UNIVERSITAS INDONESIA
PENGMAS UI 2011
PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)
JUDUL KEGIATAN
MODUL
PELATIHAN PEMBANGUNAN
SISTEM INFORMASI PERTANIAN
Penyusun:
Dr. Rokhmatuloh, M. Eng
Andry Rustanto, S.Si, M.Sc
Ardiansyah, S.Si
Rendy Pratama, S.Si
Drs. Tjiong Giok Pin, M.Si
Tito Latief Indra, S.Si, M.Si
November 2011
KATA PENGANTAR
Ketersediaan data merupakan kunci dalam merumuskan kebijakan pertanian
yang tepat sasaran. Basis data pertanian yang telah terbangun digunakan untuk proses
analisa untuk kemudian dimanfaatkan oleh para pengambil kebijakan dalam tugas
mereka sehari-hari.
meningkatkan nilai data (kualitas data) dari sebuah kumpulan angka, huruf dan gambar
menjadi sebuah informasi yang bernilai tinggi. Kemampuan sistem yang dibangun
mencakup penyediaan dan up-dating data, perangkat keras dan lunak, sistem
pemrosesan serta sumber daya manusia.
Untuk meningkatkan pemahaman staf yang ada di Dinas Pertanian dan
Perikanan serta staf yang ada di Bappeda, telah dilaksanakan pelatihan pembangunan
sistem dimaksud. Modul pelatihan ini berisi materi-materi yang terkait dengan
pembangunan sistem itu mulai dari pengenalan GPS sampai pada proses up-dating data
manakala dijumpai data-data baru. Modul ini dibuat sesederhana mungkin disertai
dengan gambar-gambar yang interaktif agar mudah dipahami dan diikuti oleh peserta
pelatihan yang akan menjadi tulang punggung dalam pengelolaan sistem ini di
kemudian hari.
Semoga modul ini memberikan manfaat bagi pembacanya dan menjadi
penyemangat bagi staf di dinas yang terkait untuk mempelajari dan mengelola sistem
informasi yang sangat bermanfaat ini.
Tim Pengabdi
Ketua
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
ii
1.2.Data Spasial..
2.2.Pengertian GPS
10
2.3.Kemampuan GPS
10
2.4.Sinyal GPS..
11
12
12
13
14
16
20
22
24
28
30
36
38
40
ii
46
49
57
6.4.Save Project..
60
61
63
64
73
8.2.Digitasi
75
89
93
9.2.Joint Tabel...
94
99
101
103
106
109
111
137
140
142
142
iii
143
155
159
162
DAFTAR PUSTAKA
iv
PENGERTIAN SIG
Pengetahuan spatial/keruangan adalah pengetahuan yang selalu berhubungan
dengan ruang muka bumi. Karena itu, kata tanya yang selalu memulai masalah dalam
keruangan adalah di mana (where), apa (what), kapan (when), bagaimana (how) dan
mengapa (why). Dalam satu kalimat, pertanyaan permasalahan dalam geografi adalah
mengapa persebaran keruangan berbentuk seperti itu?. Semua kata tanya atau
pertanyaan itu dijawab dan dijelaskan dalam bentuk peta.
Kemajuan teknologi telah sangat membantu para ilmuan (geograf, geodet,
geolog, ahli komputer, dsb) dalam memenuhi keingintahuannya akan sesuatu.
Penyajian dan pengolahan data yang dilakukan secara manual, kini dapat dilakukan
dengan teknologi komputer. Hasil yang didapat lebih tepat dan cepat. Teknologi
komputer yang makin maju juga memberikan warna baru dalam sajian informasi
keruangan. Peta yang biasanya disajikan dalam dua dimensi, kini dapat disajikan dalam
tiga dimensi atau lebih.
Sajian informasi yang dihasilkan oleh teknologi komputer berupa sajian data
keruangan secara dijital. Tujuan penyajian data seperti itu adalah untuk membantu
pengguna jasa melakukan analisis berbagai gejala keruangan secara tepat guna. Karena
itu ketepatan hasil merupakan tujuan utamanya. Tetapi gejala yang terjadi di atas ruang
muka bumi amatlah rumit sehingga perlu disederhanakan. Proses penyederhanaan ini
dilakukan dengan melihat beberapa hal, antara lain kemampuan perangkat dan
kesederhanaan penggunaan perangkat komputer, serta dapat memenuhi tujuan
penggunaannya.
Aplikasi SIG
memanipulasi,
mengintegrasikan,
menganalisa
dan
1.2.
DATA SPASIAL
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu
sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai
dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari
data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang
dijelaskan berikut ini :
1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat
geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi
datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang
memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis
vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.
Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode
penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data
spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu:
Data Vektor
Data Raster
Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya.
Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi
yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang
direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik
untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah,
kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data
raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula
ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia.
Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan
format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang
tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan
dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi
dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik.
Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar
dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis.
PENDAHULUAN
GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit
yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan
posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti dan juga informasi mengenai waktu secara
kontinyu di seluruh dunia. GPS pada saat ini dapat digunakan oleh semua orang pada
segala cuaca.
GPS dapat digunakan setiap hari tanpa terpengaruh waktu dan cuaca. Dapat
digunakan bak siang maupun malam hari, dalam kondisi cuaca buruk seperti hujan
ataupun kabut. Karena karakteristik ini maka penggunaan GPS dapat meningkatkan
efisiensi dan fleksibilitas pelaksanaan survei dan pemetaan, sehingga dapat
memperpendek waktu pelaksanaan survei dan menekan biaya operasional.
2.
GPS mempunyai ketinggian orbit yang cukup tinggi (20.000km di atas permukaan
bumi) dan jumlahnya relatif banyak (24 satelit). Kelebihan ini menyebabkan
Cakupan wilayah GPS sangat luas, dapat digunakan oleh banyak orang pada saat
yang sama, dan pemakaiannya tidak bergantung pada batas politik dan batas alam.
3.
Penentuan posisi relatif tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi topografi daerah
survei, jika dibandingkan dengan metode konvensional seperti pengukuran poligon.
Penentuan posisi dengan GPS tidak memerlukan keterlihatan antara satu titik
dengan titik lainnya seperti yang dituntut pada metode pengukuran terestrial. Yang
diperlukan dalam pengukuran dengan GPS adalah keterlihatan antara titik-titik
survei dengan satelit. Oleh karena itu topografi antar titik survei sama sekali tidak
akan berpengaruh kecuali untuk hal-hal yang sifatnya non-teknis seperti pergerakan
personil dan distribusi logistik. Karena karakteristiknya, penggunaan GPS akan
sangat efisien dan efektif untuk diaplikasikan pada survei dan pemetaan yang
kondisi topografinya relatif sulit seperti pegunungan dan rawa-rawa. Penentuan
6
posisi dengan GPS akan mengacu pada suatu datum global yang dinamakan WGS
84. atau dengan kata lain posisi yang diberikan oleh GPS akan mengacu pada
datum yang sama. Adanya karakteristik ini sangat menguntungkan untuk kondisi
Indonesia yang wilayahnya sangat luas dan terdiri atas kepulauan, dimana proses
penghubungan kerangka-kerangka titik di satu pulau dengan pulau lainnya akan
sangat sangat sulit bahkan tidak mungkin jika akan menggunakan metode terestrial,
misalnya pengukuran di Pulau Jawa, akan memberikan posisi titik-titik yang
datumnya sama dengan titik-titik yang diperoleh pada pengukuran di pulau
Kalimantan.
4.
5.
Pemakaian GPS tidak dikenakan biaya. Selama penggunan memiliki alat penerima
(receiver) sinyal GPS, maka yang bersangkutan dapat menggunakan GPS untuk
berbagai aplikasi tanpa dikenakan biaya oleh pemilik satelit (Departemen
Pertahanan dan Keamanan Amerika Serikat). Jadi, investasi yang perlu dilakukan
oleh penggunan hanyalah alat penerima sinyal GPS beserta perangkat keras dan
lunak untuk pemrosesan datanya.
6.
Alat penerima sinyal GPS cenderung lebih kecil ukurannya, lebih murah harganya,
lebih baik kualitas data yang dihasilkan, dan lebih tinggi keandalanya. Hal ini
disebabkan oleh kemajuan dibidang elektronika dan komputer. Perangkat lunak
komersial untuk pengolahan data GPS semakin banyak tersedia dengan harga yang
relatif murah dibandingkan dibandingkan dengan alat penerima sinyal. Semakin
beragamnya produk dan jenis penerima sinyal menyebabkan tersedianya penerima
sinyal GPS yang lebih user oriented.
7.
Pengoperasian alat penerima sinyal GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif
mudah dan tidak menggunakan banyak tenaga jika dibandingkan dengan
pengukuran poligon, apalagi jika perbandingannya dilakukan pada daerah survei
yang luas dengan kondisi medan yang berat.
8.
Pengumpul data (surveyor) GPs tidak dapat memanipulasi data pengamatan GPS,
berbeda denga metode pengukuran terestrial. Hal ini akan meningkatkat tingkat
keandalan hasil survei dan pemetaan yang diperoleh.
9.
Agar alat penerima sinyal GPS dapat menerima sinyal GPS, maka tidak boleh ada
penghalang antara alat penerima tersbut dengan satelit yang bersangkutan. Ini harus
secara serius diperhitungkan, terutama dalam pelaksanaan survei dan pemetaan
didaerah pedesaan yang banyak ditumbuhi pepohonan, ataupun didaerah perkotaan
yang dipenuhi gedung-gedung tinggi. Seandainya peneriamaan sinyal terganggu
oleh rimbunnya pohon, maka untuk dapat menerima sinyal ada dua pendekatan
yang dapat dilakukan. Cara pertama yaitu dengan memotong atau membersihkan
pohon-pohon yang mengganggu penerimaan sinyal. Seandainya ini tidak
memungkinkan maka antena penerima sinyal dinaikan secara vertikal dengan
menggunakan tongkat khusus sehingga melewati ketinggian dari pohon-pohon
yang mengganggu. Untuk daerah perkotaan hanya cara terakhir yang mungkin
diterapkan untuk menanggulangi problema penampakan sinyal akibat adanya
rumah maupun gedung-gedung.
2.
Datum penentuan posisi yang digunakan oleh GPS, yaitu WGS 1984, bukanlah
datum yang digunakan untuk keperluan survei dan pemetaan di Indonesia.
Indonesia secara resmi sampai saat ini masih menggunakan datum ID 1974
(Indonesian Datum) 1974 yang tidak sama dengan datum WGS 1984. Untuk itu
koordinat titik-titik yang diperoleh dengan GPS tidak dapat langsung digunakan
dan terlebih dahulu harus ditransformasikan ke sistem ID 1974. Perlu ditekankan di
sini bahwa problem transformasi datum ini akan lebih besar seandainya hasil survei
dan pemetaan dengan GPS akan direpresentasikan dalam suatu datum lokal yang
hubungan geometrisnya dengan datum WGS 1984 tidak diketahui ataupun tidak
jelas.
3.
Komponen tinggi dari koordinat tiga dimensi yang diberikan oleh GPS adalah
tinggi yang mengacu kepermukaan elipsoid, yaitu elipsoid GRS (Geodetic
8
Referenci System) 1980. Jadi tinggi titik yang didapatkan dengan GPS bukanlah
tinggi orthometris yaitu tinggi yang mengacu ke permukaan geoid (umum didekati
dengan muka laut rata-rata, MSL), yang umum digunakan sehari-hari untuk
keperluan praktris. Jadi perlu diingat di sini bahwa tinggi GPS tidak boleh
diintegrasikan dengan tinggi yang diperoleh dari pengukuran teristris dengan
metode sifat datar (levelling) yang umum digunakan orang. Perlu ditekankan di sini
bahwa untuk mentranformasi tinggi elipsoid yang diperoleh dari GPS ke tinggi
orthometris diperlukan informasi tentang undulasi geoid yang dapat ditentukan
dengan menggunakan data gaya berat. Dalam hal ini ketelitian tinggi orthometris
yang diperoleh akan sangat bergantung pada ketelitian undulasi geoid yang
tersedia, dan untuk menentukan undulasi geoid yang teliti (orde ketelitian
centimeter) bukanlah suatu hal yang mudah bahkan tergolong cukup sulit.
4.
Pemrosesan data GPS dan penganalisisan hasilnya bukanlah suatu hal yang udah.
Meskipun proses pengumpulan data dengan GPS relatif mudah, pemrosesan data
yang diperoleh serta penganalisisan parrameter-parameter yang didapatkan
bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, terutama kalau kita menginginkan ketelitian
posisi yang tinggi. Disamping harus memahami dasar-dasar hitung perataan kuadrat
terkecil statistika serta perhitungan geodetik, kita juga harus memahami efek dari
geometri satelit serta kesalahan dan bias yang mempengaruhi data pengamatan,
seperti kesalahan orbit, bias ionosfer dan trophosfer multipath, cycle slip dan lainlainya. Oleh sebab itu dalam survei dan pemetaan dengan GPS pengolahan data dan
penganalisisan hasil sebaiknya dilakukan oleh surveyor sarjana, sedangkan
pengumpulan data bisa dilakukan oleh surveyor teknisi.
5.
Karena GPS merupakan tekologi yang relatif baru maka sumber daya manusia yang
menguasai masalah teknologi ini relatif masih belum terlalu banyak. Oleh sebab itu
seandainya suatu instansi pemerintah ingin menggunakan teknologi GPS ini untuk
mendukung pekerjaan-pekerjaan dilingkungan mereka, maka disamping pengadaan
perangkat keras dan perangkat lunak GPS, penyiapan sumber daya manusia
(surveryor GPS) juga tidak boleh dilupakan. Tanpa didukung dengan sumber daya
manusianya GPS dengan kualitas dan kuantitas yang memadai, maka peralatanperalatan canggih sekalipun akan menjadi kurang berarti.
10
GPS didisain sebagai Sistem Multi Pemakai, pada saat yang sama sinyal
harus dapat diamati oleh banyak orang (sistem pasif).
GPS didisain untuk melayani posisi secara instan (real time posistioning),
Pada suatu epok pengamat harus dapat mengamati sinyal dari beberapa satelit
sekaligus (bagaimana cara membedakan suatu sinyal terhadap sinyal lainnya ?).
Jarak ke satelit-satelit tersebut harus dapat diukur oleh pengamat (bagaimana
sinyal GPS dapat memberikan informasi tersebut). Pengamat perlu mengetahui
koordinat dari satelit (bagaimana sinyal satelit mengakomodasikannya).
Sinyal GPS harus aman dari gangguan (jamming), karena sinyal GPS
memiliki struktur kode yang unik dan teknik pengiriman sinyal yang andal
(spread spektrum technique).
GPS juga didisain untuk penentuan posisi secara teliti, sehinga perlu adanya
kode dengan frekuensi tinggi (kode-P), perlu adanya gelombang pembawa pada
2 frekuensi (untuk mengeliminasi bias ionosfer), pemilihan frekuensi pada
gelombang pembawa yang optimal.
11
12
13
14
15
Akan tampil menu Preferences. Pada bagian atas menu terdapat beberapa pilihan sub
menu yang isinya dapat disesuikan sesuai dengan kebutuhan. Sub menu yang muncul
pertama kali adalah Map Datum.
Sub Menu ini digunakan untuk menyesuaikan datum yang digunakan pada saat
pengambilan data menggunakan GPS. Pilihlah datum yang sesuai.
Sub Menu
16
Sub Menu
Map Datum
Pilihan Datum
Sub menu berikutnya pilihlah Unit. Lakukan perubahan pada satuan jarak, arah utara
kompas dan satuan ketinggian serta kedalaman sesuai dengan informasi yang
dibutuhkan.
17
Sub menu berikutnya pilihlah Position. Lakukan perubahan pada satuan koordinat
sesuai dengan kebutuhan, misalnya koordinat geografis yang terdiri dari derajat, menit
dan detik atau koordinat UTM.
Pilih
Position
Sub menu berikutnya pilihlah Transfer. Pilihlah port yang akan digunakan untuk
menghubungkan GPS dengan komputer melalui kabel interface. Lakukan Auto Detect
agar komputer dapat mencari secara otomatis.
Pencarian Port
secara otomatis
18
Sub menu berikutnya pilihlah Waypoint. Lakukan perubahan yang dirasakan perlu, jika
tidak biarkan tampilan standarnya.
Sub menu berikutnya pilihlah Time. Lakukan perubahan untuk menyesuaikan waktu
dengan Waktu Indonesia Barat (WIB) yaitu UTC + 7
19
20
Waypoint
dan Tracks
hasil
pengukuran
di lapangan
21
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengkonversi data dari MapSource ke format
*.DXF agar dapat dibaca oleh software ArcView. Klik File - Export
Konversi data
Keluar menu save as. Pilihlah direktori yang akan dituju, beri nama file dan pilh tipe
file *.dxf.
Direktori
Pilih Save
22
Akan tampil menu DXF Export Customization. Pilih sistem koordinat yang diinginkan
untuk Output-nya.
Sistem Kordinat
Kemudian pilih OK
23
pada Desktop.
24
Kemudian akan muncul kotak dialog Welcome to ArcView Gis, kemudian ceklis untuk
pilihan with a new View, kemudian pilih OK.
Pilih
Kemudian, Klik OK
Aktifkan extension CarReader untuk dapat membaca file hasil konversi yang berformat
dxf dengan cara, pilih menu File kemudian pilih Extensions.
25
26
Klik Add theme, Pilihlah file dxf hasil konversi, dan keluarkan data line, point dan
annotation seperti gambar di bawah ini.
Tekam Shift +
Klik Ketiga
file tersebut
Pilih OK
27
4.1. PENDAHULUAN
Arc View adalah software Sistem Informasi Geografis (SIG). Software SIG
mempunyai kemampuan untuk menampilkan, memanipulasi dan merubah data SIG.
Saat kita berkerja menggunakan SIG, kita bukan hanya harus mempelajari tentang
software-nya tetapi juga datanya.
Data SIG mempunyai dua komponen, yaitu komponen spatial atau geografis dan
komponen atribut atau table. Data spatial menampilkan lokasi geografis dari suatu
features. Pada umumnya feature tersebut ditampilkan dalam bentuk titik (point), garis
(line), polygon (polygone). Sebuah feature titik mewakili sebuah lokasi seperti lokasi
kantor pemerintahan dan sekolah. Feature garis yang juga sering disebut dengan
arc/segmen mewakili fitur seperti lintasan atau sungai. Feature poligon mewakili fitur
area seperti persil tanah, danau, atau penggunaan tanah. Seperti gambar dibawah,
ArcView menggunakan tipe symbol yang berbeda-beda untuk mewakili bentuk feature
yang berbeda.
Feature titik
Feature garis
Feature poligon
28
29
Nama Project
30
disebut dengan istilah Themes. Dalam View, Themes ditampilkan di sisi kiri
workspace, list tersebut disebut dengan Table Of Content (TOC).
Themes
Tabel Of Content
4.2.3. Tables
Table merupakan representasi data ArcView yang menampilkan data tabular.
Table menyajikan informasi deskriptif yang menjelaskan feature-feature tentang
layer tertentu pada suatu View . Misalnya pada gambar di bawah ini, ditampilkan
tabel atribut dari layer/shapefile kambing_depok, dimana terdapat informasi
kolom X (koordinat bujur), tanggal (waktu perekaman data), Y (koordinat lintang),
kambing_p (jumlah kambing), lurahan (lokasi berdasarkan administrasi kelurahan),
ID, dam pemilik.
31
Setiap baris atau record dari suatu Table didefinisikan sebagai satu anggota dari
kelompok besar. Sedangkan setiap kolom atau field mendefinisikan atribut atau
karakteristik tunggal dari kelompok itu.
4.2.4. Charts
Chart menampilkan data tabulaer secara visual dalam bentuk grafik. Chart juga
bisa merupakan hasil suatu querry terhadap tabel data. ArcView menyediakan enam
jenis grafik, yaitu : area, bar, column, line, pie dan x y scatter.
32
4.2.5.
Layout
Menyediakan teknik-teknik untuk menggabungkan dan menyusun dokumen-
33
4.2.6.
Scripts
Script merupakan bahasa (semi) pemrograman sederhana (makro) yang
34
Not visible
(not
checked)
active
Not active
Visible
(checked)
4.2.8. Shapefile
ArcView memiliki format data tersendiri yang disebut dengan shapefiles.
Shapefiles adalah format data yang menyimpan lokasi geometrik dan informasi
atribut dari suatu feature geografis. Pada umumnya kita hanya butuh satu file kerja
seperti file Microsoft Worl dengan extension file *.doc, akan tetapi shapefile
memiliki perbedaan, yaitu bahwa satu shapefile memiliki beberapa file yang saling
berkaitan satu sama lainnya. Beberapa file ini memiliki extension yang berbedabeda yang disimpan dalam workspace yang sama. Berikut adalah daftar beberapa
file extension yang merupakan bagian dari ArcView shapefile :
(Catatan : tiga file extension pertama adalah bagian file extension yang harus ada
dalam sebuah shapefile, file extension berikutnya sifatnya optional).
*.shp
*.shx
*.dbf
*.sbn dan *.sbx File yang menyimpan spatial index dari feature (optional)
*.fbn dan *.fbx File yang menyimpan spatial index dari feature shapefile yang
read-only (optional)
35
*.ain dan *.aih File yang menyimpan index atribut dari field yang aktif dalam
sebuah tabel (optional)
*.prj
- File yang menyimpan informasi koordinat dari sebuah shapefile, file ini
dapat muncul jika kita menggunakan ArcView Projection Utility
(optional)
a. View
b. Tables
36
c. Chart
d. Layout
37
With a new view (dengan view baru), dipilih bila ingin memulai project
dengan view baru
As a blank project, dipilih bila ingin memulai dengan project yang masih
kosong
Atau
2) Open an existing project, dipilih bila ingin memulai dari project yang telah
disimpan sebelumnya.
38
Berbagai tahapan dalam membuat view dan theme antara lain adalah sebagai berikut :
39
(feature type) yang ingin kita buat (point, line atau polygon), misalkan pilih
point, kemudian pilih OK.
3) Simpan Theme yang baru akan dilakukan proses penyimpanan pada folder yang
akan kita tuju, kemudian pilih OK.
40
4) Setelah proses penyimpanan selesai maka theme yang kita buat tersebut sudah
langsung ada pada media gambar pada view display.
5). Maka anda siap untuk melakukan digitasi. Dalam hal ini, karena jenis feature
berupa point (titik), maka digitasi menggunakan draw point
41
dialog yang akan muncul meminta pengguna untuk memilih theme yang akan
ditampilkan, pilihlah shapefile data yang ingin dibuka kedalam view, lalu pilih OK.
Lihat gambar dibawah ini :
Lalu pilih OK
Maka, data akan muncul di dalam table of content. Ceklis shapefile yang telah di
buka tersebut untuk menampilkannya dalam View.
Ceklis ketiga
layer/shapefile
tersebut
42
Pilih Pointer
43
5.2.4.
dan Zoom
tampilan peta. Tombol Pan mengubah posisi peta tanpa perubahan ukuran, sedangkan
Zoom in atau Zoom out akan memperbesar atau memperkecil ukuran peta.
44
- Lokasikan kursor pada feature poligon yang ingin diidentifikasi, kemudian klik kiri
pada poligon tersebut.
45
pada Desktop.
yang
memberikan pilihan pada kita yakni membuat project baru (Create a new
project) yang terdiri dari with a new project dan as a blank project atau
membuka project yang telah ada (Open an existing project).
Kotak Welcome to ArcView GIS untuk membuat project baru atau membuka
project yang telah ada
2.a. Create new Project sebagai view baru (with a new View)
Jika kita memilih Create new project sebagai with a new View kemudian pilih
OK pada kotak Welcome to ArcView GIS, maka selanjutnya view akan
meminta kita untuk menampilkan data/file (add data). Jika kita memilih Yes,
maka kita mencari (browse) data/file yang akan digunakan, sedangkan jika
memilih No, maka ArcView akan tampil sebagai kotak View1.
46
2.c. Namun jika tidak muncul kotak dialog Welcome to ArcView GIS atau langsung
muncul Project Window seperti gambar di bawah ini maka ArcView siap
digunakan sebagai new project.
47
3.
3.a. Pada Kotak Welcome to ArcView GIS pilih Open an exsisting project.
Kemudian akan muncul kotak Open Project langkah berikutnya adalah
mencari project (*.apr) yang diinginkan.
3.b. Jika ArcView telah terbuka atau berjalan, pastikan kotak ArcView Project
Window yang terbuka, bukan kotak View sehingga menu yang akan muncul
hanya terdiri dari 4, yakni File, Project, Window, dan Help. Kemudian pilih
File setelah itu pilih open project. Maka akan muncul kotak Open Project,
langkah berikutnya adalah mencari project (*.apr) yang diinginkan.
48
49
2. Mencari data shapefile dalam ArcView yakni dengan cara klik add theme
3) Cari file
2) Pilih Feature
Data Source
3. Browse data shapefile yang diinginkan. Pada Pilihan Data Source Types, pilih
Feature Data Source, hal ini dimaksudkan untuk mencari file/data yang
berformat shapefile saja. Dalam contoh di atas, data shapefile yang digunakan
yakni wilayah penggunaan lahan Kota Depok (landuse_depok_dd.shp), dimana
pada gambar di atas, lokasi file tersebut tertera pada kolom Directory, yakni
e:\pelatihan sig\shapefile depok. Kemudian pilih OK.
4. Setelah itu akan muncul data penggunaan lahan Kota Depok di dalam view.
50
5. Theme dari penggunaan lahan pada gambar di atas tampil dalam single simbol,
artinya belum terklasifikasi menjadi jenis-jenis penggunaan lahan yang spesifik.
Oleh karena itu, layer/theme penggunaan lahan tersebut harus diubah kedalam
unique value untuk memunculkan klasifikasi/jenis penggunaan lahannya.
6. Sebelum itu, perlu diingat bahwa layer/shapefile harus memiliki data atribut
terlebih dahulu agar bisa diklasifikasikan. Data theme penggunaan lahan Kota
Depok (landuse_depok_dd.shp) yang digunakan telah diolah sedemikian rupa
sehingga mempunyai informasi jenis klasifikasi penggunaan lahannya dalam
data atribut yang terdapat di dalam theme tersebut.
7. Data atribut tersebut dapat dilihat pada tabel di theme tersebut, caranya adalah
aktifkan theme (landuse_depok_dd.shp) dengan cara meng-klik theme/layer
(landuse_depok_dd.shp), Kemudian jika sudah diaktifkan, maka pilih menu
Theme, kemudian pilih Table.
51
1) Aktifkan
Theme
2) Pilih menu Theme
3) Pilih
Table
Tabel dari theme landuse_depok_dd.shp yang berisikan data atribut dari theme
tersebut.
52
1) Aktifkan
Theme
2) Pilih Menu
Theme
3) Pilih Edit
Legend
53
1) Double
klick
3) Pilih warna
yang sesuai
54
Pada gambar landuse di sebelah kiri terlihat warna hitam membuat tampilan
menjadi kurang informatif. Warna hitam menghalangi setiap warna dari poligon
jenis penggunaan lahan. Warna hitam tersebut bukanlah warna dari suatu jenis
klasifikasi, melainkan bingkai/garis terluar dari suatu feature poligon. Bandingkan
dengan gambar feature di kanan yang bingkai/garis dari feature-nya telah
dihilangkan. Tampilan di kanan lebih informatif dan menarik dibandingkan
tampilan feature di sebelah kiri.
Cara untuk menghilangkan bingkai/garis luar dari poligone yakni dalam kotak
Legend Editor, double klik simbol pada masing-masing klasifikasi. Kemudian
pada pilihan color, pilihlah Outline. Kemudian pilih no color/no line kemudian
55
poligon akan tampil tanpa garis luar/bingkai. Lakukan untuk semua jenis
klasifikasi poligon.
Theme penggunaan lahan Kota Depok yang telah dihilangkan garis luar/bingkai
poligonnya.
56
Skala tidak
muncul, karena
view belum
disetting
Catatan : Perlu diperhatikan, dalam pemilihan Map unit harus disesuaikan dengan jenis
koordinat data theme/layer. Koordinat dapat dilihat pada sisi sebelah kanan pada kotak
button and tools.
57
Koordinat
Peta
Pada Kotak View Properties, jika koordinat peta decimal degrees, maka
pada Map unit pilihlah decimal degrees, namun jika koordinat merupakan
proyeksi UTM, maka pilihlah meters.
Secara sederhana untuk membedakan antara koordinat decimal degrees
dengan UTM terlihat pada banyaknya digit angka. Koordinat decimal degrees
memiliki rentan nilai antara -90 sampai 90 untuk garis lintang dan -180
sampai 180 untuk garis bujur. Tanda min (-) dalam hal ini menunjukkan
lokasinya di belahan selatan untuk garis lintang dan belahan timur untuk garis
bujur.
Sedangkan angka pada koordinat UTM memiliki banyak digit angka.
Dapat terlihat pada gambar di bawah ini.
bujur
lintang
Koordinat UTM
Banyaknya digit angka yang berbeda antara angka pada koordinat decimal
degrees dan UTM.
58
Setelah disetting, view akan mempunyai nama, informasi tanggal pembuatan dan
nama pembuat serta mempunyai skala dan distance unit.
Setelah memilih Properties pada menu View, maka akan muncul kotak View
Properties.
Terdapat
skala
Terdapat
nama
view
Klik file.
Letakkan file pada folder yang diinginkan, kemudian beri nama file
tersebut, misalkan landuse_depok.
60
7.1. IMAGE
Image atau gambar dikenal dalam SIG sebagai data raster yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam pengolahan data spasial maupun proses up-dating sesuai dengan
keadaan di lapangan. Image (data raster) yang dikenal antara lain jenis data dengan
filetype JPEG,BMP,TIFF dan lain sebagainya, seperti contoh dibawah ini :
Selain itu pada saat ini image yang sering digunakan oleh masyarakat dan mudah
untuk didapatkan adalah image dari Google Earth. Google Earth merupakan sebuah
program globe virtual yang sebenarnya disebut Earth Viewer dan dibuat oleh Keyhole,
Inc.http://www.skyscrapernews.com/googleearth.php).
61
Contoh image yang diambil dari Google Earth untuk lokasi Balai Kota Depok.
Diambil dari Citra Satelit Quickbird tanggal 4-11-2010.
62
Google Earth tidak beroperasi pada konfigurasi peranti keras lama. Konfigurasinya
sebagai berikut:
128 MB RAM
dengan type JPEG. Image tersebut belum memiliki koordinat geografis (sesuai dengan
posisi sebenarnya di bumi), sehingga belum dapat di-overlay dengan data spasial yang
ada, hal ini berlaku juga untuk peta hasil scan.
Untuk itu diperlukan proses geo-reference (koreksi geometrik) pada image
tersebut agar dapat digunakan dengan data spasial lainnya. Salah satu cara untuk
melakukan proses geo-reference tersebut menggunakan ekstension arcview yakni Image
Analyst.
extension (yang
63
Pilih File
Kemudian Pilih
Extensions
Ceklis Untuk
Image Analysis
Pilih OK
64
1) Buka file image yang telah kita simpan dengan cara klik icon add theme
Jangan lupa untuk mengubah pilihan Data Source Types menjadi Image Analyst
Data Source.
Klik Add Theme
Pilih Image
Analysis Data
Source
2) Bukalah data image peta lahan pertanian depok.jpg, kemudian OK.
3) Jika muncul perintah seperti di bawah ini, maka pilih saja NO.
Pilih No
65
diketahui koordinatnya.
Zoom in
Koordinat
yang telah
diketahui
66
dimasukkankoordinatnya
Klik Align tool
7) Kemudian klik kiri lalu tahan dilanjutkan klik kanan lalu tahan, hingga muncul
opsi pilihan, tahan lalu pilih Enter to coordinat, lalu lepaskan mouse.
67
8) Setelah itu muncul box To Point, masukkan koordinat yang telah diketahui
sebelumnya.
68
11) Setelah rektifikasi titik kontrol (minimal 4 titik kontrol) selesai, periksa kembali
secara visual pada skala penampilan yang besar apakah sudah tepat lokasi. Jika
belum, tambahkan titik kontrol kelima dan seterusnya.
12) Untuk menyimpan hasil rektifikasi sebagai file baru, klik menu utama Theme,
kemudian pilih Save Image As . Akan muncul pertanyaan Do you wish to
save the control point links in a shape file? Klik Yes untuk menyimpan titik
kontrol ke dalam format shape file.
69
13) Lalu akan muncul pertanyaan.. Add shapefile as theme to the view? Maka pilih
Yes, untuk memunculkan titik control yang telah menjadi shapefile ke dalam
view.
14) Lalu selanjut akan muncul kotak Save Peta lahan pertanian depok.jpg As. Beri
nama lalu simpan pada folder yang diinginkan. Save image sebagai Tiff.
Kemudian pilih OK.
Pilih Tiff
70
16) Image yang sudah disimpan tersebut telah selesai dikoreksi geometrik dan dapat
di-overlay dengan data spasial lainnya.
Tambahkan data
admin_depok_area_dd.shp
Untuk memastikan kebenaran
dari hasil koreksi geometrik
yang kita lakukan.
71
72
73
Berikut adalah pengenalan fungsi-fungsi dari feature yang terdapat dalam Dekstop
Software Google Earth
Penjelasan (sesuai nomor) antar muka Google Earth yang tampak seperti gambar
diatas bisa dilihat di bawah ini :
1.
Panel Cari Untuk mencari tempat dan arah serta mengelola hasil
pencarian.Google Earth EC dapat menampilkan tab tambahan di sini.
2.
3.
4.
5.
74
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Tambahkan Konten Klik untuk mengimpor konten yang menari dari Galeri
KML
18.
19.
8.2. DIGITASI
Google earth sama seperti mesin pencari google, artinya kita bisa mencari lokasi
dengan mengetikan nama suatu daerah, tempat, negara, dll yang berhubungan dengan
lokasi. Caranya adalah ketikan nama suatu tempat pada kolom Terbang ke, lalu klik
icon bergambar kaca pembesar di sampingnya
Klik
Secara otomatis, Google Earth akan membawa kita pada lokasi yang dituju.
75
Setelah menemukan wilayahnya, Klik kanan pada pilihan My Places dalam kotak
Places, pilih Add, kemudian Folder
(Catatan : pada contoh di atas, folder yang dibuat akan ditempatkan pada My
Places, anda bisa menempatkan folder tersebut di mana saja, semisal pada gambar di
atas terdapat Temporary Places, maka anda tinggal meng-klik kanan pada Temporary
Places tersebut kemudian melanjutkan langkah-langkah berikutnya).
76
Kemudian pilih OK
77
Setelah folder Poligon terbuat, maka selanjutnya kita akan mendigit dan membuat
polygon dari citra quicbird Google earth
Pastikan bahwa folder Poligon
yang ter-klik (sehingga berwarna
biru)
Hal ini dimaksudkan karena feature
poligon yang akan kita masukkan
akan tersimpan di dalam folder
Poligon tersebu.
Jangan salah klik, perhatikan
folder-nya sebelum anda mendigit
feature.
78
79
Setelah mengatur warna, maka anda bisa memilih OK pada jendela Google Earth New
Poligon.
