Disusun oleh:
Segala puji dan syukur penulis ungkapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberi kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan sebuah karya tulis tepat pada waktunya. Selanjutnya selawat
dan salam penulis sanjungkan kepada Rasulullah saw. beserta keluarga dan para
sahabat Beliau. Karena Beliaulah, kita menjadi manusia yang berakal, berilmu,
dan berakhlak mulia.
Berikut ini penulis tuliskan sebuah makalah yang berjudul "Hama dan
Penyakit di Gudang". Harapan penulis, makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis dan pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah penanganan produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen)
sampai saat ini masih mejadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius,
baik dikalangan petani, pedagang, maupun dikalangan konsumen. Walau hasil
yang diperoleh petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan
setelah dipanen tidak mendapat perhatian maka hasil tersebut segera akan
mengalami penurunan mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa produk
hortikultura relatif tidak tahan disimpan lama dibandingkan dengan produk
pertanian yang lain.
Hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan
penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-
bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat
merugikan. Hama pasca panen yang banyak menimbulkan kerugian adalah tikus
gudang (Rattus diardi) dan golongan serangga. Kerugian yang ditimbulkan oleh
hama pasca panen ini berupa penurunan kualitas dan kuantitas yaitu kerusakan
bentuk, aroma, tercampur kotoran, daya tumbuh, nilai gizi dan nilai sosial
ekonomi materi yang disimpan (Syamsuddin, 2008).
Secara umum serangga pengganggu yang terjadi pada produk pascapanen
adalah merupakan investasi laten atau bagian stadia pertumbuhannya telah ada
dalam buah sebelum dipanen. Seperti contohnya lalat buah meletakkan telurnya di
dalam buah saat masih di kebun dan produk tersebut masih relative muda.Telur
tidak dapat tumbuh dan berkembang karena kondisi lingkungan belum
memungkinkan seperti keasaman yang tinggi. Namun setelah dipanen dimana
produk masuk pada periode pemasakan maka telur akan menetas dan berkembang
menjadi larva atau ulat yang sangat tidak dapat diterima oleh konsumen apabila
1
dijual terlebih lagi di ekspor. Walau terjadi perkembangan pasar bebas secara
global sekarang ini namun Phytosanitary Restriction (PR) berlanjut membatasi
perdagangan.Pengendalian serangga pascapanen adalah sangat kritis untuk
perdagangan internasional. Tujuan pengendalian ini adalah untuk melindungi
darah-daerah industri pertanian dari introduksi hama serangga perusak.
Pengembangan perlakuan khusus untuk komoditi dan serangga tertentu
memerlukan banyak data penelitian. Waktu yang dibuthkan untuk pengembangan
perlakuan hama serangga sampai dapat diterima secara komersial membutuhkan
waktu cukup panjang (5-10 tahun) (Supartha Utama, 2006).
Faktor-faktor utama bagi perkembangan penyakit pasca penen komoditi
hortikultura adalah inang (tanaman), penyebab penyakit (microorganisme) dan
lingkungan. Faktor lingkungan terdiri atas suhu, kelembaban relatif dan
komposisi atmosfir (ruang) simpan. Jadi terdapat tiga faktor utama yang sering
juga dikenal sebagai segi tiga penyakit (pathogen / microorganisme – inang
lingkungan).
