Anda di halaman 1dari 9

SISTEM PERTANIAN ORGANIK

PENDAHULUAN
Sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia, pertanian organik sudah diterapkan
para petani yaitu dengan cara melakukan daur ulang limbah organik sisa hasil
panen sebagai pupuk. Intensifikasi pertanian melalui gerakan Revolusi Hijau yang
dilaksanakan sejak tahun 1970-an, lebih mengutamakan penggunaan pestisida
dan pupuk kimiawi. Selama beberapa tahun upaya tersebut terbukti mampu
meningkatkan produksi pertanian secara mencolok. Akhir-akhir ini para ahli
berpendapat bahwa penggunaan bahan kimia sintetis menyebabkan kerusakan
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang berujung pada penurunan produktivitas
tanah. Sekitar tahun 1990, pertanian organik mulai berhembus keras di dunia.
Sejak saat itu mulai bermunculan berbagai organisasi dan perusahaan yang
memproduksi produk organik.
PENGERTIAN
Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu,
yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami,
sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan
berkelanjutan. Prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara:
Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO=genetically
modified organism).
Menghindari penggunaan bahan kimia sintetis baik pupuk, pestisida maupunzat
pengatur tumbuh (growth regulator).
Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan adiatif sintesis dalam
pakan ternak
Konsep dasar dari pertanian organik adalah kegiatan pertanian menggunakan
bahan-bahan organik sebagai sarana produksinya. Pangan berkaitan dengan caracara produksi organik hanya apabila pangan tersebut berasal dari sebuah sistem
pertanian organik yang menerapkan praktek-praktek manajemen yang bertujuan
untuk memelihara ekosistem untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan,
dan melakukan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) melalui
berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan hewan, seleksi dan
pergiliran tanaman, manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman
serta penggunaan bahan-bahan hayati.
Kesuburan tanah dijaga dan ditingkatkan melalui suatu sistem yang
mengoptimalkan aktivitas biologis tanah dan keadaan fisik dan mineral tanah
yang bertujuan untuk menyediakan suplai nutrisi yang seimbang bagi kehidupan
tumbuhan dan hewan serta untuk menjaga sumberdaya tanah. Produksi harus
berkesinambungan dengan menempatkan daur ulang nutrisi tumbuhan sebagai
bagian penting dari strategi penyuburan tanah.
Manajemen hama dan penyakit dilakukan dengan merangsang adanya hubungan
seimbang antara inang/predator, peningkatan populasi serangga yang

menguntungkan, pengendalian biologis dan kultur teknis serta pembuangan


secara mekanis hama maupun bagian tumbuhan yang terinfeksi
Keuntungan :
Menghasilkan makanan yang cukup, aman, dan bergizi sehingga meningkatkan
kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis;
Meningkatkan pendapatan petani;
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani;
Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian;
Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang,
serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan;
Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di
pedesaan.
Dasar budidaya ternak secara organik adalah pengembangan hubungan secara
harmonis antara lahan, tumbuhan dan ternak, serta penghargaan terhadap
kebutuhan fisiologis dan kebiasaan hidup ternak. Hal ini dipenuhi melalui
kombinasi antara penyediaan pakan yang ditumbuhkan secara organik yang
berkualitas baik, kepadatan populasi ternak yang cukup, sistem budidaya ternak
yang sesuai dengan tuntutan kebiasaan hidupnya, serta cara-cara pengelolaan
hewan yang dapat mengurangi stress dan berupaya mendorong kesejahteraan
serta kesehatan ternak, pencegahan penyakit dan menghindari penggunaan obatobatan kimia (termasuk antibiotika)
KEKUATAN (STRENGTH)
Indonesia berpotensi untuk menjadi produsen pertanian organik terkemuka di
dunia beberapa faktor yang menjadi kekuatan Indonesia dalam pengembangan
pertanian organik adalah:
1. Sumberdaya alam dan sumberdaya hayati
Sebagai negara agraris, indonesia memiliki potensi sangat besar bagi sistem
pertanian organik. Selain lahan pertanian tropik, plasma nutfah yang sangat
beragam, juga didukung oleh ketersediaan bahan organik. Produk buah-buahan
seperti durian, manggis, salak, duku dan rambutan dengan mudah digolongkan ke
dalam buah-buah organik.
2. Adanya berbagai pemangku kepentingan yang memiliki respon terhadap
pertanian organik
Peminat pertanian organik telah mendeklarasikan organisasi yang diberi nama
Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA). Di Indonesia juga telah
beredar produk pertanian organik dari produksi lokal seperti beras organik, kopi
organik, teh organik dan beberapa produk lainnya. Adanya berbagai pemangku
kepentingan yang bergerak dalam pertanian organik menjadi kekuatan tersendiri
bagi pengembangan pertanian organik di masa yang akan datang.
3. Berkembangnya bioteknologi mikroba pendukung pertanian organik
a. Teknologi kompos bioaktif. Teknologi ini merupakan teknologi yang dapat
mempersingkat proses pengomposan (dekomposisi) bahan organik dari beberapa
bulan menjadi beberapa minggu. Produk-produk biodekomposer untuk
mempercepat proses pengomposan, yang tersedia di pasaran diantaranya:
SuperDec, OrgaDec, EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain.
SuperDec dan OrgaDec, merupakan biodekomposer yang dikembangkan oleh
Balai
Penelitian
Bioteknologi
Perkebunan
Indonesia
(BPBPI).
Mikroba
biodekomposer unggul yang digunakan adalah Trichoderma pseudokoningii,
Cytopagasp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu mempercepat
proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba akan tetap hidup dan

aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan
berperan untuk mengendalikan organisme patogen penyebab penyakit tanaman.
b. Biofertilizer. Teknologi ini merupakan teknologi mikroba yang berperan dalam
meningkatkan penyediaan dan penyerapan hara tanaman. Prinsip dasarnya
mikroba tanah yang mampu menghasilkan hormon tanaman diformulasikan dalam
bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer (jasad penyubur
tanaman). Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan bahwa
biofertilizer setidaknya dapat menyuplai lebih dari setengah kebutuhan hara
tanaman. Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara lain Emas, Rhiphosant,
Kamizae, OST, dan Simbionriza.
c. Agen biokontrol. Teknologi ini merupakan teknologi mikroba untuk pengendalian
hama dan penyakit. Teknologi mikroba (agen biokontrol) yang sudah
dikembangkan antara lain Bacillus thuringiensis(BT), Bauveria bassiana,
Paecilomyces fumosoroseus, danMetharizium anisopliae., Trichoderma sp.
Beberapa produk biokontrol yang tersedia di pasaran, antara lain, Greemi-G, BioMeteor, NirAma, Marfu-P, dan Hamago.
4. Adanya dukungan kebijakan pemerintah
Departemen Pertanian sejak tahun 2000 telah memberikan perhatian yang serius
terhadap pengembangan pertanian organik, bahkan pada saat itu dicanangkan
untuk mencapai Go Organik 2010. Selanjutnya untuk mencapai Go Organik 2010
tersebut berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan diantaranya adalah
dengan dibentuknya Otoritas Kompeten Pertanian Organik melalui SK Menteri
Pertanian Nomor: 432/Kpts/OT.130/9/2003 dan Pembentukan Task Force Organik.
Berbagai pelatihan fasilitator dan inspektor organik, seminar dan workshop untuk
mensosialisasikan pertanian organik kepada masyarakat dan stakeholder telah
dilakukan bekerjasama dengan berbagai lembaga yang telah bergerak di bidang
pertanian organik. Ketentuan tentang persyaratan produksi, pelabelan dan
pengakuan (claim) terhadap produk pangan organiktelah dikonsensuskan pada
Standar Nasional Indonesia Pertanian Organik dan disahkan oleh BSN yaitu SNI 016729-2002 Sistem Pangan Organik Produksi, Pemrosesan, Pelabelan dan
Pemasaran.
5. Karakter teknologi bersifat ramah lingkungan dan menjamin pertanian
berkelanjutan
Pertanian organik akan banyak memberikan keuntungan ditinjau dari segi
peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan produksi tanaman maupun ternak,
dari aspek lingkungan dalam mempertahankan ekosistem, sedangkan dari aspek
ekonomi akan menghemat devisa negara untuk mengipor pupuk, bahan kimia
pertanian dan memberi banyak kesempatan lapangan kerja serta meningkatkan
pendapatan petani.
Pertanian organik memungkinkan pemanfaatan limbah rumah tangga, limbah
pertanian dan limbah peternakan sebagai bahan baku pupuk. Kotoran yang
dihasilkan oleh hewan ternak yang semula kurang dapat dimanfaatkan, kini dapat
diolah menjadi pupuk organik yang mampu mendukung kebutuhan hara tanaman.
Pertanian organik merupakan salah satu wujud pertanian berkelanjutan.
Penggunaan bahan organik diharapkan akan mengurangi kerusakan tanah
sehingga tanah dapat terus memberikan manfaatnya untuk kehidupan yang akan
datang. Penurunan produktivitas dapat dicegah sehingga kemampuan produksi
tetap dapat dipertahankan
6. Peningkatan produksi dan pendapatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan organik sebagai pupuk


dalam budidaya pertanian memberikan hasil yang sangat memuaskan
dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia. Perbedaan itu bisa dilihat dari
aspek ekologis dan ekonomis. Pupuk organik sangat membantu dalam
mengembalikan kondisi fisik dan biokimia tanah. Penelitian di Jepang
menyebutkan bahwa untuk mengembalikan kondisi tanah yang parah seperti di
Indonesia dibutuhkan waktu 5 tahun lebih, dengan 3 kali musim tanam per
tahun..
Kajian
ekonomis
menunjukkan
bahwa
penggunaan
pupuk
organik
menguntungkan. Hasil uji coba petani di Lombok Barat membuktikan bahwa
pupuk organik juga mejadikan tanaman padi lebih tahan terhadap serangan hama
wereng dan batang lebih kuat dari terpaan angin. Penggunaan pupuk organik
pada tahap awal memang akan lebih banyak tetapi terus berkurang seiring
membaiknya kondisi tanah diiringi dengan meningkatnya produksi.
KELEMAHAN (WEAKNESSES)
Pertanian organik telah mulai berkembang di masyarakat, namun demikian
perkembangan tersebut masih dirasakan kurang optimal. Hal tersebut antara lain
disebabkan masih adanya berbagai kelemahan antara lain :
1. Kesalahan persepsi
Masyarakat awam menganggap produk organik adalah produk yang bagus tidak
hanya dari segi kandungan nutrisi namun juga penampilan produknya.
Kenyataannya produk organik tidaklah selalu bagus, sebagai contoh daun
berlobang dan berukuran kecil, karena tidak menggunakan pestisida dan zat
perangsang tumbuh atau pupuk anorganik lainnya. Pada awal kegiatan pertanian
organik, kuantitas produksi seringkali tidak sesuai harapan dan berada dibawah
produktivitas pertanian anorganik.
Petani terbiasa menggunakan pupuk anorganik yang akan memberikan respon
cepat pada tanaman, sebagai contoh pemupukan Tanaman dengan pemupukan
organik mengindikasikan pengaruh perubahan pertumbuhan tanaman tergolong
lambat. Pada musim ketiga dan seterusnya, efek pupuk organik tersebut
menunjukkan hasil yang nyata perbedaannya dengan pertanian non organik. Ini
berarti bahwa pertanian organik di tahun-tahun awal akan mengalami banyak
kendala dan membutuhkan modal yang cukup untuk bertahan, namun pada tahun
berikutnya kendala yang dihadapi semakin berkurang sejalan dengan peningkatan
kesuburan tanah.
Beberapa pemahaman terhadap pertanian organik yang masih keliru
adalah:
a. Biaya mahal. Penggunaan bahan dalam jumlah yang banyak, penggunaan
pestisida, dan pupuk pelengkap cair organik dianggap memerlukan biaya yang
mahal.
b. Memerlukan banyak tenaga kerja. Penggunaan bahan organik dalam jumlah
yang banyak dipersepsikan akan memerlukan tenaga kerja yang banyak baik
untuk pengangkutan maupun aplikasinya.
c. Kembali pada sistem pertanian tradisional. Pertanian organik banyak
dipersepsikan sebagai usaha pertanian yang bersifat mundur pada cara usahatani
sebelum teknologi bahan kimia diintroduksikan. pertanian organik modern sangat
berbeda dengan pertanian alamiah di jaman dulu.Pertanian organik modern
dibutuhkan teknologi bercocok tanam, penyediaan pupuk organik, pengendalian
hama dan penyakit menggunakan agen hayati atau mikroba serta manajemen
yang baik untuk kesuksesan pertanian organik tersebut.

d. Produksi rendah. Perubahan pertanian anorganik secara drastis ke pertanian


organik pada tahap awal akan menurunkan produksi, namun dalam jangka
panjang produksi akan semakin meningkat.
Kesalahan persepsi antara lain disebabkan oleh minimnya informasi tentang
pertanian organik. Informasi mengenai produk organik masih sangat minim.
Kesalahan persepsi tentang pertanian organik perlu diatasi melalui peningkatan
penyebaran informasi dan penyuluhan yang intensif.
2. Penyediaan pupuk organik
Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara utama.
Sistem pertanian organik mensyaraktan ketersediaan hara bagi tanaman harus
berasal dari pupuk organik. Kenyatannya pupuk organik memiliki kandungan hara
per satuan berat kering bahan jauh di bawah hara yang dihasilkan oleh pupuk
anorganik, seperti Urea, TSP dan KCl. Untuk memenuhi kebutuhan dasar tanaman
(minimum crop requirement) dapat membuat petani kewalahan. Umumnya petani
kita bukan petani mampu yang memiliki lahan dan ternak sekaligus, sehingga
mereka mesti membeli dari sumber lainnya dan ini membutuhkan biaya yang
cukup tinggi disamping tenaga yang lebih besar.
Dari perspektif penyediaan bahan organik, beberapa kelemahan pertanian organik
adalah :
a. Kesediaan bahan organik terbatas, sedangkan takaran yang dibutuhkan untuk
pertanian organik harus banyak.
b. Transportasi bahan organik relatif mahal karena bahan organik bersifat meruah
c. Menghadapi persaingan dengan kepentingan lain (mis. dengan peternakan)
dalam memperoleh sisa pertanaman dan limbah organik
d. Tidak adanya bonus harga produk pertanian organik
3. Kesiapan teknologi pendukung
Teknologi pertanian organik, baru dikenal masyarakat dalam beberapa tahun
terakhir, sehingga wajar apabila ketersediaan teknologi pendukung masih
terbatas. Teknik bercocok tanam yang benar seperti pemilihan rotasi tanaman
dengan mempertimbangkan efek allelopati dan pemutusan siklus hidup hama
perlu diketahui. Pengetahuan akan tanaman yang dapat menyumbangkan hara
tanaman seperti legum sebagai tanaman penyumbang nitrogen dan unsur hara
lainnya sangatlah membantu untuk kelestarian lahan pertanian organik. Selain itu
teknologi pencegahan hama dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada
pembudidaya pertanian organik di musim hujan.
4. Pemasaran
Pemasaran produk organik di dalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkan
kepercayaan kedua belah pihak yaitu konsumen dan produsen. pemasaran produk
organik Indonesia masih sulit menembus pasar internasional meskipun sudah ada
beberapa pengusaha yang pernah menembus pasar international tersebut.
Kendala utama adalah sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai
dengan standar pertanian organik yang ditetapkan oleh negara yang akan dituju.
Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama terkait dengan standar mutu
produk, sebagian besar produk pertanian organik tersebut berbalik memenuhi
pasar dalam negeri yang masih memiliki pangsa pasar cukup luas. Masing-masing
produsen melabel produknya sebagai produk organik, namun kenyatannya banyak
yang masih mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia atau menggunakan
pestisida untuk pengendalian hama penyakit tanaman. Petani yang benar-benar
melaksanakan pertanian organik tentu saja akan merugi.
5. Sertifikasi

Lembaga standarisasi pertanian organik yang ada saat ini adalah


1) Standar Internasional Standar International Federation of Organik Agriculture
Movements (IFOAM). Standar dasar untuk produk organik dan prosesnya dari
IFOAM sejak 1980,
2) The Codex Alimentarius. Standar yang disusun dengan penyesuaian standar
IFOAM dengan beberapa standar dan aturan lain,
3) National dan supranational regional, dan
4) Standard yang dibuat di setiap negara dan
5) Standar pertanian organik di Indonesia, tertuang dalam SNI 01-6729-2002.
Sistim pertanian organik menganut paham organik proses, artinya semua proses
sistim pertanian organik dimulai dari penyiapan lahan hingga pasca panen
memenuhi standar budidaya organik, bukan dilihat dari produk organik yang
dihasilkan. SNI sistem pangan organik ini merupakan dasar bagi lembaga
sertifikasi yang nantinya juga harus di akreditasi oleh Deptan melalui PSA (Pusat
Standarisasi dan Akreditasi).
Bila dilihat kondisi petani di Indonesia, hampir tidak mungkin mereka
mendapatkan label sertifikasi dari suatu lembaga sertifikasi asing maupun dalam
negri. Luasan lahan yang dimiliki serta biaya sertifikasi yang tidak terjangkau,
menyebabkan mereka tidak mampu mensertifikasi lahannya. Satu-satunya jalan
adalah membentuk suatu kelompok petani organik dalam suatu kawasan yang
luas yang memenuhi syarat sertifikasi, dengan demikian mereka dapat
pembiayaan sertifikasi usaha tani mereka secara gotong royong. Hal ini pun masih
sangat tergantung pada kontinuitas produksi mereka.
6. Penelitian dan pengkajian
Kelemahan dalam pengembangan pertanian organik dalam aspek penelitian dan
pengkajian adalah belum memadainya hasil pengkajian yang diperlukan dalam
pengembangan pertanian organik di antaranya :
1. Penelitian mendalam terhadap sistim pertanian organik. Banyak bidang
penelitian yang terkait dalam mendukung perkembangan pertanian organik.
Dimulai dari kajian tentang penyediaan mikroba yang dapat mendekomposisi
bahan organik dalam waktu singkat, sehingga penyediaan pupuk organik dapat
terpenuhi Penelitian tentang kesesuaian tanaman yang ditanam secara
multikultur, dan pemutusan siklus hama dengan rotasi tanaman. Hingga saat ini
belum ada hasil penelitian yang dapat menjelaskan hal tersebut, petani hanya
mencoba-coba dari beberapa kali pengalaman mereka bercocok tanam tersebut.
2. Penelitian pengendalian hama dan penyakit tanaman secara alami. Kegagalan
panen merupakan ancaman besar buat petani, sehingga sangat dibutuhkan riset
tentang bahan alami yang mengandung bahan insektisida dan penerapannya
dalam pertanian.
3. Penelitian neraca hara dalam jangka waktu panjang.
4. Kajian di segi pemasaran dan ekonomi juga akan sangat berperan dalam
menembus pasar internasional produk organik Indonesia.

PELUANG (OPPORTUNITIES)
Komponen pertanian organik yang dapat dipandang sebagai peluang dan prosektif
untuk pengembangan pertanian organik menurut adalah :

1. Adanya peningkatan biomasa. Pengembangan jenis pohon yang cepat tumbuh


di sekitar lokasi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk
meningkatkan bahan organik.
2. Kompos, dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk meningkatkan bahan
organik.
3. Pupuk hayati, pengembangannya didasarkan pada potensi mikroorganisme
yang ada di Indonesia, di lain pihak pupuk hayati yang harus diimpor perlu
dikembangkan teknologinya di Indonesia (alih teknologi),
4. Pestisida hayati. Bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan untuk perlindungan tanaman, saat ini perhatian dan pengguaannya
masih sangat terbatas, sehingga terbuka peluang lebih besar dalam menggali
keragamaan sumber daya hayati,
5. Pengetahuan/teknologi tradisional. Diperlukan usaha untuk menggali kembali
kearifan tradisional dengan ilmiah dan mengembangkan teknologi ramah
lingkungan.
Permintaan pangan organik di pasaran dunia cenderung naik. Prospek pasar yang
sangat besar ini membuka peluang bagi negara-negara berkembang seperti
Indonesia untuk memproduksi pangan organik. Selain itu banyak produk-produk
pertanian organik yang tidak dapat diproduksi di negara eropa dan hanya
diproduksi di negara-negara tropis, misalnya : kopi, teh, kakao, rempah-rempah,
buah-buahan tropis, dan sayuran tropis
ANCAMAN (THREATS)
Keberlanjutan pertanian organik akan dipengaruhi oleh kemampuan pelaku dalam
mengatasi berbagai ancaman yang dihadapi. Beberapa acaman dalam
pengembangan pertanian organik di antaranya.
1. Penurunan produksi tanaman .
2. Munculnya konflik dalam masyarakat desa dengan tetangga akibat adanya
aliran lateral air tanah yang terpolusi oleh pupuk dan pestisida.
3. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi/kualitas produksi
pertanian.
4. Munculnya peraturan-peraturan dalam kebijakan pemerintah yang mencoba
aktivitas pertanian.
Ancaman lainnya adalah walaupun usaha penelitian di bidang tanaman dan
kesuburan tanah telah banyak dilakukan, difokuskan terutama kepada usaha
mengatasi masalah penurunan produksi tanaman, yaitu melalui perbaikan
penyediaan hara bagi tanaman tanpa memperhatikan usaha penanganan hara
yang berlebihan, di lain pihak tidak semua pupuk yang diberikan dimanfaatkan
oleh tanaman, di antaranya terjerap oleh unsur lainnya seperti Al dan Fe,
pencucuan (leacing) dan aliran permukaan (run).
Secara global, acaman terhadap keberlanjutan sistem pertanian adalah yang
berhubungan dengan masalah keseimbangan hara (access problems). Penelitian
daerah tropis umumnya lebih dititikberatkan pada rekomendasi pemupukan,
distribusi pupuk dan tingkat toleransi tanaman terhadap kondisi tercekam. Masih
jarang sekali penelitian yang ditunjukan untuk membantu petani dalam
mengambil keputusan di lapangan yang kondisinya sangat heterogen.

Pertanian organik pada dasarnya merupakan koreksi atas pertanian anorganik


yang selama bertahun-tahun dilaksanakan oleh petani. Ancaman terhadap
pertanian organik di masa yang akan datang dapat ditinjau dari aspek :
1. Pembentukan pasar bagi produk-produk pertanian sehat. Pada kenyataannya
produk bebas resedu kimia lebih mahal dari pada produk lainnya. Hal ini menuntut
usaha kongkrit untuk mengatasinya antara lain dengan menggalakan promosi
yang intensif bagi produk pertanian sehat.
2. Pertanian organik tidak selalu dapat terjangkau oleh petani kecil. Semakin besar
kesadaran masyarakat dalam mengurangi penggunaan bahan kimia di lahannya,
maka akan semakin banyak perusahaan besar berlomba-lomba membuat produkproduk baru (pestisida dan pemupukan) yang lebih ramah lingkungan lengkap
dengan hak paten, sehingga harganya akan lebih mahal, menyebabkan petani
akan kesulitan membelinya. Kondisi ini akan menyulitkan bagi petani untuk
membelinya, sehingga petani akan kembali menggunakan bahan kimia dan harga
produknya menjadi lebih rendah. Kondisi petani tersebut semakin terpuruk dengan
adanya ketidakmenentuan harga pasar. Pada skala makro pertanian organik yang
dikelola oleh perusahaan besar merupakan ancaman bagi pertanian organik yang
dikelola petani kecil di negara berkembang seperti Indonesia.
3. Belum menentunya standar internasional tentang kriteria pertanian organik .
Pengelola pada sistem ini telah menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan,
namun jika ditinjau dari prinsip biodiversitas, sistem ini belum bisa sepenuhnya
diterima sebagai pertanian organik. Kriteria pertanian organik masih perlu terus
disempurnakan.
Petani umumnya akan meninggalkan pertanian organik jika :
a. Ada keterbatasan tenaga kerja,
b. Telah diperkenalkannya teknologi modern yang canggih dengan masukan tinggi
dan tersedianya kredit,
c. Adanya masalah ketidakjelasan dalam penguasaan tanah yang membuat petani
enggan melakukan sistem pertanian yang permanen,
d. Ketidak jelasan prosedur pemasarannya. seorang petani menanam padi organik
pada sawahnya, tetapi pada lainnya tidak melaksanakan. Residu kimia dari sawah
tetangga masuk ke sawahnya, sehingga produknya ditolak oleh pasar dan
dinyatakan bukan produk organik
DAFTAR PUSTAKA
Apriantono, Anton. 2007 Pidato menteri pertanian Republik Indonesi
PadaWorkshop dan Kongres II Maporina Menghantarkan Indonesia Menjadi
Produsen Organik Terkemuka, Jakarta.
BP2HP Deptan, 2000. Leaflet. Go Organik 2010.
Goenadi, Didiek Hadjar dan Isroi 2003. Aplikasi Bioteknologi Dalam Upaya
Peningkatan Efisiensi Agribisnis Yang Berkelanjutan
Hairiah, K., 2002. Pertanian Organik Suatu Harapan atau Tantangan. Jurusan
tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Husnain dan Haris Syahbuddin Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia?
Peluang dan Tantangan ISSN : 0917-8376 Edisi Vol.4/XVII/ Agustus 2005
Mugnisjah, W, Q., 2001. Ekolfisiologi
Sarjana,Institut Pertanian Bogor.

Tanaman

Tropika.

Program

Pasca

Sutanto,R.,2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.


Kanisius Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai