Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan teknologi informasi di


zaman modern ini semakin berkembang pesat. Hal tersebut dikarenakan teknologi
merupakan salah satu unsur penting bagi kehidupan manusia. Teknologi telah
mempengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak cara. Di banyak
kelompok masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi
(termasuk ekonomi global masa kini). Salah satu jenis teknologi informasi yang
berkembang pesat di zaman modern ini yaitu suatu sistem yang disebut dengan
sistem informasi geografis (SIG) atau yang lebih dikenal dengan nama Geography
Information System.
Geography Information System (GIS) ialah suatu sistem yang berguna
dalam mengumpulkan, mengolah, dan menginformasikan data-data yang
berkaitan dengan geografis. Sistem informasi yang berkaitan dengan catatan
permukaan bumi secara konvensional telah dilakukan oleh berbagai instansi sejak
lama dalam bentuk peta, tabel, dan laporan-laporan. Penggunaan Sistem Informasi
Geografis (SIG) meningkat tajam sejak tahun 1980-an. Peningkatan pemakaian
sistem ini terjadi dikalangan pemerintah, militer, akademis, bahkan dunia bisnis
terutama di negara-negara maju.
Sekarang ini SIG lebih berorientasi kepada penggunaan komputer dan
teknologi penginderaan jarak jauh. Oleh karena itu SIG dapat dikatakan sebagai
komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, dan sumber
daya manusia yang bekerja sama secara efektif dalam suatu sistem untuk
menginformasikan kenampakan dan fenomena permukaan bumi sesuai tujuan
tertentu. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada
suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya
memetakan hasilnya. Data yang diolah pada SIG merupakan data spasial, yaitu
sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki
sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat

1
menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan
pemodelan. Beberapa software yang digunakan untuk pengoperasian sistem
informasi geografis yaitu ; QGIS, ArcGIS, SAGA GIS, dan GRASS GIS.
Saat ini sistem informasi geografis telah digunakan di banyak sektor
industri, salah satunya ialah pada sektor pertambangan. Pemanfaatan SIG di
sektor pertambangan telah terbukti kehandalannya sebagai sarana yang dapat
menyajikan data dan informasi secara cepat, tepat, dan akurat, seperti dalam
pencadangan dan tata ruang wilayah pertambangan, sehingga kemungkinan
terjadinya tumpang tindih lahan dapat dihindari. Dalam industri pertambangan
dan geologi, SIG bermanfaat sebagai alat bantu guna meningkatkan efisiensi
terkait dengan pendetilan studi suatu kawasan prospek. SIG untuk bidang
pertambangan dan geologi sangat membantu dalam penyusunan peta-peta yang
merupakan gabungan seluruh informasi terkait dengan prospek kawasan yang
diteliti dan dikembangkan. Manfaat lain dari pemanfaatan SIG yaitu untuk
menunjang peningkatan pelayanan perijinan usaha pertambangan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dilakukanlah suatu pengoperasian
sistem informasi geografis dengan tujuan untuk menganalisa fungsi kawasan
hutan yang termasuk kedalam wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) beberapa
perusahaan.

1.2. Tujuan Tugas


1.2.1. Mahasiswa mampu melakukan analisa sederhana dengan SIG tentang
wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan peruntukan kawasan
hutan, sehingga didapatkan fungsi kawasan hutan apa saja yang masuk
dalam IUP sebuah perusahaan.
1.2.2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan teori pembuatan
SIG.
1.2.3. Mahasiswa mampu menciptakan layout peta fungsi kawasan hutan
yang termasuk dalam wilayah IUP perusahaan pertambangan melalui
proses dan analisa sistem informasi geografis yang dilakukan.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Sistem Informasi Geografis (SIG)

2.1.1. Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)


Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem informasi yang di
gunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah,
menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data
geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan
pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi,
fasilitas kota dan pelayanan umum lainnya.
Berikut ini pengertian SIG menurut para ahli:

 Menurut Aronaff (1989)

“SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang
memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta
memberi uraian.”

 Menurut Burrough (1986)

“SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan,


pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data
keruangan yang berasal dari kenyataan dunia”.

 Menurut Kang-Tsung Chang (2002)

“SIG sebagai a computer system for capturing, storing, querying,


analyzing, and displaying geographic data”.

 Menurut Murai (1999)

“SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan,


menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan
menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk
mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan

3
penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas
kota, dan pelayanan umum lainnya”.

 Menurut Bernhardsen (2002)

“SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data


geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan
perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi
data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data,
manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan
presentasi data serta analisa data”.

 Menurut Gistut (1994)

“SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial


dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan
karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut.
SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan,
yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan struktur
organisasi”.

 Menurut Prahasta

“SIG merupakan sejenis software yang dapat digunakan untuk pemasukan,


penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis
berikut atribut-atributnya”.

 Menurut Petrus Paryono

“SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan,


manipulasi dan menganalisis informasi geografi”.

2.1.2. Sejarah Singkat Sistem Informasi Geografis (SIG)


Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972
dengan nama Data Banks for Development. Munculnya istilah Sistem
Informasi Geografis seperti sekarang ini setelah dicetuskan oleh General

4
Assembly dari International Geographical Union di Ottawa Kanada pada
tahun 1967. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut
CGIS (Canadian GIS-SIG Kanada).

CGIS digunakan untuk menyimpan, menganalisa dan mengolah data


yang dikumpulkan untuk inventarisasi Tanah Kanada (CLI-Canadian Land
Inventory) yang merupakan sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan
lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakan berbagai informasi
pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah
pada skala 1:250000. Sejak saat itu Sistem Informasi Geografis berkembang
di beberapa benua terutama Benua Amerika, Benua Eropa, Benua Australia,
dan Benua Asia. Seperti di negara-negara yang lain, di Indonesia
pengembangan SIG dimulai di lingkungan pemerintahan dan militer.

Perkembangan SIG menjadi pesat semenjak di ditunjang oleh


sumberdaya yang bergerak di lingkungan akademis (kampus). Dalam
sejarahnya penggunaan SIG modern (berbasis computer, digital) dimulai
sejak tahun 1960-an. Pada saat itu untuk menjalankan perangkat SIG
diperlukan computer doktafia Page 3 mainframe khusus dan mahal. Dengan
perkembangan computer PC, kecanggihan CPU, dan semakin murahnya
memori, sekarang SIG tersedia bagi siapapun dengan harga murah.

2.1.3. Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG)

Gambar 2.1. Komponen Sistem Informasi Geografis.

- Manusia, dalam arti orang yang mengoperasikan atau


menggunakan peranti SIG dalam pekerjaannya.

5
- Aplikasi, merupakan prosedur yang digunakan mengolah data
menjadi informasi misalnya penjumlahan, klasifikasi, tabulasi dan
lainnya.
- Data, berupa data spasial/grafis dan data atribut. Data spasial
merupakan data berupa representasi fenomena permukaan bumi
yang dapat berupa foto udara, citra satelit, koordinat dan lainnya.
Data atribut adalah data yang merepresentasikan aspek deskriptif
dari fenomena yang dimodelkan seperti data sensus penduduk,
jumlah penganguran dan lainnya.
- Software, merupakan perangkat lunak SIG berupa program aplikasi
yang memiliki kemampuan pengolahan, penyimpanan,
pemrosesan, analisis dan penayangan data spasial. Contoh software
SIG yaitu Arc View, Map Info, ArcGis, ILWIS.
- Hardware, yaitu perangkat keras yang dibutuhkan untuk
menjalankan sistem komputer seperti CPU, plotter, digitizer,
RAM, hardisk dan lainnya.
Metode, merupakan cara atau tahapan yang dilakukan dalam
pengoperasian SIG mulai dari awal sampai akhir.

2.1.4. Jenis – jenis Data Sistem Informasi Geografis (SIG)


Data-data yang diolah dalam GIS pada dasarnya terdiri dari data
spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang
dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial
merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya
berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi
menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial. Penyajian data
spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis dan
bentuk area (polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang
koordinat x,y yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian,
lokasi kota, lokasi pengambilan sample dan lain-lain. Garis merupakan
sekumpulan titik-titik yang membentuk suatu kenampakan memanjang
seperti sungai, jalan, kontus dan lain-lain. Sedangkan area adalah

6
kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang
homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain
sebagainya.

2.1.5. Sumber Data Sistem Informasi Geogragis (SIG)


Sumber data SIG dapat berasal dari data lapangan, data peta dan data
citra penginderaan jauh. Berikut ini penjelasan dari masing-masing sumber
data SIG.

- Data lapangan. Data ini diperoleh langsung dari pengukuran lapangan


secara langsung, seperti misalnya pH tanah, salinitas air, curah hujan,
jenis tanah, dan sebagainya;
- Data peta. Informasi yang lebih terekam pada peta kertas atau film,
dikonversikan ke dalam bentuk digital. Misalnya, peta geologi, peta tanah
dan sebagainya. Apabila data sudah terekam dalam bentuk peta, tidak lagi
diperlukan data lapangan, kecuali untuk mengecek kebenarannya.
- Data citra pengideraan jauh. Citra penginderaan jauh yang berupa foto
udara atau radar dapat diinterpretasi terlebih dahulu sebelum dikonversi
ke dalam bentuk digital. Sementara itu, citra yang diperoleh dari satelit
yang sudah dalam bentuk digital dapat langsung digunakan setelah
diadakan koreksi seperlunya.

2.2. Data Vektor dan Data Raster

Data merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam Sistem


Informasi Geografi. Data SIG dapat berupa data spasial dan data atribut. Khusus
pada potingan kali ini akan dibahas mengenai data spasial. Data spasial atau
keruangan merupakan data yang merepresentasikan kenampakan nyata permukaan
bumi. Data spasial terdiri dari dua macam yaitu data raster dan data vektor.
Data vektor adalah data yang menampilkan pola keruangan dalam bentuk
titik, garis, kurva atau poligon. Data vektor sangat baik untuk merepresentasikan
fitur-fitur jaringan jalan, gedung, rel kereta dan letak koordinat. Kelemahan data
ini adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan fenomena yang
bersifat gradual.

7
Data raster adalah data yang menampilkan sisi ruang bumi dalam bentuk
pixel (picture element) yang membentuk grid/petak dan dihasilkan dari
penginderaan jauh. Pada data raster, resolusi tergantung pada ukuran pixel-nya.

Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan maka akan


semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk menggambarkan
keadaan jenis tanah, vegetasi dan kelembaban tanah. Kelemahan data raster
terletak pada besarnya ukuran file, semakin tinggi resolusi gambar maka ukuran
file akan semakin besar.

Gambar 2.2. Perbedaan data vector dan data raster.

2.3.Sistem Koordinat

Dalam GIS, ada 2 sistem koordinat yang biasa digunakan, yaitu:

2.3.1. Sistem Koordinat Geografis


Merupakan sistem koordinat yang mengacu terhadap bentuk bumi
sesungguhnya yakni mendekati bola (ellipse). Posisi objek di permukaan
bumi didefinisikan berdasarkan garis lintang (latitude) dan garis bujur
(longitude). Garis lintang adalah garis vertikal yang mengukur sudut antara
suatu titik dengan equator/garis khatulistiwa. Sedangkan Garis bujur adalah
garis horizontal yang mengukur sudut suatu titik dengan titik nol bumi yakni
Greenwich di London Britania Raya. Unit satuan dari GCS adalah derajat.
Garis lintang (latitude) terbagi menjadi dua yakni Lintang Utara (00
s/d 900)dan Lintang Selatan (00 s/d 900). Garis bujur (longitude) juga terbagi
menjadi dua yakni Bujur Barat (00 s/d 1800) dan Bujur Timur (00s/d 1800).
Penulisan koordinat pada GCS mengikuti kaidah dalam sistem koordinat

8
kartesius yakni x,y dengan titik (0,0) pada perpotongan garis khatulistiwa dan
greenwich. Garis lintang merepresentasikan posisi y dan garis bujur
merepresentasikan posisi x. Unit satuan GCS bisa juga ditulis dalam DMS
(Degree Minute Second) dengan 1 derajat = 60 menit dan 1 menit = 60 detik.

Gambar 2.3. Sistem Koordinat Geografis.

2.3.2. Sistem Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator)


Berbeda dengan GCS yang mengacu pada bentuk bumi sesungguhnya,
UTM tergolong salah satu jenis sistem koodinat proyeksi. Artinya, UTM
tidak mengacu pada bentuk bumi yang bulat, melainkan mengacu pada
bentuk bumi yang datar/planar melalui proyeksi tertentu. Sistem koordinat
UTM memproyeksikan bumi ke dalam bentuk tabung dalam satuan meter.

Gambar 2.4. Sistem Koordinat UTM.

Proyeksi dilakukan antar garis bujur setiap 60. Setiap daerah yang
dibatasi oleh garis bujur sejauh 60 ini disebut zone UTM. Dengan demikian
mengacu pada bentuk bumi bulat sempurna (3600), terdapat 60 zona UTM di
dunia. Zona 1 dimulai dari 1800 Bujur Barat (BB) hingga 1740 BB, zona 2

9
dari 1740 BB hingga 1680BB, terus ke arah timur hingga zona 60 yang
dimulai dari 1740 Bujur Timur (BT) hingga 1800 BT. Secara keseluruhan
terdapat 120 zona UTM didunia karena tiap zona yang ada dibagi lagi
menjadi bagian utara (north) garis khatulistiwa dan bagian selatan (south)
garis khatulistiwa.

2.4. Digitasi

Digitasi adalah suatu proses mengkonversi data analog menjadi data


digital dimana dapat ditambahkan atribut yang berisikan informasi dari objek
yang dimaksud. Pada saat ini proses digitasi biasanya dilakukan dengan
menggunakan komputer atau sering disebut Digitasi on Screen dimana komputer
tesebut dilengkapi dengan software pemetaan seperti ArcGIS, ArcView atau yang
lainnya.

Sumber data peta untuk digitasi dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain
sebagai berikut:

 Image Remote Sensing adalah data yang diperoleh dari sebuah citra satelit
maupun foto udara. Untuk dapat melakukan digitasi dari data seperti ini,
dibutuhkan kemampuan seorang pembuat peta untuk dapat
menginterpretasi objek-objek pada citra satelit.

 Image Scanning adalah data Scan/ Cetak berbentuk file raster dari Atlas
atau peta analog lainnya. Sebelum melakukan digitasi pada data seperti ini,
maka kita harus melakukan tahap Georeferensi terlebih dahulu agar image
hasil scan sudah memiliki koordinat sesuai dengan aslinya.

Proses digitasi akan menghasilkan suatu file dengan format Shapefile


(.Shp) yaitu format data vektor yang digunakan untuk menyimpan lokasi ,
bentuk, dan atribut dari fitur geografis. Format data Shp disimpan dalam satu set
file terkait dan berisi dalam satu kelas fitur. Format data ini berisikan tentang data
referensi geografis yang didefinisikan sebagai objek tunggal seperti jalan, sungai,
landamark, dll.

10
Data yang disimpan dapat berupa titik (point), garis (polyline) dan poligon
(polygon). Penggunaan jenis data tersebut bergantung dari objek yang akan kita
rekam.

 Titik (point), digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan suatu


pusat. Contohnya kota, fasilitas umum, dan lokasi lain.

 Garis (polyline), digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan


bentuk memanjang. Contohnya jaringan sungai dan jalan.

 Poligon (polygon), digunakan untuk menggambarkan suatu objek yang


memiliki luasan atau wilayah. Contohnya wilayah kota, tutupan lahan,
batas areal konsesi, blok, petak, dll.

2.5. Query

Query adalah proses ekstraksi informasi sesuai dengan kebutuhan


pengguna dari sekumpulan data. (Refer kembali perbedaan data dan informasi)

Dalam GIS ada 2 jenis query:

1. Query atribut

2. Spatial Query

 Tabular analisis (Query Atribut)

Tabular analisis adalah ekstraksi informasi yang


diinginkan daritabel atribut dan data-data lain yang berhubungan dengan
data spasial tersebut.

 Spatial Query
Spatial query adalah ekstraksi objek-objek berdasarkan kondisi
tertentu dilapangan (dunia nyata).
Contoh: -Bangunan apa saja yang terdapat dalam radius 500 meter dari
mesjid raya?
- Tanah siapa saja yang harus dibebaskan untuk pembangunan
jalan baru?

11
BAB III
DATA PROCESSING

3.1. Penentuan Wilayah IUP dan Fungsi Kawasan Hutan

Sebelum memulai pengerjaan project dengan menggunakan aplikasi


Quantum GIS (QGIS), terlebih dahulu kita harus memilih wilayah Izin Usaha
Pertambangan (IUP) dan Peta Kawasan Hutan Indonesia. Langkah-langkah yang
harus dilakukan yaitu :

 Wilayah IUP dapat dilihat melalui website ESDM One Map Indonesia di
link http://geoportal.esdm.go.id/peng_umum/.

 Berikutnya klik icon “Daftar Peta” , yaitu icon berwarna biru yang berada
di posisi paling kiri pada bar bawah website. Kemudian checklist di bagian
“Wilayah Izin Usaha Pertambangan” dan tentukanlah kawasan IUP
Perusahaan yang diinginkan.

12
 Pada project ini, kawasan IUP Perusahaan yang kami pilih adalah kawasan
IUP PT. Citra Indah Matahari, PT. Karya Denai Amboko, PT. Kahayan
Permai, PT. Saroha Mitra Perkasa, PT. Mentari Abadi Sejahtera, dan PT.
Fiber Kaken Indonesia. Keenam kawasan IUP perusahaan-perusahaan
tersebut berada di Provinsi Kalimantan Tengah, Kota Palangkaraya.

 Langkah selanjutnya ialah menentukan koordinat dari tiap sudut wilayah


IUP keenam perusahaan tersebut. Untuk menentukan koordinat hal yang
harus dilakukan ialah zoom in pada wilayah sudut IUP perusahaan hingga
skala pada peta menunjukkan angka 1:71, pada ujung kiri bawah website
terdapat suatu tombol yang berfungsi untuk mengambil koordinat. Klik

13
pada tombol tersebut kemudian bawa kursor pada sudut wilayah IUP dan
klik kiri hingga muncul suatu pin. Selanjutnya, copy koordinat yang tertera
pada ujung kiri website. Lakukanlah langkah tersebut pada tiap sudut dari
wilayah IUP Perusahaan.

 Setelah koordinat telah di-copy, selanjutnya buka aplikasi notepad dan


input koordinat yang telah di-copy tadi ke notepad dengan format seperti
gambar diatas kemudian simpan file dengan format text document (*.txt).
File notepad tersebut berisikan koordinat dari tiap-tiap sudut wilayah IUP
satu perusahaan. Lakukan langkah tersebut untuk keenam wilayah IUP
dari perusahaan-perusahaan yang ada.

14
3.2. Proses Input Koordinat Wilayah IUP dan Peta Kawasan Hutan
Indonesia Pada QGIS

Tahap digitasi wilayah IUP Perusahaan dan kawasan hutan disekitarnya


dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
 Buka aplikasi Quantum GIS (QGIS), kemudian cari “ArcGisMapServer”
pada Browser toolbox. Klik kanan pada “ArcGisMapServer” lalu klik
“New Connection...”, maka akan muncul suatu dialog box.

 Selanjutnya lakukan pegambilan peta Kawasan Hutan Indonesia dari link


https://geoportal.menlhk.go.id/arcgis/rest/services/KLHK/Kawasan_Huta
n1118/MapServer, kemudian copy link tersebut.

15
 Input link yang telah di-copy tadi di kolom “URL” pada dialog box yang
muncul, pada kolom “Name” input nama yang diinginkan dari Map
Server, seperti “Kawasan Hutan Indonesia” lalu klik ok.

 Selanjutya, klik pada “ArcGisMapServer – Kawasan Hutan Indonesia –


double klik pada Kawasan Hutan” maka akan muncul Peta Kawasan
Hutan Indonesia pada bagian data frame.

 Tahap selanjutnya yaitu meng-input data koordinat dari wilayah IUP


Perusahaan. Klik “Layer – Add Layer – Add Delimited Text Layer” maka
akan muncul dialog box “Data Source Manager | Delimited Text”

16
 Pada kolom “File name” input text file data koordinat wilayah IUP yang
telah dibuat sebelumnya, Kemudian pada kolom “Geometry CRS” ubah
“EPSG:4326 – WGS 84” menjadi “EPSG:32749 – WGS 84 / UTM zone
49S” lalu klik “Add”. Lakukan langkah tersebut untuk keenam text file
dari data koordinat wilayah IUP Perusahaan yang telah ditentukan.

 Pada data frame akan muncul titik-titik diatas Peta Kawasan Hutan
Indonesia yang menggambarkan koordinat dari tiap sudut wilayah IUP
Perusahaan yang telah diambil.

17
3.3. Proses Digitasi Wilayah IUP Perusahaan dan Kawasan Hutan
Disekitarnya
Proses digitasi pada project dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :

 Pada data frame yang telah dibuat sebelumya klik “Layer – Create Layer –
New Shapefile Layer...”, lalu akan muncul dialog box “New Shapefile
Layer”.

 Pada kolom “File name” input nama file nya dan simpan dalam format
shape file (*.shp), contohnya seperti “IUP.shp” lalu klik “Save”. Pastikan

18
seluruh file yang dibuat pada proses digitasi berada di dalam satu folder
yang sama untuk menghindari eror saat membuka file. Kemudian pada
kolom “Geometry type” pilih “Polygon” lalu pilih koordinat “EPSG:32749
– WGS 84 / UTM zone 49S”. Pada bagian New Field, input “IUP” di
kolom “Name” dan pilih “Text data” di kolom “Type”, kemudian input
nilai 20 di kolom “Length” dan klik “Add to Fields List”.

 Selanjutnya diinput lagi “Luas” pada kolom “Name”, pilih “Decimal


number” pada kolom “Type”, input nilai 20 pada kolom “Length” dan
input nilai 3 pada kolom “Precision” kemudian klik “Add to Fields List”
dan klik “Ok”.

19
 Untuk memulai digitasi, klik “Toggle Editing” yang ada pada toolbar

 Lalu klik “Add Polygon” yang ada di sebelahnya.

 Klik pada tiap-tiap koordinat dari wilayah IUP Perusahaan. Hubungkan


kesemua titik hingga membentuk suatu polygon yang menggambarkan
luas wilayah IUP Perusahaan tersebut. Setelah kesemua titik terhubung,
klik kanan pada data frame, lalu akan muncul dialog box “Feature
Attributes”. Pada saat mendigitasi, gunakanlah snapping tool, yaitu tombol
dengan ikon magnet pada snapping toolbar agar tidak terjadi undershoot
maupun overshoot pada perpotongan garis.

20
 Pada kolom “id” input angka 1, lalu pada kolom IUP isikan nama dari
perusahaan pemilik IUP, misalnya “PT. Fiber Kaken Indonesia”.
Kemudian klik “Ok”.

 Wilayah yang telah didigitasi akan terbentuk dengan warna otomatis yang
dipilih oleh system.

21
 Lakukan langkah-langkah tersebut pada kelima wilayah IUP Perusahaan
lainnya.

 Selanjutnya, setelah proses digitasi wilayah IUP Perusahaan selesai


dikerjakan, hal yang harus dikerjakan berikutnya ialah mendigitasi
kawasan hutan yang ada disekitar wilayah IUP. Sama seperti tahap digitasi
wilayah IUP, untuk memulai digitasi kawasan hutan klik “Layer – Create
Layer – New Shapefile Layer...”, lalu akan muncul dialog box “New
Shapefile Layer”. Pada bagian “File name “ isi dengan nama file yang
diinginkan dan save dalam format shape file (*.shp). Di bagian “Geometry

22
Type” pilih “Polygon”, dan masukkan format koordinat berupa
“EPSG:32749 – WGS 84 / UTM zone 49S.

 Pada bagian “New Field”, isikan kolom “Name” dengan “Hutan”,


kemudian pilih “Decimal number“ pada kolom “Type” dan masukkan nilai
80 pada kolom “Length” lalu klik “Add to Field List”. Lakukan
penginputan sekali lagi dengan ketik “Luas” di kolom “Name”, kemudian
pilih “Decimal Number” pada kolom “Type” dan masukkan nilai 20 pada
kolom “Length” dan nilai 3 pada kolom “Precision” kemudian klik “Add
to Field List” dan lalu klik “Ok”.

23
 Selanjutnya klik “Toggle Editing” dan “Add Polygon”, lalu mulai lah
proses digitasi pada kawasan hutan disekitar wilayah IUP. Untuk
menghindari kesalahan pada proses digitasi, matikanlah layer Wilayah
IUP dengan cara hilangkan checklist dibagian “Wilayah IUP” pada
“Layers Panel” dan aktifkan snapping tool.

 Setelah semua kawasan hutan disekitar wilayah IUP telah didigitasi,


aktifkan kembali layer wilayah IUP dan proses digitasi telah selesai.

24
3.4. Mencari Luas Wilayah IUP dan Luas Kawasan Hutan

Langkah yang harus dilakukan yaitu ;


 Klik kanan pada layer “Wilayah IUP – Open Attribute Table”.

 Klik “Open Field Calculator”, maka akan muncul dialog box “Field
Calculator”.

 Checklist di “Update existing field” kemudian pilih “Luas”. Cari “$area”


pada search box lalu lakukan double klik hingga tulisan “$area” muncul di
field expression

25
 Informasi luas dari masing – masing wilayah IUP akan muncul secara
otomatis pada kolom “Luas”.

 Untuk mencari luas dari masing – masing fungsi kawasan hutan, langkah –
langkah yang harus dilakukan yaitu klik kanan pada layer “Kawasan
Hutan – Open Attribute Table”, langkah yang ditempuh selanjutnya sama
seperti mencari luas wilayah IUP.

26
3.5. Identifikasi Fungsi Kawasan Hutan Dalam Wilayah IUP

Untuk mengidentifikasi fungsi kawasan hutan apa saja yang termasuk ke


dalam wilayah IUP dapat dilakukan langkah – langkah sebagai berikut :
 Pada bar menu, klik “Vector – Geoprocessing Tools – Intersection..”.

27
 Masukkan “Wilayah IUP” pada kolom Input layer, dan “Kawasan Hutan”
pada Overlay layer, lalu klik “Run”.

 Maka munculnya polygon area kawasan hutan yang termasuk ke dalam


wilayah IUP pada data frame.

 Untuk mengklasifikasikan area kawasan hutan yang termasuk di dalam


wilayah IUP sesuai fungsinya masing – masing maka klik kanan pada
“Intersection” lalu pilih “Properties…”

28
 Selanjutnya klik “Symbology”, kemudian ubah “No Symbols” menjadi
“Categorized” lalu klik “Classify”. Ubahlah symbol sesuai dengan yang
diinginkan lalu klik “ Ok”.

29
 Area kawasan hutan akan berubah sesuai dengan simbolnya maisng –
masing.

 Selanjutnya ubah nama layer interception menjadi “Kawasan Hutan Yang


Termasuk Kedalam Wilayah IUP” dan proses identifikasi kawasan hutan
dalam wilayah IUP pun selesai.

3.6. Membuat Layout Peta

Setelah seluruh wilayah IUP dan kawasan hutan selesai didigitasi, tahapan
selanjutnya ialah membuat Layout Peta. Untuk membuat Layout Peta, tahapan
pembuatannya ialah sebagai berikut :

30
 Pada navigation toolbar klik “New Print Layout”.

 Input nama peta yang ingin dibuat.

31
 Untuk memasukkan data yang telah didigitasi sebelumnya, klik “Add a
New Map to the layout”, kemudia pada frame klik dan drag cursor untuk
menciptakan layout peta dengan ukuran yang diinginkan.

 Selanjutnya pada panel Item Properties, input nilai skala menjadi 18500.

32
 Pada tab Grid klik tanda (+) untuk menambahkan grid pada layout peta
lalu klik “Modify grid..”

 Pada kolom interval, masukkan nilai 5000 di X dan 5000 di Y.

33
 Selanjutnya checklist pada tab Draw Coordinates, pada bagian Left dan
Right buat “Vertical ascending”.

 Tahap selanjutnya ialah menambahkan keterangan legenda pada peta, klik


“Add a new Legend to the layout” .

34
 Lalu pada frame klik dan drag cursor untuk membuat layout legenda
dengan ukuran yang diinginkan.

 Tahapan selanjutnya ialah membuat judul peta. Untuk membuat judul


peta klik “Add a new Label to the layout”.

35
 Lalu pada frame klik dan drag cursor untuk membuat text box dengan
ukuran yang diinginkan.

 Tuliskan judul peta pada text box yang telah dibuat.

36
 Kemudian buat lah arah mata angin pada peta dengan cara klik pada “Add
a new Picture to the layout”, kemudian pada image source browse file
gambar mata angin yang diinginkan.

 Selanjutnya, untuk membuat skala bar klik pada “Add a new Scale Bar to
the layout”.

37
 Kemudian klik pada “Add a new Label to the layout” untuk menambahkan
keterangan skala dibawah skala bar.

 Kemudian buatlah keterangan sumber peta, keterangaan instansi yang


membuat peta, dan pembuat peta. Setelah semua keterangan tersebut telah
dibuat maka layout peta selesai dibuat.

 Selanjutnya save layout peta dengan cara klik “Layout – Export as


image..”

38
 Masukkan judul peta pada kolom File name, dan klik save.


 Ubah Export resolution menjadi 300 dpi, lalu klik save.

39
 Layout peta selesai dibuat.

40
BAB IV
ANALISIS DATA

4.1. Informasi Umum Wilayah IUP

Data wilayah IUP dibuat berdasarkan data perusahaan yang memegang


wilayah IUP tersebut. Data – data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Data wilayah IUP.

sumber : ESDM One Map Indonesia (https://geoportal.esdm.go.id/peng_umum/).

4.2. Data Luas Wilayah IUP dan Fungsi Kawasan Hutan

Melalui proses processing data di QGIS, kita bias mendapatkan nilai luas
dari wilayah IUP dan luasan dari fungsi kawasan hutan yang termasuk ke dalam
daerah IUP tersebut. Data – data luasan daerah tersebut dapat dilihat di halaman
selanjutnya.

41
Tabel 4.2. Data luas wilayah IUP dan fungsi kawasan hutan yang termasuk di dalamnya.

4.3. Analisis Data Luas Wilayah IUP dan Fungsi Kawasan Hutan

4.3.1. PT. Citra Indah Matahari


Berdasarkan hasil processing data melalui aplikasi QGIS, PT. Citra
Indah Matahari memiliki total luas wilayah IUP sebesar 4004,7707 Ha dan
fungsi kawasan hutan yang termasuk di dalamnya ialah Hutan Produksi Yang
Dapat Dikonversi dengan luas sebesar 441,190986 Ha dan Hutan Produksi
dengan luas sebesar 3563,5765795 Ha.

4.3.2. PT. Fiber Kaken Indonesia


Berdasarkan hasil processing data melalui aplikasi QGIS, PT. Fiber
Kaken Indonesia memiliki total luas wilayah IUP sebesar 2200,0169 Ha dan
fungsi kawasan hutan yang termasuk di dalamnya ialah Area Penggunaan
Lain dengan luas sebesar 348,5594321 Ha, Hutan Produksi dengan luas
sebesar 788,1204193 Ha, dan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi
dengan luas sebesar 1063,3358997 Ha.

4.3.3. PT. Kahayan Permai


Berdasarkan hasil processing data melalui aplikasi QGIS, PT. Kahayan
Permai memiliki total luas wilayah IUP sebesar 741,9253 Ha dan fungsi

42
kawasan hutan yang termasuk di dalamnya ialah 2 kawasan hutan dengan
fungsi yang sama yaitu Area Penggunaan Lain dengan total luas wilayahnya
ialah 337,8974088 Ha, kemudian ada juga kawasan Hutan Produksi dengan
luas sebesar 49,253101 Ha dan kawasan Hutan Produksi Yang Dapat
Dikonversi dengan luas sebesar 354,7588509 Ha.

4.3.4. PT. Karya Denai Amboko


Berdasarkan hasil processing data melalui aplikasi QGIS, PT. Karya
Denai Amboko memiliki total luas wilayah IUP sebesar 2965,1763 Ha dan
fungsi kawasan hutan yang termasuk di dalamnya ialah Area Penggunaan
Lain dengan luas sebesar 85,303808 Ha, Hutan Produksi Yang Dapat
Dikonversi dengan luas sebesar 364,1445498 Ha, dan Hutan Produksi dengan
luas sebesar 2515,7417563 Ha.

4.3.5. PT. Mentari Abadi Sejahtera


Berdasarkan hasil processing data melalui aplikasi QGIS, PT. Mentari
Abadi Sejahtera memiliki total luas wilayah IUP sebesar 1507,2271 Ha
dengan seluruh wilayah IUP nya berada di kawasan Hutan Produksi.

4.3.6. PT. Saroha Mitra Perkasa


Berdasarkan hasil processing data melalui aplikasi QGIS, PT. Saroha
Mitra Perkasa memiliki total luas wilayah IUP sebesar 1974,9527731 Ha dan
fungsi kawasan hutan yang termasuk di dalamnya ialah Area Penggunaan
Lain dengan luas sebesar 761,0989947 Ha, Hutan Produksi Yang Dapat
Dikonversi dengan luas sebesar 915,13578 Ha, dan Hutan Produksi dengan
luas sebesar 61,1026217 Ha.

Persentase luas wilayah IUP dan fungsi kawasan hutan yang tercakup
didalamnya dapat di lihat di bagian lampiran pada laporan ini.

43
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

Proses processing data yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi


QGIS memberikan informasi sebagai berikut :
- Pada wilayah IUP PT. Citra Indah Matahari terdapat 2 fungsi kawasan
hutan yang tercakup didalamnya, yaitu Hutan Produksi Yang Dapat
Dikonversi dan Hutan Produksi.

- Pada wilayah IUP PT. Fiber Kaken Indonesia terdapat 3 fungsi kawasan
hutan yang tercakup didalamnya, yaitu Area Penggunaan Lain, Hutan
Produksi, dan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi.

- Pada wilayah IUP PT. Kahayan Permai terdapat 3 fungsi kawasan hutan
yang tercakup didalamnya, yaitu Area Penggunaan Lain, Hutan Produksi,
dan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi.

- Pada wilayah IUP PT. Karya Denai Amboko terdapat 3 fungsi kawasan
hutan yang tercakup didalamnya, yaitu Area Penggunaan Lain, Hutan
Produksi, dan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi.

- Pada wilayah IUP PT. Mentari Abadi Sejahtera semua wilayah IUP nya
merupakan bagian dari fungsi kawasan Hutan Produksi,

- Pada wilayah IUP PT. Saroha Mitra Perkasa terdapat 3 fungsi kawasan
hutan yang tercakup didalamnya, yaitu Area Penggunaan Lain, Hutan
Produksi, dan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terdapat perbedaan nilai


pada luas wilayah IUP dari data hasil processing menggunakan aplikasi QGIS
dengan data yang didapat dari website ESDM One Map Indonesia. Namun, nilai
dari kedua sumber data tersebut menunjukkan perbedaan angka yang tidak terlalu

44
jauh atau tidak terlalu signifikan. Hal tersebut bias dikarenakan adanya sedikit
kesalahan ataupun ketidakakuratan yang muncul pada saat proses pengambilan
titik – titik koordinat wilayah IUP melalui website ESDM One Map Indonesia.
Pada saat pengambilan titik koordinat wilayah IUP, skala terkecil yang
dimungkinkan untuk pengambilan koordinat ialah 1:71, sehingga pada skala
tersebut dapat terjadi pergeseran titik koordinat yang diambil dengan posisi titik
koordinat yang sebenarnya, pergeseran tersebut ialah hal yang disebut sebagai
distorsi jarak.

45
BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dari tugas yang telah dibuat, kesimpulan


yang dapat diambil yaitu :

- Wilayah IUP PT. Citra Indah Matahari mencakup 2 fungsi kawasan hutan
yaitu Hutan Produksi dan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi.

- Wilayah IUP PT. Fiber Kaken Indonesia, PT. Kahayan Permai, PT. Karya
Denai Amboko, dan PT. Saroha Mitra Perkasa mencakup 3 fungsi
kawasan hutan, yaitu Area Penggunaan Lain, Hutan Produksi, dan Hutan
Produksi Yang Dapat Dikonversi.

- Semua wilayah IUP PT. Mentari Abadi Sejahtera merupakan bagian dari
fungsi kawasan Hutan Produksi.

46
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Sistem Informasi Geografis. Dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_geografis. Diakses pada
tanggal 25 Mei 2019.

Ferd Jody. 2012 . Komponen – Komponen Sistem Informasi. Dari


http://jodyferd.blogspot. com/2012/04/komponen-komponen system
informasi.html. Diakses pada 25 Mei 2019.

Fitirana, Kartikasari. 2015. Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis -


Pembuatan peta persebaran fasilitas Umum berbasis SIG. ITS. Surabaya.

Mohamad, Anank. 2015. Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG).


Dari http://agustinamohamad.blogspot.com/2015/08/laporan-praktikum-
sistem-informasi.html. Diakses pada tanggal 25 Mei 2019.

Potabuga, Rinaldi. 2014. Laporan Hasil Praktikum Sistem Informasi Geografis.


Dari http://rinaldipotabuga.blogspot.com/2014/05/laporan-hasil-
praktikum-sig-sistem.html. Diakses pada tanggal 25 Mei 2019.

Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar


Perspektif Geodesi & Geomatika. Bandung : Penerbit Informatika.

Razali, Mulkal. Gis Analisis I : Query. www. Pelagis.net.

47
LAMPIRAN

48
PT CITRA INDAH MATAHARI

11%

HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

HUTAN PRODUKSI

89%

PT FIBER KAKEN INDONESIA

16%
AREA PENGGUNAAN LAIN
36%
HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

HUTAN PRODUKSI

48%

49
PT KAHAYAN PERMAI

7%
AREA PENGGUNAAN LAIN

45% HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

HUTAN PRODUKSI
48%

PT KARYA DENAI AMBOKO

3%
12%
AREA PENGGUNAAN LAIN

HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

HUTAN PRODUKSI

85%

50
PT MENTARI ABADI SEJAHTERA

HUTAN PRODUKSI

100%

PT SAROHA MITRA PERKASA

3%
AREA PENGGUNAAN LAIN

44% HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

53% HUTAN PRODUKSI

51

Anda mungkin juga menyukai