2
Penyimpanan merupakan salah satu tahapan pasca panen yang dapat
menyebabkan kehilangan hasil yang besar tidak hanya karena
penanganan/pengelolaan yang tidak benar tetapi juga karena lamanya waktu
penyimpanan sehingga memudahkan berkembangnya hama. Perkembangan hama
pasca panen sangat dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan, keadaan komoditas
yang disimpan dan keadaan lingkungan fisik. Banyaknya komoditas yang
disimpan yang bercampur dengan komoditas lainnya sangat menguntungkan
kehidupan hama pasca panen karena penyimpanan merupakan tempat
penimbunan yang berfungsi secara terus menerus atau hanya kosong dalam waktu
singkat.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
produknya. Beberapa komoditas yang diserang meliputi kopra, rempah-rempah,
buah-buahan yang dikeringkan, kacang tanah, biji kakao, beras dan lain-
lain.Serangga dewasa mempunyai bentuk tubuh pipih memanjang dengan warna
coklat terang sampai coklat gelap.Bentuk kepala segitiga. Panjang tubuh 2,5-
3,5mm. Pada bagian sisi kiri dan kanan pronotum terdapat gerigi yang masing-
masing jumlahnya enam buah.Di bagian dorsal pronotum nampak tiga garis
tebal.Pada elitra terlihat garis-garis membujur yang jelas.Telur bulat panjang
berwarna putih.Larva berbentuk pipih memanjang berwarna putih kekuningan
dengan kepala berwarna coklat. Panjang tubuh larva 3,5–4 mm. Pupa terselimuti
kokon yang terbuat dari sisa gerekan dan bahan berukuran kecil lainnya. Panjang
pupa kurang lebih 3 mm
Carpophilus spp (F.) di Indonesia terdapat beberapa species yaitu C.
dimidiatus (F.) pada simpanan buah-buahan, C. bifenestyralis Murr.dan C.
flavipes Murr.terdapat di Sumatra Utara sebagai bubuk kopi dan di Sulawesi
sebagai perusak jagung dan kopra C. hemipterus L. ditemukan di daerah Sulawesi
pada kopra dan terdapat pada kopra di Jawa C. humeralis F. pada kopra di Jawa.
Serangga dewasa berukuran berukuran 3-5 mm, berwarna kelabu hitam,
coklat tua sampai hitam.Elitra tida menutupi seluruh abdomen sehingga ujung
abdomen tampak dari arah dorsal.Elitra ditutupi oleh rambut-rambut jarang.Tiga
ruas sungut membesar seperti pemukul gong.Larva berbulu pendek dan jarang,
mempunyai tungkai yang digunakan untuk bergerak aktif.Pada pertumbuhan
penuh panjangnya 5-7 mm. Pada imago C. Hemipterus elitranya terdapat
gambaran warna kuning.Species Carpophilus kecuali merusak kopra, biasanya
merusak simpanan bahan-bahan yang mengandung minyak seperti kacang tanah,
bungkil dan sebagainya. Pada kopra serangannya biasanya bersama hama lain
kopra seperti Necrobia, Oryzaephilus, Ahasverus, dan Ephestia. Serangan
Carpophilus tersendiri tidak begitu merugikan , tetapi dengan adanya komplikasi
serangan dapat menambah rusaknya simpanan.
5
B. Penyakit Pasca Panen
Penyakit pascapanen (postharvest disease) adalah penyakit yang terjadi
pada rentang waktu antara saat dipanennya hasil tanaman sampai hasil tanaman
itu dikonsumsi. Penyakit-penyakit paska panen merupakan kenyataan yang
menentukan dipilihnyasuatu teknik penanganan diterapkan. Mengetahui
organisme penyebabpenyakit dan komoditi inang serta teknik-teknik penanganan
merupakan tigahal yang saling terkait bagi suksesnya upaya mempertahankan
komoditipanenan tetap segar hingga sampai pada konsumen.Praktek-praktek
penanganan yang diterapkan atau dilakukan mungkinsaja juga berpengaruh
terhadap kepekaan komoditi panenan terhadappenyebab penyakit.
6
a. Penyakit pascapanen nonpatogenik disebabkan oleh : - Aktivitas fisiologis
dari bahan itu sendiri (self induced) seperti respirasi dan transpirasi -
Lingkungan (environment) seperti pengaruh suhu dan kelembaban
b. Penyakit pascapanen patogenik disebabkan oleh patogen terutama jamur
dan bakteri serta beberapa virus.
7
BAB 3
KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA