PENDAHULUAN
Sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia, pertanian organik sudah diterapkan
para petani yaitu dengan cara melakukan daur ulang limbah organik sisa hasil
panen sebagai pupuk. Intensifikasi pertanian melalui gerakan Revolusi Hijau yang
dilaksanakan sejak tahun 1970-an, lebih mengutamakan penggunaan pestisida
dan pupuk kimiawi. Selama beberapa tahun upaya tersebut terbukti mampu
meningkatkan produksi pertanian secara mencolok. Akhir-akhir ini para ahli
berpendapat bahwa penggunaan bahan kimia sintetis menyebabkan kerusakan
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang berujung pada penurunan produktivitas
tanah. Sekitar tahun 1990, pertanian organik mulai berhembus keras di dunia.
Sejak saat itu mulai bermunculan berbagai organisasi dan perusahaan yang
memproduksi produk organik.
PENGERTIAN
Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu,
yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami,
sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan
berkelanjutan. Prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara:
Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO=genetically
modified organism).
Menghindari penggunaan bahan kimia sintetis baik pupuk, pestisida maupunzat
pengatur tumbuh (growth regulator).
Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan adiatif sintesis dalam
pakan ternak
Konsep dasar dari pertanian organik adalah kegiatan pertanian menggunakan
bahan-bahan organik sebagai sarana produksinya. Pangan berkaitan dengan caracara produksi organik hanya apabila pangan tersebut berasal dari sebuah sistem
pertanian organik yang menerapkan praktek-praktek manajemen yang bertujuan
untuk memelihara ekosistem untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan,
dan melakukan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) melalui
berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan hewan, seleksi dan
pergiliran tanaman, manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman
serta penggunaan bahan-bahan hayati.
Kesuburan tanah dijaga dan ditingkatkan melalui suatu sistem yang
mengoptimalkan aktivitas biologis tanah dan keadaan fisik dan mineral tanah
yang bertujuan untuk menyediakan suplai nutrisi yang seimbang bagi kehidupan
tumbuhan dan hewan serta untuk menjaga sumberdaya tanah. Produksi harus
berkesinambungan dengan menempatkan daur ulang nutrisi tumbuhan sebagai
bagian penting dari strategi penyuburan tanah.
Manajemen hama dan penyakit dilakukan dengan merangsang adanya hubungan
seimbang antara inang/predator, peningkatan populasi serangga yang
aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan
berperan untuk mengendalikan organisme patogen penyebab penyakit tanaman.
b. Biofertilizer. Teknologi ini merupakan teknologi mikroba yang berperan dalam
meningkatkan penyediaan dan penyerapan hara tanaman. Prinsip dasarnya
mikroba tanah yang mampu menghasilkan hormon tanaman diformulasikan dalam
bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer (jasad penyubur
tanaman). Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan bahwa
biofertilizer setidaknya dapat menyuplai lebih dari setengah kebutuhan hara
tanaman. Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara lain Emas, Rhiphosant,
Kamizae, OST, dan Simbionriza.
c. Agen biokontrol. Teknologi ini merupakan teknologi mikroba untuk pengendalian
hama dan penyakit. Teknologi mikroba (agen biokontrol) yang sudah
dikembangkan antara lain Bacillus thuringiensis(BT), Bauveria bassiana,
Paecilomyces fumosoroseus, danMetharizium anisopliae., Trichoderma sp.
Beberapa produk biokontrol yang tersedia di pasaran, antara lain, Greemi-G, BioMeteor, NirAma, Marfu-P, dan Hamago.
4. Adanya dukungan kebijakan pemerintah
Departemen Pertanian sejak tahun 2000 telah memberikan perhatian yang serius
terhadap pengembangan pertanian organik, bahkan pada saat itu dicanangkan
untuk mencapai Go Organik 2010. Selanjutnya untuk mencapai Go Organik 2010
tersebut berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan diantaranya adalah
dengan dibentuknya Otoritas Kompeten Pertanian Organik melalui SK Menteri
Pertanian Nomor: 432/Kpts/OT.130/9/2003 dan Pembentukan Task Force Organik.
Berbagai pelatihan fasilitator dan inspektor organik, seminar dan workshop untuk
mensosialisasikan pertanian organik kepada masyarakat dan stakeholder telah
dilakukan bekerjasama dengan berbagai lembaga yang telah bergerak di bidang
pertanian organik. Ketentuan tentang persyaratan produksi, pelabelan dan
pengakuan (claim) terhadap produk pangan organiktelah dikonsensuskan pada
Standar Nasional Indonesia Pertanian Organik dan disahkan oleh BSN yaitu SNI 016729-2002 Sistem Pangan Organik Produksi, Pemrosesan, Pelabelan dan
Pemasaran.
5. Karakter teknologi bersifat ramah lingkungan dan menjamin pertanian
berkelanjutan
Pertanian organik akan banyak memberikan keuntungan ditinjau dari segi
peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan produksi tanaman maupun ternak,
dari aspek lingkungan dalam mempertahankan ekosistem, sedangkan dari aspek
ekonomi akan menghemat devisa negara untuk mengipor pupuk, bahan kimia
pertanian dan memberi banyak kesempatan lapangan kerja serta meningkatkan
pendapatan petani.
Pertanian organik memungkinkan pemanfaatan limbah rumah tangga, limbah
pertanian dan limbah peternakan sebagai bahan baku pupuk. Kotoran yang
dihasilkan oleh hewan ternak yang semula kurang dapat dimanfaatkan, kini dapat
diolah menjadi pupuk organik yang mampu mendukung kebutuhan hara tanaman.
Pertanian organik merupakan salah satu wujud pertanian berkelanjutan.
Penggunaan bahan organik diharapkan akan mengurangi kerusakan tanah
sehingga tanah dapat terus memberikan manfaatnya untuk kehidupan yang akan
datang. Penurunan produktivitas dapat dicegah sehingga kemampuan produksi
tetap dapat dipertahankan
6. Peningkatan produksi dan pendapatan
PELUANG (OPPORTUNITIES)
Komponen pertanian organik yang dapat dipandang sebagai peluang dan prosektif
untuk pengembangan pertanian organik menurut adalah :
Tanaman
Tropika.
Program
Pasca