80
Poligon Industri
pun muncul di
dalam folder
Poligon
Pilih Folder
Poligon
Ganti Nama :
Misal Permukiman
Digitasi
Poligon
Ganti
warna
Kemudian
pilih OK
81
Penamaan untuk objek yang sama sebaiknya harus sama, karena nama tersebut
(industri, permukiman, lahan pertanian) akan menjadi keterangan atribut dalam
shapefile nanti
Kemudian, digitasi tidak bisa diputus, jika banyak kluster permukiman, anda
tidak bisa mendigitasi semua kluster permukiman yang terpisah-pisah tersebut
dalam satu poligon, melainkan anda harus mendigitasi satu-satu dari setiap
kluster permukiman menjadi masing-masing poligon. (Contoh pada gambar di
bawah ini terdapat 5 poligon (5 kluster permukiman)
Lanjutkan digitasi anda bila anda ingin mendigitasi seluruh area secara penuh.
Feature/grafik terdiri dari 3 macam, yakni poligon, garis dan titik. Setelah membuat
poligon, maka selanjutnya kita akan membuat feature garis yakni jalan. Langkahnya
hampir sama, yakni :
Membuat Folder baru di dalam folder My Places
82
Beri nama
Misalkan : Garis/Jalan
Klik kanan pada My Places, pilih
Add, kemudian Folder
Setelah itu OK
Muncul folder
Garis/Jalan
didalam folder
My Places
83
Maka akan muncul, kotak Google earth New Path, kemudian beri nama, misalkan jalan
raya. JANGAN PILIH OK TERLEBIH DAHULU, mulailah dengan mendigit
84
Beri warna kemudian atur lebar tampilan jalan yakni dengan mengatur Width
Setelah digitasi, pengaturan warna dan lebar tampilan path selesai, maka pilih OK pada
kotak kotak Google earth New Path.
85
Maka akan
muncul Jalan
Raya pada folder
Garis/Jalan
Lanjutkan dengan digitasi jalan lainnya, misalkan jalan lokal dll atau anda bisa mendigit
sungai atau batas objek lainnya.
86
87
Beri nama
Misalkan:
Titik 1
Letakkan titik
Sesuai lokasi yang
anda kehendaki
Pilih OK
Buatlah lebih banyak titik. Anda bisa menggunakannya misalkan untuk ploting
suatu lokasi fasilitas umum seperti rumah sakit, stasiun kereta api, kantor administrasi,
dll. Anda dapat melihat koordinat dari titik yang anda buat pada kolom lattitude dan
longitude, atau anda bisa meletakkan titik sesuai dengan koordinat yang anda inginkan,
yakni dengan cara memasukkan koordinatnya pada kolom lattitude-longitude tersebut.
Anda juga dapat mengganti tampilan titik dalam google earth dengan mengaturnya di
kotak Style and Color
88
Maka, setelah itu anda pun memiliki 3 folder, yakni poligon, garis/jalan, dan titik.
Langkah selanjutnya adalah menyimpannya sebagai data.kml/kmz
Save masing-masing folder dengan cara :
Klik kanan pada masing-masing folder, pilih save place as, letakkan pada folder yang
anda inginkan, kemudian save sebagai kmz.
Kemudian kita akan mengkonversi data kmz tersebut menjadi data shp dengan bantuan
software Global Mapper. Buka software Global Mapper.
89
Open data file, kemudian buka ketiga file (polygon, garis/jalan, titik) yang berformat
kmz tersebut.
Buka saja ketiga dengan cara tekan shift, kemudian pilih ketiganya, kemudian pilih
Open
90
91
92
agar
dapat menuliskan data sesuai dengan kebutuhan yang akan diolah. Selanjutnya
apabila ingin menambahkan baris data yang sama adalah klik Edit > Add record:
93
4) Berikutnya untuk menambahkan kolom data yang baru sesuai dengan kebutuhan
data, maka yang dilakukan adalah Edit > Add field :
Pada proses add field terdapat kotak dialog yang perlu diisi, yaitu sebagai berikut
94
tautan yang dapat menghubungkan antara data atribut yang dimiliki dengan data
tambahan yang akan dimasukkan.
3) Panggil data tambahan yang akan digabungkan (dalam bentuk dbf). Untuk dapat
memanggil data tersebut, harus ketampilan depan ArcView. Kemudian pilih
kolom tables, dan klik add
4) Setelah mengklik tombol Add maka akan muncul tabel seperti ini
95
5) Pilih file yang akan ditambahkan kedalam data shapefile, kemudian klik ok.
Maka akan muncul data tabel seperti dibawah ini
6) Bila data tabelnya telah terbuka, klik tombol window kemudian tombol tile
96
7) Akan terlihat dua tabel data yang akan kita gabungkan yakni data shapefile dan
data dbf (data tambahan)
8) Agar dapat terjadi proses joint atribut, maka kita harus memilih kolom tautan
yang terdapat di dua data.
9) Pilih window (jendela) yang akan menjadi tempat proses penggabungan
10) Klik tombol
11) Setelah tergabung data tambahan kedalam data tabel shapefile, maka shapefile
tersebut harus di simpan kedalam komputer dengan nama lain (dengan cara
convert to shapefile)
97
98
Selain tool-tool diatas, Arcview juga menyediakan PULL-DOWN menu untuk query
spasial yakni Select by Theme yang terdapat di menu Theme, seperti tertera berikut
ini:
Dalam latihan ini kita akan mempelajari teknik query dengan aplikasi ArcMap.
Start ArcView, dengan cara pilih Start All Program ESRI ArcView GIS
3.3
99
admin_kecamatan_depok.
100
Maka di tampilan View, akan muncul data administrasi kecamatan di Kota Depok
(Admin_kecamatan_depok.shp) dan ploting lokasi kebun belimbing
(Belimbing_depok_dd.shp).
101
Maka, kecamatan
Bojongsari pun secara
otomatis ter-select
berwarna kuning
]
Hilangkan select (berwarna kuning) dengan meng-klik clear selected features
berdasarkan atributnya.
102
Pada kolom Field, Double Klik [Kecamatan] hingga muncul di bawah kolom pada
tabel tersebut, seperti gambar di bawah ini.
Double Klik
Kecamatan
Hingga muncul
nama Kecamatan
Kemudian pada kolom Value, Double klik kecamatan yang diinginkan. Misalkan
Pilih Bojongsari, sehingga kolom di bawah berisi format seperti gambar berikut
ini.
103
Formula
Maka area dari Kecamatan Bojongsari akan berwarna kuning di tampilan View.
104
Maka akan muncul kotak Select By Theme. Pada kolom Select features of active
themes that sebagai intersect. Dan pada kolom the selected features of sebagai
Belimbing_depok_dd.shp.Kemudian Pilih New Set.
Bukalah tabel dari admin_kecamatan_depok.shp, maka akan terlihat namanama kecamatan yang ter-select.
106
Setelah area yang telah kita analisis ter-blok (selected) hingga berwarna kuning,
maka lanjutkan dengan memilih Theme pada menu bar, kemudian pilih Convert
to Shapefile.
(*pastikan mengaktifkan theme yang ingin di-export, dalam contoh ini adalah
admin_kecamatan_depok.shp bukan Belimbing_depok_dd.shp. Dan pastikan area
masih tetap berwarna kuning (selected) untuk menandakan bahwa hanya area
tersebutlah yang ingin di export atau disimpan sebagai shapefile baru.)
Setelah itu, akan muncul Pertanyaan Add shapefile as theme to the view, pilih
Yes.
107
Maka akan muncul theme baru dengan area hasil query yang telah dilakukan
sebelumnya.
108
menghasilkan layout dari dokumen View. Anda akan mendapatkan sebuah layout
yang secara default sudah terdapat Judul Peta (sesuai dengan nama dokumen View
nya),
Arah Utara,
View nya lengkap dengan Legendanya. Kedua , Anda menghasilkan layout peta dari
dokumen layout pada menu project. Dengan cara ini Anda akan memperoleh blank
layout. Anda bisa menggunakan template layout yang ArcView sediakan untuk
memulai atau Anda melayout sesusai dengan desain layout Anda sendiri.
109
Bukalah software Arcview, kemudian saat muncul tampilan seperti di bawah ini,
pilihlah Open an existing projectu untuk membuka project yang telah kita buat.
Maka, project akan muncul sesuai kondisi terakhir saat kita menyimpan project
tersebut.
110
2). Pilih
Layout
111
1). Pilih
Layout
2). Pilih
New
Dalam hal ini, layout yang digunakan yakni jenis layout yang didesain sendiri,
sehingga layout dibuka dari dokumen layout seperti langkah-langkah yang tertera
pada gambar di atas.
112
Klik OK.
3). Beri nama layout pada
kolom Name di dalam
kotak Layout Properties
2). Pilih
Properties
5) Klik OK
Langk
Klik Ok.
Catatan : Pada saat menentukan batas margin, perhatikan satuan units kertas
yang sesuai. Lebih baik tentukan satuan units-nya dalam centimeter.
113
Pada blank layout yang tersedia, klik dan drag sesuai tampilan peta yang
diinginkan.
Klik OK.
114
Drag menyilang
2) Pada kolom
Scale, pilih
User
Specifield
Scale
3) Atur skala,
misalkan
1:125.000
4) Klik OK
115
yakni
dengan cara pilih menu file, pilih ekstension, maka akan muncul kotak
Extension.
-
116
untuk
Tentukan View Frame yang akan di buat gridnya, dalam hal ini viewnya
adalah Penggunaan Lahan Kota Depok.
Klik Next.
Tentukan pilihan untuk jenis gridnya, misalkan pilih atau check list
Labels only.
Atau isi seperti apa yang terdapat pada gambar di bawah ini.
117
118
119
Kotak Ungroup
muncul
setelah
bingkai/kotak
koordinat terblok
120
Blok pada angka koordinat dengan cara mengklik kiri pada angka tersebut
sehingga terdapat titik-titik pada sisi-sisinya.\
121
122
Kemudian lakukan hal serupa untuk semua angka koordinat (edit angka
koordinat).
dituliskan.
-
Maka akan muncul jendela Text Properties. Tuliskan judul peta pada box
yang tersedia.
Jika diperlukan, Alignment (rataan), spasi dan sudut rotasi judul peta
dapat diatur.
Letakan judul peta pada tempat yang sesuai, yakni dengan cara klik kiri
pada judul peta hingga judul peta terblog dan kursor berubah menjadi
123
Ukuran, warna, jenis, serta style text dari judul peta dapat dirubah bila
diperlukan. Caranya yakni klik kiri judul peta, kemudian pilih window
pada menu, kemudian pilih Show Symbol Window. Maka akan muncul
kotak Font Palette. Sesuaikan jenis, style, serta ukuran text pada judul
peta pada kotak Font Palette.
Klik OK.
124
Atur Alignment
Klik
125
Merubah ukuran
text pada judul
peta, pilih
window pada
men bar,
kemudian pilih
Show Symbol
Window
126
Maka akan muncul jendela North Arrow Manager. Pilihlah salah satu
yang tersedia.
Klik OK.
127
Klik kiri
Pilih north arrow
Tentukan
lokasi tempat
meletakkan
simbol mata
angin ini,
kemudian
drag kursor
pada lokasi
tersebut.
128
129
Maka akan muncul jendela Scale Bar Properties. Tentukan View Frame
yang akan di layout ( Penggunaan Lahan Kota depok).
Style skala, unit satuan skala dan interval dapat diatur jika diperlukan.
Klik OK.
Klik kiri
130
131
Klik OK .
Klik kiri-tahan
Pilih button Legend
Frame
Tentukan lokasi
untuk penempatan
legenda, kemudian
drag kursor di
tempat tersebut
132
Klik OK
Setelah muncul
legenda peta,
simplify legenda
untuk mengatur dan
membuat judul
legenda.
133
Caranya adalah klik legenda peta hingga terblok (muncul 4 titik di sudut-sudut
legenda).
-
Kemudian pilih komponen yang akan diedit atau dirubah (misal, nama
theme/layer legenda Landuse_depok_dd.shp) dengan cara klik hingga
terblok.
Setelah itu rubah text-nya pada kotak Text Properties, misalkan merubah
tulisan dari Landuse_depok_dd.shp menjadi Keterangan.
134
Maka komponen
dari legenda akan
terpisah (un-group)
Setelah text berubah, atur posisi letaknya. Kemudian atur style tulisan
atau ukuran textnya dengan menggunakan Show Symbol Window pada menu
Graphic.
135
Klik kiri
136
137
2) klik Export
3) Ganti type/format
dari file yang
akan disimpan,
misal pilih JPEG
138
4) Beri nama
pada file
5) Atur resolusi
dengan cara
klik Option
hingga
muncul kotak
JPEG
Option,
setelah itu
OK
6) Setelah itu
klik OK pada
kotak Export
Langkah terakhir adalah, simpan project dengan cara pilih File, kemudian
Save Project
139
Banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat sebuah Web berbasis
GIS, mulai dari yang gratis hingga yang harus berbayar. Contoh aplikasi gratis yang
dapat membantu kita untuk membuat WebGIS adalah mapserver, ms4w (mapserver
untuk windows), alov map, cartoweb, open layers dan lain sebagainya. Sedangkan
software berbayar seperti ArcGIS server dan lain-lain. Namun dalam modul ini yang
akan dibahas terutama mengenai aplikasi ms4w dan open layers dalam Sistem Informasi
Pertanian Kota Depok.
140
141
13.2.TEKNIS
PENGUPDATETAN
SISTEM
INFORMASI
Untuk software pengekstrak file ZIP (dalam modul ini winRAR) dan Web
Browser (Mozilla firefox) merupakan software yang umum sehingga kemungkinan
besar para peserta pelatihan telah mengerti bahkan mungkin di dalam PC/laptop
masing-masing telah terinstall software tersebut. Oleh karena itu, dalam modul ini tidak
ditunjukkan caranya dengan asumsi para peserta telah mengetahui software tersebut.
142
paket
software
MS4W
(gratis)
di
situs
http://www.maptools.org/ms4w/index.phtml?page=downloads.html
Setelah di-download, ekstraklah paket tersebut dengan cara klik kanan lalu klik extract
files... seperti gambar dibawah:
Klik
Pilih extract
143
Kemudian akan muncul jendela Extraction path and options pilihlah local harddisk
C:\ agar kolom pada destination path berubah menjadi C:\ setelah itu klik OK
Jika proses ekstraksi selesai maka akan muncul folder MS4W pada local harddisk C:\,
lalu klik folder tersebut kemudian dobel klik file apache-install.bat
Dobel
klik
Kemudian jalankan mozilla firefox dan isikan pada kolom addressnya http://localhost
atau http://127.0.0.1 lalu enter. Jika proses instalasi MS4W tadi berhasil maka akan
muncul homepage seperti gambar dibawah:
144
MS4W
setup.exe
Installer
di
situs
http://www.maptools.org/ms4w/index.phtml?page=downloads.html
download
145
Sebelum menjalankan installer tersebut, klik kanan pada installer lalu pilih properties,
maka akan muncul jendela ms4w-3.0.3-setup properties seperti gambar dibawah:
Klik
klik
Kemudian pilih Compatibility, lalu centang Run this program... lalu pilih Windows
XP (Service pack 2), kemudian klik OK.
Klik
Centang
Pilih Windows
XP (Service pack
Klik
Kemudian dobel klik MS4W-3.0.3-setup, setelah itu akan muncul jendela MS4W3.0.3-setup: License Agreement, kemudian klik I Agree.
146
klik
Kemudian akan muncul jendela MS4W 3.0.3 Setup: Installation Options lalu klik
next.
klik
147
Kemudian akan muncul jendela MS4w 3.0.3 Setup: Installation Folder lalu klik OK.
klik
Kemudian akan muncul jendela MS4W 3.0.3 Setup: Apache Port, lalu klik install.
klik
148
Kemudian akan muncul jendela MS4W 3.0.3 Setup Installing yang menunjukkan
proses instalasi.
Jika selesai, coba klik pada start All Programs MS4W, lalu klik MS4WLocalhost.
Klik MS4W-
149
Instalasi Shp2kml
Download-lah Shp2kml.zip (gratis) di situs http://www.zonums.com/files/Shp2kml.zip.
Untuk menggunakan software ini hanya perlu dilakukan pengekstrakan Shp2kml
sehingga tampilannya seperti gambar dibawah ini:
software
Notepad++
(gratis)
di
situs
150
Kemudian dobel klik software tersebut sehingga akan muncul jendela Installer
Language, kemudian klik OK
151
152
153
154
Di dalam folder latihan terdapat folder depok, dan di dalam folder depok ada beberapa
folder beserta file-file html dan 1 file javascript.
155
Tiap file yang ada tersebut merupakan file-file penting sehingga tidak boleh dihapus
ataupun memindah-mindahkan file-file tertentu ke dalam folder-folder lainnya.
Untuk hal ini peserta pelatihan hanya di tuntut untuk memahami folder-folder dan filefile yang ada dibawah ini :
Folder kml
Di dalam folder ini merupakan tempat penyimpanan data spasial yang akan
digunakan dalam sistem informasi ini. Data-data yang digunakan merupakan
data-data yang memiliki format kml (Keyhole Markup Language). Oleh karena
itu, folder ini merupakan tempat untuk menambah data-data spasial terbaru.
Berikut isi dari folder kml tersebut.
Home.html
156
Belimbing.html
Ikan_hias.html
157
Kambing_domba.html
158
Klik kanan pada file httpd.conf lalu pilih Edit with Notepad++,
159
Sisipkanlah script dibawah ini pada baris paling bawah dari file tersebut
160
Langkah berikutnya adalah melakukan restart MS4W dengan cara klik control
panel kemudian pilih Administrative Tools lalu klik Services dan akan muncul
jendela Services. Klik Apache MS4W Web Server lalu klik Restart yang ada di
samping kirinya.
Jika sudah tutup jendela Services tersebut dan buka browser yang ada, kemudian
ketikkan
di
address
bar
nya
http://127.0.0.1:8080/depok/home.html
atau
161
14.3.
UPDATING
DATA
BARU
KE
DALAM
SISTEM
INFORMASI
PERTANIAN
Konversi SHP to KML
Setelah data SHP selesai diedit dan siap untuk digunakan maka langkah selanjutnya
adalah melakukan konversi dari format data SHP ke format data KML sesuai dengan
pembahasan sebelumnya.
Berikut adalah langkah-langkah untuk mengkonversi format data SHP ke format data
KML:
1. Open/klik 2 kali icon software Shp2kml hingga muncul tampilan seperti
dibawah ini.
162
2. Input file data SHP yang akan di konversi ke KML, kemudian klik next.
klik
klik
3. Akan muncul tampilan seperti dibawah dan langung klik next:
klik
163
4. Akan muncul tampilan seperti dibawah. Untuk mengubah bentuk dan warna dari
icon, klik bagian yang dilingkari dibawah. Jika sudah selesai klik next.
klik
164
klik
165
6. Setelah itu, klik Create KML file dan simpan data KML sesuai dengan nama
yang diinginkan.
Kemudian simpanlah data kml tersebut ke dalam folder kml yang telah tersedia
C:\MS4W\Apps\pelatihan\depok\kml\
166
Data-data berformat
Kemudian untuk menambah data baru salinlah belimbing.html yang terdapat dalam
folder C:\ms4w\apps\pelatihan\depok\ ke folder yang sama sehingga akan ada 2 file
belimbing.html yang sama, setelah itu ubah salah satu nama file tersebut dengan nama
sesuai dengan data apa yang ingin ditambah, misalnya: penambahan data sawah.html.
Di folder kml juga harus ditambah file sawah.kml.
167
Kemudian klik kanan pada file sawah.html tersebut lalu pilih Edit with Notepad++
dan cari lah script seperti di bawah ini:
Keteranga
Harus sama dengan
nama file pada
folder kml
Nama boleh asal,
asalkan semuanya
sama
Nama yang akan
muncul pada
website
class="leaf"><a
href="http://127.0.0.1:8080/depok/ikan_hias.html"
title="Ikan
Hias">Ikan Hias</a></li>
<li class="leaf"><a href="http://127.0.0.1:8080/depok/sawah.html" title="Peta
Sawah"> sawah</a></li>
<li
class="leaf
last"><a
href="http://127.0.0.1:8080/depok/kambing_domba.html"
169
ke HomePage
Tampilan
Ke Peta
170
Tombol Navigasi
Legenda Peta
Tombol pembesar
Inset Peta
171
DAFTAR PUSTAKA
Anon. 2000. Map Projection Overview. www.colorado.edu
Anon. 2003. Introduction To Arcview: Using ArcView 3.x and NH Granit Data.
University of New Hampshire.
Charter, D. 2007. Konsep Dasar WebGIS. Komunitas eLearning IlmuKomputer.Com
Departemen Geografi UI. 2004. Modul Praktikum Mahasiswa Membuat Peta Digital
dengan ArcView GIS 3.x. Laboratorium Kartografi & SIG Departemen Geografi
FMIPA-UI.
ESRI. 2004. Understending Map Projections. ESRI
ESRI. Geographic Information Systems and the Globe Program. ArcView Edition
Digitasi
Earth,
2011,
tanggal
akses
18
oktober
2011
(http://ardispasialnet.wordpress.com/2010/08/15/memetakan-di-google-earthdan-mengkonversinya-dalam-bentuk-shapefile/)
http://www.maptools.org/ms4w/
http://openlayers.org
172
LAMPIRAN
1. (ON/OFF)
2 .(PAGE)
Membuka halaman utama pada GPS dan mengembalikan layar ke menu utama
dari submenu
3 .(MARK)
4 .(GOTO)
Tampilan
GOTO
dengan
waypoint
untuk
operasi
penggunaan GOTO.
6 .(QUIT)
Mengembalikan
tampilan
ke
halaman
sebelumnya,
atau membatalkan
pilihan
Halaman Satellite
Halaman satelit menampilkan posisi satelit dan kekuatan sinyal. Posisi
satelit digambarkan dua lingkaran dan satu titik pusat. Satelit terluar
menggambarkan satelit pada level horizon; lingkaran dalam 45 di atas horizon;
dan lingkaran pusat mewakili
satelit
langsung
diatas
kepala.
Halaman Posisi
Halaman posisi memperlihatkan posisi dimana kita berada, pada arah mana
kita berada, dan seberapa cepat kecepatan kita. Halaman teratar menampilkan
kompas secara grafis, track dan kecepatan berada di bawahnya.
Catatan : Grafis kompas bergerak hanya kalau kita bergerak
Sisa
Bujur, Lintang, dan ketinggian. Jarak perjalanan dan jam juga tersedia.
Aktifkan GPS 12 XL
Tekan tombol (1 - ON/OFF)
Halaman pembuka akan terlihat. Setelah beberapa lama halaman satelit akan
muncul. Setelah sinyal satelit yang dibutuhkan terkumpul, halaman satelit akan
digantikan dengan halaman posisi.
Memasukan Posisi
Pada intinya GPS hanya melakukan marking (memasukan posisi ) dan melakukan
perjalanan (Waypoint). Sebelum kita melakukan perjalanan kita harus terlebih dahulu
menentukan posisi awal (HOME) dengan Waypoint . (GPS 12 XL bisa memuat lebih dari
500 Waypoint)
Memasukan Posisi
Tekan tombol MARK. Posisi yang akan dimasukan akan terlihat, dengan nama
yang bisa diubah sesuai dengan keinginan pengguna.
nama
Masing-masing
waypoint
waypoint
yang
juga
akan
dapat
diinginkan,
diubah
dan
simbolnya
tekan
untuk
ENTER
dapat
Tekan PAGE
Halaman Peta (Map Page)
Halaman selanjutnya adalah halaman peta (Map Page). Untuk memastikan kita
dapat melihat keseluruhan track perjalanan yang telah kita lakukan, ubahlah sekala
yang ada pada GPS dari .2nm (default) menjadi 5 nm.
Gunakan tanda panah untuk memilih tanda ZM pada layar atas halaman
peta, kemudian ENTER
Tekan tanda 5 sampai terpilih 1nm kemudian ENTER
Halaman Kompas
GPS 12 XL mempunyai halaman kompas yang bertujuan membantu kita dalam
melakukan navigasi di lapangan. Tanda panah di tengah menunjukan arah dari
perjalanan kita. Untuk lebih cepatnya bila tanda panah naik/tegak berarti kita sedang
menuju ke sebuah waypoint. Arah dan jarak ditunjukan di bagian atas layar, dan track
serta kecepatan ditunjukan pada bagian bawah layar GPS.
Membatalkan GOTO
Tekan GOTO
Pilih Cancel GOTO, tekan ENTER
Lampu Layar
Lampu layar sangat berguna untuk perjalanan di malam hari. Aktifkan lampu
layar dengan menekan (1 - ON/OFF). Lampu layar akan hidup dan akan mati
kembali sesuai dengan waktu yang telah di setup.
Mematikan GPS
Kita telah melakukan operasi pengunaan GPS secara mendasar. Untuk
menonaktifkan GPS cukup menekan dan tahan (1 - ON/OFF) selama 3 detik.
TOMBOL ETREX
1. Tombol UP/DOWN
-
2. Tombol ENTER
-
Tekan dan tahan tombol ENTER untuk mengaktifkan menu mark waypoint
3. Tombol PAGE
untuk kembali ke halaman sebelumnya, jika anda melakukan sesuatu dan tidak akan
melanjutkan anda dapat berhenti dengan menekan tombol PAGE.
4. Tombol POWER
-
PEMASANGAN BATERAI
eTrex dioperasikan dengan 2 baterai jenis AA, yang dipasang dibagian belakang GPS.
Untuk memasang baterai, buka bagian tutup baterai dengan
Memutar kunci D pada bagian belakang GPS seperempat putaran berlawanan arah jarum jam.
Masukkan baterai dengan memperhatikan polaritas yang telah ada. Tutup kembali tutup baterai
dengan memutar kunci D seperempat putaran searah jarum jam.
MEMILIH HALAMAN
Semua informasi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan E Trex dapat ditemukan dalam empat
halaman utama (layar tampilan). Halaman-halaman ini antara lain satelit, peta, pointer, dan
menu. Ketika dinyalakan tekan tombol PAGE untuk memilih halaman-halaman tersebut.
LANGKAH PERTAMA
Sebelum anda dapat benar-benar menggunakan E Trex untuk navigasi, pertama anda harus
menentukan posisi pasti anda saat ini. Untuk melakukan ini, bawalah eTrex anda keluar ke
tempat terbuka yang cukup luas. Tekan dan tahan tombol POWER untuk menyalakan GPS
anda akan melihat halaman muka selama beberapa detik sebelum E Trex melakukan pengujian
secara otomatis, diikuti dengan halaman satelit. E Trex memerlukan sekurang-kurangnya 3
sinyal satelit yang kuat untuk mementukan posisi anda.
Setelah anda melihat READY TO NAVIGATE pada halaman satelit, eTrex telah menemukan
lokasi anda dan siap untuk digunakan.
LAMPU LAYAR DAN TINGKAT KEJELASAN GAMBAR
Untuk menyalakan lampu layar, tekan dan kemudian lepaskan tombol POWER pada layar.
Lampu layar sudah ditentukan untuk menyala selama 30 detik untuk menghemat tenaga
baterai. Untuk menyesuaikan tingkat kejelasan gambar pada layar, tekan tombol UP untuk
membuat layar lebih gelap, dan tekan tombol DOWN untuk membuat layar lebih terang.
MENENTUKAN WAYPOINT
Waypoint adalah lokasi dimana anda dapat mengeplot (menyimpan dalam memori) sebagai
arah untuk navigasi nantinya.
Untuk menentukan waypoint
1. tekan tombol PAGE dan pilih halaman menu. Tekan tombol UP atau DOWN dan pilih
bagian MARK.
2. tekan tombol ENTER. Halaman MARK WAYPOINT akan muncul dengan kata OK?.
Tekan ENTER. Sekarang waypoint telah tersimpan dalam eTrexs memori.
MASUK KE MENU WAYPOINT
eTrex membantu anda ke waypoint dengan menggunakan GOTO (GOTO artinya GOing TO
(menuju ke) sebuah tujuan dalam garis yang terarah).
Untuk memulai GOTO:
1. tekan tombol PAGE dan pilih halaman MENU. Tekan tombol UP atau DOWN dan pilih
WAYPOINT. Tekan ENTER. Halaman waypoint akan muncul.
2. tekan tombol UP atau DOWN dan pilih tab yang berisi nama waypoint yang diinginkan
dan tekan ENTER. Tekan tombol UP atau DOWN untuk memilih nama waypoint yang
diinginkan dan tekan ENTER. Halaman REVIEW WAYPOINT untuk melihat waypoint
yang ada/muncul.
3. tekan tombol UP atau DOWN untuk memilih GOTO, dan tekan ENTER.
DASAR HALAMAN POINTER
Setelah anda memilih GOTO, eTrex akan memandu anda ke tujuan dengan menggunakan
halaman pointer (pointer page). Pointer (panah) akan menunjukkan anda arah ke waypoint
tujuan anda. Jalan ke arah yang ditunjukkan panah hingga panah menunjuk ke arah atas dari
kompas. Jika panah menunjuk ke arah kanan, berarti anda harus berjalan ke kanan. Jika panah
menunjuk kea rah kiri, pergilah ke kiri. Jika panah telah menunjuk tepat ke atas pada kompas,
berarti anda telah berada pada jalur yang benar!
MENYELESAIKAN GOTO
Menyelesaikan GOTO :
1. tekan tombol PAGE dan pilih halaman POINTER. Lalu tekan ENTER.
2. pilih STOP NAVIGATION dalam halaman OPTIONS dan tekan ENTER.
MEMBERSIHKAN TRACKLOG
Setelah anda menggunakan eTrex untuk beberapa kali perjalanan, tampilan peta akan menjadi
penuh karena menyimpan trek/jalur yang telah anda lalui. Karenanya anda perlu untuk
membersihkan layar dengan membersihkan track log (barisan di sebelah kiri pada halaman
peta) :
Membersihkan track log :
1. tekan tombol PAGE dan pilih halaman MENU.
Klik Next
3. Kotak Arcview License Agreement, Klik Yes
Kotak Choose Instal Type, Plilh Local Instal dan klik next
Pilih
Download
Google
Earth 6
Selanjutnya Pilih
Agree and Download
Setelah itu, akan muncui kotak dialog untuk menyimpan item installer dari
Software Google Earth, pilih yes atau save.
Tunggulah hingga GoogleEarthSetup.exe selesai ter-download.
Setelah selesai terdownload, maka aktifkan dan install dengan cara double klik pada
icon GoogleEarthSetup.exe
Jika muncul kotak Open File-Security Warning seperti gambar di bawah ini, maka klik
Run untuk melanjutkan proses instalasi
Pilih Run
mengklik
icon
Software
Earth
pada
Dekstop.
.sliderwrapper .contentdiv{
visibility: hidden; /*leave as is*/
position: absolute; /*leave as is*/
left: 0; /*leave as is*/
top: 0; /*leave as is*/
padding: 0px;
background: white;
width: 900px;
height: 100%;
}
.pagination{
width: 900px;
text-align: right;
background-color: #666;
padding-bottom: 5px;
}
.pagination a{
padding-bottom: 5px;
text-decoration: none;
color: #FFF;
background: #333;
border: 1px solid white;
}
SCRIPT
UNTUK
(EXECUTE)
MENJALANKAN
WEB
//** Featured Content Slider script- (c) Dynamic Drive DHTML code library:
http://www.dynamicdrive.com.
//** May 2nd, 08'- Script rewritten and updated to 2.0.
//** June 12th, 08'- Script updated to v 2.3, which adds the following features:
//1) Changed behavior of script to actually collapse the
previous content when the active one is shown, instead of just tucking it
underneath the later.
//2) Added setting to reveal a content either via "click" or
"mouseover" of pagination links (default is former).
//3) Added public function for jumping to a particular slide
within a Featured Content instance using an arbitrary link, for example.
//** July 11th, 08'- Script updated to v 2.4:
//1) Added ability to select a particular slide when the page
first loads using a URL parameter (ie: mypage.htm?myslider=4 to select 4th slide in
"myslider")
//2) Fixed bug where the first slide disappears when the
mouse clicks or mouses over it when page first loads.
var featuredcontentslider={
//3 variables below you can customize if desired:
ajaxloadingmsg:
'<div
style="margin:
src="/assets/css/images/load.gif"
/>
100px
Fetching
0
slider
180px"><img
Contents.
wait...</div>',
bustajaxcache: true, //bust caching of external ajax page after 1st request?
enablepersist: true, //persist to last content viewed when returning to page?
settingcaches: {}, //object to cache "setting" object of each script instance
Please
bustcache=(!this.bustajaxcache)?
""
(pageurl.indexOf("?")!=-1)?
(page_request.readyState
==
window.location.href.indexOf("http")==-1)){
&&
(page_request.status==200
||
document.getElementById(setting.id).innerHTML=page_request.responseTe
xt
this.buildpaginate(setting)
}
},
buildcontentdivs:function(setting){
var
alldivs=document.getElementById(setting.id).getElementsByTagName("div")
for (var i=0; i<alldivs.length; i++){
if (this.css(alldivs[i], "contentdiv", "check")){ //check for DIVs with
class "contentdiv"
setting.contentdivs.push(alldivs[i])
alldivs[i].style.display="none"
//collapse
all
content
href="#'+i+'"
class="toc">'+(typeof
'<a
href="#prev"
setting.autorotate[1]=setting.autorotate[1]+(1/setting.enablefade[1]*50)
//add time to run fade animation (roughly) to delay between rotation
this.autorotate(setting)
}
},
urlparamselect:function(fcsid){
var result=window.location.search.match(new RegExp(fcsid+"=(\\d+)", "i"))
//check for "?featuredcontentsliderid=2" in URL
return (result==null)? null : parseInt(RegExp.$1) //returns null or index,
where index (int) is the selected tab's index
},
turnpage:function(setting, thepage, autocall){
var currentpage=setting.currentpage //current page # before change
var totalpages=setting.contentdivs.length
var
turntopage=(/prev/i.test(thepage))?
currentpage-1
setting.contentdivs[turntopage-1].style.visibility="visible"
setting.contentdivs[turntopage-1].style.display="block"
if (setting.prevpage<=setting.toclinks.length) //make sure pagination link
exists (may not if manually defined via "markup", and user omitted)
this.css(setting.toclinks[setting.prevpage-1], "selected", "remove")
if (turntopage<=setting.toclinks.length) //make sure pagination link exists
(may not if manually defined via "markup", and user omitted)
this.css(setting.toclinks[turntopage-1], "selected", "add")
setting.prevpage=turntopage
if (this.enablepersist)
this.setCookie("fcspersist"+setting.id, turntopage)
},
setopacity:function(setting, value){ //Sets the opacity of targetobject based on the
passed in value setting (0 to 1 and in between)
var targetobject=setting.contentdivs[setting.currentpage-1]
if (targetobject.filters && targetobject.filters[0]){ //IE syntax
if (typeof targetobject.filters[0].opacity=="number") //IE6
targetobject.filters[0].opacity=value*100
else //IE 5.5
targetobject.style.filter="alpha(opacity="+value*100+")"
}
else if (typeof targetobject.style.MozOpacity!="undefined") //Old Mozilla
syntax
targetobject.style.MozOpacity=value
else if (typeof targetobject.style.opacity!="undefined") //Standard opacity
syntax
targetobject.style.opacity=value
setting.curopacity=value
},
fadeup:function(setting){
if (setting.curopacity<1){
this.setopacity(setting, setting.curopacity+setting.enablefade[1])
window["fcsfade"+setting.id]=setTimeout(function(){featuredcontentslider.f
adeup(setting)}, 50)
}
(setting.cacheprevpage!=setting.currentpage){
//if
previous
getCookie:function(Name){
var re=new RegExp(Name+"=[^;]+", "i"); //construct RE to search for
target name/value pair
if (document.cookie.match(re)) //if cookie found
return document.cookie.match(re)[0].split("=")[1] //return its value
return null
},
setCookie:function(name, value){
document.cookie = name+"="+value
},
init:function(setting){
var persistedpage=this.getCookie("fcspersist"+setting.id) || 1
var urlselectedpage=this.urlparamselect(setting.id) //returns null or index
from: mypage.htm?featuredcontentsliderid=index
this.settingcaches[setting.id]=setting //cache "setting" object
setting.contentdivs=[]
setting.toclinks=[]
setting.topzindex=0
setting.currentpage=urlselectedpage || ((this.enablepersist)? persistedpage
: 1)
setting.prevpage=setting.currentpage
setting.revealtype="on"+(setting.revealtype || "click")
setting.curopacity=0
setting.onChange=setting.onChange || function(){}
if (setting.contentsource[0]=="inline")
this.buildpaginate(setting)
if (setting.contentsource[0]=="ajax")
this.ajaxconnect(setting)
}
}
SCRIPT
UNTUK
DESAIN
KESELURUHAN
body,
html {
margin:0;
padding:0;
color:#000;
background:#a7a09a;
}
#wrap {
width:900px;
margin:0 auto;
background:#99c;
}
#header {
width:900px;
margin:0 auto;
background:#ddd;
}
#nav {
width:900px;
margin:0 auto;
background:#c99;
}
/************************************/
/* PRIMARY MENU WITH DROPDOWNS
*/
*/
/************************************/
WEB
SECARA
#primary-menu ul.menu li {
/*background:url("../images/ui_logo_b.png")
transparent;*/
border-color:#6B7A85;
border-style:solid;
border-width:0 1px 0 0;
display:block;
float:left;
margin:0;
padding:0;
position:relative;
width:auto;
}
#primary-menu ul.menu li:hover,
#primary-menu ul.menu li.hover,
#primary-menu ul.menu li.active-trail {
background-position: bottom;
}
#primary-menu ul.menu li a {
background: ;
color: #fff;
display: block;
padding:1px 15px 4px;
text-decoration: none;
}
#primary-menu ul.menu li a:hover,
#primary-menu ul.menu li:hover a,
#primary-menu ul.menu li.hover a {
background-position: ;
}
#primary-menu ul.menu li.first {
background-position:left top;
}
#primary-menu ul.menu li.first:hover {
background-position:left bottom;
repeat-x
scroll
center
}
#primary-menu ul.menu li.last {
background-position:right top;
border:medium none;
}
#primary-menu ul.menu li.last:hover {
background-position:right bottom;
}
/* secondary */
#primary-menu ul.menu li ul {
/*background:url("../images/ui_logo_b.png")
no-repeat
transparent;*/
border-right:3px solid #152531;
left:-999em;
margin:0;
/*opacity:0.95;*/
padding:4px 0 7px 5px;
position:absolute;
width:auto;
z-index:2;
}
#primary-menu ul.menu li:hover ul,
#primary-menu ul.menu li.hover ul {
display: block;
left: auto;
}
#primary-menu ul.menu li ul li {
background:none repeat scroll 0 0 transparent;
border-right:none;
border-bottom:1px solid #83A638;
float:none;
font-family:Tahoma,Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;
font-size:0.916em;
scroll
bottom
height:auto;
margin:0;
padding:0;
min-width:75px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li.last {
border-bottom: none
}
#primary-menu ul.menu li ul li a,
#primary-menu ul.menu li ul li a:link,
#primary-menu ul.menu li ul li a:visited {
background:url("../images/green.png") no-repeat scroll 3px 8px transparent;
color:#0060AA;
display:block;
line-height:1.5em;
margin:0;
padding:5px 10px 5px 12px;
text-transform:none;
width:auto;
}
#primary-menu ul.menu li ul li a:hover {
color:#000;
display: block;
margin: 0;
text-decoration: none;
}
#primary-menu ul.menu li ul li ul.menu {
left: -999em;
margin: 0 0 0 -14px;
/* LTR */
display: block;
left: 154px;
/* LTR */
top: -6px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li ul.menu li a {
padding: 4px;
width: 128px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li ul.menu li ul.menu {
left: -999em;
margin: 0 0 0 -14px;
padding: 6px 0 4px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li:hover ul.menu li:hover ul.menu,
#primary-menu ul.menu li ul li.hover ul.menu li:hover ul.menu{
display: block;
left: 154px;
/* LTR */
top: -6px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li ul.menu li ul.menu li a {
padding: 4px;
width: 128px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li ul.menu li ul.menu li ul.menu{
left: -999em;
margin: 0 0 0 -14px;
padding: 6px 0 4px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li:hover ul.menu li:hover ul.menu li:hover ul.menu,
#primary-menu ul.menu li ul li.hover ul.menu li:hover ul.menu li:hover ul.menu{
display: block;
left: 154px;
/* LTR */
top: -6px;
}
#primary-menu ul.menu li ul li ul.menu li ul.menu li ul.menu li a {
padding: 4px;
width: 128px;
}
div.block ul {
padding:0 0 0 0;
}
div.block ul.menu li,
div.block .item-list ul li {
margin:0;
padding:0;
background:none;
list-style-image:none;
list-style-type:none;
border-bottom:1px solid #E4E9ED;
}
div.block ul.menu li a,
div.block .item-list ul li a{
color:#304454;
text-decoration:none;
font-family:Georgia,Palatino,'Palatino Linotype',Times,Times New Roman,serif;
font-size:18px;
font-style:italic;
line-height:46px;
display:block;
height:46px;
padding:0 0 0 50px;
}
div.block ul.menu li ul,
div.block .item-list ul li ul{
background:none repeat scroll 0 0 ;
margin:0;
overflow:hidden;
padding:0 0 0 40px;
}
div.block ul.menu li ul li a,
div.block .item-list ul li ul li a{
background:url("../images/ui_logo_b.png") no-repeat scroll 9px 10px transparent;
font-size:12px;
height:auto;
line-height:2em;
margin:0 10px 5px 0;
padding:3px 4px 3px 20px;
}
#main {
float:center;
width:900px;
margin:0 auto;
background:rgb(254,246,104);
padding:5px 0 0 0;
clear:both;
font-size:14pt;
}
#sidebar {
float:right;
width:200px;
background:#c9c;
}
#footer {
float:center;
width:900px;
margin:0 auto;
background:#cc9;
/*padding:1px 10px;
clear:both;*/
}
#footer p {
margin:0;
}
* html #footer {
height:1px;
}
SCRIPT
UNTUK
LAYERS)
div.olMap {
z-index: 0;
padding: 0px!important;
margin: 0px!important;
cursor: default;
}
div.olMapViewport {
text-align: left;
}
div.olLayerDiv {
-moz-user-select: none;
}
.olLayerGoogleCopyright {
right: 2px;
bottom: 2px;
}
.olLayerGooglePoweredBy {
left: 2px;
bottom: 15px;
}
.olControlAttribution {
font-size: smaller;
right: 3px;
bottom: 4.5em;
position: absolute;
display: block;
}
.olControlScale {
right: 3px;
bottom: 3em;
display: block;
DESAIN
PETA
(OPEN
position: absolute;
font-size: smaller;
}
.olControlScaleLine {
display: block;
position: absolute;
left: 10px;
bottom: 15px;
font-size: xx-small;
}
.olControlScaleLineBottom {
border: solid 2px black;
border-bottom: none;
margin-top:-2px;
text-align: center;
}
.olControlScaleLineTop {
border: solid 2px black;
border-top: none;
text-align: center;
}
.olControlPermalink {
right: 3px;
bottom: 1.5em;
display: block;
position: absolute;
font-size: smaller;
}
div.olControlMousePosition {
bottom: 0em;
right: 3px;
display: block;
position: absolute;
font-family: Arial;
font-size: smaller;
}
.olControlOverviewMapContainer {
position: absolute;
bottom: 0px;
right: 0px;
}
.olControlOverviewMapElement {
padding: 10px 18px 10px 10px;
background-color: #00008B;
-moz-border-radius: 1em 0 0 0;
}
.olControlOverviewMapMinimizeButton {
right: 0px;
bottom: 80px;
}
.olControlOverviewMapMaximizeButton {
right: 0px;
bottom: 80px;
}
.olControlOverviewMapExtentRectangle {
overflow: hidden;
background-image: url("img/blank.gif");
cursor: move;
border: 2px dotted red;
}
.olControlOverviewMapRectReplacement {
overflow: hidden;
cursor: move;
background-image: url("img/overview_replacement.gif");
background-repeat: no-repeat;
background-position: center;
}
.olLayerGeoRSSDescription {
float:left;
width:100%;
overflow:auto;
font-size:1.0em;
}
.olLayerGeoRSSClose {
float:right;
color:gray;
font-size:1.2em;
margin-right:6px;
font-family:sans-serif;
}
.olLayerGeoRSSTitle {
float:left;font-size:1.2em;
}
.olPopupContent {
padding:5px;
overflow: auto;
}
.olControlNavToolbar {
width:0px;
height:0px;
}
.olControlNavToolbar div {
display:block;
width: 28px;
height: 28px;
top: 300px;
left: 6px;
position: relative;
}
.olControlNavigationHistory {
background-image: url("img/navigation_history.png");
background-repeat: no-repeat;
width: 24px;
height: 24px;
}
.olControlNavigationHistoryPreviousItemActive {
background-position: 0px 0px;
}
.olControlNavigationHistoryPreviousItemInactive {
background-position: 0px -24px;
}
.olControlNavigationHistoryNextItemActive {
background-position: -24px 0px;
}
.olControlNavigationHistoryNextItemInactive {
background-position: -24px -24px;
}
.olControlNavToolbar .olControlNavigationItemActive {
background-image: url("img/panning-hand-on.png");
background-repeat: no-repeat;
}
.olControlNavToolbar .olControlNavigationItemInactive {
background-image: url("img/panning-hand-off.png");
background-repeat: no-repeat;
}
.olControlNavToolbar .olControlZoomBoxItemActive {
background-image: url("img/drag-rectangle-on.png");
background-color: orange;
background-repeat: no-repeat;
}
.olControlNavToolbar .olControlZoomBoxItemInactive {
background-image: url("img/drag-rectangle-off.png");
background-repeat: no-repeat;
}
.olControlEditingToolbar {
float:right;
right: 0px;
height: 30px;
width: 200px;
}
.olControlEditingToolbar div {
background-image: url("img/editing_tool_bar.png");
background-repeat: no-repeat;
float:right;
width: 24px;
height: 24px;
margin: 5px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlNavigationItemActive {
background-position: -103px -23px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlNavigationItemInactive {
background-position: -103px -0px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlDrawFeaturePointItemActive {
background-position: -77px -23px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlDrawFeaturePointItemInactive {
background-position: -77px -0px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlDrawFeaturePathItemInactive {
background-position: -51px 0px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlDrawFeaturePathItemActive {
background-position: -51px -23px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlDrawFeaturePolygonItemInactive {
background-position: -26px 0px;
}
.olControlEditingToolbar .olControlDrawFeaturePolygonItemActive {
background-position: -26px -23px ;
}
div.olControlSaveFeaturesItemActive {
background-image: url(img/save_features_on.png);
background-repeat: no-repeat;
background-position: 0px 1px;
}
div.olControlSaveFeaturesItemInactive {
background-image: url(img/save_features_off.png);
background-repeat: no-repeat;
background-position: 0px 1px;
}
.olHandlerBoxZoomBox {
border: 2px solid red;
position: absolute;
background-color: white;
opacity: 0.50;
font-size: 1px;
filter: alpha(opacity=50);
}
.olHandlerBoxSelectFeature {
border: 2px solid blue;
position: absolute;
background-color: white;
opacity: 0.50;
font-size: 1px;
filter: alpha(opacity=50);
}
.olControlPanPanel {
top: 10px;
left: 5px;
}
.olControlPanPanel div {
background-image: url(img/pan-panel.png);
height: 18px;
width: 18px;
cursor: pointer;
position: absolute;
}
.olControlPanPanel .olControlPanNorthItemInactive {
top: 0px;
left: 9px;
.olControlZoomPanel .olControlZoomToMaxExtentItemInactive {
top: 18px;
left: 0px;
background-position: 0px -18px;
}
.olControlZoomPanel .olControlZoomOutItemInactive {
top: 36px;
left: 0px;
background-position: 0px 18px;
}
.olPopupCloseBox {
background: url("img/close.gif") no-repeat;
cursor: pointer;
}
.olFramedCloudPopupContent {
padding: 5px;
overflow: auto;
}
.olControlNoSelect {
-moz-user-select: none;
}
.olImageLoadError {
background-color: pink;
opacity: 0.5;
filter: alpha(opacity=50); /* IE */
}
/**
* Cursor styles
*/
.olCursorWait {
cursor: wait;
}
.olDragDown {
cursor: move;
}
.olDrawBox {
cursor: crosshair;
}
.olControlDragFeatureOver {
cursor: move;
}
.olControlDragFeatureActive.olControlDragFeatureOver.olDragDown {
cursor: -moz-grabbing;
}
/**
* Layer switcher
*/
.olControlLayerSwitcher {
position: absolute;
top: 25px;
right: 0px;
width: 20em;
font-family: sans-serif;
font-weight: bold;
margin-top: 3px;
margin-left: 3px;
margin-bottom: 3px;
font-size: smaller;
color: white;
background-color: darkblue;
/*background-color: transparent;*/
}
.olControlLayerSwitcher .layersDiv {
padding-top: 5px;
padding-left: 10px;
padding-bottom: 5px;
padding-right: 75px;
background-color: darkblue;
width: 100%;
height: 100%;
}
.olControlLayerSwitcher .layersDiv .baseLbl,
.olControlLayerSwitcher .layersDiv .dataLbl {
margin-top: 3px;
margin-left: 3px;
margin-bottom: 3px;
}
.olControlLayerSwitcher .layersDiv .baseLayersDiv,
.olControlLayerSwitcher .layersDiv .dataLayersDiv {
padding-left: 10px;
}
.olControlLayerSwitcher .maximizeDiv,
.olControlLayerSwitcher .minimizeDiv {
top: 5px;
right: 0px;
}
SCRIPT UNTUK
MENAMPILKAN/MEMUNCULKAN HOME
PAGE
<html xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml">
<head>
<title>SIPKO Depok</title>
<link rel="stylesheet" href="./aset/style.css" type="text/css" />
<link rel="stylesheet" href="./aset/main.css" type="text/css" />
<link rel="stylesheet" href="./aset/contentslider.css" type="text/css" />
<script type="text/javascript" src="./aset/contentslider.js"></script>
</head>
<body onload="init()">
<div id="wrap">
<div id="slider1" class="sliderwrapper">
<div class="contentdiv">
<img
src="./images/welcome.png"
border="0"
alt="img"
border="0"
alt="img"
border="0"
alt="img"
border="0"
alt="img"
/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img
src="./images/belimbing.png"
/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img
src="./images/ikan_hias.png"
/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img
/></a>
src="./images/kambing.png"
</div>
<div class="contentdiv">
<img src="./images/back_layer.png" border="0" alt="img"
/></a>
</div>
</div>
<div id="paginate-slider1" class="pagination">
</div>
<script type="text/javascript">
featuredcontentslider.init({
id: "slider1",
contentsource: ["inline", ""],
//toc: "#increment",
nextprev: ["", ""],
enablefade: [true, 0.1],
autorotate: [true, 3000],
onChange: function(previndex, curindex){
}
})
</script>
</div>
<!--<div id="header" class="clearfix">
<div id="header-first">
</div>
</div>-->
<div id="primary-menu">
<ul class="menu">
<li class="leaf first active-trail"><a href="./home.html" title=""
class="active">Home</a></li>
<li class="expanded last"><a href="" title="Berbagai Peta Potensi
Depok">Peta</a>
<ul class="menu">
<li class="leaf first"><a href="./belimbing.html" title="Peta Sebaran
Belimbing">Belimbing</a></li>
<li
class="leaf"><a
href="./belimbing_area.html"
title="Peta
class="leaf"><a
href="./sawah.html"
title="Peta
Sawah">Sawah</a></li>
<li
class="leaf"><a
href="./tanamanhias_area.html"
title="Peta
class="leaf"><a
href="./empang_area.html"
title="Peta
Empang">Empang</a></li>
<li class="leaf last"><a href="./kambing_domba.html" title="Peta
Sebaran Kambing dan Domba">Kambing&Domba</a></li>
</ul></li>
</ul>
</div>
<!-<div id="header">
</div>
<div id="primary-menu-wrapper" class="clearfix">
sawah
yang
dikumpulkan
secara
spasial
(keruangan)
dengan
disertai
informasi-informasi lain yang terkait, seperti nama tempat, pemilik, luas lahan,
produktifitas, nomor telepon, dan lain-lain.
<p>
Sistem informasi ini dibangun dengan menggunakan aplikasi OpenLayers
dengan latar belakang berupa tampilan gambar/citra yang berasal dari Google
Earth dengan feature-feature tambahan seperti jalan, nama tempat, batas
administrasi, dan lain-lain. Fungsi-fungsi yang terdapat dalam sistem ini adalah
untuk melihat tampilan peta secara interaktif menggunakan pop up, zoom tool,
tombol navigasi, inset peta dan legenda.
</div>
<!--<div id="sidebar">
</div>-->
<div id="footer">
<table border="0" align="center"> <tr><td align="center">Website ini
terselenggara atas kerja sama antara <p>Departemen Geografi Universitas
Indonesia dan Dinas Pertanian Kota Depok</p></td></tr>
<tr><td
align="center"><a
href="http://www.geografi.ui.ac.id/"><img
src="./images/ui_logo_b"></a>
<a
href="http://www.depok.go.id/_v4/index.php?option=com_content&task=view&id
=670&Itemid=30"><img
src="./images/depok_logo_b.png"></a></td></tr></table>
<!--<div style="float:right;margin-right:1em;margin-top:1em">
</div>-->
<div id="copyright" align="center">
Copyright © 2011
</div>
</div>
</body>
</html>
Untuk
Belimbing
Catatan :
Untuk konten lainnya, ganti script yang ditandai warna merah dengan berikut ini:
Kebun Belimbing :
var belimbing = new OpenLayers.Layer.Vector("Kebun Belimbing", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/belimbing_area",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(belimbing);
select = new OpenLayers.Control.SelectFeature(belimbing);
belimbing.events.on({
"featureselected": onFeatureSelect,
"featureunselected": onFeatureUnselect
});
Ikan Hias :
var ikanhias = new OpenLayers.Layer.Vector("Ikan Hias", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/ikanhias11",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(ikanhias);
select = new OpenLayers.Control.SelectFeature(ikanhias);
ikanhias.events.on({
"featureselected": onFeatureSelect,
"featureunselected": onFeatureUnselect
});
Sawah :
var sawah = new OpenLayers.Layer.Vector("Sawah", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/sawah_area",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(sawah);
select = new OpenLayers.Control.SelectFeature(sawah);
sawah.events.on({
"featureselected": onFeatureSelect,
"featureunselected": onFeatureUnselect
});
Tanaman Hias:
var tanamanhias = new OpenLayers.Layer.Vector("Tanaman Hias", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/tanamanhias_area",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(tanamanhias);
select = new OpenLayers.Control.SelectFeature(tanamanhias);
tanamanhias.events.on({
"featureselected": onFeatureSelect,
"featureunselected": onFeatureUnselect
});
Empang :
var empang = new OpenLayers.Layer.Vector("Empang", {
projection: map.displayProjection,
strategies: [new OpenLayers.Strategy.Fixed()],
protocol: new OpenLayers.Protocol.HTTP({
url: "kml/empang_area",
format: new OpenLayers.Format.KML({
extractStyles: true,
extractAttributes: true
})
})
});
map.addLayer(empang);
select = new OpenLayers.Control.SelectFeature(empang);
empang.events.on({
"featureselected": onFeatureSelect,
"featureunselected": onFeatureUnselect
});
OpenLayers.Bounds(106.717,
content
"<h2>"+feature.attributes.name
"</h2>"
feature.attributes.description;
if (content.search("<script") != -1) {
content = "Content contained Javascript! Escaped content below.<br />"
+ content.replace(/</g, "<");
}
popup = new OpenLayers.Popup.FramedCloud("chicken",
feature.geometry.getBounds().getCenterLonLat(),
new OpenLayers.Size(100,100),
content,
null, true, onPopupClose);
feature.popup = popup;
map.addPopup(popup);
}
function onFeatureUnselect(event) {
var feature = event.feature;
if(feature.popup) {
map.removePopup(feature.popup);
feature.popup.destroy();
delete feature.popup;
}
}
</script>
<link rel="stylesheet" href="./aset/style.css" type="text/css" />
<link rel="stylesheet" href="./aset/main.css" type="text/css" />
<link rel="stylesheet" href="./aset/contentslider.css" type="text/css" />
<script type="text/javascript" src="./aset/contentslider.js"></script>
</head>
<body onload="init()">
<div id="wrap">
<div id="slider1" class="sliderwrapper">
<div class="contentdiv">
<img
src="./images/welcome.png"
border="0"
alt="img"
border="0"
alt="img"
/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img
src="./images/belimbing.png"
/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img
src="./images/ikan_hias.png"
border="0"
alt="img"
border="0"
alt="img"
/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img
src="./images/kambing.png"
/></a>
</div>
<div class="contentdiv">
<img src="./images/back_layer.png" border="0" alt="img"
/></a>
</div>
</div>
<div id="paginate-slider1" class="pagination">
</div>
<script type="text/javascript">
featuredcontentslider.init({
id: "slider1",
contentsource: ["inline", ""],
//toc: "#increment",
nextprev: ["", ""],
enablefade: [true, 0.1],
autorotate: [true, 3000],
onChange: function(previndex, curindex){
}
})
</script>
</div>
<!--<div id="header" class="clearfix">
<div id="header-first">
</div>
</div>-->
<div id="primary-menu">
<ul class="menu">
<li
class="leaf
href="http://127.0.0.1:8080/depok/home.html"
class="active">Home</a></li>
first
active-trail"><a
title=""
class="leaf
first"><a
href="http://127.0.0.1:8080/depok/belimbing.html"
title="Peta
Sebaran
Belimbing">Belimbing</a></li>
<li
class="leaf"><a
href="http://127.0.0.1:8080/depok/belimbing_area.html"
title="Peta
Sebaran
class="leaf"><a
href="http://127.0.0.1:8080/depok/ikan_hias.html"
title="Ikan
Hias">Ikan
Hias</a></li>
<li class="leaf"><a href="http://127.0.0.1:8080/depok/sawah.html"
title="Peta Sawah">Sawah</a></li>
<li
class="leaf"><a
class="leaf"><a
href="http://127.0.0.1:8080/depok/empang_area.html"
title="Peta
Empang">Empang</a></li>
<li
class="leaf
href="http://127.0.0.1:8080/depok/kambing_domba.html"
Kambing dan Domba">Kambing&Domba</a></li>
</ul></li>
</ul>
</div>
<!-<div id="header">
</div>
<div id="primary-menu-wrapper" class="clearfix">
last"><a
title="Peta
Sebaran
</div>-->
<div id="main">
<div id="map"></div>
</div>
<!--<div id="sidebar">
</div>-->
<div id="footer">
<table border="0" align="center"> <tr><td align="center">Website ini
terselenggara atas kerja sama antara <p>Departemen Geografi Universitas
Indonesia dan Dinas Pertanian Kota Depok</p></td></tr>
<tr><td
align="center"><a
href="http://www.geografi.ui.ac.id/"><img
src="./images/ui_logo_b"></a>
<a
href="http://www.depok.go.id/_v4/index.php?option=com_content&task=view&id
=670&Itemid=30"><img
src="./images/depok_logo_b.png"></a></td></tr></table>
<!--<div style="float:right;margin-right:1em;margin-top:1em">
</div>-->
<div id="copyright" align="center">
Copyright © 2011
</div>
</div>
</body>
</html>