Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEKNOLOGI PENANGANAN PASCA PANEN


HAMA DAN PENYAKIT DI GUDANG

Disusun oleh:

Erina Safriani 160310074


Desi Arisandi Zahara Rambe 160310105
Melati Gemasih 160310104
Nur Eviana Rambe 160310095
Oryza Eka Wahyuni 160310087

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ungkapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberi kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan sebuah karya tulis tepat pada waktunya. Selanjutnya selawat
dan salam penulis sanjungkan kepada Rasulullah saw. beserta keluarga dan para
sahabat Beliau. Karena Beliaulah, kita menjadi manusia yang berakal, berilmu,
dan berakhlak mulia.
Berikut ini penulis tuliskan sebuah makalah yang berjudul "Hama dan
Penyakit di Gudang". Harapan penulis, makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis dan pembaca.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi jika terdapat


kesalahan, penulis mengharapkan masukan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, baik yang menyusun maupun yang membaca.

Reuleut, September 2019


Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1: PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................................ 1
BAB 2: PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. Hama Pasca Panen ....................................................................................... 4
B. Penyakit Pasca Panen ................................................................................... 6
BAB 3: KESIMPULAN ........................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 9

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masalah penanganan produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen)
sampai saat ini masih mejadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius,
baik dikalangan petani, pedagang, maupun dikalangan konsumen. Walau hasil
yang diperoleh petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan
setelah dipanen tidak mendapat perhatian maka hasil tersebut segera akan
mengalami penurunan mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa produk
hortikultura relatif tidak tahan disimpan lama dibandingkan dengan produk
pertanian yang lain.
Hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan
penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-
bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat
merugikan. Hama pasca panen yang banyak menimbulkan kerugian adalah tikus
gudang (Rattus diardi) dan golongan serangga. Kerugian yang ditimbulkan oleh
hama pasca panen ini berupa penurunan kualitas dan kuantitas yaitu kerusakan
bentuk, aroma, tercampur kotoran, daya tumbuh, nilai gizi dan nilai sosial
ekonomi materi yang disimpan (Syamsuddin, 2008).
Secara umum serangga pengganggu yang terjadi pada produk pascapanen
adalah merupakan investasi laten atau bagian stadia pertumbuhannya telah ada
dalam buah sebelum dipanen. Seperti contohnya lalat buah meletakkan telurnya di
dalam buah saat masih di kebun dan produk tersebut masih relative muda.Telur
tidak dapat tumbuh dan berkembang karena kondisi lingkungan belum
memungkinkan seperti keasaman yang tinggi. Namun setelah dipanen dimana
produk masuk pada periode pemasakan maka telur akan menetas dan berkembang
menjadi larva atau ulat yang sangat tidak dapat diterima oleh konsumen apabila

1
dijual terlebih lagi di ekspor. Walau terjadi perkembangan pasar bebas secara
global sekarang ini namun Phytosanitary Restriction (PR) berlanjut membatasi
perdagangan.Pengendalian serangga pascapanen adalah sangat kritis untuk
perdagangan internasional. Tujuan pengendalian ini adalah untuk melindungi
darah-daerah industri pertanian dari introduksi hama serangga perusak.
Pengembangan perlakuan khusus untuk komoditi dan serangga tertentu
memerlukan banyak data penelitian. Waktu yang dibuthkan untuk pengembangan
perlakuan hama serangga sampai dapat diterima secara komersial membutuhkan
waktu cukup panjang (5-10 tahun) (Supartha Utama, 2006).
Faktor-faktor utama bagi perkembangan penyakit pasca penen komoditi
hortikultura adalah inang (tanaman), penyebab penyakit (microorganisme) dan
lingkungan. Faktor lingkungan terdiri atas suhu, kelembaban relatif dan
komposisi atmosfir (ruang) simpan. Jadi terdapat tiga faktor utama yang sering
juga dikenal sebagai segi tiga penyakit (pathogen / microorganisme – inang
lingkungan).

Penyakit-penyakit yang muncul pada komoditi pada fase penanganan


setelah panen dikenal sebagai Penyakit Pasca Panen atau Postharvest Disease.
Kegiatan pasca panen meliputi panen, pengangkutan, pemilihan (sortasi),
pemasakan, penyimpanan, pengepakan, pengolahan dan pemasaran.Kehilangan
produk terjadi secara alamiah setelah dipanen akibat aktivitas berbagai jenis
enzim yang menyebabkan penurunan nilai ekonomi dan gizi.Kerusakan
hortikultura dapat dipercepat bila penanganan selama panen atau sesudah panen
kurang baik. Sebagai contoh, komoditi tersebut mengalami luka memar, tergores,
atau tercabik atau juga oleh penyebab lain seperti adanya pertumbuhan mikroba.
Disini pentingnya penanganan pasca panen yang dapat menghambat proses
pengrusakan bahan antara lain melalui pengawetan, penyimpanan terkontrol, dan
pendinginan. Karena sifat bahan yang mudah rusak (perishable) maka
penanganan pasca panen harus dilakukan secara hati-hati.Dalam lingkup yang
lebih luas, teknologi pasca panen juga mencangkup pembuatan bahan (produk)
beku, kering, dan bahan dalam kaleng.

2
Penyimpanan merupakan salah satu tahapan pasca panen yang dapat
menyebabkan kehilangan hasil yang besar tidak hanya karena
penanganan/pengelolaan yang tidak benar tetapi juga karena lamanya waktu
penyimpanan sehingga memudahkan berkembangnya hama. Perkembangan hama
pasca panen sangat dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan, keadaan komoditas
yang disimpan dan keadaan lingkungan fisik. Banyaknya komoditas yang
disimpan yang bercampur dengan komoditas lainnya sangat menguntungkan
kehidupan hama pasca panen karena penyimpanan merupakan tempat
penimbunan yang berfungsi secara terus menerus atau hanya kosong dalam waktu
singkat.

Pengelolaan hama pasca panen adalah kegiatan yang mengatur keadaan


lingkungan hama pasca panen yang bertujuan untuk mengurangi atau menekan
perkembangan populasi hama. Dalam pengelolaan hama pasca panen maka factor-
faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan hama pasca panen perlu dikelola
atau diatur sehingga keberadaan hama menjadi berkurang(Sylvia sjam, 2007).

3
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Hama Pasca Panen


Jenis serangga hama yang sering menyerang produksi pertanian ketika
disimpan dalam gudang yaitu Kumbang beras (Sitophilus oryzae). Ciri morfologi
dari kumbang beras (Sitophilus oryzae) adalah memiliki mata, antena, thoraks,
tanduk, kaki, kepala, sayap, abdomen dan ofipositor. Dan memiliki bentuk tubuh
kecil dan memanjang. Larva biasanya bersembunyi di dalam padi- padian dan
biji lainnya tempat ia menjadi kepompong Tidak berkaki Dewasa panjang 2-
3mm. Lekukan melingkar di rongga dada Bintik kemerahan pada erytra dan
rostrum/moncong.Sistematika atau klasifikasi kumbang beras (Sitophilus oryzae)
adalah sebagai berikut yaitu Kingdom Animalia, Fillum Arthropoda, Class
Insecta,Ordo Coleopteran, Famili Cucrlionidae, Genus Sitophilus, dan
Species Sitophilus oryzae.
Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang beras (Sitophilus oryzae)
adalah pada butir-butir beras yang terserang akan terdapat goresan pada bagian-
bagian samping beras. Dan apabila tahap serangannya sudah lama maka butir-
butir beras akan menjadi hancur.
Pengendalian Kumbang beras (Sitophilus oryzae) adalah biasanya
digunakan dengan cara Fumigasi PH3, Pemasangan Beetle Trap, dan Perangkap
UV. Pemanasan ruangan/ heating, Untuk pengendalian hama gudang secara alami,
kita bisa menggunakan tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati,
seperti daun dan biji srikaya atau juga biji saga. Dan juga menjaga kebersihan
gudang Menjaga suhu dan kelembaban gudang, Kemasan kedap udara,
Menurunkan tingkat kadar air, Mencegah kutu datang, dan Meningkatkan derajat
sosoh.
Oryzaephilus surinamensis (L.)merupakan serangga kosmoplitan.
Serangga ini biasanya berperan sebagai hama sekunder untuk serelia dan produk-

4
produknya. Beberapa komoditas yang diserang meliputi kopra, rempah-rempah,
buah-buahan yang dikeringkan, kacang tanah, biji kakao, beras dan lain-
lain.Serangga dewasa mempunyai bentuk tubuh pipih memanjang dengan warna
coklat terang sampai coklat gelap.Bentuk kepala segitiga. Panjang tubuh 2,5-
3,5mm. Pada bagian sisi kiri dan kanan pronotum terdapat gerigi yang masing-
masing jumlahnya enam buah.Di bagian dorsal pronotum nampak tiga garis
tebal.Pada elitra terlihat garis-garis membujur yang jelas.Telur bulat panjang
berwarna putih.Larva berbentuk pipih memanjang berwarna putih kekuningan
dengan kepala berwarna coklat. Panjang tubuh larva 3,5–4 mm. Pupa terselimuti
kokon yang terbuat dari sisa gerekan dan bahan berukuran kecil lainnya. Panjang
pupa kurang lebih 3 mm
Carpophilus spp (F.) di Indonesia terdapat beberapa species yaitu C.
dimidiatus (F.) pada simpanan buah-buahan, C. bifenestyralis Murr.dan C.
flavipes Murr.terdapat di Sumatra Utara sebagai bubuk kopi dan di Sulawesi
sebagai perusak jagung dan kopra C. hemipterus L. ditemukan di daerah Sulawesi
pada kopra dan terdapat pada kopra di Jawa C. humeralis F. pada kopra di Jawa.
Serangga dewasa berukuran berukuran 3-5 mm, berwarna kelabu hitam,
coklat tua sampai hitam.Elitra tida menutupi seluruh abdomen sehingga ujung
abdomen tampak dari arah dorsal.Elitra ditutupi oleh rambut-rambut jarang.Tiga
ruas sungut membesar seperti pemukul gong.Larva berbulu pendek dan jarang,
mempunyai tungkai yang digunakan untuk bergerak aktif.Pada pertumbuhan
penuh panjangnya 5-7 mm. Pada imago C. Hemipterus elitranya terdapat
gambaran warna kuning.Species Carpophilus kecuali merusak kopra, biasanya
merusak simpanan bahan-bahan yang mengandung minyak seperti kacang tanah,
bungkil dan sebagainya. Pada kopra serangannya biasanya bersama hama lain
kopra seperti Necrobia, Oryzaephilus, Ahasverus, dan Ephestia. Serangan
Carpophilus tersendiri tidak begitu merugikan , tetapi dengan adanya komplikasi
serangan dapat menambah rusaknya simpanan.

5
B. Penyakit Pasca Panen
Penyakit pascapanen (postharvest disease) adalah penyakit yang terjadi
pada rentang waktu antara saat dipanennya hasil tanaman sampai hasil tanaman
itu dikonsumsi. Penyakit-penyakit paska panen merupakan kenyataan yang
menentukan dipilihnyasuatu teknik penanganan diterapkan. Mengetahui
organisme penyebabpenyakit dan komoditi inang serta teknik-teknik penanganan
merupakan tigahal yang saling terkait bagi suksesnya upaya mempertahankan
komoditipanenan tetap segar hingga sampai pada konsumen.Praktek-praktek
penanganan yang diterapkan atau dilakukan mungkinsaja juga berpengaruh
terhadap kepekaan komoditi panenan terhadappenyebab penyakit.

Hal ini dikarenakan karena tingkat kematangan,pemasakan dan senesen


(penuaan). Selain daripada itu, bekas-bekaspemotongan, luka memar ataupun
lecet membuat kesempatan organismepenyebab penyakit akan lebih mudah
menginfeksi komoditi panenan tersebut. Kondisi tekanan (stress) akibat suhu
tinggi atau rendah memungkinkanmenyebabkan perubahan dalam aspek fisiologis
yang tentunya akanmemudahkan bagi berkembangnya penyebab penyakit dan
semakin pekanyakomoditi terdapat sesuatu jenis penyebab penyakit.

Faktor-faktor utama bagi perkembangan penyakit pasca penen komoditi


hortikultura adalah inang (tanaman), penyebab penyakit (microorganisme) dan
lingkungan. Faktor lingkungan terdiri atas suhu, kelembaban relatif dan komposisi
atmosfir (ruang) simpan. Jadi terdapat tiga faktor utama yang
sering juga dikenal sebagai segi tiga penyakit ( pathogen/microorganism-inang-
lingkungan). Penyakit-penyakit yang muncul pada komoditi pada fase penanganan
setelah panen dikenal sebagai Penyakit Pasca Panen atau Postharvest Disease.
Kegiatan pasca panen meliputi panen, pengangkutan, pemilihan (sortasi),
pemasakan, penyimpanan, pengepakan, pengolahan dan pemasaran.

Penyakit pascapanen berdasarkan penyebabnya terdiri dari :

6
a. Penyakit pascapanen nonpatogenik disebabkan oleh : - Aktivitas fisiologis
dari bahan itu sendiri (self induced) seperti respirasi dan transpirasi -
Lingkungan (environment) seperti pengaruh suhu dan kelembaban
b. Penyakit pascapanen patogenik disebabkan oleh patogen terutama jamur
dan bakteri serta beberapa virus.

7
BAB 3

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:


1. Hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan
penting dalam peningkatan produksi.
2. Pengelolaan hama pasca panen adalah kegiatan yang mengatur keadaan
lingkungan hama pasca panen yang bertujuan untuk mengurangi atau menekan
perkembangan populasi hama.
3. Penyakit pascapanen (postharvest disease) adalah penyakit yang terjadi pada
rentang waktu antara saat dipanennya hasil tanaman sampai hasil tanaman itu
dikonsumsi.
4. Faktor-faktor utama bagi perkembangan penyakit pasca penen komoditi
hortikultura adalah inang (tanaman), penyebab penyakit (microorganisme) dan
lingkungan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuddin. 2008. Bioekologi Hama Pasca Panen Dan Pengendaliannya. Balai


Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Sulawesi Selatan.
Supartha Utama. 2006. Pengendalian Organisme Pengganggu Pascapanen
Produk Hortikultura dalam Mendukung GAP. Direktorat Perlindungan
Tanaman Hortikultura. Bali.
Sylvia sjam.2007. Pengelolaan Hama Pasca Panen Untuk Memenuhi Tuntutan
Perdagangan Internasional. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian UNHAS.Sulawesi selatan.

Anda mungkin juga menyukai