktifkan fungsi “union two themes‟ pada kotak dialog geoprocessing.
2. Mengklik icon next kemudian memilih input theme dan theme overlay-nya.
3. Mengisi output file-nya dan menentukan tempat penyimpanan file tersebut dengan mengklik
icon.
4. Klik finish untuk menyelesaikan proses tersebut.

3.3.6 Layout
1. Mengaktifkan extensions graticules and measured grid dan legend tool.
2. Mengaktifkan view dengan theme yang akan dibuat layoutnya.
3. Klik menu view layout hingga muncul kotak dialog “template manager‟ kemudian memilih
bentuk “portrait” atau “landscape”.
4. Klik oke.

3.3.7 Menampilkan View pada Layout


1. Mengklik view frame dan mempatkan posisi kursor mouse ketitik sudut dimana view frame akan
dimulai.
2. Mendrag kursor mouse kesudut diagonal sehingga membentuk kotak (frame).
3. Melepaskan kursor ketika ukuran frame sudah sesuai sehingga akan muncul kotak dialog “view
frame properties”.
4. Mengklik salah satu pilihan pada kotak view yang ingin ditampilkan di dalam view frame dan
menentukan properti yang lain
5. Menekan button oke.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Sistem Informasi Geografis. Bogor : Forest Watch Indonesia.

Awaludin N. 2010. Geographical Information Systems with ArcGIS 9.X. Yogyakarta : Andi.

Delima M., Abubakar K. dan M. Yunus. 2015. Kajian Potensi Produksi Hijauan Pakan pada Lahan
Eksisting dan Potensial untuk Meningkatkan Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten Aceh
Besar. Agripet, 15(1) : 33-40.

Kandari A.M., L.O. Safuan dan L.M. Amsil. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan
Tanaman Kopi Robusta (Coffea Canephora) Berdasarkan Analisis Data Iklim Menggunakan
Aplikasi Sistem Informasi Geografi. Agroteknos, 3(1) : 8-13.

Marwoto dan Lestari U. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Pemetaan Digital Loop Carrier.
Teknologi Technoscientia, 5(1) : 116-124.

Paramarta I.K.A. 2013. Sistem Informasi Geografis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Buleleng Berbasis Web. Nasional Pendidikan Teknik Informatika, 2(3) : 243-253.

Putra M. 2012. Analisis Sistem Informasi Geografis Kepadatan Penduduk Kota Denpasar dengan
Menggunakan ArcView 3.3. Elektronik Ilmu Komputer, 1(2) : 35-47.

Sitorus S.R.P. 1995. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Tarsito.

Sudarmilah E., F.Yasin dan A.H. Mubarok. 2012. Sistem Informasi Geografis Lokasi Tempat-Tempat
Penting di Kota Pekalongan. Komuniti, 6(1) : 80-93.

Suseno A. dan Agus R. 2012. Penggunaan Quantum GIS Dalam Sistem Informasi Geografis. Bogor :
IPB Press.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai