Anda di halaman 1dari 236

DEPARTEMEN GEOGRAFI

UNIVERSITAS INDONESIA

DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN


BAPPEDA KOTA DEPOK

PENGMAS UI 2011
PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)
JUDUL KEGIATAN

Peningkatan Kualitas Data Pertanian


Dalam Mendukung Pembangunan
Pertanian Perkotaan di Kota Depok

MODUL
PELATIHAN PEMBANGUNAN
SISTEM INFORMASI PERTANIAN
Penyusun:
Dr. Rokhmatuloh, M. Eng
Andry Rustanto, S.Si, M.Sc
Ardiansyah, S.Si
Rendy Pratama, S.Si
Drs. Tjiong Giok Pin, M.Si
Tito Latief Indra, S.Si, M.Si

November 2011

KATA PENGANTAR
Ketersediaan data merupakan kunci dalam merumuskan kebijakan pertanian
yang tepat sasaran. Basis data pertanian yang telah terbangun digunakan untuk proses
analisa untuk kemudian dimanfaatkan oleh para pengambil kebijakan dalam tugas
mereka sehari-hari.

Sistem informasi pertanian dan perikanan dibangun untuk

meningkatkan nilai data (kualitas data) dari sebuah kumpulan angka, huruf dan gambar
menjadi sebuah informasi yang bernilai tinggi. Kemampuan sistem yang dibangun
mencakup penyediaan dan up-dating data, perangkat keras dan lunak, sistem
pemrosesan serta sumber daya manusia.
Untuk meningkatkan pemahaman staf yang ada di Dinas Pertanian dan
Perikanan serta staf yang ada di Bappeda, telah dilaksanakan pelatihan pembangunan
sistem dimaksud. Modul pelatihan ini berisi materi-materi yang terkait dengan
pembangunan sistem itu mulai dari pengenalan GPS sampai pada proses up-dating data
manakala dijumpai data-data baru. Modul ini dibuat sesederhana mungkin disertai
dengan gambar-gambar yang interaktif agar mudah dipahami dan diikuti oleh peserta
pelatihan yang akan menjadi tulang punggung dalam pengelolaan sistem ini di
kemudian hari.
Semoga modul ini memberikan manfaat bagi pembacanya dan menjadi
penyemangat bagi staf di dinas yang terkait untuk mempelajari dan mengelola sistem
informasi yang sangat bermanfaat ini.

Depok, November 2009

Tim Pengabdi
Ketua

Dr. Rokhmatuloh, M.Eng


i

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

ii

BAB 1. Sistem Informasi Geografis (SIG)


1.1.Pengertian SIG..

1.2.Data Spasial..

1.3.Sumber Data Spasial

BAB 2. Global Positioning System (GPS)


2.1.Pendahuluan.

2.2.Pengertian GPS

10

2.3.Kemampuan GPS

10

2.4.Sinyal GPS..

11

2.5.Penentuan Posisi Dengan GPS

12

2.6.Aplikasi GPS Dalam Pemetaan Darat.....

12

2.7.Peranan GPS Dalam SIG.

13

2.8.GPS Dengan SIG

14

BAB 3. DOWNLOAD DATA GPS GARMIN KE KOMPUTER


3.1.Membuka Program... 15
3.2.Penyesuaian Satuan dan Ukuran..

16

3.3.Men-download Data GPS

20

3.4.Mengkonversi Data GPS ke Software Pemetaan

22

3.5.Membuka Hasil Download ke Arcview 3.X.

24

BAB 4. PENGENALAN ARCVIEW 3.X


4.1.Pendahuluan

28

4.2.Struktur Arcview dan istilah dalam Arcview.

30

4.3.Arcview User Interface..

36

BAB 5. PROJECT, VIEWM DAN THEME DALAM ARCVIEW 3.X


5.1.Project

38

5.2.Bekerja Dengan View dan Theme

40
ii

BAB 6. MENAMPILKAN INFORMASI DATA SPASIAL


6.1.Membuka Arcview

46

6.2.Mencari dan Membuka Data Shapefile.

49

6.3.Setting View Pada Peta.

57

6.4.Save Project..

60

BAB 7. KOREKSI GEOMETRIK IMAGE


7.1.Image..

61

7.2.Extention Image Analyst

63

7.3.Koreksi Geometrik Dengan Image Analyst

64

BAB 8. DIGITASI DI DALAM GOOGLE EARTH


8.1.Membuka Google Earth..

73

8.2.Digitasi

75

8.3.Konversi Hasil Digitasi Google Earth Menjadi Shapefile..

89

BAB 9. PENGOLAHAN TABEL


9.1.Bekerja Dengan Tabel.

93

9.2.Joint Tabel...

94

BAB 10. QUERY DATABASE


10.1. Start Arcview dan Buka Peta Existing.

99

10.2. Mencari Objek.

101

10.3. Membuat Query Spasial..

103

10.4. Menyimpan Layer Data..

106

BAB 11. MELAYOUT PETA


11.1. Membuka Project Yang Telah Siap Untuk Di-Layout

109

11.2. Setting Layout Peta..

111

11.3. Ekspor Peta..

137

BAB 12. WEBGIS

140

BAB 13. KONSEP WEBGIS


13.1. Update Sistem Informasi Pertanian Kota
Depok Berbasis WebGIS.

142

13.2. Teknis Peng-updatet-an Sistem Informasi Pertanian


Kota Depok Berbasis WebGIS..

142
iii

13.3. Instalasi Paket MS4W 3.0.3...

143

BAB 14. SISTEM INFORMASI PERTANIAN KOTA DEPOK


14.1. Konsep Dasar..

155

14.2. Menjalankan Sistem Informasi Pertanian Kota Depok.

159

14.3. Updating Data Baru ke Dalam Sistem Informasi Pertanian..

162

DAFTAR PUSTAKA

iv

BAB 1. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)


1.1.

PENGERTIAN SIG
Pengetahuan spatial/keruangan adalah pengetahuan yang selalu berhubungan

dengan ruang muka bumi. Karena itu, kata tanya yang selalu memulai masalah dalam
keruangan adalah di mana (where), apa (what), kapan (when), bagaimana (how) dan
mengapa (why). Dalam satu kalimat, pertanyaan permasalahan dalam geografi adalah
mengapa persebaran keruangan berbentuk seperti itu?. Semua kata tanya atau
pertanyaan itu dijawab dan dijelaskan dalam bentuk peta.
Kemajuan teknologi telah sangat membantu para ilmuan (geograf, geodet,
geolog, ahli komputer, dsb) dalam memenuhi keingintahuannya akan sesuatu.
Penyajian dan pengolahan data yang dilakukan secara manual, kini dapat dilakukan
dengan teknologi komputer. Hasil yang didapat lebih tepat dan cepat. Teknologi
komputer yang makin maju juga memberikan warna baru dalam sajian informasi
keruangan. Peta yang biasanya disajikan dalam dua dimensi, kini dapat disajikan dalam
tiga dimensi atau lebih.
Sajian informasi yang dihasilkan oleh teknologi komputer berupa sajian data
keruangan secara dijital. Tujuan penyajian data seperti itu adalah untuk membantu
pengguna jasa melakukan analisis berbagai gejala keruangan secara tepat guna. Karena
itu ketepatan hasil merupakan tujuan utamanya. Tetapi gejala yang terjadi di atas ruang
muka bumi amatlah rumit sehingga perlu disederhanakan. Proses penyederhanaan ini
dilakukan dengan melihat beberapa hal, antara lain kemampuan perangkat dan
kesederhanaan penggunaan perangkat komputer, serta dapat memenuhi tujuan
penggunaannya.

Aplikasi SIG

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang


selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang
digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff,
1989).

Secara umum pengertian SIG sebagai berikut:


Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,
data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara
efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui,
mengelola,

memanipulasi,

mengintegrasikan,

menganalisa

dan

menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis .

Dalam pembahasan selanjutnya, SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem


yang berbasis komputer, walaupun pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual,
SIG yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis merupakan
data yang besar (dalam jumlah dan ukuran) dan terdiri dari banyak tema yang saling
berkaitan.
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu
titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan
hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data
yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat
tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa
pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang
membedakan SIG dari sistem informasi lainnya.
Telah dijelaskan diawal bahwa SIG adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri
dari berbagai komponen, tidak hanya perangkat keras komputer beserta dengan
perangkat lunaknya saja akan tetapi harus tersedia data geografis yang benar dan
sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan
menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan SIG.

1.2.

DATA SPASIAL

Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu
sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai

dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari
data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang
dijelaskan berikut ini :
1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat
geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi
datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang
memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis
vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.
Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode
penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data
spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu:

1.2.1. Data Vektor


Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan
garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang
sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).

Data Vektor

Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam


merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk
analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas
kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial
dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya
dalam mengakomodasi perubahan gradual.

1.2.2. Data Raster


Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari
sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai
struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).

Data Raster

Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya.
Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi
yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang
direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik
untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah,
kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data
raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula
ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia.
Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan
format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang
tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan
dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi
dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik.
Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar
dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis.

1.3. SUMBER DATA SPASIAL


Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa
sumber antara lain :

1.3.1. Peta Analog


Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta
dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi,
kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin
dan sebagainya.
Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi
menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi format vektor melalui
proses dijitasi sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di permukaan bumi.

1.3.2. Data Sistem Penginderaan Jauh


Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya),
merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala
dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa
dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh berbagai jenis citra satelit
untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format
raster.

1.3.3. Data Hasil Pengukuran Lapangan


Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan
tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut contohnya: batas
administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan dan
lain-lain.

1.3.4. Data GPS (Global Positioning System)


Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi
SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi.
Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor. Pembahasan mengenai GPS
akan diterangkan selanjutnya.

BAB 2. GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)


2.1.

PENDAHULUAN
GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit

yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan
posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti dan juga informasi mengenai waktu secara
kontinyu di seluruh dunia. GPS pada saat ini dapat digunakan oleh semua orang pada
segala cuaca.

2.1.1. Keunggulan GPS


GPS dapat digunakan untuk menentukan posisi dari titik-titik dalam sebuah
survei dan pemetaan. Faktor-faktor yang disebutkan berikut juga akan berlaku untuk
aplikasi-aplikasi GPS yang berkaitan dengan penentuan parameter selain posisi seperti
kecepatan, percepatan, maupun waktu yang pada dasarnya juga dapat diberikan oleh
GPS.
1.

GPS dapat digunakan setiap hari tanpa terpengaruh waktu dan cuaca. Dapat
digunakan bak siang maupun malam hari, dalam kondisi cuaca buruk seperti hujan
ataupun kabut. Karena karakteristik ini maka penggunaan GPS dapat meningkatkan
efisiensi dan fleksibilitas pelaksanaan survei dan pemetaan, sehingga dapat
memperpendek waktu pelaksanaan survei dan menekan biaya operasional.

2.

GPS mempunyai ketinggian orbit yang cukup tinggi (20.000km di atas permukaan
bumi) dan jumlahnya relatif banyak (24 satelit). Kelebihan ini menyebabkan
Cakupan wilayah GPS sangat luas, dapat digunakan oleh banyak orang pada saat
yang sama, dan pemakaiannya tidak bergantung pada batas politik dan batas alam.

3.

Penentuan posisi relatif tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi topografi daerah
survei, jika dibandingkan dengan metode konvensional seperti pengukuran poligon.
Penentuan posisi dengan GPS tidak memerlukan keterlihatan antara satu titik
dengan titik lainnya seperti yang dituntut pada metode pengukuran terestrial. Yang
diperlukan dalam pengukuran dengan GPS adalah keterlihatan antara titik-titik
survei dengan satelit. Oleh karena itu topografi antar titik survei sama sekali tidak
akan berpengaruh kecuali untuk hal-hal yang sifatnya non-teknis seperti pergerakan
personil dan distribusi logistik. Karena karakteristiknya, penggunaan GPS akan
sangat efisien dan efektif untuk diaplikasikan pada survei dan pemetaan yang
kondisi topografinya relatif sulit seperti pegunungan dan rawa-rawa. Penentuan
6

posisi dengan GPS akan mengacu pada suatu datum global yang dinamakan WGS
84. atau dengan kata lain posisi yang diberikan oleh GPS akan mengacu pada
datum yang sama. Adanya karakteristik ini sangat menguntungkan untuk kondisi
Indonesia yang wilayahnya sangat luas dan terdiri atas kepulauan, dimana proses
penghubungan kerangka-kerangka titik di satu pulau dengan pulau lainnya akan
sangat sangat sulit bahkan tidak mungkin jika akan menggunakan metode terestrial,
misalnya pengukuran di Pulau Jawa, akan memberikan posisi titik-titik yang
datumnya sama dengan titik-titik yang diperoleh pada pengukuran di pulau
Kalimantan.
4.

Dengan GPS kita mendapatkan ketelitian posisi yang spektrumnya memiliki


cakupan luas, dari orde milimeter (sangat teliti) sampai orde puluhan meter (kurang
teliti). Karakteristik inilah yang memberikan keuntungan efektifitas dan efisiensi
sesuai dengan katelitian yang dibutuhkan dan dana yang tersedia.

5.

Pemakaian GPS tidak dikenakan biaya. Selama penggunan memiliki alat penerima
(receiver) sinyal GPS, maka yang bersangkutan dapat menggunakan GPS untuk
berbagai aplikasi tanpa dikenakan biaya oleh pemilik satelit (Departemen
Pertahanan dan Keamanan Amerika Serikat). Jadi, investasi yang perlu dilakukan
oleh penggunan hanyalah alat penerima sinyal GPS beserta perangkat keras dan
lunak untuk pemrosesan datanya.

6.

Alat penerima sinyal GPS cenderung lebih kecil ukurannya, lebih murah harganya,
lebih baik kualitas data yang dihasilkan, dan lebih tinggi keandalanya. Hal ini
disebabkan oleh kemajuan dibidang elektronika dan komputer. Perangkat lunak
komersial untuk pengolahan data GPS semakin banyak tersedia dengan harga yang
relatif murah dibandingkan dibandingkan dengan alat penerima sinyal. Semakin
beragamnya produk dan jenis penerima sinyal menyebabkan tersedianya penerima
sinyal GPS yang lebih user oriented.

7.

Pengoperasian alat penerima sinyal GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif
mudah dan tidak menggunakan banyak tenaga jika dibandingkan dengan
pengukuran poligon, apalagi jika perbandingannya dilakukan pada daerah survei
yang luas dengan kondisi medan yang berat.

8.

Pengumpul data (surveyor) GPs tidak dapat memanipulasi data pengamatan GPS,
berbeda denga metode pengukuran terestrial. Hal ini akan meningkatkat tingkat
keandalan hasil survei dan pemetaan yang diperoleh.

9.

Semakin banyak instansi di Indonesia yang menggunakan GPSdan juga semakin


luas aplikasi yang potensial di Indonesia yang dapat ditangani dengan
menggunakan GPS.

2.1.2. Keterbatasan GPS


Meskipun keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan GPS jauh lebih
banyak, ada beberapa hal dan keterbatasan yang harus diperhatikan dalam pemakain
GPS, agar pemakaiannya dapat optimal dan tepat sasaran. Beberapa hal dan
keterbatasan tersebut antara lain:
1.

Agar alat penerima sinyal GPS dapat menerima sinyal GPS, maka tidak boleh ada
penghalang antara alat penerima tersbut dengan satelit yang bersangkutan. Ini harus
secara serius diperhitungkan, terutama dalam pelaksanaan survei dan pemetaan
didaerah pedesaan yang banyak ditumbuhi pepohonan, ataupun didaerah perkotaan
yang dipenuhi gedung-gedung tinggi. Seandainya peneriamaan sinyal terganggu
oleh rimbunnya pohon, maka untuk dapat menerima sinyal ada dua pendekatan
yang dapat dilakukan. Cara pertama yaitu dengan memotong atau membersihkan
pohon-pohon yang mengganggu penerimaan sinyal. Seandainya ini tidak
memungkinkan maka antena penerima sinyal dinaikan secara vertikal dengan
menggunakan tongkat khusus sehingga melewati ketinggian dari pohon-pohon
yang mengganggu. Untuk daerah perkotaan hanya cara terakhir yang mungkin
diterapkan untuk menanggulangi problema penampakan sinyal akibat adanya
rumah maupun gedung-gedung.

2.

Datum penentuan posisi yang digunakan oleh GPS, yaitu WGS 1984, bukanlah
datum yang digunakan untuk keperluan survei dan pemetaan di Indonesia.
Indonesia secara resmi sampai saat ini masih menggunakan datum ID 1974
(Indonesian Datum) 1974 yang tidak sama dengan datum WGS 1984. Untuk itu
koordinat titik-titik yang diperoleh dengan GPS tidak dapat langsung digunakan
dan terlebih dahulu harus ditransformasikan ke sistem ID 1974. Perlu ditekankan di
sini bahwa problem transformasi datum ini akan lebih besar seandainya hasil survei
dan pemetaan dengan GPS akan direpresentasikan dalam suatu datum lokal yang
hubungan geometrisnya dengan datum WGS 1984 tidak diketahui ataupun tidak
jelas.

3.

Komponen tinggi dari koordinat tiga dimensi yang diberikan oleh GPS adalah
tinggi yang mengacu kepermukaan elipsoid, yaitu elipsoid GRS (Geodetic
8

Referenci System) 1980. Jadi tinggi titik yang didapatkan dengan GPS bukanlah
tinggi orthometris yaitu tinggi yang mengacu ke permukaan geoid (umum didekati
dengan muka laut rata-rata, MSL), yang umum digunakan sehari-hari untuk
keperluan praktris. Jadi perlu diingat di sini bahwa tinggi GPS tidak boleh
diintegrasikan dengan tinggi yang diperoleh dari pengukuran teristris dengan
metode sifat datar (levelling) yang umum digunakan orang. Perlu ditekankan di sini
bahwa untuk mentranformasi tinggi elipsoid yang diperoleh dari GPS ke tinggi
orthometris diperlukan informasi tentang undulasi geoid yang dapat ditentukan
dengan menggunakan data gaya berat. Dalam hal ini ketelitian tinggi orthometris
yang diperoleh akan sangat bergantung pada ketelitian undulasi geoid yang
tersedia, dan untuk menentukan undulasi geoid yang teliti (orde ketelitian
centimeter) bukanlah suatu hal yang mudah bahkan tergolong cukup sulit.
4.

Pemrosesan data GPS dan penganalisisan hasilnya bukanlah suatu hal yang udah.
Meskipun proses pengumpulan data dengan GPS relatif mudah, pemrosesan data
yang diperoleh serta penganalisisan parrameter-parameter yang didapatkan
bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, terutama kalau kita menginginkan ketelitian
posisi yang tinggi. Disamping harus memahami dasar-dasar hitung perataan kuadrat
terkecil statistika serta perhitungan geodetik, kita juga harus memahami efek dari
geometri satelit serta kesalahan dan bias yang mempengaruhi data pengamatan,
seperti kesalahan orbit, bias ionosfer dan trophosfer multipath, cycle slip dan lainlainya. Oleh sebab itu dalam survei dan pemetaan dengan GPS pengolahan data dan
penganalisisan hasil sebaiknya dilakukan oleh surveyor sarjana, sedangkan
pengumpulan data bisa dilakukan oleh surveyor teknisi.

5.

Karena GPS merupakan tekologi yang relatif baru maka sumber daya manusia yang
menguasai masalah teknologi ini relatif masih belum terlalu banyak. Oleh sebab itu
seandainya suatu instansi pemerintah ingin menggunakan teknologi GPS ini untuk
mendukung pekerjaan-pekerjaan dilingkungan mereka, maka disamping pengadaan
perangkat keras dan perangkat lunak GPS, penyiapan sumber daya manusia
(surveryor GPS) juga tidak boleh dilupakan. Tanpa didukung dengan sumber daya
manusianya GPS dengan kualitas dan kuantitas yang memadai, maka peralatanperalatan canggih sekalipun akan menjadi kurang berarti.

2.2. PENGERTIAN GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)


GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit.
Nama formalnya adalah NAVSTAR GPS, kependekan dari Navigation Satellite Timing
and Ranging Global Positioning System. Sistem akan dapat digunakan oleh banyak
orang sekaligus dalam segala cuaca ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan
tiga dimensi yang teliti, dan juga informasi mengenai waktu secara kontinue diseluruh
dunia. Sistem ini mulai direncanakan sejak tahun 1973 oleh US Air Force (Easton,
1980) dan pengembangannya sampai sekarang ini ditangani oleh deperteman
pertahanan US. GPS terdiri dari tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa (Space
Segment) yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol (Control System
Segment) yang terdiri atas stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen
pemakai (User Segment) yang terdiri atas pemakai GPS termaksud alat-alat penerima
dan pengolah sinyal dan data GPS.

2.3. KEMAMPUAN GPS


GPS dapat memberikan informasi mengenai posisi, kecepatan dan waktu secara
cepat, teliti dan murah dimana saja di bumi ini pada setiap waktu, siang maupun malam
tanpa bergantung pada kondisi cuaca. Sampai saat ini GPS adalah satu-satunya sistem
navigasi atau sistem penentuan posisi yang mempunyai karakteristik prima yang seperti
itu.
Dalam hal penentuan posisi, GPS dapat memberikan ketelitian posisi yang
spektrumnya cukup luas. Dari yang sangat teliti (orde milimeter, relatif) sampai yang
biasa-biasa saja (orde puluhan meter, absolut). Ketelitian posisi yang diperoleh secara
umum akan bergantung pada empat faktor, yaitu : metode penentuan posisi yang
digunakan, geometri dan distribusi dari satelit-satelit yang diamati, ketelitian data yang
digunakan, dan strategi/metode pengolahan data yang diterapkan.
Kecepatan wahana yang bergerak juga dapat ditentukan oleh GPS seandainya
wahana tersebut dilengkapi dengan alat penerima sinyal GPS. Ketelitian berorde
mm/detik sampai cm/detik dapat diperoleh dalam hal ini. Selain memberikan informasi
tentang waktu, GPS juga dapat digunakan dalam mentransfer waktu dari suatu tempat
ke tempat yang lain. Ketelitian sampai beberapa nanodetik dapat diberikan oleh GPS
untuk transfer waktu antar benua.

10

2.4. SINYAL GPS


Sinyal GPS memancarkan sinyal-sinyal, pada prinsipnya untuk memberi tahu
si pengamat sinyal tersebut tentang posisi yang bersangkutan serta jaraknya dari si
pengamat beserta informasi waktunya
Sinyal GPS juga dapat digunakan untuk menginformasikan kelaikgunaan
(kesehatan) satelit pada si pengamat, serta informasi-informasi pendukung lainnya
seperti parameter untuk perhitungan koreksi jam satelit,paramter model ionosfer satu
frekuensi (model Klobuchar), transformasi waktu GPS ke UTC (Universal Time
Coordinated), dan status konselasi satelit. Dalam mengamati satelit dalam hal jumlah
yang cukup si pengamat dapat menentukan posisi dan kecepatannya.
Pada dasarnya sinyal GPS cukup kompleks. Ini disebabkan sinyal GPS didisain
untuk memenuhi beberapa objektif, baik untuk keperluan sipil maupun militer seperti
dijabarkan seperti di bawah ini :
-

GPS didisain sebagai Sistem Multi Pemakai, pada saat yang sama sinyal
harus dapat diamati oleh banyak orang (sistem pasif).

GPS didisain untuk melayani posisi secara instan (real time posistioning),
Pada suatu epok pengamat harus dapat mengamati sinyal dari beberapa satelit
sekaligus (bagaimana cara membedakan suatu sinyal terhadap sinyal lainnya ?).
Jarak ke satelit-satelit tersebut harus dapat diukur oleh pengamat (bagaimana
sinyal GPS dapat memberikan informasi tersebut). Pengamat perlu mengetahui
koordinat dari satelit (bagaimana sinyal satelit mengakomodasikannya).

GPS didisain untuk keperluan sipil maupun militer, sehingga memerlukan


dua jenis kode untuk penentuan jarak (yang lebih teliti untuk militer) dan
mekanisme perestriksian pemakaian kode-P untuk pihak sipil (anti-spooling)

Sinyal GPS harus aman dari gangguan (jamming), karena sinyal GPS
memiliki struktur kode yang unik dan teknik pengiriman sinyal yang andal
(spread spektrum technique).

GPS juga didisain untuk penentuan posisi secara teliti, sehinga perlu adanya
kode dengan frekuensi tinggi (kode-P), perlu adanya gelombang pembawa pada
2 frekuensi (untuk mengeliminasi bias ionosfer), pemilihan frekuensi pada
gelombang pembawa yang optimal.

11

2.5. PENENTUAN POSISI DENGAN GPS


Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi
(pengikatan ke belakang) dengan jarak yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan
ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui.
Pada pengamatan dengan GPS, yang bias diukur hanyalah jarak antara pengamat
dengan satelit dan bukan vektornya. Untuk mengatasi masalah hal ini, penentuan posisi
pengamat dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap beberapa satelit sekaligus
secara simultan, dan tidak hanya terhadap satu satelit. Pada operasionalnya, prinsip
penentuan posisi dasar dengan GPS, bergantung pada mekanisme pengakplikasiannya
dapat diklasifikasikan atas beberapa metode penentuan posisi.

2.6. APLIKASI GPS DALAM PEMETAAAN DARAT


Dalam survei dan pemetaan darat, GPS telah banyak diaplikasikan untuk
pengadaan titik-titik kontrol (orde dua atau lebih rendah) untuk keperluan pemetaan,
survei rekayasa, ataupun survei pertambangan [Wells et al., 1986]. Dalam pengadaan
titik-titik kontrol untuk keperluan pemetaan dan survei rekayasa (seperti survei jalan
raya dan survei konstruksi), GPS dapat dan telah digunakan untuk menggantikan
metode konvensional poligon yang umum digunakan selama ini. Dalam hal ini metode
penentuan posisi dengan GPS yang dapat digunakan secara optimal dan efisien adalah
metode-metode survei GPS statis, statis singkat, stop-and-go, ataupun pseudokinematik.
Dalam proses eksplorasi mineral dan energi, contohnya GPS juga akan sangat
membantu dalam penentuan posisi dan staking out daerah deposit mineral ataupun batas
daerah konsesi pertambangan, serta penentuan posisi titik-titik bor dan seismic
[Featherstone and Dentith, 1994]. Dalam proses eksploitasi, GPS juga dapat berguna,
contohnya dalam penentuan lokasi kandungan deposit (seperti batubara) dari waktu ke
waktu, serta untuk pemantauan posisi relaif (vertikal) anjungan pengeboran minyak
lepas pantai terhadap kemungkinan penurunan (sinking) yang diakibatkan oleh
penyedotan minyak yang terlalu ekstensif dari lapisan bawah dasar laut. GPS bekerja
sama dengan GIS juga akan sangat efektif dan efisien dalam pemantauan dan
pengontrolan dampak lingkungan yang terjadi akibat eksplorasi dan eksploitasi sumber
daya alam.
Dalam kaitannya dengan aktivitas survei pertambangan di atas, metode yang
digunakan umumnya adalah metode penentuan posisi secara absolut (statis atau

12

kinematik) dengan pseudorange untuk aplikasi-aplikasi yang tidak menuntut ketelitian


tinggi (level puluhan ataupun ratusan meter) serta penentuan posisi secara diferensial
(statis atau kinematik) dengan pseudorange untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut
ketelitian menengah (level meter). Untuk ketelitian yang lebih tinggi (level cm),
penentuan posisi secara diferensial (statis atau kinematik) dengan data fase harus
digunakan.

2.7. PERANAN GPS DALAM SIG


GPS memiliki peranan penting dalam bidang SIG. hingga saaat ini SIG sudah
berkembang dan banyak dipakai dalam berbagai bidang ilmu maupun bidang aplikasi,
seperti survei dan pemetaan, geografi, geologi, kehutanan, navigasi, bahkan
transportasi. Secara umum, aplikasi GPS dalam SIG dibedakan menjadi lima bagian,
yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikut ini.

2.7.1. GPS Membawa SIG ke Lapangan


Dengan menggunakan GPS, SIG dapat menjadi banda yang bergerak di
lapangan. misalnya adalah sistem peta elektronik (elektronic chart) yang sekarang
sudah banyak digunakan untuk sistem navigasi laut, pasawat terbang, maupun mobil.
Dalam hal ini, SIG bergerak dengan kendaraan yang bersangkutan dan GPS
memberikan posisinya dari waktu kewaktu. Kemudian, pada sistem pengelolaan
kendaraan, dimana SIG-nya diam, GPS penerima yang ditempatkan pada setiap
kendaraanlah yang bergerak serta melaporkan posisi dan pergerakan ke SIG.

2.7.2. GPS sebagai Pendigitasi Bumi


Dalam hal ini, GPS reciver bertindak sebagai crusor dari digitizer tiga dimensi,
sedangkan bumi sebagai maja digitasinya. sehingga penggunaan GPS dapat mepercepat
pembangunan basis data spatial maupun dalam pembuatan peta digital.
Dibandingkan dengan pendijitan secara konvensional, pendijitan cara ini
memiliki beberapa keungggulan, diantaranya adalah ketidaktergantungan pada
ketersediaan peta, ketelitiannya tidak bergantung pada skala, serta kemampuannya
untuk mendijitasi objek-objek yang kecil dilapangan yang tidak tergambar pada peta.

13

2.7.3. GPS Sebagai Pengkorelasi Data


Dalam pembangunan suatu basis data, GPS dapat berperan sebagai pengkorelasi
data, baik di dalam suatu basis data, maupun antar beberapa basis data. Dalam hal ini,
GPS dapat memberikan suatu datum (sistem reverensi) penentuan posisi yang unik dan
konsisten serta ketelitian posisi yang homogen pada seliruh data. Karena GPS dapat
melakukan hal yang sama pada seluruh basis data, hal ini dapat digunakan sebagai
pengkorelasi basis data yang berbeda dalam hal datum dan ketelitian pada data, SIG
yang stu dapat memberikan informasi pada SIG lainnya.

2.7.4. GPS Sebagai Perangkat Pembantu Analisa


GPS dapat digunakan dengan cepet sebagai alat pembantu analisa, untuk
mempercepat dan memepermudah analisa dan pemanggilan data dari basis data dalm
suatu proses pengambilan dan pencarian informasi dengan SIG, berdasarkan informasi
posisi maupun waktu yang diberikan. misalkan, seseorang dapat langsung mengetahui
siapa pemilik tanah tempat seseorang dengan GPS itu berdiri.

2.7.5. GPS Sebagai Perangkat Ground Truthing


GPS dapat digunakan untuk menyelesaikan inkonsistensi antara inaformasi di
pata dengan lapangan, dan juga untuk meperbaiki kesalahankesalahan informasi posisi
objek-objek tertentu yang terdapat dalam peta. Karna GPS dapat membrikan posisi yang
teliti pada segala kondisi cuaca dan waktu, maka proses ground truthing akan sangat
efisien dan efektif.

2.8. GPS DENGAN SIG


Secara prinsip, ada dua cara untuk mengubungkan GPS dengan SIG, yaitu cara
langsung dan cara tidak langsung. Pada cara langsung, GPS langsung dapat digunakan
sebagai digitizer, dimana GPS dihubungkan dengan SIG melalui suatu modul perangkat
lunak, seperti pengontrol digitizer. Dalam hal ini, data GPS langsung masuk ke dalam
sistem data file SIG yang bersangkutan. sedangkan pada cara tidak langsung, reciver
GPS merekam data dalam memori dan dengan format sendiri, data ini kemudian
ditranslasikan ke dalam format data SIG yang diinginkan, dimana data yang telah
ditranslasikan tersebut kemudian disimpan dalam sistem data dalam file SIG.

14

BAB 3. DOWNLOAD DATA GPS GARMIN KE


KOMPUTER
Dalam sub-bab ini, akan dijabarkan bagaimana cara mendownload data GPS ke
dalam komputer atau PC sehingga data-data yang telah kita rekam dapat ditampilkan di
komputer.

3.1. MEMBUKA PROGRAM


Buka program Mapsource dari Start All Program/Program - MapSource.

Akan muncul tampilan program MapSource

15

3.2. PENYESUAIAN SATUAN DAN UKURAN


Lakukan penyesuaian (customize) pada tampilan informasi program MapSource sesuai
dengan kebutuhan. Klik Edit Preferences.

Akan tampil menu Preferences. Pada bagian atas menu terdapat beberapa pilihan sub
menu yang isinya dapat disesuikan sesuai dengan kebutuhan. Sub menu yang muncul
pertama kali adalah Map Datum.
Sub Menu ini digunakan untuk menyesuaikan datum yang digunakan pada saat
pengambilan data menggunakan GPS. Pilihlah datum yang sesuai.

Sub Menu

16

Sub Menu
Map Datum

Pilihan Datum

Sub menu berikutnya pilihlah Unit. Lakukan perubahan pada satuan jarak, arah utara
kompas dan satuan ketinggian serta kedalaman sesuai dengan informasi yang
dibutuhkan.

Atur Satuan Jarak dan Kecepatan,


Arah Utara Kompas, Satuan
Ketinggian dan Kedalaman.

17

Sub menu berikutnya pilihlah Position. Lakukan perubahan pada satuan koordinat
sesuai dengan kebutuhan, misalnya koordinat geografis yang terdiri dari derajat, menit
dan detik atau koordinat UTM.

Pilih
Position

Pilihlah salah satu sistem


koordinat yang ingin ditampilkan

Sub menu berikutnya pilihlah Transfer. Pilihlah port yang akan digunakan untuk
menghubungkan GPS dengan komputer melalui kabel interface. Lakukan Auto Detect
agar komputer dapat mencari secara otomatis.

Pencarian Port
secara otomatis

Pilihlah salah satu port

18

Sub menu berikutnya pilihlah Waypoint. Lakukan perubahan yang dirasakan perlu, jika
tidak biarkan tampilan standarnya.

Sub menu berikutnya pilihlah Time. Lakukan perubahan untuk menyesuaikan waktu
dengan Waktu Indonesia Barat (WIB) yaitu UTC + 7

19

3.3. MEN-DOWNLOAD DATA GPS


Untuk men-download data pilihlah File Open From Device

Akan tampil menu Open From Device.


Pilihlah data yang akan di-download, yaitu: Maps, Waypoint, Routes dan Tracks. Untuk
beberapa jenis GPS garmin seperti tipe e-Trex dan 12XL, tidak memiliki data Maps,
sehingga tidak perlu dipilih.
Setelah selesai memilih maka klik Open.

Data yang dapat di-download

20

Maka akan tampil seperti di bawah ini.

Waypoint
dan Tracks
hasil
pengukuran
di lapangan

Data titik titik


Waypoint

21

3.4. MENGKONVERSI DATA GPS KE SOFTWARE PEMETAAN


Setelah dapat di-download, maka data tersebut dapat diedit dan ditampilkan dengan
informasi geografis lainnya dalam sebuah software pemetaan. Dalam hal ini software
pemetaan yang digunakan adalah ArcView ver 3.x.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengkonversi data dari MapSource ke format
*.DXF agar dapat dibaca oleh software ArcView. Klik File - Export

Konversi data

Keluar menu save as. Pilihlah direktori yang akan dituju, beri nama file dan pilh tipe
file *.dxf.

Direktori

Nama file baru dan


Jenis Data *.dxf

Pilih Save

22

Akan tampil menu DXF Export Customization. Pilih sistem koordinat yang diinginkan
untuk Output-nya.

Sistem Kordinat

Kemudian pilih OK

23

3.5. MEMBUKA HASIL DOWNLOAD KE ARCVIEW 3.X


Bukalah program ArcView 3.2 dengan cara Pilih Start, program, ESRI, kemudian
pilih ArcView 3.3 atau double klik pada ikon ArcView

pada Desktop.

Klik Ikon ArcView

Tampilan pertama pada saat program ArcView dijalankan.

24

Kemudian akan muncul kotak dialog Welcome to ArcView Gis, kemudian ceklis untuk
pilihan with a new View, kemudian pilih OK.

Pilih

Kemudian, Klik OK

Gambar di bawah ini adalah tampilan View pada ArcView 3.X

Aktifkan extension CarReader untuk dapat membaca file hasil konversi yang berformat
dxf dengan cara, pilih menu File kemudian pilih Extensions.

25

Maka akan muncul jendela Extensions.


Kemudian ceklis untuk Ekstensi CadReader, lalu pilih OK

26

Klik Add theme, Pilihlah file dxf hasil konversi, dan keluarkan data line, point dan
annotation seperti gambar di bawah ini.

Pilih Add Theme

Klik pada foldernya

Tekam Shift +
Klik Ketiga
file tersebut

Pilih OK

Maka akan tampil seperti di bawah ini.

27

BAB 4. PENGENALAN ARCVIEW 3.X

4.1. PENDAHULUAN
Arc View adalah software Sistem Informasi Geografis (SIG). Software SIG
mempunyai kemampuan untuk menampilkan, memanipulasi dan merubah data SIG.
Saat kita berkerja menggunakan SIG, kita bukan hanya harus mempelajari tentang
software-nya tetapi juga datanya.
Data SIG mempunyai dua komponen, yaitu komponen spatial atau geografis dan
komponen atribut atau table. Data spatial menampilkan lokasi geografis dari suatu
features. Pada umumnya feature tersebut ditampilkan dalam bentuk titik (point), garis
(line), polygon (polygone). Sebuah feature titik mewakili sebuah lokasi seperti lokasi
kantor pemerintahan dan sekolah. Feature garis yang juga sering disebut dengan
arc/segmen mewakili fitur seperti lintasan atau sungai. Feature poligon mewakili fitur
area seperti persil tanah, danau, atau penggunaan tanah. Seperti gambar dibawah,
ArcView menggunakan tipe symbol yang berbeda-beda untuk mewakili bentuk feature
yang berbeda.

Feature titik

Feature garis

Feature poligon

Tampilan fitur titik, garis, dan poligon pada ArcView

28

Data atribut memberikan keterangan terhadap feature yang digambarkan dalam


bentuk titik, garis, dan poligon. Sebagai contoh, gambar di atas menunjukkan layer
wilayah permukiman (poligon) dan wilayah permukiman tersebut ditampilkan dengan
satu simbol warna. Data poligon tersebut memiliki informasi atribut yang berasosiasi
dengan poligon-poligon tersebut seperti nama lokasi dan informasi mengenai pola
permukiman (teratur dan tidak teratur) di dalamnya, dan lain-lain. SIG memberikan
fasilitas bagi kita untuk memberikan simbol-simbol sesuai dengan informasi atributnya.
Gambar berikut menampilkan data yang sama dengan gambar di atas, akan tetapi
simbol-simbolnya dibedakan berdasarkan informasi atribut yang dimiliki data tersebut.

Simbolisasi berdasarkan informasi atribut pada ArcView

Dapat terlihat pada layer/theme Landuse_depok_dd, terdiri dari beberapa data


atribut yang dapat mengklasifikasi poligon landuse menjadi air / perairan, bangunan,

29

empang, kebun/perkebunan, pemukiman, rawa, sawah irigasi, sawah tadah hujan,


semak/belukar, tanah kosong, dan tegalan/ladang. Begitu juga dengan layer
Jalan_depok_dd yang terdiri dari jalan arteri, jalan kereta api, jalan kolektor, jalan
lain, jalan lokal, jalan setapak, dan jalan tol nasional.

4.2. STRUKTUR ARCVIEW DAN ISTILAH DALAM ARCVIEW


ArcView memiliki beberapa istilah sendiri yang harus dipelajari dan dipahami
agar dapat mempermudah pekerjaan kita dalam mengolah data SIG dengan
menggunakan ArcView.

4.2.1. ArcView Project


File ArcView Project (*.apr) mengandung sebuah set perintah yang menjelaskan
bagaimana tampilan data ArcView dan bagaimana data tersebut harus ditampilkan.
File project tidak mengandung data-data, file project hanya menyimpan instruksi
yang menunjukkan dimana data tersebut berada. Sebuah ArcView Project terdiri dari
beberapa komponen yang membangunnya, antara lain Views, Tables, Charts,
Layouts, dan Scripts.

Nama Project

Tampilan dari sebuah ArcView project


4.2.2. Views
View adalah komponen ArcView tempat kita menampilkan peta (data SIG).
View adalah sebuah workspace dimana kita dapat melakukan analisis data,
memanipulasi data dan menampilkan data. Layer-layer yang terdapat pada peta kita

30

disebut dengan istilah Themes. Dalam View, Themes ditampilkan di sisi kiri
workspace, list tersebut disebut dengan Table Of Content (TOC).
Themes

Tabel Of Content

Tampilan Komponen View pada ArcView

4.2.3. Tables
Table merupakan representasi data ArcView yang menampilkan data tabular.
Table menyajikan informasi deskriptif yang menjelaskan feature-feature tentang
layer tertentu pada suatu View . Misalnya pada gambar di bawah ini, ditampilkan
tabel atribut dari layer/shapefile kambing_depok, dimana terdapat informasi
kolom X (koordinat bujur), tanggal (waktu perekaman data), Y (koordinat lintang),
kambing_p (jumlah kambing), lurahan (lokasi berdasarkan administrasi kelurahan),
ID, dam pemilik.

31

Tampilan Komponen Tables pada ArcView

Setiap baris atau record dari suatu Table didefinisikan sebagai satu anggota dari
kelompok besar. Sedangkan setiap kolom atau field mendefinisikan atribut atau
karakteristik tunggal dari kelompok itu.

4.2.4. Charts
Chart menampilkan data tabulaer secara visual dalam bentuk grafik. Chart juga
bisa merupakan hasil suatu querry terhadap tabel data. ArcView menyediakan enam
jenis grafik, yaitu : area, bar, column, line, pie dan x y scatter.

32

Tampilan grafik batang di dalam peta pada ArcView

4.2.5.

Layout
Menyediakan teknik-teknik untuk menggabungkan dan menyusun dokumen-

dokumen dalam Project (View,Table,Chart) dan komponen-komponen peta lainnya


seperti arah utara dan skala guna menciptakan peta akhir untuk dicetak atau diplot.

Tampilan layout pada ArcView

33

4.2.6.

Scripts
Script merupakan bahasa (semi) pemrograman sederhana (makro) yang

digunakan untuk otomatisasi kerja ArcView. ArcView menyediaakn fasilitas ini


dengan sebutan Avenue sehingga pengguna dapat memodifikasi tampilan ArcView,
membuat program, menyederhanakan tugas-tugas kompleks, dan berkomunikasi
dengan software lainnya seperti ArcInfo dan lainnya

Tampilan Script pada ArcView

4.2.7. Active, Visible, dan Selected


Istilah Active, Visible, dan Selected adalah tiga istilah pada ArcView yang
terkadang dapat membingungkan bagi penggunanya. Berikut adalah perbedaan dari
ketingganya :
Theme yang active diperlihatkan lebih menonjol pada Tabel Of Content. Theme
yang active adalah theme yang akan diedit atau dianalisa oleh ArcView. Untuk
membuat sebuah theme menjasi active, cukup pilih (klik) pada nama theme yang
terdapat di Table Of Content.
Sebuah Theme dapat menjadi visible (terlihat) dan invisible (tidak terlihat),
untuk membuat sebuah theme menjadi visible, cukup beri tanda cheklist pada kotak
kecil disebelah nama theme yang akan diperlihatkan.
Feature dalam sebuah theme dapat dipilih (selected). Feature yang terpilih akan
berwarna kuning. Jika ada feature yang terpilih, maka ArcView akan melakukan
pengeditan atau analisa hanya pada features yang terpilih.

34

Not visible
(not
checked)

active
Not active

Visible
(checked)

Active theme dan visible

4.2.8. Shapefile
ArcView memiliki format data tersendiri yang disebut dengan shapefiles.
Shapefiles adalah format data yang menyimpan lokasi geometrik dan informasi
atribut dari suatu feature geografis. Pada umumnya kita hanya butuh satu file kerja
seperti file Microsoft Worl dengan extension file *.doc, akan tetapi shapefile
memiliki perbedaan, yaitu bahwa satu shapefile memiliki beberapa file yang saling
berkaitan satu sama lainnya. Beberapa file ini memiliki extension yang berbedabeda yang disimpan dalam workspace yang sama. Berikut adalah daftar beberapa
file extension yang merupakan bagian dari ArcView shapefile :
(Catatan : tiga file extension pertama adalah bagian file extension yang harus ada
dalam sebuah shapefile, file extension berikutnya sifatnya optional).
*.shp

- File yang menyimpan feature geometri (diperlukan dalam sebuah


shapefile)

*.shx

- File yang menyimpan index dari feature geometri (diperlukan dalam


sebuah shapefile)

*.dbf

- File dBASE yang menyimpan informasi atribut dari suatu feature


(diperlukan dalam sebuah shapefile)

*.sbn dan *.sbx File yang menyimpan spatial index dari feature (optional)
*.fbn dan *.fbx File yang menyimpan spatial index dari feature shapefile yang
read-only (optional)

35

*.ain dan *.aih File yang menyimpan index atribut dari field yang aktif dalam
sebuah tabel (optional)
*.prj

- File yang menyimpan informasi koordinat dari sebuah shapefile, file ini
dapat muncul jika kita menggunakan ArcView Projection Utility
(optional)

4.2.9. Menu, Buttons, dan Tools


ArcView menyediakan tiga cara untuk berinteraksi terhadap programnya, yaitu
melalui menus, buttons, dan tools. Jika kita memilih salah satu menu atau button,
maka ArcView akan secara langsung merespon perintah kita, akan tetapi berbeda
jika kita memilih salah satu tool, maka cursor kita akan berubah fungsinya dan
ArcView akan merespons perintah kita secara interaktif.

4.3. ARCVIEW USER INTERFACE


Button dan tool pada ArcView berbeda-beda untuk tiap komponen ArcView Project
(View, Table, Chart, Layout, dan Script). Berikut adalah gambaran button dan toolbar
yang terdapat pada masing-masing komponen ArcView Project.

a. View

b. Tables

36

c. Chart

d. Layout

37

BAB 5. PROJECT, VIEW DAN THEME DALAM


ARCVIEW 3.X
5.1. PROJECT
File project di Arcview adalah .apr, tampilan view dan theme yang sudah
digunakan dapat disimpan dalam bentuk .apr , yang kemudian dapat ditampilan kembali
dengan mengambil file .apr yang sudah tersimpan tersebut.
Untuk membuka project, klik aplikasi ArcView 3.3, maka akan muncul gambar
seperti dibawah ini

Pilihan pada box Welcome to ArcView GIS antara lain :


1) Create New Project

With a new view (dengan view baru), dipilih bila ingin memulai project
dengan view baru

As a blank project, dipilih bila ingin memulai dengan project yang masih
kosong

Atau
2) Open an existing project, dipilih bila ingin memulai dari project yang telah
disimpan sebelumnya.

38

5.2. BEKERJA DENGAN VIEW DAN THEME


Dalam operasi view, peta interaktif ditampilkan sekaligus penghitungan dan
analisis spasial dapat diperlihatkan. Layer data individual dari tipe yang berbeda (seperti
titik, garis, dan poligon) atau data yang berbeda direpresentasikan dan disimpan sebagai
layer-layer peta terpisah yang dikenal sebagai themes. Untuk membuat View baru, tekan
tombol NEW seperti yang nampak pada layer View, seperti tampilan di bawah ini.

Berbagai tahapan dalam membuat view dan theme antara lain adalah sebagai berikut :

5.2.1. Membuat theme baru pada View Display


Untuk membuat theme baru sesuai dengan informasi spasial yang didapat, maka
tahapan yang dilakukan adalah :

39

1) Pilih New Theme dari menu View.

2) Kemudian akan muncul kotak dialog yang menunjukkan

tipe data spasial

(feature type) yang ingin kita buat (point, line atau polygon), misalkan pilih
point, kemudian pilih OK.

3) Simpan Theme yang baru akan dilakukan proses penyimpanan pada folder yang
akan kita tuju, kemudian pilih OK.

40

4) Setelah proses penyimpanan selesai maka theme yang kita buat tersebut sudah
langsung ada pada media gambar pada view display.

5). Maka anda siap untuk melakukan digitasi. Dalam hal ini, karena jenis feature
berupa point (titik), maka digitasi menggunakan draw point

Klik kiri dan tahan


hingga muncul
beberapa menu
pilihan editing

41

5.2.2. Menampilkan theme pada View Display


Untuk menampilkan theme pada view display, pilih Add Theme dari menu
View, tekan tombol Add Theme

, atau gunakan Ctrl+T untuk fungsi ini. Kotak

dialog yang akan muncul meminta pengguna untuk memilih theme yang akan
ditampilkan, pilihlah shapefile data yang ingin dibuka kedalam view, lalu pilih OK.
Lihat gambar dibawah ini :

Klik Add Theme


Bukalah file
admin_depok_area_dd.shp,
belimbing_depok.shp, dan
jalan_depok.shp dengan tekan shift,
lalu pilih ketiga file tersebut hingga
ter-blok semua.

Lalu pilih OK

Maka, data akan muncul di dalam table of content. Ceklis shapefile yang telah di
buka tersebut untuk menampilkannya dalam View.
Ceklis ketiga
layer/shapefile
tersebut

42

5.2.3. Mengubah Urutan Tampilan Theme


ArcView menampilkan theme secara berurutan dengan theme yang tampilannya
berada di atas theme yang lain. Untuk mengubah urutan, tekan tombol kiri mouse di
atas theme, dan pindahkan ke lokasi yang baru.
Cobalah untuk mem-praktekkannya, dalam hal ini kita akan memindahkan layer
admin_depok_area_dd.shp di bagian paling atas.

Pilih Pointer

Klik kiri pada layer


admin_depok_area
_dd.shp, kemudian
tahan lalu geser
hingga berpindah
tempat ke atas, lalu
lepaskan

43

Setelah layer/theme admin_depok_area_dd.shp berada paling atas, maka


layer/theme belimbing_depok.shp, dan jalan_depok.shp hilang karena feature-nya
tertutup oleh feature poligon dari layer admin_depok_area_dd.shp.

5.2.4.

Penggunaan Tombol Pan dan Zoom

Gunakan tombol Pan

dan Zoom

untuk mengubah ukuran dan posisi

tampilan peta. Tombol Pan mengubah posisi peta tanpa perubahan ukuran, sedangkan
Zoom in atau Zoom out akan memperbesar atau memperkecil ukuran peta.

5.2.5. Menampilkan Informasi


Tampilkan karakteristik atau informasi-informasi dari peta dengan menggunakan
Information tool

, hasilnya adalah kotak dialog Identify Results seperti berikut.

Langkah untuk mengidentifikasi suatu feature adalah sebagai berikut :

44

- Klik Information tool

. Dalam hal ini, kita akan mencoba mengidentifikasi

poligon dari layer/theme admin_depok_area_dd.shp. Maka, aktifkan layer/theme


admin_depok_area_dd.shp.

Klik Information tool

Aktifkan serta ceklis untuk layer


admin_depok_area.shp

- Lokasikan kursor pada feature poligon yang ingin diidentifikasi, kemudian klik kiri
pada poligon tersebut.

Klik salah satu poligon


untuk mengidentifikasi
atributnya.

- Maka akan muncul informasi atribut dari poligon tersebut


Dapat dilihat pada tabel
tersebut, informasi area
tersebut adalah kelurahan
Abadijaya, berada di
kecamatan Sukmajaya
dengan luas area 269,989
Ha.

45

BAB 6. MANAMPILKAN INFORMASI DATA SPASIAL

6.1. MEMBUKA ARCVIEW


Dalam ulasan ini, berikut akan dibahas mengenai cara membuka Arcview
hingga menampilkan data shapefile.
Berikut cara membuka program ArcView :
1. Pilih Start, program, ESRI, kemudian pilih ArcView 3.3 atau
double klik pada ikon ArcView

pada Desktop.

2. Kemudian akan muncul kotak dialog Welcome to ArcView GIS

yang

memberikan pilihan pada kita yakni membuat project baru (Create a new
project) yang terdiri dari with a new project dan as a blank project atau
membuka project yang telah ada (Open an existing project).

Kotak Welcome to ArcView GIS untuk membuat project baru atau membuka
project yang telah ada

2.a. Create new Project sebagai view baru (with a new View)
Jika kita memilih Create new project sebagai with a new View kemudian pilih
OK pada kotak Welcome to ArcView GIS, maka selanjutnya view akan
meminta kita untuk menampilkan data/file (add data). Jika kita memilih Yes,
maka kita mencari (browse) data/file yang akan digunakan, sedangkan jika
memilih No, maka ArcView akan tampil sebagai kotak View1.

46

Kotak Add data yang memberikan pilihan untuk menampilkan data/file.

2.b. Create new Project sebagai blank project


Jika kita memilih Create a new project sebagai blank project kemudian pilih
OK pada kotak Welcome to ArcView GIS, maka ArcView akan muncul
sebagai project yang kosong.

2.c. Namun jika tidak muncul kotak dialog Welcome to ArcView GIS atau langsung
muncul Project Window seperti gambar di bawah ini maka ArcView siap
digunakan sebagai new project.

47

Kotak Project Window

3.

Membuka project yang telah ada


Jika kita mempunyai suatu project yang telah ada kemudian ingin
membukanya, maka terdapat 2 cara untuk melakukannya, yakni :

3.a. Pada Kotak Welcome to ArcView GIS pilih Open an exsisting project.
Kemudian akan muncul kotak Open Project langkah berikutnya adalah
mencari project (*.apr) yang diinginkan.
3.b. Jika ArcView telah terbuka atau berjalan, pastikan kotak ArcView Project
Window yang terbuka, bukan kotak View sehingga menu yang akan muncul
hanya terdiri dari 4, yakni File, Project, Window, dan Help. Kemudian pilih
File setelah itu pilih open project. Maka akan muncul kotak Open Project,
langkah berikutnya adalah mencari project (*.apr) yang diinginkan.

48

Kotak Open Project untuk membuka file project (*.apr).

6.2. MENCARI DAN MEMBUKA DATA SHAPEFILE


1. Buka ArcView, kemudian pilih Create a new project sebagai as a blank
project. Kemudian double klik View pada tabel of content, maka akan muncul
jendela View1.

Kotak View Window

49

2. Mencari data shapefile dalam ArcView yakni dengan cara klik add theme

kemudian akan muncul jendela Add theme.


1) Klik Add theme

3) Cari file
2) Pilih Feature
Data Source

3. Browse data shapefile yang diinginkan. Pada Pilihan Data Source Types, pilih
Feature Data Source, hal ini dimaksudkan untuk mencari file/data yang
berformat shapefile saja. Dalam contoh di atas, data shapefile yang digunakan
yakni wilayah penggunaan lahan Kota Depok (landuse_depok_dd.shp), dimana
pada gambar di atas, lokasi file tersebut tertera pada kolom Directory, yakni
e:\pelatihan sig\shapefile depok. Kemudian pilih OK.
4. Setelah itu akan muncul data penggunaan lahan Kota Depok di dalam view.

50

5. Theme dari penggunaan lahan pada gambar di atas tampil dalam single simbol,
artinya belum terklasifikasi menjadi jenis-jenis penggunaan lahan yang spesifik.
Oleh karena itu, layer/theme penggunaan lahan tersebut harus diubah kedalam
unique value untuk memunculkan klasifikasi/jenis penggunaan lahannya.
6. Sebelum itu, perlu diingat bahwa layer/shapefile harus memiliki data atribut
terlebih dahulu agar bisa diklasifikasikan. Data theme penggunaan lahan Kota
Depok (landuse_depok_dd.shp) yang digunakan telah diolah sedemikian rupa
sehingga mempunyai informasi jenis klasifikasi penggunaan lahannya dalam
data atribut yang terdapat di dalam theme tersebut.
7. Data atribut tersebut dapat dilihat pada tabel di theme tersebut, caranya adalah
aktifkan theme (landuse_depok_dd.shp) dengan cara meng-klik theme/layer
(landuse_depok_dd.shp), Kemudian jika sudah diaktifkan, maka pilih menu
Theme, kemudian pilih Table.

51

1) Aktifkan
Theme
2) Pilih menu Theme

3) Pilih
Table

Tabel dari theme landuse_depok_dd.shp yang berisikan data atribut dari theme
tersebut.

8. Maka, akan muncul tabel dari theme (landuse_depok_dd.shp). Tabel tersebut


berisikan data atribut dari theme tersebut seperti nama kecamatan, penggunaan
tanah, jenis penggunaan tanah, luas area, dll.

52

9. Cara untuk memunculkan klasifikasi jenis penggunaan lahan yakni aktifkan


theme (landuse_depok_dd.shp), kemudian pilih Theme pada menu, pilih Edit
Legend. Maka akan muncul kotak Legend Editor. Kemudian, pada Legend
Type, rubah single symbol menjadi unique value. Kemudian pada Values Field,
pilih jenis data atribut/field apa yang ingin dimunculkan. Values Field ini
berisikan field-field yang terdapat dalam tabel suatu theme/layer. Dalam hal ini,
karena ingin menampilkan penggunaan tanah, maka field yang dipilih adalah
landuse. Setelah itu, klik Apply.

1) Aktifkan
Theme
2) Pilih Menu
Theme

3) Pilih Edit
Legend

4) Ubah single symbol


menjadi unique value
5) Pilih field yang ingin diklasifikasikan
dan ditampilkan, misal Landuse

11. Sesuaikan warna poligon pada masing-masing klasifikasi, misalnya pemukiman


berwarna merah, kebun berwarna coklat, dll.

53

Cara untuk memberikan warna pada polgon yakni


double klik kotak warna pada kolom symbol pada salah
satu jenis klas/klasifikasi di dalam kotak Legend Editor.
Kemudian akan muncul kotak Fill Palette. Fill Palette
ini berguna untuk merubah karakteristik tampilan dari
suatu theme, semisal warna, jenis simbol, ukuran, dll.
Setelah itu, pilih paint brush di dalam menu Fill
Palette. Maka akan muncul kotak color palette dengan
beragam warna pilihan, kemudian sesuaikan warna
dengan poligon dengan klik pada kotak warna tersebut.
Lakukan untuk semua poligon. Setelah itu close kotak
Fill Palette.
Paint Brush
Kotak Color Palette

1) Double
klick

2). Pilih Paint


Brush

3) Pilih warna
yang sesuai

54

ArcView juga menyediakan fasilitas untuk memberikan jenis-jenis simbol baik


untuk jenis feature poligone, garis, maupun titik. Semua fasilitas tersebut terdapat
pada kotak fill Pallete tersebut.
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan peta adalah tampilan dari feature
harus menarik dan informatif. Terkadang terdapat hal-hal seperti keruwetan
poligon sehingga tampilan menjadi tak semenarik atau sulit dipahami, misalkan
contoh kasus pada gambar di bawah ini. Bandingkan gambar feature di bawah ini.

Perbandingan tampilan feature poligon

Pada gambar landuse di sebelah kiri terlihat warna hitam membuat tampilan
menjadi kurang informatif. Warna hitam menghalangi setiap warna dari poligon
jenis penggunaan lahan. Warna hitam tersebut bukanlah warna dari suatu jenis
klasifikasi, melainkan bingkai/garis terluar dari suatu feature poligon. Bandingkan
dengan gambar feature di kanan yang bingkai/garis dari feature-nya telah
dihilangkan. Tampilan di kanan lebih informatif dan menarik dibandingkan
tampilan feature di sebelah kiri.

Terdapat bingkai/garis luar

Bingkai/garis luar dihilangkan

Cara untuk menghilangkan bingkai/garis luar dari poligone yakni dalam kotak
Legend Editor, double klik simbol pada masing-masing klasifikasi. Kemudian
pada pilihan color, pilihlah Outline. Kemudian pilih no color/no line kemudian

55

poligon akan tampil tanpa garis luar/bingkai. Lakukan untuk semua jenis
klasifikasi poligon.

1). Double Klik

2). Rubah Foreground


menjadi Outline

3). Pilih No Color/No


Line

Langkah untuk menghilangkan garis luar/bingkai poligon.

Theme penggunaan lahan Kota Depok yang telah dihilangkan garis luar/bingkai
poligonnya.

56

6.3. SETTING VIEW PADA PETA


Setting ini perlu dilakukan terutama untuk memberikan skala pada peta. Peta yang
belum disetting, skala tidak akan muncul.

Skala tidak
muncul, karena
view belum
disetting

View yang belum disetting, sehingga skala tak muncul

Cara untuk menyetting view yakni :


1) Pilih menu View, kemudian pilih Properties, Maka akan muncul kotak View
Properties.
2) Kemudian berikan nama view pada kolom name. Berikan tanggal dan nama
pembuat jika diperlukan pada kolom Creation Date dan Creator.
3) Pada Map Unit, pilih decimal degrees (karena berkoordinat decimal degrees)
dan pada kolom distance units pilih kilometers.
4) Kemudian pilih OK.

Catatan : Perlu diperhatikan, dalam pemilihan Map unit harus disesuaikan dengan jenis
koordinat data theme/layer. Koordinat dapat dilihat pada sisi sebelah kanan pada kotak
button and tools.

57

Koordinat
Peta

Letak informasi koordinat theme/layer pada ArcView.

Pada Kotak View Properties, jika koordinat peta decimal degrees, maka
pada Map unit pilihlah decimal degrees, namun jika koordinat merupakan
proyeksi UTM, maka pilihlah meters.
Secara sederhana untuk membedakan antara koordinat decimal degrees
dengan UTM terlihat pada banyaknya digit angka. Koordinat decimal degrees
memiliki rentan nilai antara -90 sampai 90 untuk garis lintang dan -180
sampai 180 untuk garis bujur. Tanda min (-) dalam hal ini menunjukkan
lokasinya di belahan selatan untuk garis lintang dan belahan timur untuk garis
bujur.
Sedangkan angka pada koordinat UTM memiliki banyak digit angka.
Dapat terlihat pada gambar di bawah ini.

bujur

Koordinat decimal degrees

lintang

Koordinat UTM

Banyaknya digit angka yang berbeda antara angka pada koordinat decimal
degrees dan UTM.

58

Setelah disetting, view akan mempunyai nama, informasi tanggal pembuatan dan
nama pembuat serta mempunyai skala dan distance unit.

Pilih Menu View, kemudian


pilih Properties

Setelah memilih Properties pada menu View, maka akan muncul kotak View
Properties.

Tabel View Properties untuk setting View.

Terdapat
skala
Terdapat
nama
view

View yang telah disetting


59

6.4. SAVE PROJECT


Cara menyimpan project (*.apr), yakni
1

Klik file.

Pilih Save Project As,

Maka akan muncul kotak Save Project As.

Letakkan file pada folder yang diinginkan, kemudian beri nama file
tersebut, misalkan landuse_depok.

Kemudian pilih OK.

Maka, file apr (landuse_depok.apr) telah tersimpan, dan anda dapat


membukanya kembali jika diperlukan.

60

BAB 7. KOREKSI GEOMETRIK IMAGE

7.1. IMAGE
Image atau gambar dikenal dalam SIG sebagai data raster yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam pengolahan data spasial maupun proses up-dating sesuai dengan
keadaan di lapangan. Image (data raster) yang dikenal antara lain jenis data dengan
filetype JPEG,BMP,TIFF dan lain sebagainya, seperti contoh dibawah ini :

Contoh peta digital yang berformat JPEG hasil scaning.

Selain itu pada saat ini image yang sering digunakan oleh masyarakat dan mudah
untuk didapatkan adalah image dari Google Earth. Google Earth merupakan sebuah
program globe virtual yang sebenarnya disebut Earth Viewer dan dibuat oleh Keyhole,
Inc.http://www.skyscrapernews.com/googleearth.php).

61

Contoh tampilan dari Google Earth

Contoh image yang diambil dari Google Earth untuk lokasi Balai Kota Depok.
Diambil dari Citra Satelit Quickbird tanggal 4-11-2010.

62

Google Earth tidak beroperasi pada konfigurasi peranti keras lama. Konfigurasinya
sebagai berikut:

Pentium 3, 500 MHz

128 MB RAM

ruang kosong 400 MB

Kecepatan internet: 128 kb/detik

Kartu grafis 3D 16MB

Resolusi 1024x768, Warna 16-bit

Windows XP atau Windows 2000 (bukan Windows Me), Linux, Mac OS X


Image dari Google Earth ketika diunduh maka akan didapatkan data image

dengan type JPEG. Image tersebut belum memiliki koordinat geografis (sesuai dengan
posisi sebenarnya di bumi), sehingga belum dapat di-overlay dengan data spasial yang
ada, hal ini berlaku juga untuk peta hasil scan.
Untuk itu diperlukan proses geo-reference (koreksi geometrik) pada image
tersebut agar dapat digunakan dengan data spasial lainnya. Salah satu cara untuk
melakukan proses geo-reference tersebut menggunakan ekstension arcview yakni Image
Analyst.

7.2 EXTENSION IMAGE ANALYST


Extension Image Analyst memberikan kemudahan dan fungsionalitas bagi para
pengguna ArcView untuk pengolahan data gambar yang dapat menggabungkan gambar
ke dalam sistem koordinat peta dengan melakukan georeferensi citra terhadap data
shapefile, data citra yang telah terkoreksi, dan data acuan yang diketahui sebelumnya.
Image Analyst termasuk extension optional dan komersial yang berukuran
relatif besar dan proses instalasinya dilakukan dengan cara meng-eksekusi program
aplikasi SetUp.Exe yang tersedia. Hasil instalasi ini berupa

extension (yang

diimplementasikan dalam file-file *.DLL [disimpan di dalam sub direktori


....\BIN32\] dan *.AVX [disimpan di dalam sub direktori ....\EXT32\]).
Sementara itu, proses aktivasinya dilakukan dengan cara yang sama dengan
extension lainnya yakni menggunakan menu File Extensions, kemudian aktifkan
check box Image Analysis, dan tekan tombol OK.

63

Pilih File

Kemudian Pilih
Extensions

Ceklis Untuk
Image Analysis

Pilih OK

7.3 KOREKSI GEOMETRIK DENGAN IMAGE ANALYST


Koreksi Geometrik image sangat penting untuk mendapatkan akurasi koordinat
geografi yang tinggi, sehingga memungkinkan overlay antara image dan peta vektor
untuk keperluan analisa. Hal ini juga disebut sebagai koreksi geometrik. Kita akan
mempelajari cara merektifikasi citra dengan menggunakan Align tool. Langkah yang
harus dilakukan adalah :

64

1) Buka file image yang telah kita simpan dengan cara klik icon add theme

Jangan lupa untuk mengubah pilihan Data Source Types menjadi Image Analyst
Data Source.
Klik Add Theme

Pilih Image
Analysis Data
Source
2) Bukalah data image peta lahan pertanian depok.jpg, kemudian OK.

Buka file peta


lahan pertanian
depok.jpg
Pilih OK

3) Jika muncul perintah seperti di bawah ini, maka pilih saja NO.

Pilih No

65

4) Klik tombol Zoom to Full Extent

untuk menampilkan keseluruhan data.

Maka akan terlihat image yang akan dikoreksi geometrik.


Ceklis untuk
menampilkan data
Klik Zoom to Full
Extent

5) Kemudian zoom dengan menggunakan zoom in

untuk titik yang telah

diketahui koordinatnya.
Zoom in

Koordinat
yang telah
diketahui

66

6) Klik Align tool

. Kemudian lokasikan kursor di titik yang akan

dimasukkankoordinatnya
Klik Align tool

7) Kemudian klik kiri lalu tahan dilanjutkan klik kanan lalu tahan, hingga muncul
opsi pilihan, tahan lalu pilih Enter to coordinat, lalu lepaskan mouse.

67

8) Setelah itu muncul box To Point, masukkan koordinat yang telah diketahui
sebelumnya.

9) Penulisan koordinat harus dalam derajat-decimal. Artinya, jika koordinat


memiliki format derajat-menit-detik semisal 1064500 harus dirubah menjadi
106,750000.
10) Lakukan langkah tersebut diatas untuk titik kontrol lainnya.

68

11) Setelah rektifikasi titik kontrol (minimal 4 titik kontrol) selesai, periksa kembali
secara visual pada skala penampilan yang besar apakah sudah tepat lokasi. Jika
belum, tambahkan titik kontrol kelima dan seterusnya.
12) Untuk menyimpan hasil rektifikasi sebagai file baru, klik menu utama Theme,
kemudian pilih Save Image As . Akan muncul pertanyaan Do you wish to
save the control point links in a shape file? Klik Yes untuk menyimpan titik
kontrol ke dalam format shape file.

Simpan file titik


control ke dalam
folder yang
diinginkan

69

13) Lalu akan muncul pertanyaan.. Add shapefile as theme to the view? Maka pilih
Yes, untuk memunculkan titik control yang telah menjadi shapefile ke dalam
view.

14) Lalu selanjut akan muncul kotak Save Peta lahan pertanian depok.jpg As. Beri
nama lalu simpan pada folder yang diinginkan. Save image sebagai Tiff.
Kemudian pilih OK.

Simpan file titik


control ke
dalam folder
yang diinginkan

Pilih Tiff

15) Lalu akan muncul pertanyaan... Add new_lahan_pertanian_depok.tiff as a theme


to the view?Pilih Yes untuk menampilkan image dalam view

70

16) Image yang sudah disimpan tersebut telah selesai dikoreksi geometrik dan dapat
di-overlay dengan data spasial lainnya.

Tambahkan data
admin_depok_area_dd.shp
Untuk memastikan kebenaran
dari hasil koreksi geometrik
yang kita lakukan.

Jika antara layer shapefile


admin_depok_area_dd.ber
impitan dengan gambar area
administrasi depok, maka
hasil koreksi geometrik
adalah benar.

71

BAB 8. DIGITASI DI DALAM GOOGLE EARTH


Bersyukurlah kita dengan kehadiran Google Earth. Google earth tak hanya
sekedar digunakan untuk mencari lokasi atau memperlihatkan kenampakan visual suatu
wilayah dari langit semata, namun fitur-fitur di dalamnya mempermudah kita dalam
melakukan mapping dengan baik karena beberapa citra beresolusi tinggi terdapat di
dalam Google Earth. Selain itu, Google Earth mempunyai akses kepada softwaresoftware GIS lainnya. Beberapa ekstensi baru pun bermuncul untuk melakukan link dari
software GIS kepada Google earth sehingga mempermudah kita dalam melakukan
analisis spasial suatu wilayah dengan bantuan visualisasi gambar yang sangat detail dari
google earth.
Kali ini, kita akan belajar bagaimana melakukan mapping atau digitasi dari
Google Earth yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam software GIS. Langkah awal
yakni digitasi di dalam Google Eearth, kemudian hasil digitasi disimpan dalam bentuk
kml data (*kml/kmz). Kemudian dengan bantuan Global Mapper, kita akan
mengkonversi/mengekspor dari kml/kmz menjadi data shapefile untuk bisa ditampilkan
dan diolah dalam software GIS.
Karena Google Earth membutuhkan konesi internet, baik saat melakukan
instalasi maupun saat menjalankan program tersebut, maka anda harus memastikan PC
atau notebook anda telah terkoneksi internet. Untuk mengetahui cara menginstal Google
Earth, anda dapat melihat pada lampiran dalam modul ini.

72

8.1. MEMBUKA GOOGLE EARTH


Buka Google Earth, dengan cara klik Start All Program Google Earth lalu
klik ikon Google Earth

Tampilan pada saat


software Google earth mulai
dioperasikan

73

Berikut adalah pengenalan fungsi-fungsi dari feature yang terdapat dalam Dekstop
Software Google Earth

Penjelasan (sesuai nomor) antar muka Google Earth yang tampak seperti gambar
diatas bisa dilihat di bawah ini :
1.

Panel Cari Untuk mencari tempat dan arah serta mengelola hasil
pencarian.Google Earth EC dapat menampilkan tab tambahan di sini.

2.

Ikhtisar peta Untuk melihat perspektif tambahan di Earth.

3.

Sembunyikan/Tampilkan sidebar Untuk menyembunyikan atau


menampilkan sidebar (panel Cari, Tempat, dan Lapisan).

4.

Penanda tempat Untuk menambahkan penanda tempat lokasi.

5.

Poligon Untuk menambahkan poligon.

74

6.

Jalur Untuk menambahkan jalur (garis atau beberapa garis).

7.

Hamparan Gambar Untuk menambahkan hamparan gambar di Earth.

8.

Pengukur Untuk mengukur jarak atau luas area.

9.

Matahari Klik untuk menampilkan cahaya matahari di seluruh lanskap.

10.

Langit Untuk melihat bintang, konstelasi, galaksi, planet, dan bulan.

11.

Email Untuk mengirim tampilan atau gambar melalui email.

12.

Cetak Untuk mencetak tampilan Earth aktif.

13.

Tampilkan di Google Maps Untuk menayangkan tampilan aktif Google


Maps di peramban web.

14.

Kontrol navigasi Untuk memperbesar, melihat dan berkeliling (lihat di bawah


ini).

15.

Panel Lapisan Untuk menampilkan tempat menarik.

16.

Panel Tempat Untuk mencari, menyimpan, mengatur, dan mengunjungi ulang


penandaan tempat.

17.

Tambahkan Konten Klik untuk mengimpor konten yang menari dari Galeri
KML

18.

Penampil 3D Untuk melihat globe beserta datarannya di jendela ini.

19.

Panel status Untuk melihat koordinat, ketinggian, tanggal pencitraan dan


status streaming.

8.2. DIGITASI
Google earth sama seperti mesin pencari google, artinya kita bisa mencari lokasi
dengan mengetikan nama suatu daerah, tempat, negara, dll yang berhubungan dengan
lokasi. Caranya adalah ketikan nama suatu tempat pada kolom Terbang ke, lalu klik
icon bergambar kaca pembesar di sampingnya

Ketikan kata kunci lokasi untuk


menemukan wilayah yang anda ingin
t j

Klik
Secara otomatis, Google Earth akan membawa kita pada lokasi yang dituju.

75

Setelah menemukan wilayahnya, Klik kanan pada pilihan My Places dalam kotak
Places, pilih Add, kemudian Folder
(Catatan : pada contoh di atas, folder yang dibuat akan ditempatkan pada My
Places, anda bisa menempatkan folder tersebut di mana saja, semisal pada gambar di
atas terdapat Temporary Places, maka anda tinggal meng-klik kanan pada Temporary
Places tersebut kemudian melanjutkan langkah-langkah berikutnya).

Maka akan muncul jendela Google Earth New Folder


Beri nama folder misalkan : Poligon

76

Kemudian pilih OK

Setelah itu, folder akan


tersimpan di dalam folder
My Places.
Untuk melihatnya, anda
klik tanda segitiga yang
berada di ujung Folder My
Places

Klik tanda segitiga


di depan folder
My Places, untuk
membuka isi
folder tersebut

Maka akan muncul


folder Poligon di dalam
My Places
Ceklis saja dengan
meng-klik pada kotak
kecil di ujung kiri
Folder Poligon

77

Setelah folder Poligon terbuat, maka selanjutnya kita akan mendigit dan membuat
polygon dari citra quicbird Google earth
Pastikan bahwa folder Poligon
yang ter-klik (sehingga berwarna
biru)
Hal ini dimaksudkan karena feature
poligon yang akan kita masukkan
akan tersimpan di dalam folder
Poligon tersebu.
Jangan salah klik, perhatikan
folder-nya sebelum anda mendigit
feature.

Kemudian lanjutkan dengan digitasi on screen di aplikasi Google earth


Pilih Add Polygon pada icon menu bar

Maka akan muncul jendela Google Earth-New Poligon


Rubah namanya sesuai dengan objek yang anda digit, misalkan Industri, dan yang
paling penting adalah JANGAN MENGKLIK OK TERLEBIH DAHULU

78

Kemudian digitasi wilayah yang anda kehendaki


Setelah polygon terbentuk, maka anda bisa mengganti warna polygon anda dengan
memilih Style, Color. Line untuk memberi warna garis tepi pada polygon dan Area
untuk memberi warna polygon.

79

Setelah mengatur warna, maka anda bisa memilih OK pada jendela Google Earth New
Poligon.

80

Poligon Industri
pun muncul di
dalam folder
Poligon

Selanjutnya, tambah lagi polygon yang anda inginkan :


JANGAN LUPA, Sebelum mendigit, pastikan folder yang anda pilih, yakni folder
Poligon

Pilih Folder
Poligon

Ganti Nama :
Misal Permukiman

Digitasi
Poligon

Ganti
warna

Kemudian
pilih OK
81

Lanjutkan dengan digitasi permukiman-permukiman lainnya.


Catatan :
-

Penamaan untuk objek yang sama sebaiknya harus sama, karena nama tersebut
(industri, permukiman, lahan pertanian) akan menjadi keterangan atribut dalam
shapefile nanti

Kemudian, digitasi tidak bisa diputus, jika banyak kluster permukiman, anda
tidak bisa mendigitasi semua kluster permukiman yang terpisah-pisah tersebut
dalam satu poligon, melainkan anda harus mendigitasi satu-satu dari setiap
kluster permukiman menjadi masing-masing poligon. (Contoh pada gambar di
bawah ini terdapat 5 poligon (5 kluster permukiman)

Lanjutkan digitasi anda bila anda ingin mendigitasi seluruh area secara penuh.
Feature/grafik terdiri dari 3 macam, yakni poligon, garis dan titik. Setelah membuat
poligon, maka selanjutnya kita akan membuat feature garis yakni jalan. Langkahnya
hampir sama, yakni :
Membuat Folder baru di dalam folder My Places

82

Beri nama
Misalkan : Garis/Jalan
Klik kanan pada My Places, pilih
Add, kemudian Folder

Setelah itu OK

Muncul folder
Garis/Jalan
didalam folder
My Places

Kemudian, memulailah mendigit, yakni dengan cara mengklik/memilih folder


Garis/Jalan (hingga terblok biru)

83

Pilih Add Path

Maka akan muncul, kotak Google earth New Path, kemudian beri nama, misalkan jalan
raya. JANGAN PILIH OK TERLEBIH DAHULU, mulailah dengan mendigit

84

Beri warna kemudian atur lebar tampilan jalan yakni dengan mengatur Width
Setelah digitasi, pengaturan warna dan lebar tampilan path selesai, maka pilih OK pada
kotak kotak Google earth New Path.

85

Maka akan
muncul Jalan
Raya pada folder
Garis/Jalan

Lanjutkan dengan digitasi jalan lainnya, misalkan jalan lokal dll atau anda bisa mendigit
sungai atau batas objek lainnya.

86

Setelah itu, kita akan lanjutkan untuk membuat feature titik


Langkah yang sama dengan pembuatan poligon dan garis (jalan), yakni
Add folder pada folder My Places, beri nama misalkan titik
Setelah folder titik terbentuk, tambahkan titik dengan cara memilih

87

Pilih Folder Titik

Pilih Add Palcemark

Beri nama
Misalkan:
Titik 1

Letakkan titik
Sesuai lokasi yang
anda kehendaki

Pilih OK

Buatlah lebih banyak titik. Anda bisa menggunakannya misalkan untuk ploting
suatu lokasi fasilitas umum seperti rumah sakit, stasiun kereta api, kantor administrasi,
dll. Anda dapat melihat koordinat dari titik yang anda buat pada kolom lattitude dan
longitude, atau anda bisa meletakkan titik sesuai dengan koordinat yang anda inginkan,
yakni dengan cara memasukkan koordinatnya pada kolom lattitude-longitude tersebut.
Anda juga dapat mengganti tampilan titik dalam google earth dengan mengaturnya di
kotak Style and Color

88

8.3. KONVERSI HASIL DIGITASI GOOGLE EARTH MENJADI


SHAPEFILE

Maka, setelah itu anda pun memiliki 3 folder, yakni poligon, garis/jalan, dan titik.
Langkah selanjutnya adalah menyimpannya sebagai data.kml/kmz
Save masing-masing folder dengan cara :
Klik kanan pada masing-masing folder, pilih save place as, letakkan pada folder yang
anda inginkan, kemudian save sebagai kmz.

Kemudian kita akan mengkonversi data kmz tersebut menjadi data shp dengan bantuan
software Global Mapper. Buka software Global Mapper.

89

Open data file, kemudian buka ketiga file (polygon, garis/jalan, titik) yang berformat
kmz tersebut.

Buka saja ketiga dengan cara tekan shift, kemudian pilih ketiganya, kemudian pilih
Open

90

Maka hasil digitasi anda pun akan muncul


Langkah selanjutnya adalah mengkonversinya menjadi data shapefile, yakni
Pilih File, kemudian pilih Eksport Vektor Data, pilih Eksport Shapefile

91

Maka akan muncul Jendela Shapefile Export Options


Ceklis untuk kolom Export Areas, kemudian simpan dengan nama landuse, lalu
Ceklis untuk kolom Export Lines, kemudian simpan dengan nama jalan, lalu
Ceklis untuk kolom Export Points, kemudian simpan dengan nama titik
Kemudian pilih OK pada Koyak Shapefile Export Options

Maka, hasil digitasi dapat dibuka di dalam software ArcView.

Bukalah data tersebut


di arcview dengan cara
klik add theme
Lalu klasifikasikan
warnanya (untuk
landuse.shp) sesuai
layer atributnya.

92

BAB 9. PENGOLAHAN TABEL


Pada proses pengolahan tabel diperlukan untuk melakukan input data yang bersifat
tabular. Untuk menampilkan atribut tabel pada arc view adalah terdapat dua macam
yaitu :

9.1 BEKERJA DENGAN TABEL


Layer theme memiliki atribut tabular yang dapat diisi oleh data maupun
dilakukan revisi terhadap data. Caranya yaitu :
1) Pada saat membuka tampilan view, panggil theme yang akan diisi/direvisi data
tabular.
2) Klik theme yang akan kita olah, kemudian klik tombol Open Theme Table
. Jika theme belum aktif maka klik tabel > Start Editing. Hasilnya akan
muncul seperti gambar di bawah ini :

3) Untuk mengisi informasi pada kolom kolom di tabel, klik tombol

agar

dapat menuliskan data sesuai dengan kebutuhan yang akan diolah. Selanjutnya
apabila ingin menambahkan baris data yang sama adalah klik Edit > Add record:

93

4) Berikutnya untuk menambahkan kolom data yang baru sesuai dengan kebutuhan
data, maka yang dilakukan adalah Edit > Add field :

Pada proses add field terdapat kotak dialog yang perlu diisi, yaitu sebagai berikut

terdiri atas: jenis tipe data (Nomor, Huruf & campuran)

9.2 JOINT TABLE


Tahap ini digunakan apabila diperlukan penggabungan data atribut dari file lain
seperti data excel. Joint atribut dapat menggabungkan atribut data dari shpaefile
(shp) dengan data excel dengan format dbf (database file). Joint atribut diperlukan
apabila kita hendak menggabungkan data tambahan kedalam data atribut yang telah
dimiliki. Syarat utama yang diperlukan dalam joint atribut adalah adanya kolom

94

tautan yang dapat menghubungkan antara data atribut yang dimiliki dengan data
tambahan yang akan dimasukkan.

Tahapan yang diperlukan adalah sebagai berikut :


1) Buka tabel data shapefile yang akan digabungkan datanya
2) Klik tombol tabel

, untuk melihat databasenya

3) Panggil data tambahan yang akan digabungkan (dalam bentuk dbf). Untuk dapat
memanggil data tersebut, harus ketampilan depan ArcView. Kemudian pilih
kolom tables, dan klik add

4) Setelah mengklik tombol Add maka akan muncul tabel seperti ini

95

5) Pilih file yang akan ditambahkan kedalam data shapefile, kemudian klik ok.
Maka akan muncul data tabel seperti dibawah ini

6) Bila data tabelnya telah terbuka, klik tombol window kemudian tombol tile

96

7) Akan terlihat dua tabel data yang akan kita gabungkan yakni data shapefile dan
data dbf (data tambahan)

8) Agar dapat terjadi proses joint atribut, maka kita harus memilih kolom tautan
yang terdapat di dua data.
9) Pilih window (jendela) yang akan menjadi tempat proses penggabungan
10) Klik tombol

untuk melakukan proses penggabungan data (joint atribut)

11) Setelah tergabung data tambahan kedalam data tabel shapefile, maka shapefile
tersebut harus di simpan kedalam komputer dengan nama lain (dengan cara
convert to shapefile)

97

BAB 10. QUERY DATABASE


Pada tampilan Arcview selain melihat peta, untuk kepentingan tertentu
dibutuhkan informasi mengenai data-data apa saja yang tercakup dalam peta tersebut.
Untuk mengetahui secara spesifik suatu informasi, anda dapat melakukan Query
misalnya untuk mengetahui lokasi dan informasi (atribut) dari suatu Feature. Beberapa
hal yang berhubungan dengan Query sebuah feature yang dapat di gunakan untuk
menjawab beberapa keingintahuan anda, antara lain :
1. Dimana ?
2. Dimana lokasi yang terdekat ?
3. Informasi apa yang terkandung di dalamnya ?
4. Apa yang BERSINGGUNGAN dengan feature tersebut ?

Untuk kepentingan tersebut, ArcView menyediakan beberapa tools untuk menjawab


pertanyaanpertanyaan tersebut di atas, misalnya:
, untuk mengidentifikasi dan mendapatkan informasi mengenai feature
, untuk melakukan query feature pada ArcMap melalui attribute-nya
, untuk melakukan pemilihan feature-feature secara interaktif

98

Selain tool-tool diatas, Arcview juga menyediakan PULL-DOWN menu untuk query
spasial yakni Select by Theme yang terdapat di menu Theme, seperti tertera berikut
ini:

Dalam latihan ini kita akan mempelajari teknik query dengan aplikasi ArcMap.

10.1. START ARCVIEW DAN BUKA PETA EXISTING


Pertama-tama jalankan aplikasi ArcView.

Start ArcView, dengan cara pilih Start All Program ESRI ArcView GIS
3.3

99

Buka Tampilan View Baru, kemudian pilih

Add theme untuk memanggil data

admin_kecamatan_depok.

Lalu pilih OK.

Lalu Ceklis layer/shapefile admin_kecamatan_depok.shp dan


belimbing_depok_dd.shp yang terdapat di Table of Content, untuk menampilkan
layer tersebut.

Klik kiri untuk


men-ceklis
layer/shapefile

100

Maka di tampilan View, akan muncul data administrasi kecamatan di Kota Depok
(Admin_kecamatan_depok.shp) dan ploting lokasi kebun belimbing
(Belimbing_depok_dd.shp).

10.2. Mencari Objek


Kita akan menggunakan tool Find untuk mencari lokasi dari sebuah objek
menggunakan data atribut (by attribute). Sebagai pengingat bahwa setiap layer,
memiliki informasi atribut, seperti contoh di bawah ini.
Aktifkan layer
Admin_kecamatan_depok.shp

Lalu klik Open Theme Table


, untuk membuka data
atribut dari layer/shapefile
Admin_kecamatan_depok.shp

101

Maka akan muncul kotak Atribute


of Admin_kecamatan_depok.shp,
Pilih Kecamatan menggunakan
select

kemudian gunakan select


untuk memilih kecamatan, yang
ingin diketahui lokasinya,
misalkan pilih kecamatan
Bojongsari, maka klik bojongsari
pada kotak Atribute of
Admin_kecamatan_depok.shp,
hingga ter-blog berwarna kuning
di tabel tersebut. Dan secara

Maka, kecamatan
Bojongsari pun secara
otomatis ter-select
berwarna kuning

otomatis, di tampilan View, region


dari kecamatan Bojongsari pun
akan terblog berwarna kuning

]
Hilangkan select (berwarna kuning) dengan meng-klik clear selected features

Selain itu, kita bisa juga menggunakan Query Builder

untuk mencari objek

berdasarkan atributnya.

Adapun langkahnya adalah sebagai berikut :

102

Pilih Query Builder

hingga muncul kotak Admin_kecamatan_depok.shp seperti

gambar di bawah ini.

Pada kolom Field, Double Klik [Kecamatan] hingga muncul di bawah kolom pada
tabel tersebut, seperti gambar di bawah ini.
Double Klik
Kecamatan

Hingga muncul
nama Kecamatan

Lanjutkan dengan mengklik tanda samadengan ( = )

Kemudian pada kolom Value, Double klik kecamatan yang diinginkan. Misalkan
Pilih Bojongsari, sehingga kolom di bawah berisi format seperti gambar berikut
ini.

103

Klik sama dengan


(=)
Double Klik
Kecamtan yang
dituju, misalkan
pilih Bojongsari

Formula

Setelah itu, pilih NewSet, lalu close tabel tersebut.

Maka area dari Kecamatan Bojongsari akan berwarna kuning di tampilan View.

Hilangkan select (berwarna kuning) dengan meng-klik clear selected features

104

10.3. Membuat Query Spasial


Dalam tahap ini kita akan melakukan query spasial untuk mencari objek yang
terdapat di suatu wilayah tertentu. Dalam kasus ini, kita akan mencoba mencari di
kecamatan mana sajakah yang terdapat kebun-kebun belimbing. Maka kita akan
mengkombinasikan antara layer/shapefile belimbing_depok_dd.shp sebagai objeknya,
dan admin_kecamatan_depok.shp sebagai referensi lokasi areanya. Berikut adalah
langkah-langkahnya

Select layer admin_kecamatan_depok.shp. Pilih menu Theme, kemudian pilih


Select by Theme.

Maka akan muncul kotak Select By Theme. Pada kolom Select features of active
themes that sebagai intersect. Dan pada kolom the selected features of sebagai
Belimbing_depok_dd.shp.Kemudian Pilih New Set.

Maka dalam tampilan view, area kecamatan-kecamatan yang terdapat kebun


belimbing akan ter-select menjadi berwarna kuning.
105

Bukalah tabel dari admin_kecamatan_depok.shp, maka akan terlihat namanama kecamatan yang ter-select.

10.4. Menyimpan layer data.


Kita dapat meng export suatu layer hasil analisis kita ke dalam geodatabase atau
menjadi data shapefile baru. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

106

Setelah area yang telah kita analisis ter-blok (selected) hingga berwarna kuning,
maka lanjutkan dengan memilih Theme pada menu bar, kemudian pilih Convert
to Shapefile.

(*pastikan mengaktifkan theme yang ingin di-export, dalam contoh ini adalah
admin_kecamatan_depok.shp bukan Belimbing_depok_dd.shp. Dan pastikan area
masih tetap berwarna kuning (selected) untuk menandakan bahwa hanya area
tersebutlah yang ingin di export atau disimpan sebagai shapefile baru.)

Maka akan muncul kotak convert Admin_kecamatan_depok.shp. Simpan file


tersebut di folder yang diinginkan lalu pilih OK.

Setelah itu, akan muncul Pertanyaan Add shapefile as theme to the view, pilih
Yes.

107

Maka akan muncul theme baru dengan area hasil query yang telah dilakukan
sebelumnya.

108

BAB 11. MELAYOUT PETA


Sebuah layout berlaku sebagai kanvas pada pelukis, dimana hal ini
memungkinkan anda untuk merancang bagaimana menempatkan komponen dari
peta, mengaturnya sesuai dengan desain yang Anda inginkan. Hal ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan template yang ada atau
dengan melakukan desain sesuai dengan keinginan Anda sendiri.
Desain layout yang dibuat sendiri itu pun, bisa Anda simpan sebagai
template layout tersendiri, dengan nama template yang bisa Anda tentukan sendiri.
Template layout ini selanjutnya bisa Anda gunakan untuk membuat peta tematik
lainnya. Untuk menjadi catatan, template layout yang Anda desain sendiri tersebut
hanya disimpan pada project (*.apr)
Terdapat dua cara menghasilkan

dimana template layout tersebut dibuat.

layout peta pada ArcView. Pertama, Anda bisa

menghasilkan layout dari dokumen View. Anda akan mendapatkan sebuah layout
yang secara default sudah terdapat Judul Peta (sesuai dengan nama dokumen View
nya),

Arah Utara,

Skala Batang dan tentu saja tampilan peta pada dokumen

View nya lengkap dengan Legendanya. Kedua , Anda menghasilkan layout peta dari
dokumen layout pada menu project. Dengan cara ini Anda akan memperoleh blank
layout. Anda bisa menggunakan template layout yang ArcView sediakan untuk
memulai atau Anda melayout sesusai dengan desain layout Anda sendiri.

11.1. MEMBUKA PROJECT YANG TELAH SIAP UNTUK DILAYOUT.


Pada Bab 6, kita telah belajar cara menampilkan peta yakni peta penggunaan tanah
Kota Depok dengan memunculkan informasi klasifikasi penggunaan tanahnya. Selain
itu, kita sudah belajar bagaimana cara menyimpan project, dimana peta penggunaan
tanah Kota Depok, telah kita simpan project-nya dengan nama file landuse_depok.apr.
Pada sesi ini, kita akan belajar memanggil project yang telah kita simpan dan melayout
peta. Oleh karena itu, langkah awal adalah memanggil project yang telah kita buat
sebelumnya.

109

Bukalah software Arcview, kemudian saat muncul tampilan seperti di bawah ini,
pilihlah Open an existing projectu untuk membuka project yang telah kita buat.

Bukalah file projet (*.apr) landuse_depok.apr, lalu pilih OK.

Maka, project akan muncul sesuai kondisi terakhir saat kita menyimpan project
tersebut.

110

11.2. SETTING LAYOUT PETA


Membuka layout terdapat 2 cara, yakni:
Membuka Layout dari pulldown menu view :
1. Klik pulldown menu View.
2. Klik sub menu Layout.

1). Klik View

2). Pilih
Layout

Membuka Layout dari dokumen Layout pada menu project.


1. Dari menu project, pilih dokumen Layout.
2. Klik button New.

111

1). Pilih
Layout

2). Pilih
New

Dalam hal ini, layout yang digunakan yakni jenis layout yang didesain sendiri,
sehingga layout dibuka dari dokumen layout seperti langkah-langkah yang tertera
pada gambar di atas.

112

Langkah-langkah dalam membuat layout :


a. Memberi nama layout & un-check snap to grid.
-

Dari pulldown menu Layout, pilih Properties.

Maka akan muncul jendela Layout Properties.

Beri nama Layout, misal Penggunaan Lahan Kota Depok.

Un-chek snap to grid.

Klik OK.
3). Beri nama layout pada
kolom Name di dalam
kotak Layout Properties

1). Pilih menu


Layout

2). Pilih
Properties

4). Un-Check Snap


to Grid

5) Klik OK
Langk

b. Mengatur Page Setup


-

Dari pulldown menu Layout, pilih Page Setup.

Maka akan muncul jendela Page Setup.

Tentukan ukuran kertas layout.

Tentukan orientasi kertas layout.

Tentukan batas margin kertas layout.

Klik Ok.

Catatan : Pada saat menentukan batas margin, perhatikan satuan units kertas
yang sesuai. Lebih baik tentukan satuan units-nya dalam centimeter.

113

1). Pilih menu


Layout
2). Pilih page
setup

c. Menampilkan View Frame


.

Dari button tools, pilih button view frame

Pada blank layout yang tersedia, klik dan drag sesuai tampilan peta yang
diinginkan.

Maka akan muncul jendela View Frame Properties.

Pilih peta yang akan di layout.

Tentukan pilihan peta (sebaiknya pilih User Specifield Scale).

Tentukan perbandingan skala yang sesuai, misalkan isikan 1 : 125,000

Klik OK.

Klik kiri, lalu tahan


hingga muncul
beberapa pilihan

Klik view frame

114

Klik kiri pada mouse di sini dan tahan

Drag menyilang

Lepas klik di sini

1) Pilih view yang akan


di layout. Misal
Penggunaan Lahan
Kota Depok

2) Pada kolom
Scale, pilih
User
Specifield
Scale

3) Atur skala,
misalkan
1:125.000

4) Klik OK

115

d. Setup Graticule & Measure Grid


-

Memunculkan Ekstension Graticule and Measure Grids

yakni

dengan cara pilih menu file, pilih ekstension, maka akan muncul kotak
Extension.
-

Check list Graticule and Measure Grid, kemudian pilih OK.

116

Dari button menu pilih button Graticule and Measure Grids

untuk

mengaktifkan, maka jendela Graticule And Measure Grids Wizard akan


terbuka.
-

Tentukan View Frame yang akan di buat gridnya, dalam hal ini viewnya
adalah Penggunaan Lahan Kota Depok.

Chek list Create a graticule.

Klik Next.

Tentukan pilihan untuk jenis gridnya, misalkan pilih atau check list
Labels only.

Kemudian tentukan nilai interval grid. Karena koordinat menggunakan


sistem decimal degrees, maka kita harus menetukan besar interval dari
setiap gridnya. Misalkan kita membuat interval setiap 5 menit, maka
isikan :

kolom Degrees baik di latitude (kiri) dan longitude (kanan)


dengan angka 0;

Kemudian kolom Minutes dengan angka 5, dan

untuk kolom Seconds dengan angka 0

Atau isi seperti apa yang terdapat pada gambar di bawah ini.

117

Tentukan pilihan grid layout, bingkai atau tanpa bingkai.

Klik Preview kemudian finish.

118

Langkah selanjutnya adalah mengedit tulisan angka koordinat. Dapat


terlihat bahwa koordinat yang dihasilkan secara otomatis tersebut tidak
memberi keterangan mengenai informasi bujur dan lintangnya sehingga peta
menjadi kurang informatif. Seharusnya terdapat informasi lintang dan bujur
pada angka-angka koordinat dalam suatu peta, semisal 107
00 BT (Bujur
Timur), 0630 LS (Lintang Selatan), dll.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengeditan terhadap tulisan koordinat
tersebut dengan menggunakan cara Ungroup.
Langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Klik kiri bingkai koordinat hingga bingkai koordinat terblok (muncul 8
titik di pinggir-pinggir kotak/bingkai koordinat) sehingga ikon Ungroup
muncul/hidup pada kotak ikon menu.

119

Tedapat titik-titik di sisisisi bingkai/kotak


koordinat yang
menandakan bahwa
bingkai/kotak koordinat
tersebut telah terblok

Kotak Ungroup
muncul
setelah
bingkai/kotak
koordinat terblok

2. Kemudian pilih Ungroup

dengan klik kiri sebanyak 2 kali pada

ikon menu bar. Setelah itu bingkai/kotak koordinat akan terpisah-pisah


komponennya (un-group) dengan tampilan dimana semua komponennya
terblok. Klik kiri di luar peta untuk menghilangkan blok di semua
komponen tersebut hingga tak ada lagi komponen yang ter-blok.
3. Setelah itu, blok angka dalam kotak koordinat yang akan kita edit hingga
muncul titik-titik di setiap sisi-sisinya.
4. Pilih Graphics pada menu, kemudian pilih Properties hingga muncul
kotak Text Properties.
5. Edit tulisan pada kolom di dalam kotak Text Properties.
6. Setelah itu, pilih OK

120

Semua komponen terblok setelah dilakukan proses Ungroup.

Blok pada angka koordinat dengan cara mengklik kiri pada angka tersebut
sehingga terdapat titik-titik pada sisi-sisinya.\

121

1. Blok angka koordinat yang


akan diedit
2. Pilih Graphics
pada menu,
kemudian pilih
Properties
hingga muncul
kotak Text
Properties

3. Edit tulisan dengan menuliskannya


dalam kolom kotak Text Properties
tersebut.
Dalam Hal ini Tambahkan informasi
lintang maupun bujur
Contoh disamping :
Tambahkan tulisab BT pada angka
koordinat, sehingga menjadi:
0655 BT (Bujur Timur).
4. Klik OK jika telah selesai

122

Kemudian lakukan hal serupa untuk semua angka koordinat (edit angka
koordinat).

Tampilan koordinat peta yang lebih informatif setelah dilakukan pengeditan


angka koordinat.

e. Memberi judul peta


-

Dari button tools, pilih button text

. Klik dimana teks akan

dituliskan.
-

Maka akan muncul jendela Text Properties. Tuliskan judul peta pada box
yang tersedia.

Jika diperlukan, Alignment (rataan), spasi dan sudut rotasi judul peta
dapat diatur.

Letakan judul peta pada tempat yang sesuai, yakni dengan cara klik kiri
pada judul peta hingga judul peta terblog dan kursor berubah menjadi

123

berbetuk mata angin (

), kemudian drag judul peta ke tempat yang

yang ditentukan, misalnya di tengah peta.


-

Ukuran, warna, jenis, serta style text dari judul peta dapat dirubah bila
diperlukan. Caranya yakni klik kiri judul peta, kemudian pilih window
pada menu, kemudian pilih Show Symbol Window. Maka akan muncul
kotak Font Palette. Sesuaikan jenis, style, serta ukuran text pada judul
peta pada kotak Font Palette.

Klik OK.

Klik kirilalu tahan

Pilih button text

124

Ketik Judul Peta

Atur Alignment

Atur spasi dan


sudut rotasi judul
peta jika
diperlukan

Klik

Klik kiri pada judul

Klik Kiri pada


judul hingga
kursor berubah
bentuk, kemudian
drag judul ke
tempat yang
disesuaikan

125

Merubah ukuran
text pada judul
peta, pilih
window pada
men bar,
kemudian pilih
Show Symbol
Window

Jendela Font Palette memberikan


pilihan karakteristik dari text. User dapat
mengubah jenis text, ukuran text, serta
style. Selain itu, warna text dapat
dirubah yakni dengan menggunakan
pilihan color palette.

126

f. Mengeluarkan frame arah utara dan skala


-

Dari button tools pilih button North Arrow

. Klik & drag dimana

arah utara akan ditempatkan.


-

Maka akan muncul jendela North Arrow Manager. Pilihlah salah satu
yang tersedia.

Sudut rotasi arah utara dapat diatur jika diperlukan.

Klik OK.

127

Klik kiri
Pilih north arrow

Tentukan
lokasi tempat
meletakkan
simbol mata
angin ini,
kemudian
drag kursor
pada lokasi
tersebut.

128

Pada kotak North Arrow


Manager, pilih salah satu jenis
simbol mata angin, kemudian
pilih OK.

129

g. Mengeluarkan skala peta


-

Dari button tools pilih button skala bar frame

. Klik & drag dimana

skala akan ditempatkan.


-

Maka akan muncul jendela Scale Bar Properties. Tentukan View Frame
yang akan di layout ( Penggunaan Lahan Kota depok).

Style skala, unit satuan skala dan interval dapat diatur jika diperlukan.

Klik OK.

Klik kiri

Pilih skala bar frame

Tentukan lokasi untuk


penempatan skala,
kemudian drag kursor di
tempat tersebut

130

Setelah muncul kotak


Scale Bar Properties,
pilih View Frame yang
digunakan, misal pada
View Penggunaan
Lahan Kota Depok

Atur style, unit, interval,


left devisions skala

Klik OK jika telah


selesai

Tampilan peta yang telah diberi skala (skala batang)

131

h. Mengeluarkan legenda peta


-

Dari button tools pilih button Legend Frame

Klik & drag dimana

legenda akan ditempatkan.


-

Maka akan muncul jendela Legend Frame Properties. Tentukan View


Frame yang akan dibuat legendanya.

Klik OK .

Atur legenda yang diperlukan seperti membuat judul Legenda.

Klik kiri-tahan
Pilih button Legend
Frame

Tentukan lokasi
untuk penempatan
legenda, kemudian
drag kursor di
tempat tersebut

132

Setelah muncul kotak


Legend Frame
Properties, Pilih View
Frame yang digunakan,
misal pada View Peng
Lahan Kota Bekasi

Klik OK

Setelah muncul
legenda peta,
simplify legenda
untuk mengatur dan
membuat judul
legenda.

Langkah berikutnya adalah simplify legenda, hal ini bertujuan untuk


memisahkan komponen (un-group) sehingga kita dapat mengatur dan mengedit
legenda.
Dalam hal ini, nama theme (Landuse_depok_dd.shp) ikut serta muncul bersama
legenda peta. Oleh karena itu, nama theme/layer tersebut harus dihilangkan atau
diganti dengan judul legenda/keterangan.

133

Caranya adalah klik legenda peta hingga terblok (muncul 4 titik di sudut-sudut
legenda).
-

Pilih Graphics pada menu, kemudian pilih Simplify. Maka, legenda


akan terpecah dan dapat diedit untuk setiap komponen dalam legenda.

Kemudian klik kiri di luar legenda untuk menghilangkan blok

Kemudian pilih komponen yang akan diedit atau dirubah (misal, nama
theme/layer legenda Landuse_depok_dd.shp) dengan cara klik hingga
terblok.

Pilih Graphics pada menu, kemudian pilih Properties hingga muncul


kotak Text Properties.

Setelah itu rubah text-nya pada kotak Text Properties, misalkan merubah
tulisan dari Landuse_depok_dd.shp menjadi Keterangan.

Kemudian klik OK.


1). Blok legenda
dengan cara klik
kiri pada legenda
hingga muncul 4
titik di sudut
legenda

2). Pilih Graphics


pada menu
3). Pilih Simplify

134

Maka komponen
dari legenda akan
terpisah (un-group)

1). Blok text pada


legenda yang
ingin diedit,

2). Pilih Graphics


pada menu,
kemudian pilih
Properties
hingga muncul
kotak Text
Properties

3). Ubah nama pada


kolom text. Misal
ganti menjadi
Keterangan

4). Setelah itu klik


OK

Setelah text berubah, atur posisi letaknya. Kemudian atur style tulisan
atau ukuran textnya dengan menggunakan Show Symbol Window pada menu
Graphic.

135

Langkah berikutnya adalah memberi ornamen garis, seperti garis bingkai


pada peta dengan menggunakan draw rectangle. Caranya yakni pilih button
draw rectangle

pada menu. Kemudian buat garis dengan cara drag kursor

sehingga garis akan terbentuk.

Klik kiri

Pilih button draw


rectangle

136

II.5. Ekspor Peta


File peta dapat diekspor ke dalam beberapa ekstensi atau format. Salah
satunya adalah format gambar (*.JPEG). Caranya yakni :
1. Klik pulldown File kemudian pilih sub menu Export.
2. Tentukan tipe file eksport yang diinginkan, misal pilih JPEG.
3. Untuk mengatur tingkat resolusi gambar yang akan dieksport klik
Option.
4. Kemudian tentukan resolusi (DPI) yang diinginkan.
5. Klik OK.
6. Beri nama file hasil eksport.
7. Kemudian simpan dalam folder yang diingikan.
8. klik OK.

137

1) Pilih File pada


menu

2) klik Export

3) Ganti type/format
dari file yang
akan disimpan,
misal pilih JPEG

138

4) Beri nama
pada file

5) Atur resolusi
dengan cara
klik Option
hingga
muncul kotak
JPEG
Option,
setelah itu
OK

6) Setelah itu
klik OK pada
kotak Export

Langkah terakhir adalah, simpan project dengan cara pilih File, kemudian
Save Project

139

BAB 12. WEBGIS


WebGIS (Web Geographic Information System) adalah sebuah sarana/alat untuk
melihat informasi mengenai keadaan geografi suatu wilayah (peta) oleh banyak orang
melalui teknologi internet. Banyak aplikasi yang dapat diterapkan dalam WebGIS
terutama aplikasi dalam bidang industri, ekonomi, bisnis, perkotaan hingga mengenai
sistem informasi mitigasi bencana alam dan lain sebagainya. Hingga saat ini
penggunaan WebGIS terus meningkat seiring meningkatnya perkembangan teknologi
sistem informasi.

Banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat sebuah Web berbasis
GIS, mulai dari yang gratis hingga yang harus berbayar. Contoh aplikasi gratis yang
dapat membantu kita untuk membuat WebGIS adalah mapserver, ms4w (mapserver
untuk windows), alov map, cartoweb, open layers dan lain sebagainya. Sedangkan
software berbayar seperti ArcGIS server dan lain-lain. Namun dalam modul ini yang
akan dibahas terutama mengenai aplikasi ms4w dan open layers dalam Sistem Informasi
Pertanian Kota Depok.

Untuk membuat sebuah sistem informasi berbasis WebGIS diperlukan beberapa


keahlian khusus agar lebih mudah memahami cara pembuatannya, seperti pengetahuan
mengenai bahasa pemograman, javascript, PHP hingga pengetahuan mengenai konsep
Ilmu geografi itu sendiri seperti pengetahuan mengenai skala, legenda, proyeksi, inset
peta, simbol-simbol geografi hingga mengenai pewarnaannya. Oleh karena itu, dalam
modul ini akan lebih difokuskan bagaimana caranya melakukan pemeliharaan seperti
updating data dan penambahan data-data spasial lainnya sehingga WebGIS yang
dimiliki akan selalu update. Sedangkan mengenai bagaimana cara pembuatan dari
WebGIS itu sendiri tidak disinggung kecuali hanya seperlunya saja.

140

BAB 13. KONSEP WEBGIS


Seperti yang telah dibahas di atas bahwa untuk memahami mengenai WebGIS
dibutuhkan beberapa keahlian khusus. Namun tidak semua diantara kita yang sudah
mempelajarinya, oleh karena itu berikut ini akan dijelaskan secara sederhana mengenai
konsep dari WebGIS itu sendiri.
Seperti yang diketahui bahwa GIS (Geographic Information System)
merupakan sistem yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara
spasial atau koordinat-koordinat geografi. GIS memiliki kemampuan untuk melakukan
pengolahan data dan melakukan operasi-operasi tertentu dengan menampilkan dan
menganalisa data. Aplikasi GIS saat ini tumbuh tidak hanya secara jumlah aplikasi
namun juga bertambah dari jenis keragaman applikasinya, salah satunya adalah
WebGIS. Hal ini disebabkan karena pengembangan aplikasi di lingkungan jaringan
telah menunjukan potensi yang besar dalam kaitannya dengan geo informasi. Sebagai
contoh adalah adanya peta online sebuah kota dimana pengguna dapat dengan mudah
mencari lokasi yang diinginkan secara online melalui jaringan intranet/internet tanpa
mengenal batas geografi penggunanya.

Konsep Sederhana WebGIS

Gambar diatas menunjukan konsep sederhana sebuah sistem WebGIS. Applikasi


berada disisi client yang berkomunikasi dengan Server sebagai penyedia data melalui
web Protokol seperti HTTP (Hyper Text Transfer Protocol). Applikasi seperti ini bisa
dikembangkan dengan web browser (Mozzila Firefox, Opera, Internet Explorer, dll).

141

13.1 UPDATE SISTEM INFORMASI PERTANIAN KOTA DEPOK


BERBASIS WEBGIS
Salah satu tujuan dari pembuatan modul ini agar pihak/orang-orang dari Dinas
Pertanian dan Perikanan Kota Depok dapat melakukan pengupdatetan data-data terbaru
maupun penambahan peta-peta baru yang nantinya akan dapat dimasukkan ke dalam
sistem informasi yang telah dibuat. Oleh karena itu, modul ini dibuat hanya untuk
menunjukkan bagaimana caranya hal tersebut dapat dilakukan tanpa harus memiliki
pengetahuan khusus seperti yang telah disinggung pada pembahasan sebelumnya.

13.2.TEKNIS

PENGUPDATETAN

SISTEM

INFORMASI

PERTANIAN KOTA DEPOK BERBASIS WEBGIS


Untuk melakukan pengupdatean maupun penambahan peta-peta atau data-data
terbaru pada sistem informasi yang telah ada ini tentu kita membutuhkan beberapa
aplikasi diantaranya adalah:
Paket ms4w, versi yang terbaru lebih baik.
Aplikasi Shp2kml
Notepad ++
Software untuk mengekstrak file ZIP (seperti: winRAR atau 7-Zip)
Web Browser (Seperti: Mozilla firefox, Internet Explorer, Google Chrome, dan
lain-lain)

Untuk software pengekstrak file ZIP (dalam modul ini winRAR) dan Web
Browser (Mozilla firefox) merupakan software yang umum sehingga kemungkinan
besar para peserta pelatihan telah mengerti bahkan mungkin di dalam PC/laptop
masing-masing telah terinstall software tersebut. Oleh karena itu, dalam modul ini tidak
ditunjukkan caranya dengan asumsi para peserta telah mengetahui software tersebut.

142

13.3. INSTALASI PAKET MS4W 3.0.3


Pada sistem operasi Windows XP:
Download-lah

paket

software

MS4W

(gratis)

di

situs

http://www.maptools.org/ms4w/index.phtml?page=downloads.html

Setelah di-download, ekstraklah paket tersebut dengan cara klik kanan lalu klik extract
files... seperti gambar dibawah:
Klik
Pilih extract

143

Kemudian akan muncul jendela Extraction path and options pilihlah local harddisk
C:\ agar kolom pada destination path berubah menjadi C:\ setelah itu klik OK

Jika proses ekstraksi selesai maka akan muncul folder MS4W pada local harddisk C:\,
lalu klik folder tersebut kemudian dobel klik file apache-install.bat

Dobel
klik

maka akan muncul jendela command promt secara otomatis.

Kemudian jalankan mozilla firefox dan isikan pada kolom addressnya http://localhost
atau http://127.0.0.1 lalu enter. Jika proses instalasi MS4W tadi berhasil maka akan
muncul homepage seperti gambar dibawah:

144

Isikan: http://localhost atau http://127.0.0.1 lalu

Tampilan homepage MS4W jika proses instalasi berhasil


Instalasi pada sistem operasi Windows 7 (proses instalasi HARUS terkoneksi dengan
internet):
Download-lah

MS4W

setup.exe

Installer

di

situs

http://www.maptools.org/ms4w/index.phtml?page=downloads.html

download

145

Sebelum menjalankan installer tersebut, klik kanan pada installer lalu pilih properties,
maka akan muncul jendela ms4w-3.0.3-setup properties seperti gambar dibawah:
Klik

klik
Kemudian pilih Compatibility, lalu centang Run this program... lalu pilih Windows
XP (Service pack 2), kemudian klik OK.

Klik

Centang
Pilih Windows
XP (Service pack

Klik

Kemudian dobel klik MS4W-3.0.3-setup, setelah itu akan muncul jendela MS4W3.0.3-setup: License Agreement, kemudian klik I Agree.

146

klik

Kemudian akan muncul jendela MS4W 3.0.3 Setup: Installation Options lalu klik
next.

klik

147

Kemudian akan muncul jendela MS4w 3.0.3 Setup: Installation Folder lalu klik OK.

klik

Kemudian akan muncul jendela MS4W 3.0.3 Setup: Apache Port, lalu klik install.

klik

148

Kemudian akan muncul jendela MS4W 3.0.3 Setup Installing yang menunjukkan
proses instalasi.

Jika selesai, coba klik pada start All Programs MS4W, lalu klik MS4WLocalhost.

Klik MS4W-

149

Jika Instalasi berhasil maka akan muncul gambar dibawah:

Instalasi Shp2kml
Download-lah Shp2kml.zip (gratis) di situs http://www.zonums.com/files/Shp2kml.zip.
Untuk menggunakan software ini hanya perlu dilakukan pengekstrakan Shp2kml
sehingga tampilannya seperti gambar dibawah ini:

Instalasi Software Notepad++


Download-lah

software

Notepad++

(gratis)

di

situs

http://download.tuxfamily.org/notepadplus/5.9.6/npp.5.9.6.Installer.exe. Setelah selesai


didownload tampilannya seperti berikut:

150

Kemudian dobel klik software tersebut sehingga akan muncul jendela Installer
Language, kemudian klik OK

Kemudian akan muncul jendela Notepad ++ Setup, kemudian klik next

151

Kemudian klik I Agree

Kemudian klik Next

152

Kemudian klik Next

Kemudian klik install

153

Kemudian klik Finish

Instalasi Notepad++ telah berhasil dilakukan.

154

BAB 14. SISTEM INFORMASI PERTANIAN KOTA


DEPOK
14.1 KONSEP DASAR
Salinlah folder pelatihan (yang telah diberikan pada saat pelatihan) beserta isinya ke
dalam folder C:\MS4W\Apps\

Di dalam folder latihan terdapat folder depok, dan di dalam folder depok ada beberapa
folder beserta file-file html dan 1 file javascript.

155

Tiap file yang ada tersebut merupakan file-file penting sehingga tidak boleh dihapus
ataupun memindah-mindahkan file-file tertentu ke dalam folder-folder lainnya.
Untuk hal ini peserta pelatihan hanya di tuntut untuk memahami folder-folder dan filefile yang ada dibawah ini :
Folder kml
Di dalam folder ini merupakan tempat penyimpanan data spasial yang akan
digunakan dalam sistem informasi ini. Data-data yang digunakan merupakan
data-data yang memiliki format kml (Keyhole Markup Language). Oleh karena
itu, folder ini merupakan tempat untuk menambah data-data spasial terbaru.
Berikut isi dari folder kml tersebut.

Home.html

156

Belimbing.html

Ikan_hias.html

157

Kambing_domba.html

158

14.2. MENJALANKAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KOTA DEPOK


Agar file yang ada dalam folder tersebut dapat diakses melalui localhost dengan
menggunakan mozilla firefox, maka langkah selanjutnya adalah mengedit file
httpd.conf yang terdapat dalam folder C:\MS4W\Apache\conf\

Klik kanan pada file httpd.conf lalu pilih Edit with Notepad++,

159

Kemudian akan muncul tampilan berikut.

Sisipkanlah script dibawah ini pada baris paling bawah dari file tersebut

Kemudian Save file tersebut lalu close.

160

Langkah berikutnya adalah melakukan restart MS4W dengan cara klik control
panel kemudian pilih Administrative Tools lalu klik Services dan akan muncul
jendela Services. Klik Apache MS4W Web Server lalu klik Restart yang ada di
samping kirinya.

Jika sudah tutup jendela Services tersebut dan buka browser yang ada, kemudian
ketikkan

di

address

bar

nya

http://127.0.0.1:8080/depok/home.html

atau

http://localhost/depok/home.html jika telah berhasil maka akan muncul tampilan seperti


dibawah ini.

161

14.3.

UPDATING

DATA

BARU

KE

DALAM

SISTEM

INFORMASI

PERTANIAN
Konversi SHP to KML
Setelah data SHP selesai diedit dan siap untuk digunakan maka langkah selanjutnya
adalah melakukan konversi dari format data SHP ke format data KML sesuai dengan
pembahasan sebelumnya.

Berikut adalah langkah-langkah untuk mengkonversi format data SHP ke format data
KML:
1. Open/klik 2 kali icon software Shp2kml hingga muncul tampilan seperti
dibawah ini.

162

2. Input file data SHP yang akan di konversi ke KML, kemudian klik next.

klik

klik
3. Akan muncul tampilan seperti dibawah dan langung klik next:

klik
163

4. Akan muncul tampilan seperti dibawah. Untuk mengubah bentuk dan warna dari
icon, klik bagian yang dilingkari dibawah. Jika sudah selesai klik next.

klik

164

5. Akan muncul tampilan seperti dibawah ini. Untuk memunculkan informasi


atribut didalam peta maka centang kolom fields yang diinginkan dan langung
klik next:

klik

165

6. Setelah itu, klik Create KML file dan simpan data KML sesuai dengan nama
yang diinginkan.

Kemudian simpanlah data kml tersebut ke dalam folder kml yang telah tersedia
C:\MS4W\Apps\pelatihan\depok\kml\

166

Data-data berformat

Kemudian untuk menambah data baru salinlah belimbing.html yang terdapat dalam
folder C:\ms4w\apps\pelatihan\depok\ ke folder yang sama sehingga akan ada 2 file
belimbing.html yang sama, setelah itu ubah salah satu nama file tersebut dengan nama
sesuai dengan data apa yang ingin ditambah, misalnya: penambahan data sawah.html.
Di folder kml juga harus ditambah file sawah.kml.

167

Kemudian klik kanan pada file sawah.html tersebut lalu pilih Edit with Notepad++
dan cari lah script seperti di bawah ini:

Keteranga
Harus sama dengan
nama file pada
folder kml
Nama boleh asal,
asalkan semuanya
sama
Nama yang akan
muncul pada
website

Update Tampilan HomePage Sistem Informasi Pertanian Kota Depok


Setelah langkah-langkah di atas selesai, sekarang tinggal langkah terakhir yaitu
mengupdate tampilan dari HomePage agar semua pengguna internet bisa melihat
tambahan data tersebut. Caranya adalah klik kanan home.html yang terdapat pada
C:\ms4w\appa\pelatihan\depok\ lalu edit with Notepad++ kemudian carilah script
berikut:

Lalu sisipkanlah script berikut:

<li class="leaf"><a href="http://127.0.0.1:8080/depok/sawah.html" title="Peta


Sawah"> sawah</a></li>
168

Diantara script berikut ini:


<li

class="leaf"><a

href="http://127.0.0.1:8080/depok/ikan_hias.html"

title="Ikan

Hias">Ikan Hias</a></li>
<li class="leaf"><a href="http://127.0.0.1:8080/depok/sawah.html" title="Peta
Sawah"> sawah</a></li>
<li

class="leaf

last"><a

href="http://127.0.0.1:8080/depok/kambing_domba.html"

title="Peta Sebaran Kambing dan Domba">Kambing&Domba</a></li>

Sehingga pada Notepad++ akan berubah menjadi:

Kemudian Save dan Close.

169

Fungsi dari masing-masing halaman:

ke HomePage
Tampilan
Ke Peta

170

Tombol Navigasi
Legenda Peta
Tombol pembesar

Inset Peta

171

DAFTAR PUSTAKA
Anon. 2000. Map Projection Overview. www.colorado.edu
Anon. 2003. Introduction To Arcview: Using ArcView 3.x and NH Granit Data.
University of New Hampshire.
Charter, D. 2007. Konsep Dasar WebGIS. Komunitas eLearning IlmuKomputer.Com
Departemen Geografi UI. 2004. Modul Praktikum Mahasiswa Membuat Peta Digital
dengan ArcView GIS 3.x. Laboratorium Kartografi & SIG Departemen Geografi
FMIPA-UI.
ESRI. 2004. Understending Map Projections. ESRI
ESRI. Geographic Information Systems and the Globe Program. ArcView Edition
Digitasi

Google

Earth,

2011,

tanggal

akses

18

oktober

2011

(http://ardispasialnet.wordpress.com/2010/08/15/memetakan-di-google-earthdan-mengkonversinya-dalam-bentuk-shapefile/)
http://www.maptools.org/ms4w/
http://openlayers.org

172

LAMPIRAN

ALAT PENERIMA GPS GARMIN 12XL


Fungsi Tombol dan memasukan data

1. (ON/OFF)

Mengaktifkan dan mematikan unit dan menghidupkan lampu layar

2 .(PAGE)

Membuka halaman utama pada GPS dan mengembalikan layar ke menu utama
dari submenu

3 .(MARK)

Memasukan posisi dan menampilkannya pada layar

4 .(GOTO)

Tampilan

GOTO

dengan

waypoint

untuk

operasi

penggunaan GOTO.

Menekan GOTO dua kali mengaktifkan MOB


5 .(ENTER)

Menkonfirmasikan data yang dimasukan dan mengaktifkan menu yang dipilih

6 .(QUIT)

Mengembalikan

tampilan

ke

halaman

sebelumnya,

atau membatalkan

pilihan

A.3.1 HALAMAN-HALAMAN UTAMA


Terdapat lima halaman utama. Untuk mengaktifkannya tekan tombol QUIT
atau PAGE

Halaman Satellite
Halaman satelit menampilkan posisi satelit dan kekuatan sinyal. Posisi
satelit digambarkan dua lingkaran dan satu titik pusat. Satelit terluar
menggambarkan satelit pada level horizon; lingkaran dalam 45 di atas horizon;
dan lingkaran pusat mewakili

satelit

langsung

diatas

kepala.

Mengetahui posisi satelit akan memperlihatkan arah dari posisi satelit.

Halaman Posisi

Halaman posisi memperlihatkan posisi dimana kita berada, pada arah mana
kita berada, dan seberapa cepat kecepatan kita. Halaman teratar menampilkan
kompas secara grafis, track dan kecepatan berada di bawahnya.
Catatan : Grafis kompas bergerak hanya kalau kita bergerak
Sisa

halaman lainnya menunjukan posisi kita langsung dalam tiga dimensi:

Bujur, Lintang, dan ketinggian. Jarak perjalanan dan jam juga tersedia.

Halaman Peta (Map Page)


Menunjukan posisi kita, dan bentuk dari track yang telah kita tempuh dan
waypoint-waypoint terdekat. Tanda titik titik di tengah layar mewakili posisi kita.
Bila kita bergerak kita akan melihat garis tipis -disebut dengan Track Logmuncul bersama track yang telah ada. Nama dari waypoint juga bisa terlihat pada
layar. Pada sudut bawah layar peta ditampilkan track dan kecepatan. Bila ingin
memilih Waypoint, sorot/pilih waypoint atau membuka ikon Panning (PAN).

Halaman Navigasi (Navigation Page)


Halaman navigasi memberikan kita panduan arah. GPS 12 XL mempunyai dua
halaman navigasi; Kompas dan Ketinggian. Kompas menunjukan tujuan dari
Waypoint pada bagian atas layar yaitu Bearing dan Distance. Pada tengah halaman
terlihat lingkaran dan tanda panah yang menunjukan arah dari waypoint pada
perjalanan yang kita lakukan. Pada bawah halaman terdapat track (TRK), speed
(SPD), Estimated time to arrival (ETA), Estimated time enroute (ETE), Course to
steer (CTS), Cross track error, XTK, Velocity make good (VMG), atau turning bearing
(TRN).

Halaman Menu (Menu page)


Halaman terakhir adalah Menu Page. Halaman menu memberikan akses pada opsiopsi waypoint di GPS 12 XL, route, track log, dan setup menu.

A.3.2. MEMULAI OPERASI


Memulai Perjalanan
Kita telah melihat halaman utama. Pembahasan selanjutnya adalah cara
mengoperasikan GPS 12 XL secara mendasar. Pertama kali GPS diaktifkan dengan
setting yang telah ditetapkan sesuai dengan keperluan pengguna.

Aktifkan GPS 12 XL
Tekan tombol (1 - ON/OFF)
Halaman pembuka akan terlihat. Setelah beberapa lama halaman satelit akan
muncul. Setelah sinyal satelit yang dibutuhkan terkumpul, halaman satelit akan
digantikan dengan halaman posisi.

Memasukan Posisi
Pada intinya GPS hanya melakukan marking (memasukan posisi ) dan melakukan
perjalanan (Waypoint). Sebelum kita melakukan perjalanan kita harus terlebih dahulu
menentukan posisi awal (HOME) dengan Waypoint . (GPS 12 XL bisa memuat lebih dari
500 Waypoint)

Memasukan Posisi
Tekan tombol MARK. Posisi yang akan dimasukan akan terlihat, dengan nama
yang bisa diubah sesuai dengan keinginan pengguna.

Mengganti nama waypoint


Pilih nama yang akan dipilih, tekan ENTER
Masukan

nama

Masing-masing

waypoint
waypoint

yang
juga

akan
dapat

diinginkan,
diubah

dan

simbolnya

tekan
untuk

ENTER
dapat

memudahkan dalam mengenali point di dalam peta.

Untuk mengganti simbol waypoint :

Pilih simbol waypoint, tekan ENTER


Pilih ikon rumah, dan ENTER
Gerakkan kursor ke DONE? Lalu ENTER

Menggunakan Halaman Posisi (Position Page)


Lakukan perjalanan kira-kira 3-4 menit dan lihatlah posisi di layar posisi (Position
Page). Arah track, kecepatan (speed), jarak perjalanan, dan ketinggian
diperlihatkan di atas layar GPS. Garis lintang dan bujur dari posisi kita
diperlihatkan pada bagian tengah layar GPS, dengan tampilan waktu di bawah
layar GPS.

Berlanjut ke halaman berikutnya :

Tekan PAGE
Halaman Peta (Map Page)
Halaman selanjutnya adalah halaman peta (Map Page). Untuk memastikan kita
dapat melihat keseluruhan track perjalanan yang telah kita lakukan, ubahlah sekala
yang ada pada GPS dari .2nm (default) menjadi 5 nm.
Gunakan tanda panah untuk memilih tanda ZM pada layar atas halaman
peta, kemudian ENTER
Tekan tanda 5 sampai terpilih 1nm kemudian ENTER

Menuju Waypoint yang dikehendaki


Waypoint yang telah kita simpan di memori dapat diakses kembali dengan
mengaktifkan tombol GOTO. Tombol GOTO memudahkan kita untuk dapat
mengaktifkan dengan cepat waypoint yang kita kehendaki. Misalnya bila kita ingin
melihat posisi awal kita di GPS kita dapat melakukannya sebagai berikut:
Tekan tombol GOTO
Pilih waypoint yang merupakan posisi awal kita, tekan ENTER
Secara otomatis kita akan langsung membuka ke halaman peta dan akan ditunjukan
dimana posisi kita saat ini dengan posisi waypoint pada GOTO yang kita pilih. Mari
lanjutkan kembali
Tekan PAGE

Halaman Kompas
GPS 12 XL mempunyai halaman kompas yang bertujuan membantu kita dalam
melakukan navigasi di lapangan. Tanda panah di tengah menunjukan arah dari
perjalanan kita. Untuk lebih cepatnya bila tanda panah naik/tegak berarti kita sedang
menuju ke sebuah waypoint. Arah dan jarak ditunjukan di bagian atas layar, dan track
serta kecepatan ditunjukan pada bagian bawah layar GPS.

Membatalkan GOTO
Tekan GOTO
Pilih Cancel GOTO, tekan ENTER

Menghapus Peta (track & waypoint) di GPS


Setelah kita melakukan perjalanan, kadangkala kita pasti mendapati track perjalanan
pada GPS kita terlihat sangat tidak beraturan akibat terdapatnya track log. tekan PAGE
atau QUIT sampai halaman satelit muncul
Pilih CFG pada bagian atas layar halaman satelit

Pilih Track Setup lalu ENTER


Pilih CLEAR LOG lalu ENTER. Konfirmasi CLEAR LOG akan muncul.
Gunakan 3 untuk memilih YES
Tekan ENTER

Menambah Kekontrasan Layar


Untuk menambah kekontrasan layar GPS :
Tekan PAGE atau QUIT, sampai layar satelit terlihat
Tekan 3dan 4 untuk menambah atau mengurangi kekontrasan gambar pada
layar GPS

Lampu Layar
Lampu layar sangat berguna untuk perjalanan di malam hari. Aktifkan lampu
layar dengan menekan (1 - ON/OFF). Lampu layar akan hidup dan akan mati
kembali sesuai dengan waktu yang telah di setup.

Mematikan GPS
Kita telah melakukan operasi pengunaan GPS secara mendasar. Untuk
menonaktifkan GPS cukup menekan dan tahan (1 - ON/OFF) selama 3 detik.

ALAT PENERIMA GPS GARMIN 12XL

TOMBOL ETREX
1. Tombol UP/DOWN
-

Digunakan untuk memilih menu dan pages

Mengatur tampilan kontras pada satelite page

Zoom in dan zoom out pada map page

Melihat seluruh data perjalanan pada pointer page

2. Tombol ENTER
-

Konfirmasi masukan data atau memilih menu

Menampilkan menu pada halaman utama

Tekan dan tahan tombol ENTER untuk mengaktifkan menu mark waypoint

3. Tombol PAGE
untuk kembali ke halaman sebelumnya, jika anda melakukan sesuatu dan tidak akan
melanjutkan anda dapat berhenti dengan menekan tombol PAGE.
4. Tombol POWER
-

menghidupkan dan mematikan GPS

menghidupkan dan mematikan lampu layar.

PEMASANGAN BATERAI

eTrex dioperasikan dengan 2 baterai jenis AA, yang dipasang dibagian belakang GPS.
Untuk memasang baterai, buka bagian tutup baterai dengan
Memutar kunci D pada bagian belakang GPS seperempat putaran berlawanan arah jarum jam.
Masukkan baterai dengan memperhatikan polaritas yang telah ada. Tutup kembali tutup baterai
dengan memutar kunci D seperempat putaran searah jarum jam.
MEMILIH HALAMAN
Semua informasi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan E Trex dapat ditemukan dalam empat
halaman utama (layar tampilan). Halaman-halaman ini antara lain satelit, peta, pointer, dan
menu. Ketika dinyalakan tekan tombol PAGE untuk memilih halaman-halaman tersebut.
LANGKAH PERTAMA
Sebelum anda dapat benar-benar menggunakan E Trex untuk navigasi, pertama anda harus
menentukan posisi pasti anda saat ini. Untuk melakukan ini, bawalah eTrex anda keluar ke
tempat terbuka yang cukup luas. Tekan dan tahan tombol POWER untuk menyalakan GPS
anda akan melihat halaman muka selama beberapa detik sebelum E Trex melakukan pengujian
secara otomatis, diikuti dengan halaman satelit. E Trex memerlukan sekurang-kurangnya 3
sinyal satelit yang kuat untuk mementukan posisi anda.
Setelah anda melihat READY TO NAVIGATE pada halaman satelit, eTrex telah menemukan
lokasi anda dan siap untuk digunakan.
LAMPU LAYAR DAN TINGKAT KEJELASAN GAMBAR
Untuk menyalakan lampu layar, tekan dan kemudian lepaskan tombol POWER pada layar.
Lampu layar sudah ditentukan untuk menyala selama 30 detik untuk menghemat tenaga
baterai. Untuk menyesuaikan tingkat kejelasan gambar pada layar, tekan tombol UP untuk
membuat layar lebih gelap, dan tekan tombol DOWN untuk membuat layar lebih terang.
MENENTUKAN WAYPOINT
Waypoint adalah lokasi dimana anda dapat mengeplot (menyimpan dalam memori) sebagai
arah untuk navigasi nantinya.
Untuk menentukan waypoint
1. tekan tombol PAGE dan pilih halaman menu. Tekan tombol UP atau DOWN dan pilih
bagian MARK.

2. tekan tombol ENTER. Halaman MARK WAYPOINT akan muncul dengan kata OK?.
Tekan ENTER. Sekarang waypoint telah tersimpan dalam eTrexs memori.
MASUK KE MENU WAYPOINT
eTrex membantu anda ke waypoint dengan menggunakan GOTO (GOTO artinya GOing TO
(menuju ke) sebuah tujuan dalam garis yang terarah).
Untuk memulai GOTO:
1. tekan tombol PAGE dan pilih halaman MENU. Tekan tombol UP atau DOWN dan pilih
WAYPOINT. Tekan ENTER. Halaman waypoint akan muncul.
2. tekan tombol UP atau DOWN dan pilih tab yang berisi nama waypoint yang diinginkan
dan tekan ENTER. Tekan tombol UP atau DOWN untuk memilih nama waypoint yang
diinginkan dan tekan ENTER. Halaman REVIEW WAYPOINT untuk melihat waypoint
yang ada/muncul.
3. tekan tombol UP atau DOWN untuk memilih GOTO, dan tekan ENTER.
DASAR HALAMAN POINTER
Setelah anda memilih GOTO, eTrex akan memandu anda ke tujuan dengan menggunakan
halaman pointer (pointer page). Pointer (panah) akan menunjukkan anda arah ke waypoint
tujuan anda. Jalan ke arah yang ditunjukkan panah hingga panah menunjuk ke arah atas dari
kompas. Jika panah menunjuk ke arah kanan, berarti anda harus berjalan ke kanan. Jika panah
menunjuk kea rah kiri, pergilah ke kiri. Jika panah telah menunjuk tepat ke atas pada kompas,
berarti anda telah berada pada jalur yang benar!
MENYELESAIKAN GOTO
Menyelesaikan GOTO :
1. tekan tombol PAGE dan pilih halaman POINTER. Lalu tekan ENTER.
2. pilih STOP NAVIGATION dalam halaman OPTIONS dan tekan ENTER.
MEMBERSIHKAN TRACKLOG
Setelah anda menggunakan eTrex untuk beberapa kali perjalanan, tampilan peta akan menjadi
penuh karena menyimpan trek/jalur yang telah anda lalui. Karenanya anda perlu untuk
membersihkan layar dengan membersihkan track log (barisan di sebelah kiri pada halaman
peta) :
Membersihkan track log :
1. tekan tombol PAGE dan pilih halaman MENU.

2. Tekan tombol UP atau DOWN dan pilih TRACKS.


3. Tekan ENTER. Sekarang anda berada di halaman TRACK LOG. Gunakan tombol UP
dan pilih CLEAR. Tekan ENTER.
4. Gunakan tombol DOWN dan pilih yes. Tekan ENTER. Tekan tombol PAGE untuk
memilih halaman.
CATATAN PENTING
Informasi tambahan : lihat website GARMIN untuk mengetahui keterangan terbaru dan detail
tentang pengoperasian

PANDUAN INSTALASI ARC VIEW 3.3


1. Buka Folder ArcView 3.3
2. Klik Setup, akan muncul gambar seperti dibawah ini

Klik Next
3. Kotak Arcview License Agreement, Klik Yes

Kotak Choose Instal Type, Plilh Local Instal dan klik next

Kotak Setup Type, pilih Typical dan klik next

Kotak Program Folder, klik next

Kotak Start Copying Files, klik Install

Kotak Setup Complete, klik Finish untuk re-start komputer

Klik Start All Program Esri Arcview 3.3


Masukkan serial number 91111111111, kemudian klik OK
Arcview sudah dapat digunakan

PANDUAN INSTALASI GOOGLE EARTH


Masuk ke dalam situs Software Google Earth, atau bisa membuka lewat link
berikut: http://www.google.com/earth/index.html.
Maka tampilan akan seperti gambar di bawah ini. Setelah itu pilih Download
Google Earth.

Pilih
Download
Google
Earth 6

Selanjutnya Pilih
Agree and Download

Setelah itu, akan muncui kotak dialog untuk menyimpan item installer dari
Software Google Earth, pilih yes atau save.
Tunggulah hingga GoogleEarthSetup.exe selesai ter-download.

Setelah selesai terdownload, maka aktifkan dan install dengan cara double klik pada

icon GoogleEarthSetup.exe

Jika muncul kotak Open File-Security Warning seperti gambar di bawah ini, maka klik
Run untuk melanjutkan proses instalasi

Pilih Run

Tunggu hingga proses instalasi dan downloading selesai

Setelah software Google Earth selesai ter-install, selanjutnya jalankan program


dengan

mengklik

icon

Software

Icon Google Earth


dalam Dekstop

Google

Earth

pada

Dekstop.

SCRIPT UNTUK DESAIN SLIDESHOW PADA


TAMPILAN WEB
.sliderwrapper{
position: relative; /*leave as is*/
overflow: hidden; /*leave as is*/
/*border: 0px solid navy;*/
border-bottom-width: 6px;
width: 900px;
height: 100px;
}

.sliderwrapper .contentdiv{
visibility: hidden; /*leave as is*/
position: absolute; /*leave as is*/
left: 0; /*leave as is*/
top: 0; /*leave as is*/
padding: 0px;
background: white;
width: 900px;
height: 100%;
}

.pagination{
width: 900px;
text-align: right;
background-color: #666;
padding-bottom: 5px;
}

.pagination a{
padding-bottom: 5px;
text-decoration: none;

color: #FFF;
background: #333;
border: 1px solid white;
}

.pagination a:hover, .pagination a.selected{


color: #FFF;
background-color: #333;
border: 1px solid orange;
}

SCRIPT

UNTUK

(EXECUTE)

MENJALANKAN

SLIDESHOW PADA TAMPILAN

WEB

//** Featured Content Slider script- (c) Dynamic Drive DHTML code library:
http://www.dynamicdrive.com.
//** May 2nd, 08'- Script rewritten and updated to 2.0.
//** June 12th, 08'- Script updated to v 2.3, which adds the following features:
//1) Changed behavior of script to actually collapse the
previous content when the active one is shown, instead of just tucking it
underneath the later.
//2) Added setting to reveal a content either via "click" or
"mouseover" of pagination links (default is former).
//3) Added public function for jumping to a particular slide
within a Featured Content instance using an arbitrary link, for example.
//** July 11th, 08'- Script updated to v 2.4:
//1) Added ability to select a particular slide when the page
first loads using a URL parameter (ie: mypage.htm?myslider=4 to select 4th slide in
"myslider")
//2) Fixed bug where the first slide disappears when the
mouse clicks or mouses over it when page first loads.
var featuredcontentslider={
//3 variables below you can customize if desired:
ajaxloadingmsg:

'<div

style="margin:

src="/assets/css/images/load.gif"

/>

100px

Fetching

0
slider

180px"><img

Contents.

wait...</div>',
bustajaxcache: true, //bust caching of external ajax page after 1st request?
enablepersist: true, //persist to last content viewed when returning to page?
settingcaches: {}, //object to cache "setting" object of each script instance

Please

jumpTo:function(fcsid, pagenumber){ //public function to go to a slide manually.


this.turnpage(this.settingcaches[fcsid], pagenumber)
},
ajaxconnect:function(setting){
var page_request = false
if (window.ActiveXObject){ //Test for support for ActiveXObject in IE first
(as XMLHttpRequest in IE7 is broken)
try {
page_request = new ActiveXObject("Msxml2.XMLHTTP")
}
catch (e){
try{
page_request = new ActiveXObject("Microsoft.XMLHTTP")
}
catch (e){}
}
}
else if (window.XMLHttpRequest) // if Mozilla, Safari etc
page_request = new XMLHttpRequest()
else
return false
var pageurl=setting.contentsource[1]
page_request.onreadystatechange=function(){
featuredcontentslider.ajaxpopulate(page_request, setting)
}
document.getElementById(setting.id).innerHTML=this.ajaxloadingmsg
var

bustcache=(!this.bustajaxcache)?

""

(pageurl.indexOf("?")!=-1)?

"&"+new Date().getTime() : "?"+new Date().getTime()


page_request.open('GET', pageurl+bustcache, true)
page_request.send(null)
},
ajaxpopulate:function(page_request, setting){
if

(page_request.readyState

==

window.location.href.indexOf("http")==-1)){

&&

(page_request.status==200

||

document.getElementById(setting.id).innerHTML=page_request.responseTe
xt
this.buildpaginate(setting)
}
},
buildcontentdivs:function(setting){
var
alldivs=document.getElementById(setting.id).getElementsByTagName("div")
for (var i=0; i<alldivs.length; i++){
if (this.css(alldivs[i], "contentdiv", "check")){ //check for DIVs with
class "contentdiv"
setting.contentdivs.push(alldivs[i])
alldivs[i].style.display="none"

//collapse

all

content

DIVs to begin with


}
}
},
buildpaginate:function(setting){
this.buildcontentdivs(setting)
var sliderdiv=document.getElementById(setting.id)
var pdiv=document.getElementById("paginate-"+setting.id)
var phtml=""
var toc=setting.toc
var nextprev=setting.nextprev
if (typeof toc=="string" && toc!="markup" || typeof toc=="object"){
for (var i=1; i<=setting.contentdivs.length; i++){
phtml+='<a

href="#'+i+'"

class="toc">'+(typeof

toc=="string"? toc.replace(/#increment/, i) : toc[i-1])+'</a> '


}
phtml=(nextprev[0]!=''?

'<a

href="#prev"

class="prev">'+nextprev[0]+'</a> ' : '') + phtml + (nextprev[1]!=''? '<a


href="#next" class="next">'+nextprev[1]+'</a>' : '')
pdiv.innerHTML=phtml
}
var pdivlinks=pdiv.getElementsByTagName("a")

var toclinkscount=0 //var to keep track of actual # of toc links


for (var i=0; i<pdivlinks.length; i++){
if (this.css(pdivlinks[i], "toc", "check")){
if (toclinkscount>setting.contentdivs.length-1){ //if this toc
link is out of range (user defined more toc links then there are contents)
pdivlinks[i].style.display="none" //hide this toc link
continue
}
pdivlinks[i].setAttribute("rel", ++toclinkscount) //store page
number inside toc link
pdivlinks[i][setting.revealtype]=function(){
featuredcontentslider.turnpage(setting,
this.getAttribute("rel"))
return false
}
setting.toclinks.push(pdivlinks[i])
}
else if (this.css(pdivlinks[i], "prev", "check") || this.css(pdivlinks[i],
"next", "check")){ //check for links with class "prev" or "next"
pdivlinks[i].onclick=function(){
featuredcontentslider.turnpage(setting,
this.className)
return false
}
}
}
this.turnpage(setting, setting.currentpage, true)
if (setting.autorotate[0]){ //if auto rotate enabled
pdiv[setting.revealtype]=function(){
featuredcontentslider.cleartimer(setting,
window["fcsautorun"+setting.id])
}
sliderdiv["onclick"]=function(){ //stop content slider when slides
themselves are clicked on
featuredcontentslider.cleartimer(setting,
window["fcsautorun"+setting.id])
}

setting.autorotate[1]=setting.autorotate[1]+(1/setting.enablefade[1]*50)
//add time to run fade animation (roughly) to delay between rotation
this.autorotate(setting)
}
},
urlparamselect:function(fcsid){
var result=window.location.search.match(new RegExp(fcsid+"=(\\d+)", "i"))
//check for "?featuredcontentsliderid=2" in URL
return (result==null)? null : parseInt(RegExp.$1) //returns null or index,
where index (int) is the selected tab's index
},
turnpage:function(setting, thepage, autocall){
var currentpage=setting.currentpage //current page # before change
var totalpages=setting.contentdivs.length
var

turntopage=(/prev/i.test(thepage))?

currentpage-1

(/next/i.test(thepage))? currentpage+1 : parseInt(thepage)


turntopage=(turntopage<1)? totalpages : (turntopage>totalpages)? 1 :
turntopage //test for out of bound and adjust
if (turntopage==setting.currentpage && typeof autocall=="undefined") //if a
pagination link is clicked on repeatedly
return
setting.currentpage=turntopage
setting.contentdivs[turntopage-1].style.zIndex=++setting.topzindex
this.cleartimer(setting, window["fcsfade"+setting.id])
setting.cacheprevpage=setting.prevpage
if (setting.enablefade[0]==true){
setting.curopacity=0
this.fadeup(setting)
}
if (setting.enablefade[0]==false){ //if fade is disabled, fire onChange event
immediately (verus after fade is complete)
setting.contentdivs[setting.prevpage-1].style.display="none"
//collapse last content div shown (it was set to "block")
setting.onChange(setting.prevpage, setting.currentpage)
}

setting.contentdivs[turntopage-1].style.visibility="visible"
setting.contentdivs[turntopage-1].style.display="block"
if (setting.prevpage<=setting.toclinks.length) //make sure pagination link
exists (may not if manually defined via "markup", and user omitted)
this.css(setting.toclinks[setting.prevpage-1], "selected", "remove")
if (turntopage<=setting.toclinks.length) //make sure pagination link exists
(may not if manually defined via "markup", and user omitted)
this.css(setting.toclinks[turntopage-1], "selected", "add")
setting.prevpage=turntopage
if (this.enablepersist)
this.setCookie("fcspersist"+setting.id, turntopage)
},
setopacity:function(setting, value){ //Sets the opacity of targetobject based on the
passed in value setting (0 to 1 and in between)
var targetobject=setting.contentdivs[setting.currentpage-1]
if (targetobject.filters && targetobject.filters[0]){ //IE syntax
if (typeof targetobject.filters[0].opacity=="number") //IE6
targetobject.filters[0].opacity=value*100
else //IE 5.5
targetobject.style.filter="alpha(opacity="+value*100+")"
}
else if (typeof targetobject.style.MozOpacity!="undefined") //Old Mozilla
syntax
targetobject.style.MozOpacity=value
else if (typeof targetobject.style.opacity!="undefined") //Standard opacity
syntax
targetobject.style.opacity=value
setting.curopacity=value
},
fadeup:function(setting){
if (setting.curopacity<1){
this.setopacity(setting, setting.curopacity+setting.enablefade[1])
window["fcsfade"+setting.id]=setTimeout(function(){featuredcontentslider.f
adeup(setting)}, 50)
}

else{ //when fade is complete


if (setting.cacheprevpage!=setting.currentpage) //if previous content
isn't the same as the current shown div (happens the first time the page loads/
script is run)
setting.contentdivs[setting.cacheprevpage1].style.display="none" //collapse last content div shown (it was set to "block")
setting.onChange(setting.cacheprevpage, setting.currentpage)
}
},
cleartimer:function(setting, timervar){
if (typeof timervar!="undefined"){
clearTimeout(timervar)
clearInterval(timervar)
if

(setting.cacheprevpage!=setting.currentpage){

//if

previous

content isn't the same as the current shown div


setting.contentdivs[setting.cacheprevpage1].style.display="none"
}
}
},
css:function(el, targetclass, action){
var needle=new RegExp("(^|\\s+)"+targetclass+"($|\\s+)", "ig")
if (action=="check")
return needle.test(el.className)
else if (action=="remove")
el.className=el.className.replace(needle, "")
else if (action=="add")
el.className+=" "+targetclass
},
autorotate:function(setting){
window["fcsautorun"+setting.id]=setInterval(function(){featuredcontentslider.turn
page(setting, "next")}, setting.autorotate[1])
},

getCookie:function(Name){
var re=new RegExp(Name+"=[^;]+", "i"); //construct RE to search for
target name/value pair
if (document.cookie.match(re)) //if cookie found
return document.cookie.match(re)[0].split("=")[1] //return its value
return null
},
setCookie:function(name, value){
document.cookie = name+"="+value
},

init:function(setting){
var persistedpage=this.getCookie("fcspersist"+setting.id) || 1
var urlselectedpage=this.urlparamselect(setting.id) //returns null or index
from: mypage.htm?featuredcontentsliderid=index
this.settingcaches[setting.id]=setting //cache "setting" object
setting.contentdivs=[]
setting.toclinks=[]
setting.topzindex=0
setting.currentpage=urlselectedpage || ((this.enablepersist)? persistedpage
: 1)
setting.prevpage=setting.currentpage
setting.revealtype="on"+(setting.revealtype || "click")
setting.curopacity=0
setting.onChange=setting.onChange || function(){}
if (setting.contentsource[0]=="inline")
this.buildpaginate(setting)
if (setting.contentsource[0]=="ajax")
this.ajaxconnect(setting)
}
}

SCRIPT

UNTUK

DESAIN

KESELURUHAN
body,
html {
margin:0;
padding:0;
color:#000;
background:#a7a09a;
}
#wrap {
width:900px;
margin:0 auto;
background:#99c;
}
#header {
width:900px;
margin:0 auto;
background:#ddd;
}
#nav {
width:900px;
margin:0 auto;
background:#c99;
}

/************************************/
/* PRIMARY MENU WITH DROPDOWNS

*/

/* - used with menu_tree theming of */


/* $primary_links in page.tpl.php

*/

/************************************/

WEB

SECARA

#primary-menu ul.menu li {
/*background:url("../images/ui_logo_b.png")
transparent;*/
border-color:#6B7A85;
border-style:solid;
border-width:0 1px 0 0;
display:block;
float:left;
margin:0;
padding:0;
position:relative;
width:auto;
}
#primary-menu ul.menu li:hover,
#primary-menu ul.menu li.hover,
#primary-menu ul.menu li.active-trail {
background-position: bottom;
}
#primary-menu ul.menu li a {
background: ;
color: #fff;
display: block;
padding:1px 15px 4px;
text-decoration: none;
}
#primary-menu ul.menu li a:hover,
#primary-menu ul.menu li:hover a,
#primary-menu ul.menu li.hover a {
background-position: ;
}
#primary-menu ul.menu li.first {
background-position:left top;
}
#primary-menu ul.menu li.first:hover {
background-position:left bottom;

repeat-x

scroll

center

}
#primary-menu ul.menu li.last {
background-position:right top;
border:medium none;
}
#primary-menu ul.menu li.last:hover {
background-position:right bottom;
}
/* secondary */
#primary-menu ul.menu li ul {
/*background:url("../images/ui_logo_b.png")

no-repeat

transparent;*/
border-right:3px solid #152531;
left:-999em;
margin:0;
/*opacity:0.95;*/
padding:4px 0 7px 5px;
position:absolute;
width:auto;
z-index:2;
}
#primary-menu ul.menu li:hover ul,
#primary-menu ul.menu li.hover ul {
display: block;
left: auto;
}
#primary-menu ul.menu li ul li {
background:none repeat scroll 0 0 transparent;
border-right:none;
border-bottom:1px solid #83A638;
float:none;
font-family:Tahoma,Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;
font-size:0.916em;

scroll

bottom

height:auto;
margin:0;
padding:0;
min-width:75px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li.last {
border-bottom: none
}
#primary-menu ul.menu li ul li a,
#primary-menu ul.menu li ul li a:link,
#primary-menu ul.menu li ul li a:visited {
background:url("../images/green.png") no-repeat scroll 3px 8px transparent;
color:#0060AA;
display:block;
line-height:1.5em;
margin:0;
padding:5px 10px 5px 12px;
text-transform:none;
width:auto;
}
#primary-menu ul.menu li ul li a:hover {
color:#000;
display: block;
margin: 0;
text-decoration: none;
}
#primary-menu ul.menu li ul li ul.menu {
left: -999em;
margin: 0 0 0 -14px;

/* LTR */

padding: 6px 0 4px;


}
#primary-menu ul.menu li ul li:hover ul.menu,
#primary-menu ul.menu li ul li.hover ul.menu {

display: block;
left: 154px;

/* LTR */

top: -6px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li ul.menu li a {
padding: 4px;
width: 128px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li ul.menu li ul.menu {
left: -999em;
margin: 0 0 0 -14px;
padding: 6px 0 4px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li:hover ul.menu li:hover ul.menu,
#primary-menu ul.menu li ul li.hover ul.menu li:hover ul.menu{
display: block;
left: 154px;

/* LTR */

top: -6px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li ul.menu li ul.menu li a {
padding: 4px;
width: 128px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li ul.menu li ul.menu li ul.menu{
left: -999em;
margin: 0 0 0 -14px;
padding: 6px 0 4px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li:hover ul.menu li:hover ul.menu li:hover ul.menu,
#primary-menu ul.menu li ul li.hover ul.menu li:hover ul.menu li:hover ul.menu{
display: block;
left: 154px;

/* LTR */

top: -6px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li ul.menu li ul.menu li ul.menu li a {
padding: 4px;
width: 128px;
}
div.block ul {
padding:0 0 0 0;
}
div.block ul.menu li,
div.block .item-list ul li {
margin:0;
padding:0;
background:none;
list-style-image:none;
list-style-type:none;
border-bottom:1px solid #E4E9ED;
}
div.block ul.menu li a,
div.block .item-list ul li a{
color:#304454;
text-decoration:none;
font-family:Georgia,Palatino,'Palatino Linotype',Times,Times New Roman,serif;
font-size:18px;
font-style:italic;
line-height:46px;
display:block;
height:46px;
padding:0 0 0 50px;
}
div.block ul.menu li ul,
div.block .item-list ul li ul{
background:none repeat scroll 0 0 ;

margin:0;
overflow:hidden;
padding:0 0 0 40px;
}
div.block ul.menu li ul li a,
div.block .item-list ul li ul li a{
background:url("../images/ui_logo_b.png") no-repeat scroll 9px 10px transparent;
font-size:12px;
height:auto;
line-height:2em;
margin:0 10px 5px 0;
padding:3px 4px 3px 20px;
}
#main {
float:center;
width:900px;
margin:0 auto;
background:rgb(254,246,104);
padding:5px 0 0 0;
clear:both;
font-size:14pt;
}
#sidebar {
float:right;
width:200px;
background:#c9c;
}

#footer {
float:center;
width:900px;
margin:0 auto;
background:#cc9;
/*padding:1px 10px;
clear:both;*/

}
#footer p {
margin:0;
}
* html #footer {
height:1px;
}

SCRIPT

UNTUK

LAYERS)
div.olMap {
z-index: 0;
padding: 0px!important;
margin: 0px!important;
cursor: default;
}
div.olMapViewport {
text-align: left;
}
div.olLayerDiv {
-moz-user-select: none;
}
.olLayerGoogleCopyright {
right: 2px;
bottom: 2px;
}
.olLayerGooglePoweredBy {
left: 2px;
bottom: 15px;
}
.olControlAttribution {
font-size: smaller;
right: 3px;
bottom: 4.5em;
position: absolute;
display: block;
}
.olControlScale {
right: 3px;
bottom: 3em;
display: block;

DESAIN

PETA

(OPEN

position: absolute;
font-size: smaller;
}
.olControlScaleLine {
display: block;
position: absolute;
left: 10px;
bottom: 15px;
font-size: xx-small;
}
.olControlScaleLineBottom {
border: solid 2px black;
border-bottom: none;
margin-top:-2px;
text-align: center;
}
.olControlScaleLineTop {
border: solid 2px black;
border-top: none;
text-align: center;
}
.olControlPermalink {
right: 3px;
bottom: 1.5em;
display: block;
position: absolute;
font-size: smaller;
}
div.olControlMousePosition {
bottom: 0em;
right: 3px;
display: block;
position: absolute;
font-family: Arial;
font-size: smaller;
}

.olControlOverviewMapContainer {
position: absolute;
bottom: 0px;
right: 0px;
}
.olControlOverviewMapElement {
padding: 10px 18px 10px 10px;
background-color: #00008B;
-moz-border-radius: 1em 0 0 0;
}
.olControlOverviewMapMinimizeButton {
right: 0px;
bottom: 80px;
}
.olControlOverviewMapMaximizeButton {
right: 0px;
bottom: 80px;
}
.olControlOverviewMapExtentRectangle {
overflow: hidden;
background-image: url("img/blank.gif");
cursor: move;
border: 2px dotted red;
}
.olControlOverviewMapRectReplacement {
overflow: hidden;
cursor: move;
background-image: url("img/overview_replacement.gif");
background-repeat: no-repeat;
background-position: center;
}
.olLayerGeoRSSDescription {

float:left;
width:100%;
overflow:auto;
font-size:1.0em;
}
.olLayerGeoRSSClose {
float:right;
color:gray;
font-size:1.2em;
margin-right:6px;
font-family:sans-serif;
}
.olLayerGeoRSSTitle {
float:left;font-size:1.2em;
}
.olPopupContent {
padding:5px;
overflow: auto;
}
.olControlNavToolbar {
width:0px;
height:0px;
}
.olControlNavToolbar div {
display:block;
width: 28px;
height: 28px;
top: 300px;
left: 6px;
position: relative;
}
.olControlNavigationHistory {
background-image: url("img/navigation_history.png");
background-repeat: no-repeat;
width: 24px;
height: 24px;

}
.olControlNavigationHistoryPreviousItemActive {
background-position: 0px 0px;
}
.olControlNavigationHistoryPreviousItemInactive {
background-position: 0px -24px;
}
.olControlNavigationHistoryNextItemActive {
background-position: -24px 0px;
}
.olControlNavigationHistoryNextItemInactive {
background-position: -24px -24px;
}
.olControlNavToolbar .olControlNavigationItemActive {
background-image: url("img/panning-hand-on.png");
background-repeat: no-repeat;
}
.olControlNavToolbar .olControlNavigationItemInactive {
background-image: url("img/panning-hand-off.png");
background-repeat: no-repeat;
}
.olControlNavToolbar .olControlZoomBoxItemActive {
background-image: url("img/drag-rectangle-on.png");
background-color: orange;
background-repeat: no-repeat;
}
.olControlNavToolbar .olControlZoomBoxItemInactive {
background-image: url("img/drag-rectangle-off.png");
background-repeat: no-repeat;
}
.olControlEditingToolbar {
float:right;
right: 0px;
height: 30px;
width: 200px;
}

.olControlEditingToolbar div {
background-image: url("img/editing_tool_bar.png");
background-repeat: no-repeat;
float:right;
width: 24px;
height: 24px;
margin: 5px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlNavigationItemActive {
background-position: -103px -23px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlNavigationItemInactive {
background-position: -103px -0px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlDrawFeaturePointItemActive {
background-position: -77px -23px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlDrawFeaturePointItemInactive {
background-position: -77px -0px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlDrawFeaturePathItemInactive {
background-position: -51px 0px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlDrawFeaturePathItemActive {
background-position: -51px -23px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlDrawFeaturePolygonItemInactive {
background-position: -26px 0px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlDrawFeaturePolygonItemActive {
background-position: -26px -23px ;
}
div.olControlSaveFeaturesItemActive {
background-image: url(img/save_features_on.png);
background-repeat: no-repeat;
background-position: 0px 1px;
}
div.olControlSaveFeaturesItemInactive {

background-image: url(img/save_features_off.png);
background-repeat: no-repeat;
background-position: 0px 1px;
}
.olHandlerBoxZoomBox {
border: 2px solid red;
position: absolute;
background-color: white;
opacity: 0.50;
font-size: 1px;
filter: alpha(opacity=50);
}
.olHandlerBoxSelectFeature {
border: 2px solid blue;
position: absolute;
background-color: white;
opacity: 0.50;
font-size: 1px;
filter: alpha(opacity=50);
}
.olControlPanPanel {
top: 10px;
left: 5px;
}
.olControlPanPanel div {
background-image: url(img/pan-panel.png);
height: 18px;
width: 18px;
cursor: pointer;
position: absolute;
}
.olControlPanPanel .olControlPanNorthItemInactive {
top: 0px;
left: 9px;

background-position: 0px 0px;


}
.olControlPanPanel .olControlPanSouthItemInactive {
top: 36px;
left: 9px;
background-position: 18px 0px;
}
.olControlPanPanel .olControlPanWestItemInactive {
position: absolute;
top: 18px;
left: 0px;
background-position: 0px 18px;
}
.olControlPanPanel .olControlPanEastItemInactive {
top: 18px;
left: 18px;
background-position: 18px 18px;
}
.olControlZoomPanel {
top: 71px;
left: 14px;
}
.olControlZoomPanel div {
background-image: url(img/zoom-panel.png);
position: absolute;
height: 18px;
width: 18px;
cursor: pointer;
}
.olControlZoomPanel .olControlZoomInItemInactive {
top: 0px;
left: 0px;
background-position: 0px 0px;
}

.olControlZoomPanel .olControlZoomToMaxExtentItemInactive {
top: 18px;
left: 0px;
background-position: 0px -18px;
}
.olControlZoomPanel .olControlZoomOutItemInactive {
top: 36px;
left: 0px;
background-position: 0px 18px;
}
.olPopupCloseBox {
background: url("img/close.gif") no-repeat;
cursor: pointer;
}
.olFramedCloudPopupContent {
padding: 5px;
overflow: auto;
}
.olControlNoSelect {
-moz-user-select: none;
}
.olImageLoadError {
background-color: pink;
opacity: 0.5;
filter: alpha(opacity=50); /* IE */
}
/**
* Cursor styles
*/
.olCursorWait {
cursor: wait;

}
.olDragDown {
cursor: move;
}
.olDrawBox {
cursor: crosshair;
}
.olControlDragFeatureOver {
cursor: move;
}
.olControlDragFeatureActive.olControlDragFeatureOver.olDragDown {
cursor: -moz-grabbing;
}
/**
* Layer switcher
*/
.olControlLayerSwitcher {
position: absolute;
top: 25px;
right: 0px;
width: 20em;
font-family: sans-serif;
font-weight: bold;
margin-top: 3px;
margin-left: 3px;
margin-bottom: 3px;
font-size: smaller;
color: white;
background-color: darkblue;
/*background-color: transparent;*/
}
.olControlLayerSwitcher .layersDiv {
padding-top: 5px;
padding-left: 10px;
padding-bottom: 5px;
padding-right: 75px;

background-color: darkblue;
width: 100%;
height: 100%;
}
.olControlLayerSwitcher .layersDiv .baseLbl,
.olControlLayerSwitcher .layersDiv .dataLbl {
margin-top: 3px;
margin-left: 3px;
margin-bottom: 3px;
}
.olControlLayerSwitcher .layersDiv .baseLayersDiv,
.olControlLayerSwitcher .layersDiv .dataLayersDiv {
padding-left: 10px;
}
.olControlLayerSwitcher .maximizeDiv,
.olControlLayerSwitcher .minimizeDiv {
top: 5px;
right: 0px;
}

SCRIPT UNTUK
MENAMPILKAN/MEMUNCULKAN HOME
PAGE
<html xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml">
<head>
<title>SIPKO Depok</title>
<link rel="stylesheet" href="./aset/style.css" type="text/css" />
<link rel="stylesheet" href="./aset/main.css" type="text/css" />
<link rel="stylesheet" href="./aset/contentslider.css" type="text/css" />
<script type="text/javascript" src="./aset/contentslider.js"></script>
</head>
<body onload="init()">

<div id="wrap">
<div id="slider1" class="sliderwrapper">
<div class="contentdiv">
<img

src="./images/welcome.png"

border="0"

alt="img"

border="0"

alt="img"

border="0"

alt="img"

border="0"

alt="img"

/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img

src="./images/belimbing.png"

/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img

src="./images/ikan_hias.png"

/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img
/></a>

src="./images/kambing.png"

</div>
<div class="contentdiv">
<img src="./images/back_layer.png" border="0" alt="img"
/></a>
</div>
</div>
<div id="paginate-slider1" class="pagination">
</div>
<script type="text/javascript">
featuredcontentslider.init({
id: "slider1",
contentsource: ["inline", ""],
//toc: "#increment",
nextprev: ["", ""],
enablefade: [true, 0.1],
autorotate: [true, 3000],
onChange: function(previndex, curindex){
}
})
</script>
</div>
<!--<div id="header" class="clearfix">
<div id="header-first">
</div>
</div>-->
<div id="primary-menu">
<ul class="menu">
<li class="leaf first active-trail"><a href="./home.html" title=""
class="active">Home</a></li>
<li class="expanded last"><a href="" title="Berbagai Peta Potensi
Depok">Peta</a>
<ul class="menu">
<li class="leaf first"><a href="./belimbing.html" title="Peta Sebaran
Belimbing">Belimbing</a></li>
<li

class="leaf"><a

href="./belimbing_area.html"

Sebaran Kebun Belimbing">Kebun Belimbing</a></li>

title="Peta

<li class="leaf"><a href="./ikan_hias.html" title="Ikan Hias">Ikan


Hias</a></li>
<li

class="leaf"><a

href="./sawah.html"

title="Peta

Sawah">Sawah</a></li>
<li

class="leaf"><a

href="./tanamanhias_area.html"

title="Peta

Tanaman Hias">Tanaman Hias</a></li>


<li

class="leaf"><a

href="./empang_area.html"

title="Peta

Empang">Empang</a></li>
<li class="leaf last"><a href="./kambing_domba.html" title="Peta
Sebaran Kambing dan Domba">Kambing&Domba</a></li>
</ul></li>
</ul>
</div>
<!-<div id="header">
</div>
<div id="primary-menu-wrapper" class="clearfix">

</div><!-- /primary-menu-wrapper -->


<!--<div id="nav">
</div>-->
<div id="main">
Sistem Informasi Pertanian dan Perikanan dibangun dengan tujuan untuk
membantu dalam merumuskan kebijakan pertanian yang tepat sasaran. Basis data
pertanian yang telah terbangun akan digunakan untuk proses analisa untuk
kemudian dimanfaatkan oleh para pengambil kebijakan dalam tugas sehari-hari.
Perumusan kebijakan pertanian dapat berjalan bila ada satu sistem informasi
pertanian yang handal dan mampu meningkatkan nilai data (kualitas data) dari
sebuah kumpulan angka, huruf dan gambar menjadi sebuah informasi yang bernilai
tinggi.
<p>

Kemampuan sistem yang dibangun mencakup penyediaan dan up-dating


data, penyediaan perangkat keras dan lunak, sistem pemrosesan serta pelatihan
sumber daya manusia. Di dalam sistem yang akan dibangun, sangat dimungkinkan
berlangsungnya proses up-dating data baik data yang berasal dari petani maupun
dari Dinas Pertanian dan Perikanan.Di dalam sistem ini, data-data pertanian
meliputi data belimbing, ikan hias, tanaman hias, kambing dan domba, empang,
dan

sawah

yang

dikumpulkan

secara

spasial

(keruangan)

dengan

disertai

informasi-informasi lain yang terkait, seperti nama tempat, pemilik, luas lahan,
produktifitas, nomor telepon, dan lain-lain.
<p>
Sistem informasi ini dibangun dengan menggunakan aplikasi OpenLayers
dengan latar belakang berupa tampilan gambar/citra yang berasal dari Google
Earth dengan feature-feature tambahan seperti jalan, nama tempat, batas
administrasi, dan lain-lain. Fungsi-fungsi yang terdapat dalam sistem ini adalah
untuk melihat tampilan peta secara interaktif menggunakan pop up, zoom tool,
tombol navigasi, inset peta dan legenda.
</div>
<!--<div id="sidebar">
</div>-->
<div id="footer">
<table border="0" align="center"> <tr><td align="center">Website ini
terselenggara atas kerja sama antara <p>Departemen Geografi Universitas
Indonesia dan Dinas Pertanian Kota Depok</p></td></tr>
<tr><td

align="center"><a

href="http://www.geografi.ui.ac.id/"><img

src="./images/ui_logo_b"></a>

<a

href="http://www.depok.go.id/_v4/index.php?option=com_content&task=view&id
=670&Itemid=30"><img
src="./images/depok_logo_b.png"></a></td></tr></table>
<!--<div style="float:right;margin-right:1em;margin-top:1em">
</div>-->
<div id="copyright" align="center">
Copyright &copy; 2011
</div>
</div>

</body>
</html>

SCRIPT UNTUK MENAMPILKAN/MEMUNCULKAN PETA


SEBARAN BELIMBING, KEBUN BELIMBING, IKAN HIAS,
SAWAH, TANAMAN HIAS, EMPANG, KAMBING, DAN
DOMBA
<html xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml">
<head>
<title>SIPKO Depok</title>
<script
src='http://maps.google.com/maps?file=api&amp;v=2&amp;sensor=true&amp;key
=ABQIAAAAklF8tURNcXA9QKPXTLq1rRTstgJvyDEkuJ5sopPXkP1MUulS1BTiB3frwvixsBAQv7Qm6mxPLq6iQ'></script>
<script src="./OpenLayers.js"></script>
<script type="text/javascript">
var map;
function init() {
map = new OpenLayers.Map('map');
//map.addControl(new OpenLayers.Control.LayerSwitcher());
var gphy = new OpenLayers.Layer.Google(
"Google Topografi",
{type: G_PHYSICAL_MAP}
);
var gmap = new OpenLayers.Layer.Google(
"Google jalan", // the default
{numZoomLevels: 24}
);
var ghyb = new OpenLayers.Layer.Google(
"Google Citra Satelit+Jalan",
{type: G_HYBRID_MAP, numZoomLevels: 24}
);
var gsat = new OpenLayers.Layer.Google(
"Google Citra Satelit",
{type: G_SATELLITE_MAP, numZoomLevels: 24}
);

map.addLayers([gmap, gsat, ghyb, gphy]);


var adm = new OpenLayers.Layer.Vector("Administrasi", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/adm_depok_line",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(adm);
var belimbing = new OpenLayers.Layer.Vector("Belimbing", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/belimbing11",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(belimbing);
select = new OpenLayers.Control.SelectFeature(belimbing);
belimbing.events.on({
"featureselected": onFeatureSelect,
"featureunselected": onFeatureUnselect
});

Untuk
Belimbing

Catatan :
Untuk konten lainnya, ganti script yang ditandai warna merah dengan berikut ini:
Kebun Belimbing :
var belimbing = new OpenLayers.Layer.Vector("Kebun Belimbing", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/belimbing_area",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(belimbing);
select = new OpenLayers.Control.SelectFeature(belimbing);
belimbing.events.on({
"featureselected": onFeatureSelect,
"featureunselected": onFeatureUnselect
});
Ikan Hias :
var ikanhias = new OpenLayers.Layer.Vector("Ikan Hias", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/ikanhias11",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(ikanhias);
select = new OpenLayers.Control.SelectFeature(ikanhias);
ikanhias.events.on({
"featureselected": onFeatureSelect,
"featureunselected": onFeatureUnselect
});

Sawah :
var sawah = new OpenLayers.Layer.Vector("Sawah", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/sawah_area",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(sawah);
select = new OpenLayers.Control.SelectFeature(sawah);
sawah.events.on({
"featureselected": onFeatureSelect,
"featureunselected": onFeatureUnselect
});
Tanaman Hias:
var tanamanhias = new OpenLayers.Layer.Vector("Tanaman Hias", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/tanamanhias_area",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(tanamanhias);
select = new OpenLayers.Control.SelectFeature(tanamanhias);
tanamanhias.events.on({
"featureselected": onFeatureSelect,
"featureunselected": onFeatureUnselect
});

Empang :
var empang = new OpenLayers.Layer.Vector("Empang", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/empang_area",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(empang);
select = new OpenLayers.Control.SelectFeature(empang);
empang.events.on({
"featureselected": onFeatureSelect,
"featureunselected": onFeatureUnselect
});

Kambing dan Domba:


var kambing = new OpenLayers.Layer.Vector("Kambing dan Domba", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/kambing11",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(kambing);
select = new OpenLayers.Control.SelectFeature(kambing);
kambing.events.on({
"featureselected": onFeatureSelect,
"featureunselected": onFeatureUnselect
});

/*var legenda = new OpenLayers.Control.LayerSwitcher({


div: document.getElementById('legenda') });
map.addControl(legenda);
var inset = new OpenLayers.Control.OverviewMap({
div: document.getElementById('inset') });
map.addControl(inset);*/
//var scaleline = new OpenLayers.Control.ScaleLine({
//map.addControl(scaleline);
map.addControl(select);
select.activate();
map.zoomToExtent(new

OpenLayers.Bounds(106.717,

6.46358, 106.919, -6.31334));


map.addControl(new OpenLayers.Control.OverviewMap());
map.addControl(new OpenLayers.Control.LayerSwitcher());
map.addControl(new OpenLayers.Control.MousePosition());
}
function onPopupClose(evt) {
select.unselectAll();
}
function onFeatureSelect(event) {
var feature = event.feature;
// Since KML is user-generated, do naive protection against
// Javascript.
var

content

"<h2>"+feature.attributes.name

"</h2>"

feature.attributes.description;
if (content.search("<script") != -1) {
content = "Content contained Javascript! Escaped content below.<br />"
+ content.replace(/</g, "&lt;");
}
popup = new OpenLayers.Popup.FramedCloud("chicken",
feature.geometry.getBounds().getCenterLonLat(),
new OpenLayers.Size(100,100),
content,
null, true, onPopupClose);

feature.popup = popup;
map.addPopup(popup);
}
function onFeatureUnselect(event) {
var feature = event.feature;
if(feature.popup) {
map.removePopup(feature.popup);
feature.popup.destroy();
delete feature.popup;
}
}

</script>
<link rel="stylesheet" href="./aset/style.css" type="text/css" />
<link rel="stylesheet" href="./aset/main.css" type="text/css" />
<link rel="stylesheet" href="./aset/contentslider.css" type="text/css" />
<script type="text/javascript" src="./aset/contentslider.js"></script>
</head>
<body onload="init()">

<div id="wrap">
<div id="slider1" class="sliderwrapper">
<div class="contentdiv">
<img

src="./images/welcome.png"

border="0"

alt="img"

border="0"

alt="img"

/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img

src="./images/belimbing.png"

/></a>
</div>
<div class="contentdiv">

<img

src="./images/ikan_hias.png"

border="0"

alt="img"

border="0"

alt="img"

/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img

src="./images/kambing.png"

/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img src="./images/back_layer.png" border="0" alt="img"
/></a>
</div>
</div>
<div id="paginate-slider1" class="pagination">
</div>
<script type="text/javascript">
featuredcontentslider.init({
id: "slider1",
contentsource: ["inline", ""],
//toc: "#increment",
nextprev: ["", ""],
enablefade: [true, 0.1],
autorotate: [true, 3000],
onChange: function(previndex, curindex){
}
})
</script>
</div>
<!--<div id="header" class="clearfix">
<div id="header-first">
</div>
</div>-->
<div id="primary-menu">
<ul class="menu">
<li

class="leaf

href="http://127.0.0.1:8080/depok/home.html"
class="active">Home</a></li>

first

active-trail"><a
title=""

<li class="expanded last"><a href="" title="Berbagai Peta Potensi


Depok">Peta</a>
<ul class="menu">
<li

class="leaf

first"><a

href="http://127.0.0.1:8080/depok/belimbing.html"

title="Peta

Sebaran

Belimbing">Belimbing</a></li>
<li

class="leaf"><a

href="http://127.0.0.1:8080/depok/belimbing_area.html"

title="Peta

Sebaran

Kebun Belimbing">Kebun Belimbing</a></li>


<li

class="leaf"><a

href="http://127.0.0.1:8080/depok/ikan_hias.html"

title="Ikan

Hias">Ikan

Hias</a></li>
<li class="leaf"><a href="http://127.0.0.1:8080/depok/sawah.html"
title="Peta Sawah">Sawah</a></li>
<li

class="leaf"><a

href="http://127.0.0.1:8080/depok/tanamanhias_area.html" title="Peta Tanaman


Hias">Tanaman Hias</a></li>
<li

class="leaf"><a

href="http://127.0.0.1:8080/depok/empang_area.html"

title="Peta

Empang">Empang</a></li>
<li

class="leaf

href="http://127.0.0.1:8080/depok/kambing_domba.html"
Kambing dan Domba">Kambing&Domba</a></li>
</ul></li>
</ul>
</div>
<!-<div id="header">
</div>
<div id="primary-menu-wrapper" class="clearfix">

</div><!-- /primary-menu-wrapper -->


<!--<div id="nav">

last"><a
title="Peta

Sebaran

</div>-->
<div id="main">
<div id="map"></div>
</div>
<!--<div id="sidebar">
</div>-->
<div id="footer">
<table border="0" align="center"> <tr><td align="center">Website ini
terselenggara atas kerja sama antara <p>Departemen Geografi Universitas
Indonesia dan Dinas Pertanian Kota Depok</p></td></tr>
<tr><td

align="center"><a

href="http://www.geografi.ui.ac.id/"><img

src="./images/ui_logo_b"></a>

<a

href="http://www.depok.go.id/_v4/index.php?option=com_content&task=view&id
=670&Itemid=30"><img
src="./images/depok_logo_b.png"></a></td></tr></table>
<!--<div style="float:right;margin-right:1em;margin-top:1em">
</div>-->
<div id="copyright" align="center">
Copyright &copy; 2011
</div>
</div>
</body>
</html>

Anda mungkin juga menyukai